Anda di halaman 1dari 24

BAB 4

SUNNAH SEBAGAI SUMBER


HUKUM ISLAM KEDUA
A. Pendahuluan
 Seluruh umat Islam sepakat dan tanpa kecuali, bahwa
hadist/sunnah merupakan sumber ajaran Islam. Hadist
mubayyin/penjelasan terhadap Al Qur’an tanpa
memahami dan menguasai hadist tidak bisa memahami
Al-Qur’an, sebaliknya, siapapun tidak bisa memahami
hadist, tanpa memahami Al-Qur’an. Jadi, hadist dan Al-
Qur’an memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan.
 Menurut Mustafa Yaqub : memisahkan hadist dari Al-
Qur’an, sama artinya dengan memisahkan Al-Qur’an dari
kehidupan manusia. Keteladan Muhammad saw.
Tercermin tidak hanya dalam sabda dan perbuatan, tapi
sifat dan karakternya diilustrasikan Aisyah ra. “Qur’an
Berjalan”
B. Pengertian Al Hadist/As-Sunnah

 Secara etimologis, sunnah artinya, jalan yang ditempuh,


kesinambungan, jalan yang baik, dan jalan yang terus
diulang-ulang, baik atau buruk, tata cara, adat kebiasaan.
 Sedangkan hadist dari bahasa Arab, al hadist, hadatsa,
jamaknya al hadist, alhudsan-alhidtsan. Secara
etimologis, artinya al jaded/yang baru, alkhabar/berita
yang diterima, sedikt atau banyak
 Secara terminologis, menurut ulama ahli hadist, segala
perkataan nabi Saw., perbuatan dan hal ihwalnya. Ulama
hadist lainnya, “segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi, baik perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat”.
 Jadi kesimpulan hadist di atas, ada kesamaan dan
perbedaan ahli hadist di atas, kesamaan dalam
mendefinisikannya, yaitu hadist segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Saw., baik perkataan maupun
perbuatan. Perbedaan terletak pada penyebutan
terakhir dari perumusan definisi hadist. Seperti hal
ihwal, sifat nabi dan ada yang tidak menyebutnya.
 Menurut ulama ushul, hadist adalah segala perkataan
Nabi Saw. Yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan
hukum syara’
 Pengertian As-Sunnah dari sudut istilah, sebagian
ulama hadist dan sunnah sama dan tidak ada yang
membedakannya
 Dari pengertian hadist dan sunnah tersebut di atas :
 Sebab ulama hadist memandang Nabi Saw. Sebagai
manusia sempurna, dijadikan suri tauladan (al Ahzab
: 21). Sedangkan ulama ushul, memandang Nabi
saw. Sebagai musyarri’, artinya pembuat undang-
undang disamping Allah SWT. (lihat Al Hasyr :7)
 Dan Ulama fiqh, sunnah adalah perbuatan yang
dilakukan dalam agama, tidak sampai pada wajib
 Menurut taufiq dalam kitab “Dinullah fi kutubi
ambiyah”, sunnah jalan yang dipraktekan Nabi
secara kontinyu dan diikuti para sahabat, sedangkan
hadist, adalah ucapan Nabi yang diriwayatkan oleh
seseorang, 2 atau 3 orang perawi dan yang ucapan,
diketahui mereka sendiri.
C. Sejarah Kodifikasi Hadist

1. Pada Masa Rasulullah Saw.


 Pada masa Nabi Saw. Kepandaian tulis baca di
kalangan para sahabat sudah bermunculan,walaupun
hanya terbatas. Kecakapan tulis baca di kalangan
para sahabat masih kurang, bahkan nabi
menekankan menghafal hadist,
memahami,memelihara, memantapkan amalan
dalam sehari-hari serta mentablighkan kepada orang
lain. Periwayatan hadist pada masa Nabi Saw. Pada
umumnya musyafahah musyahadah, menerima
secara lisan, menginventarisir dan memelihara dalam
amalan dan hafalan serta menyampaikan secara lisan
pula.
 Para sahabat yang banyak menerima hadist, adalah :
 Yang mula-mula masuk Islam : Abu Bakar, Umar, Ali
dan Abdullah bin Mas’ud
 Yang jelas menyertai Nabi Saw. Dan berusaha keras
menghafalnya, seperti Abu Hurairah, yang
mencatatnya, adalah Abdullah ibn Amr bin Ash
 Yang Lama Hidupnya sesudah Nabi Saw. Dapat
menerima hadist dari sesama sahabat, seperti Anas bin
Malik, Abdullah bin Abbas
 Yang Erat Hubungannya dengan Nabi, yaitu Ummah
Al Mukminin, seperti Aisyah, Ummuh Salamah
(Endang Soetari,, 2008 :35))
 Dalam prakteknya, cara sahabat meriwayatkan
hadist ada 2(dua) :
 Dengan lafazd aslinya, yakni menurut lafazd yang
mereka terima dari nabi Saw. Yang mereka hafal
benar
 Dengan maknanya saja, yakni mereka
meriwayatkan makna bukan dengan lafazdnya,
karena tidak hafal lafazd yang asli dari nabi Saw.
 Kodifikasi hadist tersebut dilatarbelakangi adanya
usaha untuk membuat dan menyebarluaskan hadist-
hadist palsu dikalangan umat Islam, baik yang dibuat
umat islam sendiri maupun orang luar yang sengaja
menghancurkan islam dari dalam.
 Hadist-hadist yang melarang penulisan hadist
 Abu Said Al Hudri meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw. Bersabda : “Janganlah kamu tulis apa-apa yang
kamu dengar dari aku selain Al-Qur’an. Dan barang
siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-
Qur’an, hendaklah ia menghapusnya.” (HR.
Muslim)
 Abu Said Al Khudri berkata : Kami memohon
kepada Nabi Saw. Agar mengizinkan kami menulis,
namun beliau tidak mengizinkan. Dalam suatu
riwayat dikatakan :”Kami meminta izin kepada Nabi
Saw. Untuk menulis hadist, namun beliau tidak
mengizinkan.”
 Alasan lain kenapa hadist tidak dituliskan :
 Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi
sahabat tertentu diizinkan beliau sebagai catatan
pribadi
 Rasulullah berada ditengah-tengah umat Islam
sehingga dirasa tidak perlu hadist untuk dituliskan
 Kemampuan tulis baca di kalangan sahabat sangat
terbatas
 Umat islam sedang dikonsenterasikan kepada
AlQur’an
 Kesibukan-kesibukan umat islam yang luar biasa
dalam menghadapi perjuangan dakwah yang sangat
penting
2. Hadist Pada Masa Sahabat
 Khalifah Abu Bakar dan kemudian penggantinya,
Umar bin Khattab, menyeru kepada umat islam
untuk berhati-hati dan cermat dalam meriwayatkan
hadist serta meminta kepada para sahabat untuk
memeriksa dengan teliti riwayat hadist yang mereka
terima. Dalam rangka mensukseskan penyiaran Al
Qur’an, Umar bin Khattab mengadakan larangan
memperbanyak riwayat hadist.
 Kebijakan kedua khalifah tersebut, dapat dimaklumi
dengan mengingat bahwa pada waktu itu belum
seluruhnya mengenal Al Qur’an sebagai dasar
syariat yang pertama, terutama masyarakat yang
menerima dakwah Islam.
 Pada periode ini, para sahabat memiliki komitmen
kitab Allah. Mereka memelihara dalam lembaran-
lembaran, mushaf dan didalam hati mereka. Mereka
menghimpunnya pada masa Abu Bakar Assidiq,
menulisnya pada masa usman dan mengirimnya kepada
penjuru wilayah islam untuk terjamin terpeliharanya
Al-Qur’an dari tercampur apapun.

3. Hadist Pada Masa Tabi’an


 Penaklukan yang dilakukan tentara islam atas
wilayah syam, Iraq, Mesir, Persia, Samarkand dan
Spanyol. Mengharuskan para sahabat berpindah-
pindah ke tempat baru untuk mengajarkan Islam
bagi penduduk setempat.
 Pada suatu waktu seorang sahabat mendengar suatu
riwayat/hadist yang belum pernah didengarnya merasa
perlu berkunjung ketempat sahabat yang meriwayatkan
hadist.
 Berita kedatangan sahabat disuatu daerah mengundang
perhatian tabi’in untuk mendatanginya dan berkumpul di
sekitar sahabat untuk mendengarkan pengajaran darinya.
 Pada periode ini ditandai aktifnya generasi tabiin
mencari dan menyerap hadist-hadist dari generasi
sahabat yang masih hidup. Ada periode ini terkenallah
sahabat dijuluki “Bendahara hadist”, yaitu mereka yang
meriwayatkan hadist lebih dari 1000 hadits.
Diantara mereka itu, urutannya yang meriwayatkan hadits
adalah :
 Abu Hurairah, r.a. meriwayatkan 5.374 hadist
 Abdullah bin Umar bin Khattab, 2.630 hadits
 Anas bin Malik, r.a. , 2.266 hadits
 Aisyah , r.a. meriwayatkan 1.210 hadits
 Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadits
 Jabir bin Abdullah, meriwayatkan 1.540 hadits
 Abu Said al Khudri, meriwayatkan 1.170 hadits
4. Masa Penyusunan Hadist
 Setelah Islam tersebar luas ke seluruh Arabia, maka
perlu hadist diabadikan dalam bentuk tulisan dan
kemudian dibukukan dalam Dewan Hadist. Hal ini,
menggerakkan hati khalifah Umar Bin Abdul Aziz
untuk menulis dan membukukan hadist.
Tingkatan Kitab hadist :
 Kitab Hadist Ash-Shahih
 Kitab-kitab Sunan, kitab yang tidak sampai ke
derajat munkar
 Kitab-kitab Musnad
Kitab Shahih selain Bukhari-Muslim :
 Kitab-kitab yang tidak sampai pada tingkat kualitas
bukhari-muslim, diantaranya; Ibnu Huzaimah (kitab
ash-Shahih), Abu Awanah (kitab ash-shahih), Ibnu
Hibban (at-Taqsim Walarba), Al Hakim (al
Mustadrak). Dll.
 Kitab-kitab hadist ada 7, kitab hadist yang
dinilai terbaik adalah :
 Ash-Shahih Bukhari
 Ash-Shahih Muslim
 Ash Sunan Abu Dawud
 Ash Sunan Nasa’I
 Ash Sunan Tirmidzi
 Ash Sunan Ibnu Majah
 Al Musnad Imam Ahmad
D. Kedudukan Sunah Dalam Islam
 Hadist/sunnah merupakan salah satu sumber ajaran
Islam setelah Al-Qur’an. Kewajiban mengikuti
hadist sama halnya mengikuti Al-Qur’an. Lihat An-
Nisa’ : 59. dan Qs. An-Nisa’ : 69
 Lihat HR. Bukhari, dialog Nabi Saw. Dengan
Muadz Bin Jabal sebagai Gubernur Yaman

E. Fungsi As-Sunnah
 Menguraikan kemujmalan Al Qur’an. Mujmal
adalah suatu lafadz yang belum jelas indikasinya,
yaitu dalil yang belum jelas maksud dan
perinciannya, missal shalat, puasa, zakat dan haji.
 Pengkhususan keumuman Al-Qur’an. Umum/aam yang
mencakup segala sesuatu makna yang pantas dengan
satu ucapan saja. Misalnya, al-muslimun, ar-rijalu.
Misalnya bias lihat QS. An-Nisa’ : 11)
 Taqyid(persyaratan) terhadap ayat Al Qur’an yang
mutlak. Mutlak, adalah lafaz yang menunjukan sesuatu
yang masih umum pada suatu jenis. Misalnya lafadz
budak, mukmin, kafir dll. (Lihat QS. Al-Maidah :38)
 Pelengkap Keterangan sebagian dari hukum-hukum.
Peranan sunnah memperkuat dan menetapkan apa yang
telah tercantum dalam Al-Qur’an. (lihat QS. An-Nisa’ :
23)
 Sunnah menetapkan hukum-hukum baru,yang tidak
terdapat dalam Al-Qur’an. Dan bukan merupakan
aturan-aturan baru yang hanya terdapat dalam sunnah.
Misalnya, diharamkan keledai jinak untuk dimakan,
setiap binatang bertaring, dan burung bercakar.

Ilmu-Ilmu Hadist
 Hadist Riwayah : ilmu yang mempelajari
perkataan, peruatan dan taqrir Nabi Saw.
 Hadist Dirayah : ilmu tentang kaidah-kaidah
mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara
menerima dan menyampaikan hadist dan sifat-sifat
perawinya.
G. Kualitas Hadist
 Dilihat dari sedikit dan bayak perawi, hadist ada 2 :
 Hadist Mutawatir : Hadist tanggapan dari
pancaindera yang diriwayat sebagian besar rawi, yang
menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul
bersepakat dosa
 Hadist Ahad : Hadist diriwayatkan sejumlah rawi,
tapi jumlah tersebut tidak sampai derajat mutawatir.
Hadist ahad ada 3 :
 Hadist Masyhur: diriwayatkan 3 orang atau lebih,
tidak mencapai derajat mutawatir
 Hadist Aziz: Hadist diriwayatkan sedikitnya 2
rawi, walaupun seorang rawi hanya terdapat satu
thabaqah(lapis) saja, lalu meriwayatkannya
 Hadist Gharib :Hadist diriwayatkan 1 orang
rawi dalam satu thabaqah, lalu orang-orang
meriwayatkannya.
 Ditinjau dari segi kualitasnya, hadist dibagi 3 :
 Hadist Shahih : Hadist yang diriwayatkan oleh
rawi adil, sempurna (kuat) ingatannya, sanadnya
bersambung, tidak berillat, dan tidak janggal.
 Hadist Hasan : Hadist yang diriwayatkan oleh
orang yang adil,tapi kurang kuat ingatan, sanadnya
bersambung, tidak berillat dan tidak janggal.
 Hadist Dha’if : Hadist yang kehilangan satu syarat
atau lebih dari syarat-syarat hadist shahih atau
hadist hasan.
Bahan Evaluasi Per Bab

 Apa pengertian As-Sunnah/Al Hadist?


 Jelaskan kedudukan As-Sunnah?
 Apa fungsi As-Sunnah terhadap Al Qur’an?
 Jelaskan sejarah kodifikasi Hadist pada masa Rasulullah Saw.,
masa para sahabat dan pada masa tabi’it dan tabi’in?
 Jelaskan tentang masalah kualitas hadist?
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai