Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU

SEKSUAL REMAJA BERESIKO DI SMK TERPADU AL HASANIYAH


NW TUNDUNG LOMBOK TENGAH

SRI APRIYANTI
091 STYC17
BAB I
PENDAHULUAN Latar Belakang

Tertanamnya dorongan seksual pada


remaja, membuat perilaku remaja mulai
diarahkan untuk menarik perhatian lawan
jenis dan dalam rangka mencari
pengetahuan mengenai seks, ada remaja
yang melakukanya dengan cara terbuka
bahkan mulai mencoba bereksperimen
dalam kehidupan seksual misalnya
berpacaran. (Musthofa, 2010 dalam Dari &
Ratnawati, 2015).
BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil Sumber survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SDKI) 2017 umur pertama kali pacaran sebagian
besar remaja wanita 80% dan remaja pria 84% telah
berpacaran, dan sekitar 45% remaja wanita dan 44% remaja
pria mulai berpacaran pada umur 15-17 tahun. Perilaku
pacaranya pria dan wanita mengaku saat berpacaran
melakukan aktivitas berpegangan tangan (64% wanita dan
75% pria), berpelukan (17% wanita dan 33% pria), cium bibir
(30% wanita dan 50% pria) dan meraba/ diraba (5% wanita
dan 22% pria). Umur pertama kali berhubungan seksual
diantara wanita dan pria telah melakukan hubungan seksual
sebelum pra nikah 59% wanita dan 74% pria melaporkan
mulai berhubungan seksual pertama kali pada umur 15-19
tahun.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Menurut Pengadilan Agama NTB pada tahun
2020 sebanyak 805 permohonan dispensasi
pernikahan dini, dan Kabupaten Lombok
Tengah masuk kategori dua besar dengan
angka 152 dispensasi pernikahan dini, dengan
jumlah remaja Kabupaten Lombok Tengah usia
10-14 tahun laki-laki 43,400 dan perempuan
41.071. Usia 15-19 tahun laki-laki 41,295 dan
perempuan 38,901 (BPS, 2020). Dan yang
menjadi salah satu faktor penyebab perilaku
seksual pra nikah remaja, masalah ini juga
diperparah dengan kurangnya pengetahuan
remaja tentang bahaya perilaku seksual pra
nikah (Rosamali & Arisjulyanto, 2020).
Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di sekolah SMK Terpadu
Al-Hasaniyah Nw Tundung Lombok Tengah pada tanggal 16 November
2020 di dapatkan data dari guru Bimbingan Konseling (BK) selama 1 tahun
terakhir di dapatkan jumlah siswa rata-rata berusia 17-19 Tahun, 6 orang
sudah di temukan nontom film porno saat jam istirahat, 2 orang
ditemukan berduaan di belakang sekolah dan rata-rata siswa di sana
sudah pernah berpacaran dan memiliki pasangan dalam satu sekolah
ataupun satu kelas, dan saat melakukan razia handphone yang dilakukan
rutin tiap 2 minggu sekali beberapa siswa ditemukan menyimpan vidio
porno di handphone dan ditemukan juga salah satu siswa berduaan yang
hampir melakukan hubungan seks pra nikah dengan pacarnya, sehingga
langsung di beritahu orang tuanya dan langsung di nikahkan.

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang di dukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Fatimah, dkk (2013) dalam Umboh et al., 2019)
menyebutkan di dapatkan hasil, ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku seksual pada remaja, hal ini dikarenakan orang tua
merupakan faktor internal penentu perilaku seorang anak.
Tujuan penelitian
Tujuan umum
Mengidentifikasi hubungan pola
asuh orang tua dengan perilaku
seksual remaja beresiko di SMK 2.Mengidentifikasi perilaku
Terpadu AL Hasaniyah NW seksual beresiko pada remaja
Tundung Lombok Tengah. di SMK Terpadu AL Hasaniyah
NW Tundung Lombok Tengah.

Tujuan Khusus 3. Menganalisis hubungan pola


1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua dengan
asuh orang tua di perilaku seksual beresiko pada
SMK Terpadu AL remaja di SMK Terpadu AL
Hasaniyah NW Hasaniyah NW Tundung
Tundung Lombok Lombok Tengah.
Tengah.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep teori pola asuh orang tua
•Faktor yang mempengaruhi pola asuh
1. Keperibadian orang tua
2. Keyakinan
3. Persamaan pola asuh
4. Penyesuaian •Macam-macam pola asuh
5. Usia orang tua
6. Pendidikan orang tua 1. Authoritative
7. Jenis kelamin 2. Indulgent
8. Status sosio ekonomi
9. Konsep mengenai peran
3. Authoritarian
10. Jenis kelamin anak 4. Neglectfult
11. Usia anak
12. Tempramen
13. Kemampuan anak
14. Situasi
15. Jumlah anak
16. Budaya
Perilaku seksual beresiko
1. Mastrubasi
A
autoerotik 2. Onani
 

B
sosioseksual 3. Tinggi
1. Rendah a. Ciuman
a. Pegangan tangan b. Bermesraan
b. Berpelukan c. Mengeksplor daerah genetal
c. Berciuman (kening, mata, pipi ataupun bibir) d. petting
2. Sedang 4. Sangat tinggi
a. Ciuman a. Sexsual intercourse (berhubungan seksual)
b. Bermesraan
c. Perabaan daerah leher/payudara maupun alat kelamin
 
Untari (2017)
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
remaja

1. Status sosio
ekonomi 7. Harga diri 16. Pendidikan
8. Meningkatnya 11. Peluang
2. Lingkungan 17. Peran
keluarga perilaku seksual 12. Budaya sekolah
3. Self regulation 9. Pola asuh 13. Gender 15. Tempat
orang tua tinggal
4. Umur pubertas 14. Umur
10. Teman
5. Pengetahuan sebaya
reproduksi
6. Sikap
Kerangka konsep dan hipotesis
Variabel independen Variabel dependen

•Authoritative Perilaku seksual beresiko


•Indulgent
•Authoritarian
•Neglectfult
Metode penelitian Sampel dan teknik
Populasi sampling
Populasi yang Sampel yang
Tempat dan digunakan dalam digunakan dalam
waktu penelitian penelitian ini adalah penelitian ini
siswa/i kelas X-XII
di SMK Terpadu
adalah seluruh
Penelitian ini akan Al-Hasaniyah NW populasi
Pendekatan dilaksanakan di SMK Tundung Lombok dijadikan sampel
Metode Terpadu Al- Tengah yang yaitu 64 orang
penelitian Hasaniyah NW berjumlah 64 orang.
pendekatan Tundung Lombok
cross sectional Tengah pada bulan
Korelasional Maret 2021.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Frekuensi Presentase
responden
Jenis Laki-laki 37 57,8 %
kelamin
Perempuan 27 42,2 %

Umur 15 tahun 10 15,6 %


16 tahun 11 17,2 %
17 tahun 21 32,8 %
18 tahun 19 29,7 %
>19 tahun 3 4,7 %
Kelas X 22 34,4 %
XI 30 46,9 %
XII 12 18,8 %
Karakteristik Frekuensi Presentase Karakteristik Frekuensi Presentas
responden responden e

Usia memiliki 8 tahun 2 3,1 % Jumlah 1 saudara 7 10,9 %


handphone saudara

9 tahun 4 6,3 % 2 saudara 17 26,5%


3 audara 15 23,4 %
10 tahun 12 18,8 %
4 saudara 13 20,3%
11 tahun 6 9,4 %
5 saudara 11 17,2 %
12 tahun 9 14,1 % 6 saudara 1 1,6 %
13 tahun 11 17,2 %
Anak ke Anak ke 1 21
14 tahun 10 15,6 % berapa
15 tahun 6 9,4 % Anak ke 2 16

16 tahun 3 4,7 % Anak ke 3 16


Anak ke 4 Your Picture7Here
17 tahun 1 1,6 %
Anak ke 5 4

Tinggal dengan
siapa Orang tua 49 76,6 %
Pendidikan Tidak sekolah 5 10,9 %
orang tua
Nenek / Kakek 7 10,9 %
SD 24 37,5%
Kos 2 3,1 %
SMP 22 34,4%
Paman/bibi 6 9,4 %
SMA 13 20,3%
SARJANA 0 0,0 %
Karakteristik Frekuensi Presentase
responden
Pekerjaan Tidak bekerja 8 12,5%
orang tua
Pegawai 0 0,0%
negeri
Pegawai 0 0,0 %
swasta
Wirausaha 20 31,3 %
Petani 36 56,3 %

Status Kawin 49 76,6 %


Your Picture Here
pernikahan
orang tua
Cerai hidup 13 20,3 %
Cerai mati 2 3,1 %
Data Khusus (Pola Asuh
orang tua)

No Pola asuh orang Frekuensi Presentase


tua
1. Authoritative 0 0,0 %
2. Indulgent 16 25,0 %
3. Atuhoritarian 43 67,2 %
4. Neglectful 5 7,8 %
Total 64 100 %
Data khusus (perilku seksual
remaja beresiko

No Perilaku seksual beresiko Frekuensi Presentase

1. Resiko sangat tinggi 0 0,0 %

2. Resiko tinggi 14 21,9 %


3. Resiko sedang 22 34,4 %

4. Resiko rendah 28 43,8 %

Total 64 100 %
Hasil analisis

N Pola Perilaku seksual beresiko Total P- Value


o asuh Resiko Resiko Resiko tinggi
orang rendah sedang
tua N % N % N % N %
0,002

1. Indulgent 13 20,3 2 3,1 1 1,5 16 25,0

2. Authorita 13 20,3 19 29,7 11 17,2 43 67,2


rian

3. Neglectf 2 3,1 1 1,6 2 3,1 5 7,8


ul
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat pola
asuh dengan perilaku seksual beresiko dengan kategori
terbanyak terdapat pada pola asuh authoritarian sebanyak 43
orang (67,2 %) yang mengarah kepada perilaku seksual
resiko sedang sebanyak 19 responden (29,7 %). Pola asuh
authoritarian ini jenis pengasuhan orang tua yang tinggi pada
tuntutan namun rendah pada tanggapan. Ciri pengasuhan
authoritarian ini cenderung lebih suka menghukum dan orang
tua meminta anaknya untuk menerima segala sesuatu tanpa
pertanyaan, aturan dan standar yang tetap diberikan oleh
orang tua (Amini, 2019).
Berdasarkan perhitungan uji statistik dengan menggunakan Spearman rho di
dapatkan nilai p-Value sebesar 0,002 dengan taraf signifikan 5 % (0,05)
dengan (0,002<0,05). Hal ini menunjukkan Ha diterima dengan nilai hitung = -
0,373 artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku
seksual beresiko dengan arah hubungan negatif artinya jika pola asuh buruk
maka perilaku seksual beresiko akan menjadi lebih tinggi dan sebaliknya jika
pola asuh tepat maka perilaku seksual akan menurun.

Didalam keluarga orang tua lah yang berperan dalam mengasuh,


membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Khodijah et al., 2019)
bahwa ditemukannya korelasi positif antara motivasi menghindari hubungan
seks pra nikah dengan pola asuh. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
tinggi keterlibatan kehangatan dan pengawasan dalam keluarga diikuti oleh
semakin tinggi motivasi untuk menjauhi hubungan seks pra nikah begitupun
sebaliknya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian oleh (’Arub, 2017) dimana orang
tua yang menerapakn pola asuh otoriter memiliki remaja dengan perilaku sesksual
beresiko sebanyak 3 orang (3,8 %) dan tidak beresiko 3 orang (3,8 %). Orang tua
dengan pengasuhan otoriter menuntut anak mereka untuk patuh pada aturan yang
dibuat oleh orang tua. Anak yang mendapatkan pengasuhan otoriter terkesan dikekang
sehingga dapat menyebabkan anak membrontak dan dapat melibatkan diri dalam
kenalakan-kenakalan remaja salah satunya perilaku seksual beresiko. Hal ini diperkuat
dalam buku yang ditulis oleh Amin & Harianti (2018) dalam (Pandensolang et al., 2019)
menyatakan bahwa pola asuh otoriter bersifat membatasi dan menghukum anak,
mendesak anak untuk mengikuti kata orang tua.
KESIMPULAN

1. Pola asuh siswa/i di SMK Terpadu Al Hasaniyah NW Tundung Lombok Tengah


mayoritas pola asuh yang diberikan dari 64 responden adalah pola asuh authoritarian
sebanyak 43 orang (67,2 %). Hal ini juga di dukung dengan hasil pengisian kuesioner
oleh orang tua responden yang berjumlah 10 orang dengan menerapkan pola asuh
terbanyak adalah pola asuh authoritarian sebanyak 7 orang (70,0 %).
2. Perilaku seksual remaja beresiko siswa/i di SMK Terpadu Al Hasaniyah NW Tundung
Lombok Tengah dengan kategori terbanyak terdapat pada pola asuh authoritarian
sebanyak 43 orang (67,2 %) yang mengarah kepada perilaku seksual beresiko sedang
sebanyak 19 orang (29,7 %),
3. Berdasarkan perhitungan uji statistik dengan menggunakan Spearman rho di dapatkan
di dapatkan nilai p-Value sebesar 0,002 dengan taraf signifikan 5 % (0,05) dengan
(0,002<0,05). Hal ini menunjukkan Ha diterima dengan nilai hitung= (-)0,373 artinya
ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja beresiko
dengan arah hubungan negatif artinya jika pola asuh buruk maka perilaku seksual
beresiko akan menajdi lebih tinggi dan sebaliknya jika pola asuh tepat maka perilaku
seksual akan menurun.
SARAN
Bagi Institusi Sekolah
Perlu mengembangkan pendidikan kesehatan melalui UKS, dan mengembangkan ekstrakulikuler
lainnya untuk meningkatkan aktivitas siswa yang kearah positif, serta perlunya sekolah bekerjasama
antar lintas sektor untuk mengadakan penyuluhan agar remaja memahami tentang ruang lingkup dan
bahaya perilaku seksual dan perlunya mengadakan pertemuan antara sekolah dan orang tua murid,
dalam mengatasi bahaya dari perilaku seksual remaja.
Bagi Remaja
Remaja agar lebih bisa membedakan perilaku mana yang baik dan mana yang tidak, serta remaja harus
berhati-hati dalam bergaul dan menjaga kehormatan diri mereka karena pada perkembangan saat ini
remaja menganggap remeh akan hal yang seharusnya tabu dilakukan, siswa diharapkan menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tua, memiliki latar pendidikan yang baik, menghindari akses film
porno, mampu beradaptasi dalam lingkungan sosial dengan hati-hati dan menghindari hubungan
seksual sedini mungkin.
Bagi orang tua
Orang tua agar lebih memperhatikan anaknya dalam bergaul serta lebih banyak berkomunikasi kepada
anak agar anak remaja bisa mengungkapkan perasaan mereka, karena peran orang tua sangatlah
penting bagi perilaku anaknya terutama orang tua yang memiliki anak remaja.
Bagi perawat
Pihak kesehatan khusunya pada perawat agar lebih sering mengadakan penyuluhan-penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi, peran orang tua maupun mengenai bagaimana bergaul yang baik
dengan lawan jenis agar tidak timbul terjadinya perilaku seksual beresiko khusunya pada remaja.
Bagi peneliti selanjutnya
1. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait
perilaku seksual beresiko pada remaja, dengan
menambahkan metode kualitatif, guna menggali
informasi yang lebih dalam lagi terkait fenomena-
fenomena yang mempengaruhi perilaku seksual pada
remaja, serta peneliti bisa menambahkan isntrumen
penelitian yang digunakan.
2. Untuk peneliti selanjutnya bisa mengembangkan
variabel-variabel lain yang mempengaruhi perilaku
seksual beresiko dan juga faktor lain yang
mempengaruhi pola asuh orang tua sehingga
didapatkan hasil yang baik.
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai