Anda di halaman 1dari 62

Bagian Ilmu Forensik dan Medikolegal REFERAT

Fakultas Kedokteran FEBRUARI 2022


Universitas Airlangga

MASALAH MEDIKOLEGAL

KELOMPOK 1 UNPATTI

Pembimbing :
dr. H. Edi Suyanto, Sp.F.M.., SH., MH.Kes
PENDAHULUAN
● Medikolegal adalah ilmu terapan yang melibatkan dua aspek
ilmu yaitu medico yang berarti ilmu kedokteran dan legal yang
artinya ilmu hukum.

● Kasus medikolegal dapat didefinisikan sebagai kasus cedera,


cacat atau meninggal dimana penyelidikan dari lembaga penegak
hukum sangat penting untuk mengetahui siapa yang bertanggung
jawab atas cedera, cacat atau meninggal tersebut.
LANJUTAN...

● Kekerasan terhadap korban pembunuhan maupun penganiayaan korban hidup dapat terjadi dalam berbagai
bentuk kekerasan/trauma, dapat berupa kekerasan tumpul, kekerasan tajam maupun bentuk-bentuk trauma yang
lain, baik secara bersama-sama maupun berdiri sendiri.
● Aspek medikolegal dari suatu trauma dapat akibat kecelakaan, penganiayaan atau perbuatan sendiri.
LANJUTAN...

• Masalah medikolegal perlu diperhatikan dengan baik karena ini merupakan bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan teknologi kedokteran
atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan hukum dan untuk melaksanakan
peraturan yang berlaku.

• Masalah medikolegal yang dibahas dalam referat ini adalah masalah yang sering terjadi yaitu
perlukaan, kecelakaan lalu lintas dan asifksia.
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA
Definisi

Kerusakan pada bagian tubuh akibat kekuatan mekanik


Jenis Luka Akibat Kekerasan Bersifat Mekanik
LUKA AKIBAT LUKA AKIBAT LUKA AKIBAT
KEKERASAN KEKERASAN SENJATA API
TUMPUL TAJAM
LUKA MEMAR
LUKA IRIS
LUKA MASUK
LUKA LECET GESER
LUKA TUSUK
LUKA LECET TEKAN
LUKA BACOK
LUKA ROBEK
Luka Memar

Kerusakan pada vena, venula dan small arteries rembesan ke jaringan sekitar
Luka Lecet

• Hanya mengenai epidermis

• Ukuran, bentuk, dan tipe tergantung benda


penyebabnya
• Luka lecet tekan penekanan yang menyebabkan terjadinya pemampatan
epidermis

• Luka lecet geserPergeseran yang


menyebabkan terkikisnya epidermis
Luka Lecet Tekan

• Tampak sebagai kulit yang mencekung, berwarna kecoklatan

• Bentuknya memberi gambaran benda penyebab luka


Luka Lecet Geser
• Bagian pertama yang bergeser memberi batas rata, dan saat benda tumpul
meninggalkan kulit menimbulkan bekas tak rata

• Tampak goresan epidermis berjalan sejajar

Gambar : Luka lecet geser karena gesekan


pada kulit berupa jejas berwarna kemerahan
Luka Robek

• Disebabkan oleh benda keras yang tumpul


Bentuk dan ukuran luka memar dan luka robek tidak selalu merepresentasikan benda
penyebabnya

Gambar : Luka robek dengan tepi tidak rata dan sudut tumpul dengan
dasar terlihat otot
Luka Iris

• Dimensi panjang>>dalam
• Jarang mematikan, kecuali di pembuluh besarnya
Gambar : Luka Iris dengan tepi rata sudut tajam dan dasar terlihat pelapis otot (fasia)
Luka Tusuk

• Dalam>>panjang

• Ujung senjata runcing, dengan tepian tidak harus runcing

• Bentuk sesuai benda penyebab tetapi ukuran luka bisa lebih besar dari
dimensi senjata jika senjata digerakkan
Gambar : Luka Tusuk dengan tepi rata dan sudut tajam dengan dasar terlihat otot
dimana kedalaman melebihi panjang luka dengan panjang 1,7 centimeter 2

Gambar : Luka Tusuk dengan tepi rata dan sudut tajam dengan dasar terlihat otot dimana kedalaman luka
melebihi panjang luka dengan panjang 2,2 cm
Luka Bacok

• Rasio panjang:lebar:dalam hampir sama

• Bagian mata senjata mengenai tubuh secara tegak lurus

• Kedua sudut luka lancip dengan luka yang cukup dalam


Kualifikasi luka

Luka • KUHP 352 ayat 1


ringan

Luka • KUHP 351 ayat 1


sedang

Luka • KUHP 90
berat
Luka ringan
Pasal 352

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.


Luka sedang
Pasal 351

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara


paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,


yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan


pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja


merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak


dipidana
Luka berat
Pasal 90
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau
yang menimbulkan bahaya maut

Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan


tugas jabatan atau pekerjaan pencarian

Kehilangan salah satu pancaindera

Mendapat cacat berat

Menderita sakit lumpuh

Terganggunya daya pikir selama empat minggu


lebih

Gugur atau matinya kandungan seorang


perempuan
KECELAKAAN LALU LINTAS
• Pada tahun 2020, sebanyak 100.028 kasus kecelakaan lalu lintas yang tercatat dalam
data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (korlantas polri).
• Kecelakaan lalu lintas yang terjadi berhubungan erat dengan situasi dan kondisi
jalanan yang dilalui (fasilitas jalan yang baik, kondisi geometrik jalan)
• Pada kasus kecelakaan lalu lintas, terdapat korban dengan luka ringan, berat, bahkan
sampai meninggal dunia.
• Dampak kecelakaan di Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya,
menyebabkan angka kematian penduduk yang semakin tinggi.
Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

The Organization for Co-operation Peraturan Kepala Kepolisian Negara


and Development (OEDC) Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2013 Tentang Tata Cara Penanganan
Kecelakaan lalu lintas adalah Kecelakaan Lalu Lintas
kecelakaan baik yang terjadi antara satu
kenderaan dengan kenderaan lainnya,
Pasal 1 ayat (3) “Kecelakaan lalu lintas
kenderaan dengan pejalan kaki,
adalah suatu peristiwa di jalan yang
kenderaan dengan hewan, maupun
tidak diduga dan tidak disengaja
kenderaan itu sendiri yang terjadi pada
melibatkan kenderaan dengan atau
jalanan umum dan mengakibatkan
tanpa pengguna jalan lain yang
cedera atau kematian pada satu orang
mengakibatkan korban manusia
atau lebih
dan/atau kerugian harta benda”.
Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas

Apabila mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau


Kecelakaan Ringan
barang

Kecelakaan Sedang Apabila mengakibatkan seseorang mengalami luka ringan


dan kerusakan kendaraan, dan/atau barang.

Kecelakaan Berat Apabila mengakibatkan korban luka berat atau meninggal


dunia.
Faktor Kecelakaan Lalu Lintas

• Kecepatan tinggi
• Kondisi pengendara
Kelalaian Manusia
• Rem kendaraan
• Menggunakan Handphone
• Ban kendaraan
Kondisi Kendaraan • Tidak terampil
• Lampu kendaraan

Kondisi Jalanan Setiap jalan yang digunakan untuk lalu


lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan jalan
• Cuaca buruk Lingkungan
• Jalanan licin sehabis hujan
• Musim panas (banyak debu
yang berterbangan)
• Kabut tebal
Aspek Hukum Kecelakaan Lalu Lintas

• Aspek hukum yang terkait dengan kasus kecelakan lalu lintas umumnya berupa pertanggung
jawaban pidana pengemudi kendaraan yang menyebabkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas.
• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana) telah di atur dalam Bab XXI dari buku II
yang dimulai dari Pasal 359 sampai dengan pasal 361
• Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 pasal 310 ayat (1) sampai
(4); pasal 229 ayat (2) dan (3); pasal 311; dan pasal 231.
Pemeriksaan Forensik Kecelakaan Lalu Lintas

Umumnya pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai kaki, dengan melihat secara keseluruhan. Kasus
kecelakaan lalu lintas memilik pola kasus kekerasan dengan adanya perlukaan baik disebabkan oleh benda tumpul
maupun tajam. Pemeriksaan meliputi:

(1) Peremeriksaan dan penemuan luka-luka maupun patah tulang;


(2) Melakukan fotografi forensik dengan kondisi luka sebelum dan sesudah dibersihkan;
(3) Upayakan memfoto kondisi luka dari jarak jauh dan jarak dekat dengan memperhatikan anatomical
landmark;
(4) Amati luka dan catat;
(5) Deskripsikan lokasi luka, koordinat luka, jenis luka, gambaran luka, dan ukuran luka;
(6) Bila diperlukan lakukan pendeskripsikan area sekitar luka: apakah terdapat luka lain atau yang lainnya;
(7) Temukan patah tulang tertutup dengan cara memeriksa setiap tulang apakah terdapat kelainan bentuk
(deformitas), pemendekan, bengkak, memar, krepitasi, dan false movement saat tulang digerakkan;
(8) Melihat apakah terdapat patah tulang terbuka;
(9) Tentukan lokasi patah tulang;
(10) Melakukan fotografi forensik dan pencatatan terhadap setiap temuan
Pemeriksaan Forensik Kecelakaan Lalu Lintas

● Distribusi pola luka umumnya adalah luka lecet pada pengendara sepeda motor. Luka lecet dihasilkan
dari gesekan antara aspal, baju dan kulit akan menghasilkan luka lecet pada bagian yang berkontak
langsung.
● Temuan lokasi luka terbanyak pada tubuh berada di daerah kepala. Pada kecelakaan sepeda motor,
cedera kepala sering terjadi akibat kelalaian pengendara sendiri yang sering tidak menggunakan pengaman
atau jika menggunakan tapi tidak benar yaitu helm yang tidak standar atau pengikat yang tidak terpasang.
Pemeriksaan Forensik Kecelakaan Lalu Lintas

● Pada kendaraan mobil, jenis luka yang sering detemukan berupa luka memar. Hal ini disebabkan pada
faktor penggunaan sabuk pengaman oleh penumpang mobil, saat rem mendadak akan terjadi tahanan yang
diberikan sabuk pengaman yang dipakai oleh korban. Tekanan ini dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah. Makin besar tekanan yang diberikan, maka lebih banyak pembuluh darah yang akan rusak sehingga
kebocoran dari darah juga semakin besar dan menyebabkan makin besarnya memar yang terjadi
ASFIKSIA
DEFENISI

absence atau lack of


Yunani pulsation

● suatu keadaan dimana terjadinya gangguan pertukaran udara sehinggga berkurangnya kadar
oksigen serta berlebihnya kadar karbondioksida dalam darah.

gangguan pertukaran antara oksigen


yang berada dalam alveoli paru-paru
dengan karbondioksida yang berada
dalam darah kapiler pada paru-paru.
Asfiksia secara umum disebabkan oleh
trauma, keracunan bahan kimiawi, dan
penyumbatan saluran pernapasan.
Etiologi

Alamiah
• penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis
difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.

• misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena,

Mekanik emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan


pada saluran napas, penekanan leher atau dada, dan
sebagainya

• Keracunan bahan kimiawi yang menimbulkan depresi pusat

Kimiawi pernapasan, misalnya karbon monoksida (CO) dan sianida


(CN) yang bekerja pada tingkat molekuler dan seluler dengan
menghalangi penghantaran oksigen ke jaringan.
Klasifikasi Asfiksia

Mekanik Kimiawi
Penutupan
lubang saluran adanya reaksi antara bahan kimia dan
pernapasan
bagian atas tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan penyerapan oksigen, tranfor,
atau penggunaan oksigen. Penumpukan
Penekanan dan kegagalan untuk mengeliminasi racun
dinding saluran yang ada didalam tubuh juga sering
pernapasan menyebabkan kerusakan.

Saluran
pernapasan
terisi air

Penekanan
dinding dada
dari luar
Stadium Asfiksia

Dyspneu
• Penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah dan penimbunan CO 2 dalam plasma
akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata.
Konvulsi
• Kadar CO2 yang meningkat maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat
sehingga terjadi konvulsi atau biasa disebut kejang yang akan menyebabkan spasme
opistotonik.
Apneu
• Terjadi depresi pusat pernapasan hebat. Pernapasan melemah dan dapat berhenti,
penurunan kesadaran, dan akibat dari adanya relaksasi sfingter sehingga terjadi
pengeluaran cairan sperma, urine, dan tinja.
Akhir
• Paralisis pusat pernapasan yang lengkap
Pemeriksaan Jenazah
A. Asfiksia

- Pemeriksaan dalam:
Kongesti organ: jantung kanan membesar dan banyak terisi darah, jantung kiri
- Pemeriksaan Luar:
sering contracted dan kosong.
Sianosis: terdapat pemb. Darah kapiler
Darah lebih encer: darah tetap cair pada kematian yang cepat, termasuk asphyxia.
pada ujung jari dan bibir, menandakan
Dapat terjadi karena aktivitas fibrinolysin dan factor-factor pembekuan di
mayat masih baru.
ekstravaskuler yang tidak sempat masuk ke pembuluh darah karena cepatnya proses
Petechiae haemorrhages: pendarahan
kematian.
berbintik-bintik, terlihat pada selaput bola
Edema pulmonum: tidak khas
mata dan kelopak mata serta kulit kepala
Perdarahan berbintik: mungkin ditemukan pada thymus, pericard, larynx, pulmo,
akibat adanya hypoxia.
epiglotis, permukaan serosa organ dalam, galea dari scalp.
Pembuluh darah kecil pada konjungtiva
Hiperemi lambung, hati dan ginjal.
melebar.
Ginjal kadang contracted, timbul “wrinkle capsule” akibat pengerutan. Terjadi pada
asphyxia berat.
B. Stragulasi

Throttling (manual
Strangulation
Hanging by ligature
strangulation -
cekik)
1. Hanging
Pemeriksaan luar:

• Kepala: lidah terjulur atau mata melotot,


akan hilang saat jerat pada leher dilepas.
• Leher: tampak alur jerat setelah
Wajah biru jika aliran vena terhambat dan
dilepas pada kulit leher, alur • Anggota gerak: Ditemukan lebam
arteri tidak terhambat (bahan
dapat pucat, tepi alur merah mayat pada ujung bawah lengan dan
penggantungnya lunak), sebaliknya pada
coklat karena lecet (tergantung tungkai. Perhatikan apakah ada luka
bahan penggantungan yang keras maka
jenis bahan). Kulit yang memar atau luka lecet yang mungkin
wajah berwarna pucat dan aliran arteri &
berbatasan dengan alur dapat diakibatkan bersentuhan dengan
vena terhambat. Bendungan pada kepala;
mengalami sedikit benda-benda disekitar korban.
pecahnya venule mata, serta asphyxia
pembendungan PD -> echymose
meningkatkan pemb. Darah sehingga
(tanda intravital).
terjadi tardiue spot/petechiae.

• Kelamin dan dubur: kadang ditemukan air seni, cairan mani, feces atau darah dari vagina.
1. Hanging
Pemeriksaan dalam:

• Dada dan perut: Akibat


• Leher: Cari perdarahan bendungan pembuluh darah dan
• Rongga kepala: Tanda-tanda pada otot dan jaringan asphyxia dapat terjadi
bendungan pada pembuluh darah didaerah alur jerat. Cari perdarahan kecil-kecil, misalnya
otak, Pada hukuman gantung patah tulang lidah dan atau pleura dan peritoneum. Organ-
(Yudicial Hanging) dapat dijumpai tulang rawan gondok. organ tubuh mengalami
kerusakan sumsum tulang belakang. Mungkin terjadi robekan- pembendungan terutama organ-
robekan kecil pada bagian organ dalam rongga abdomen
intima pembuluh darah bagian bawah.
leher
2. Strangulation by ligature

-Pemeriksaan Luar:
-Pemeriksaan Dalam:
Ditemukan tanda-tanda asphyxia pada
umumnya, bintik-bintik perdarahan
Ditemukan perdarahan pada otot-otot
pada konjunctiva bulbi dan palpebra,
leher, patah tulang rawan larynx,
muka dapat cyanotic dan lidah dapat
robekan-robekan kecil pada pembuluh
terjulur. Pada leher ditemukan alur
darah leher dan otot leher.
jerat.
3. Throttling (manual strangulation - cekik)
Pemeriksaan luar:

• Kelainan akibat asphyxia berupa:


- Cyanosis • Kelainan akibat kekerasan dileher:
- Bendungan darah di kepala, leher dan
jari-jari Tidak jelas bila yang dipakai menekan leher adalah
- Perdarahan kecil pada galea scalp, telapak tangan atau lengan saja. Bila yang dipakai
konjungtiva, wajah, kelopak mata, bahu tangan, maka dapat ditemukan bekas kuku jari tangan.
dan dada. Bekas kuku ini berupa luka lecet berbentuk semilunar
- Bendungan darah di otak, paru-paru, berukuran 1/4 - 1/2 inchi dan lebar < 1/16 inchi. Bila
organ-organ yang dipakai hanya satu tangan, maka bekas kuku ibu
- Darah didalam jantung lebih encer jari di satu sisi dan bekas kuku jari yang lain disisi
- Petechie di pleura dan pericard. sebelahnya.
3. Throttling (manual strangulation - cekik)

Pemeriksaan dalam:

Perdarahan pada jaringan otot leher, kelenjar thyroid, kelenjar ludah,


perdarahan kecil-kecil pada mukosa larynx, tulang lidah, juga dapat
ditemukan memar dan robekan-robekan pada membrana thyrohyoid. Patah
pada tulang rawan larynx dan tulang lidah.
1. Smothering (pembekapan)

Pemeriksaan otopsi:

• Mencari bahan-bahan yang diduga menjadi penyebab dalam rongga mulut atau dalam lubang hidung,
misalnya sepotong kain atau handuk yang dimasukkan kedalam kerongkongan mulut, serbuk halus, pasir,
bulu dan sebagainya. Juga kelainan dalam bentuk luka lecet dan atau luka memar terdapat dimulut, hidung
dan daerah sekitarnya. Sering didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam
yang berhadapan dengan gigi.pada anak-anak kelainan biasanya minimal.

• Tanda-tanda asphyxia disertai adanya luka lecet tekan dan memar didaerah mulut, hidung dan sekitarnya
merupakan petunjuk pasti bahwa pada korban telah terjadi pembekapan yang mematikan.
1. Smothering (pembekapan)

Pemeriksaan otopsi:

• Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain menekan kepala korban dari
belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan, maka dapat ditemukan lecet
atau memar pada otot leher bagian belakang. Untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan
sayatan untuk melihat otot-otot leher. Bila alat yang dipakai adalah tangan atau bantal, terdapat sedikit
bekas-bekas scarffing disekitar mulut dan hidung.

• Pada pembekapan dengan mempergunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar dan
korban memakai lipstik, maka pada sarung bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir dan dapat tembus
sampai bagian bantalnya sendiri. Bila smothering terjadinya cepat, maka akan terjadi tanda-tanda asphyxia
berupa darah gelap dan encer, wajah cyanotik, echymosis kecil-kecil pada galea scalp, perdarahan
konjungtiva. Bila smothering berlangsung lebih lama, akan terjadi hyperaeration dan edema pada paru.
2. Choking (tersedak)

-Cara kematian: - Pemeriksaan otopsi:


• Kecelakaan (tersering): contohnya, yang • Cyanosis
sering terjadi pada anak kecil yang gemar • Hyperaeration dan odema paru
memasukkan benda asing ke dalam lubang • Beberapa bagian paru mengalami atelectasis
hidung, orang tua yang makan terlalu cepat. • Bila korban sempat hidup lama, dapat
• Pembunuhan: korban tidak dapat melawan. dijumpai bronkopneumoni atau abses paru
• Bunuh diri (jarang): pada ODGJ yang sebagai komplikasi. 
memasukkan potongan-potongan kain pada • Kelompok-kelompok alveoli yang mengalami
kertas yang dibuat gumpalan dan didorong over distension.
masuk kedalam rongga mulut.
3. Gagging

3. Gagging
Pada perampokan ada kalanya korban setelah diikat, agar tidak dapat berteriak mulut
disumbat dengan kain yang kemudian diikat dari mulut kebelakang kepala (gagging). Dalam
hal ini palatum molle tertekan pada pharings.
D. External Pressure On The Chest (Traumatic Asphyxia)

- Cara kematian:
- Pemeriksaan otopsi:
• Kecelakaan (tersering): Tertimbun pasir/batu
• Tanda-tanda asphyxia
bara, reruntuhan Gedung, Terjepit antara 2
• Roman muka dan leher cyanosis
kendaraan, atau pada dinding dengan
• Petechiae pada roman muka, leher, bahu,
kendaraan yang mundur.
sclera, conjunctiva dan galea aponeurotica
• Pembunuhan: Hanya dapat dilakukan bila
(warna merah tua atau merah ungu).
lawannya lemah atau dalam keadaan mabuk
• Adanya tanda-tanda kekerasan pada dada.
(Burking).
E. Drowning (tenggelam)
Pemeriksaan luar:

• Tidak ada yang patognomonis untuk drowning, fungsinya hanya menguatkan.


• Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnose drowning antara lain: kulit basah, dingin dan pucat.
• Lebam mayat biasanya cyanotic, kecuali bila air sangat dingin maka lebam mayat akan berwarna pink.
• Kadang-kadang terdapat cutis anserina (Goose flesh) pada lengan, paha dan bahu. Ini disebabkan suhu air dingin menyebabkan
kontraksi m. errector pillorum.
• Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental & berbuih).
• Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tergenggam.
• Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan kaki mengeriput (Washer women's hands) dan pucat (bleached).
• Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang meloncat dari tempat tinggi yang dapat
merobek paru, hati, otak atau iga.
F. Inhalation of Suffocating Gases
Pemeriksaan otopsi kasus keracunan CO ditemukan:

• Kulit muka dan anggota gerak mengandung gelembung udara berisi cairan (bullae) yang sering
disalah artikan sebagai luka bakar.
• Pada darah ditemukan warna merah terang (bright cherry red), demikian juga dengan warna
permukaan otak dan permukaan usus. (warna merah terang juga ditemukan pada keracunan asam
cyanida, nitrit dan pada mayat yang disimpan dalam kamar pendingin). Hanya analisis yang dapat
membuktikan bahwa warna merah terang disebabkan COHb (Karboksihemoglobin).
PENUTUP
KESIMPULAN

• Medikolegal tertuju pada suatu standar pelayanan medis dan standar pelayanan operasional dalam
suatu bidang ilmu kedokteran beserta hukum-hukum yang berlaku pada umumnya, dan hukum-
hukum yang bersifat khusus seperti kedokteran dan kesehatan

• Dalam prosedur medikolegal ada tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang
berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
THANK YOU
DAFTAR PUSTAKA
• Hariadi A, Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Ed.8. FK Unair: 2012. 30 p.
• Petrus Asan, Aspek Medikolegal Korban Luka Akibat Trauma Tumpul : Laporan Kasus. Anatomica
Medical Journal. 2021 Januari; Vol. 1. 1-2 p.
• Esq BT, Nkanta MBBS. Medico – Legal Issues in Clinical Practice: An Overview. Dala Journal Of
Ortopaedic (DJO). 2017 Juni;1(1). 1-3 p.
• KORLANTAS POLRI. Statistik Lakalantas tahun 2020-2022. Statistik Laka - Korlantas Polri
• Afroza Akter, Uddin Jasim, Nasir Hossain, et.al. Evaluation of Pattern and Distribution of Injuries among
Road Traffic Accident Cases. EAS Journal of Biotechnology and Genetics. 2021 December; 3(5): 1-2 p.
• Apuranto H. Luka Akibat Benda Tajam. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi ketujuh.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya; 2010. 30-5 p.
• Afandi D. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah
Kedokteran Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit; 2010. p. Volume: 60, Nomor: 4.
• Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta : EGC; 2010.
• Aflanie I, Abdi M, Setiawan R. Roman’s Forensic. The text book of forensic. 25th edition. Departement
of forensic medicine University of Lambung Mangkurat, Jakarta ; 2010.
• Satyo AC. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara; 2010. 430 p.
DAFTAR PUSTAKA
• Dolinak D. Sharp Force Injuries. In: Dolinak D, Matshes E, editors. Forensic Pathology: Elsevier; 2005.
143-62 p.
• Dahlan, Sofwan. Traumatologi. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.Semarang ; 2004. 67-91 p.
• Hoediyanto. Trauma Listrik. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi ketujuh.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga:
Surabaya. 59-68 p.
• Republik Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas. Visi Media Jakarta 2009.
• Republik Indonesia. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Fokus Media;
2009.
• Republik Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Buku Kesatu- Aturan Umum. Visi Media;
2009.
• Shakrum MD, Michael J, Ramsay, MB ChB David A, Forensic Pathology of Trauma. New Jersey,
Humana Press; 2007.
• Maramis M. Tinjauan yuridis terhadap otopsi medikolegal dalam pemeriksaan mengenai sebab-sebab
kematian. Jurnal Hukum Unsrat. 2016 Jan. 21 (5). 87-8 p.
• Afandi D. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010 Apr. 60 (4). 190 p.
• Wijoyo S, Suharto G. Laporan Kasus: Aspek Medikolegal pada Kasus Penganiayaan Korban Hidup.
Majalah Kedokteran UKI. 2016 Okt. 32(4). 180 p.
DAFTAR PUSTAKA
• Petrus A. Aspek Medikolegal Korban Luka Akibat Trauma Tumpul. Anatomica Medical Journal. 2021 Jan.
4(1). 34-7 p.
• Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas, 2019-2020.
Jakarta: Kepolisian Republik Indonesia; 2021.
• Badan Pusat Statistik. Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi
2017-2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indoensia; 2019.
• Samsudin I. Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari Ditinjau Dari
Prasarana dan Geometrik Jalan. J Penelitian Transportasi Darat. 2019;21(1): 59-66 p.
• Lestari US, Anajasari RI. Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Dan Penanganan Daerah Rawan Kecelakaan
Jalan Ahmad Yani (Ruas Km 17-Km 36) Kota Banjarbaru. J Teknologi Berkelanjutan. 2020;9(2):111 p.
• Syahriza M. Kecelakaan Lalulintas : Perlukah Mendapatkan Perhatian Khusus?. Averrous: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh. 2019;9(2):89-101 p.
• The Organization for Cooperation and Development (OEDC). Injuries in Road Traffic Accidents: Definition,
Sources and Methods. 2014.
• Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2013: Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Jakarta: Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia; 2013.
• Hamid A, Kusumawati N, Lestari RR. Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Pada
Remaja Pengendara Sepeda Motor Di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Povinsi Riau, Indonesia. J
Ilmiah Ilmu Kesehatan. 2021;1(1):5-7 p.
• Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Jakarta; 2009.
DAFTAR PUSTAKA
• Sangki AV. Tanggung Jawab Pidana Pengemudi Kendaraan Yang Mengakibatkan Kematian Dalam
Kecelakaan Lalu Lintas. Lex Crimen. Manado; 2012.
• Henky, Yulianty K, Alit IBP, Rustyadi D. Buku Panduan Belajar Koas: Ilmu Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal. Denpasar: Udayana University Press; 2017.
• Kepel FR, Mallo JF, Tomuka D. Pola Luka pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Tahun 2017. J Biomedik.
Manado.2019;11(1):26-7 p.
• Damitrias Pt, Bhima Skl, Dhanardono T. Hubungan Kadar Lemak Tubuh Dengan Perubahan Warna Memar
Yang Dilihat Dengan Menggunakan Teknik Fotografi Forensik. J Kedokteran Diponegoro. 2017;6(2).
• James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. Makepeace C, Silman J,
editors. London: Hodder, Arnold; 2011. 151 p.
• Rey NEK, Mallo JF, Kristanto EG. Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode 2013 - 2017. e- Clin. 2017;5(2).
• Asmadi E. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Nainggolan I, editor. Medan: CV. Pustaka Prima; 2019. 134 p.
• Catanese C. Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology. 2nd ed. New York: Taylor and Francis Group;
2016. 477 p.
• Apuranto, H., Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Edisi 8, Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. 2012.

Anda mungkin juga menyukai