Anda di halaman 1dari 11

KB 1 : LANDASAN FILOSOFIS, PSIKOLOGIS-

PEGAGOSIS, DAN SOSIOLOGIS-ANTROLOGIS


PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Oleh :
SITI MAIMUNAH 858670501
NUNUNG SEPTY W 858670651
Pandangan Filosofis => cara melihat pendidikan Dasar
dari hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia.
Cara pandang Psikologis-Pedagogis => cara melihat
pendidikan dasar adalam pengembangan potensi individu
sesuai denagn karakteristik psikologis peserta didik.
Cara pandang Sosiologis-Antropologis => cara melihat
pendidikan dasar dalam sosialisasi atau pendewasaan
peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat
dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi
tua kepada peserta didik yang sedang mendewasakan
dalam konteks pembudayaan.
Landasan Filosofis dan Psikologis-Pedagogis
Ilmu mendidik terhadap keniscayaan proses pendidikan
untuk usia sekolah 6-13 tahun.

Argumen tentang keniscayaan pendidikan :


1. Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam sistem
persekolahan / schooting sistem diyakini sangat strategis.
2. Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik diyakini lebih
efektif dan bermakana.
3. Berbagai teori psikologis khususnya teori belajar yang menjadi
konseptual teori pembelajaran seperti teori behaviorisme,
kognitifisme, humanisme dan sosial.
1. Teori Kognitifisme
 Lebih dikenal sebagai teori perkembangan kognitif dan diakui
sebagai salah satu pilar atau tonggak konseptual dan sumber
pengetahuan tentan perkembangan kognitif anak.
 Perkembangan kognitif mencakup 3 proses mental ;
1. Assimilation => integrasi data baru dengan struktur kognitif
yang sudah ada dalam pikiran.
2. Accomodation => proses penyesuaian struktur kognitif
dengan situasi baru.
3. Equilibration => proses penyesuaian yang sinambung antara
asimilasi dan akomodasi
1. Teori Historis Kultural
 memusatkan perhatian pada penggunaan simbol sebagai alat,
dengan dasar pemikiran bahwa manusia menemukan alat yang
telah mengantarkan kemajuan bagi umat manusia.

2. Teori Humanistik
 memusatkan perhatian pada proses pendidikan yang
memungkinkan peserta didik melakukan belajar menikmati
kehidupan atau mencapai kebutuhan lebih tinggi dalam
pengertian kebutuhan akan kehidupan yang optimal atau
kemungkinan pertumbuhan yang posistif.
Landasan Sosiologis-Antropologis
Cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses
penididkan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan
bermasyarakat.

 Indonesia merupakan masyarakat multietnis dan multiras.


Namun demikian, perlu diwaspadai jangan sampai
pengembangan sekolah bertaraf Internasional itu secara pelan
menggores semangat kebangsaan Indonesia.
KB 2 : LANDASAN HISTORIS, IDEOLOGIS DAN
YURIDIS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Landasan Historis dan Ideologis adalah dasar perkiraan
yang di angkat dari fakta sejarah yang relevan tentang
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan sekolah dasar
beserta ide-ide atau pertimbangan yang melatar
belakanginya, sejak masa Hindia-Belanda samapai saat ini.

Pendidikan di bumi nusantara berfungsi sebagai :


1. Wahana transformasi
2. Transmisi dan sosialisasi nilai-nilai
3. Tradisi
4. Ilmu Pengetahuan
5. Teknologi
6. Seni dari masyarakat.
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi
pendidikan nasional.

Pendidikan SD/MI wajib mewujudkan fungsi pendidikan


nasional yang mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pendidikan Sekolah Dasar mengemban dua fungsi yaitu :
1. Fungsi pengembangan potensi peserta didik secara psikologis.
2. Pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan
seterusnya.

Pasal 15 ( RPP Wajib Belajar ) :


1. Peserta didik pada SD,MI atau bentuk lain yang sederajat, SMP,MTs
atau bentuk lain yang sederajat berhak pindah ke jalur satuan
pendidikan lain yang setara.
2. Peserta didik yang belajar secara mandiri berhak pindah ke SD,MI,
SMP,MTs, atau bentuk lain yang sederajat setelah melalui tes
penempatan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Peserta didik yang belajar di negara lain pada jenjang pendidikan
dasar berhak pindah ke SD,MI,SMP,MTs atau bentuk lain yang
sederajat.
Para pendidik dan tenaga kependidikan harus menjadi
tauladan bagi peserta didik dalam menjalankan norma sosial
yang menjadi kewajiban peserta didik tersebut.

Bila seluruh ketentuan dapat dilaksanakan dengan baik, maka


program wajib belajar akan memberi dampak yang luas bagi
pencerdasan kehidupan bangsa secara bertahap.

Pasal 25 dinyatakn bahwa Pemerintah Daerah dapat mengatur


lebih lanjut pelaksanaan program wajib belajar , termasuk sanksi
pelanggaran terhadap Pasal 20 ayat 1 dan ayat 2, sesuai kondisi
daerah masing-masing melalui peraturan daerah.

Anda mungkin juga menyukai