Referat Masalah Medikolegal
Referat Masalah Medikolegal
MASALAH MEDIKOLEGAL
KELOMPOK 1 UNPATTI
Pembimbing :
dr. H. Edi Suyanto, Sp.F.M.., SH., MH.Kes
PENDAHULUAN
● Medikolegal adalah ilmu terapan yang melibatkan dua aspek
ilmu yaitu medico yang berarti ilmu kedokteran dan legal yang
artinya ilmu hukum.
● Kekerasan terhadap korban pembunuhan maupun penganiayaan korban hidup dapat terjadi dalam berbagai
bentuk kekerasan/trauma, dapat berupa kekerasan tumpul, kekerasan tajam maupun bentuk-bentuk trauma yang
lain, baik secara bersama-sama maupun berdiri sendiri.
● Aspek medikolegal dari suatu trauma dapat akibat kecelakaan, penganiayaan atau perbuatan sendiri.
LANJUTAN...
• Masalah medikolegal perlu diperhatikan dengan baik karena ini merupakan bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan teknologi kedokteran
atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan hukum dan untuk melaksanakan
peraturan yang berlaku.
• Masalah medikolegal yang dibahas dalam referat ini adalah masalah yang sering terjadi yaitu
perlukaan, kecelakaan lalu lintas dan asifksia.
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA
Definisi
Kerusakan pada vena, venula dan small arteries rembesan ke jaringan sekitar
Luka Lecet
Gambar : Luka robek dengan tepi tidak rata dan sudut tumpul dengan
dasar terlihat otot
Luka Iris
• Dimensi panjang>>dalam
• Jarang mematikan, kecuali di pembuluh besarnya
Gambar : Luka Iris dengan tepi rata sudut tajam dan dasar terlihat pelapis otot (fasia)
Luka Tusuk
• Dalam>>panjang
• Bentuk sesuai benda penyebab tetapi ukuran luka bisa lebih besar dari
dimensi senjata jika senjata digerakkan
Gambar : Luka Tusuk dengan tepi rata dan sudut tajam dengan dasar terlihat otot
dimana kedalaman melebihi panjang luka dengan panjang 1,7 centimeter 2
Gambar : Luka Tusuk dengan tepi rata dan sudut tajam dengan dasar terlihat otot dimana kedalaman luka
melebihi panjang luka dengan panjang 2,2 cm
Luka Bacok
Luka • KUHP 90
berat
Luka ringan
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.
• Kecepatan tinggi
• Kondisi pengendara
Kelalaian Manusia
• Rem kendaraan
• Menggunakan Handphone
• Ban kendaraan
Kondisi Kendaraan • Tidak terampil
• Lampu kendaraan
• Aspek hukum yang terkait dengan kasus kecelakan lalu lintas umumnya berupa pertanggung
jawaban pidana pengemudi kendaraan yang menyebabkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas.
• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana) telah di atur dalam Bab XXI dari buku II
yang dimulai dari Pasal 359 sampai dengan pasal 361
• Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 pasal 310 ayat (1) sampai
(4); pasal 229 ayat (2) dan (3); pasal 311; dan pasal 231.
Pemeriksaan Forensik Kecelakaan Lalu Lintas
Umumnya pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai kaki, dengan melihat secara keseluruhan. Kasus
kecelakaan lalu lintas memilik pola kasus kekerasan dengan adanya perlukaan baik disebabkan oleh benda tumpul
maupun tajam. Pemeriksaan meliputi:
● Distribusi pola luka umumnya adalah luka lecet pada pengendara sepeda motor. Luka lecet dihasilkan
dari gesekan antara aspal, baju dan kulit akan menghasilkan luka lecet pada bagian yang berkontak
langsung.
● Temuan lokasi luka terbanyak pada tubuh berada di daerah kepala. Pada kecelakaan sepeda motor,
cedera kepala sering terjadi akibat kelalaian pengendara sendiri yang sering tidak menggunakan pengaman
atau jika menggunakan tapi tidak benar yaitu helm yang tidak standar atau pengikat yang tidak terpasang.
Pemeriksaan Forensik Kecelakaan Lalu Lintas
● Pada kendaraan mobil, jenis luka yang sering detemukan berupa luka memar. Hal ini disebabkan pada
faktor penggunaan sabuk pengaman oleh penumpang mobil, saat rem mendadak akan terjadi tahanan yang
diberikan sabuk pengaman yang dipakai oleh korban. Tekanan ini dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah. Makin besar tekanan yang diberikan, maka lebih banyak pembuluh darah yang akan rusak sehingga
kebocoran dari darah juga semakin besar dan menyebabkan makin besarnya memar yang terjadi
ASFIKSIA
DEFENISI
● suatu keadaan dimana terjadinya gangguan pertukaran udara sehinggga berkurangnya kadar
oksigen serta berlebihnya kadar karbondioksida dalam darah.
Alamiah
• penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis
difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.
Mekanik Kimiawi
Penutupan
lubang saluran adanya reaksi antara bahan kimia dan
pernapasan
bagian atas tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan penyerapan oksigen, tranfor,
atau penggunaan oksigen. Penumpukan
Penekanan dan kegagalan untuk mengeliminasi racun
dinding saluran yang ada didalam tubuh juga sering
pernapasan menyebabkan kerusakan.
Saluran
pernapasan
terisi air
Penekanan
dinding dada
dari luar
Stadium Asfiksia
Dyspneu
• Penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah dan penimbunan CO 2 dalam plasma
akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata.
Konvulsi
• Kadar CO2 yang meningkat maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat
sehingga terjadi konvulsi atau biasa disebut kejang yang akan menyebabkan spasme
opistotonik.
Apneu
• Terjadi depresi pusat pernapasan hebat. Pernapasan melemah dan dapat berhenti,
penurunan kesadaran, dan akibat dari adanya relaksasi sfingter sehingga terjadi
pengeluaran cairan sperma, urine, dan tinja.
Akhir
• Paralisis pusat pernapasan yang lengkap
Pemeriksaan Jenazah
A. Asfiksia
- Pemeriksaan dalam:
Kongesti organ: jantung kanan membesar dan banyak terisi darah, jantung kiri
- Pemeriksaan Luar:
sering contracted dan kosong.
Sianosis: terdapat pemb. Darah kapiler
Darah lebih encer: darah tetap cair pada kematian yang cepat, termasuk asphyxia.
pada ujung jari dan bibir, menandakan
Dapat terjadi karena aktivitas fibrinolysin dan factor-factor pembekuan di
mayat masih baru.
ekstravaskuler yang tidak sempat masuk ke pembuluh darah karena cepatnya proses
Petechiae haemorrhages: pendarahan
kematian.
berbintik-bintik, terlihat pada selaput bola
Edema pulmonum: tidak khas
mata dan kelopak mata serta kulit kepala
Perdarahan berbintik: mungkin ditemukan pada thymus, pericard, larynx, pulmo,
akibat adanya hypoxia.
epiglotis, permukaan serosa organ dalam, galea dari scalp.
Pembuluh darah kecil pada konjungtiva
Hiperemi lambung, hati dan ginjal.
melebar.
Ginjal kadang contracted, timbul “wrinkle capsule” akibat pengerutan. Terjadi pada
asphyxia berat.
B. Stragulasi
Throttling (manual
Strangulation
Hanging by ligature
strangulation -
cekik)
1. Hanging
Pemeriksaan luar:
• Kelamin dan dubur: kadang ditemukan air seni, cairan mani, feces atau darah dari vagina.
1. Hanging
Pemeriksaan dalam:
-Pemeriksaan Luar:
-Pemeriksaan Dalam:
Ditemukan tanda-tanda asphyxia pada
umumnya, bintik-bintik perdarahan
Ditemukan perdarahan pada otot-otot
pada konjunctiva bulbi dan palpebra,
leher, patah tulang rawan larynx,
muka dapat cyanotic dan lidah dapat
robekan-robekan kecil pada pembuluh
terjulur. Pada leher ditemukan alur
darah leher dan otot leher.
jerat.
3. Throttling (manual strangulation - cekik)
Pemeriksaan luar:
Pemeriksaan dalam:
Pemeriksaan otopsi:
• Mencari bahan-bahan yang diduga menjadi penyebab dalam rongga mulut atau dalam lubang hidung,
misalnya sepotong kain atau handuk yang dimasukkan kedalam kerongkongan mulut, serbuk halus, pasir,
bulu dan sebagainya. Juga kelainan dalam bentuk luka lecet dan atau luka memar terdapat dimulut, hidung
dan daerah sekitarnya. Sering didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam
yang berhadapan dengan gigi.pada anak-anak kelainan biasanya minimal.
• Tanda-tanda asphyxia disertai adanya luka lecet tekan dan memar didaerah mulut, hidung dan sekitarnya
merupakan petunjuk pasti bahwa pada korban telah terjadi pembekapan yang mematikan.
1. Smothering (pembekapan)
Pemeriksaan otopsi:
• Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain menekan kepala korban dari
belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan, maka dapat ditemukan lecet
atau memar pada otot leher bagian belakang. Untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan
sayatan untuk melihat otot-otot leher. Bila alat yang dipakai adalah tangan atau bantal, terdapat sedikit
bekas-bekas scarffing disekitar mulut dan hidung.
• Pada pembekapan dengan mempergunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar dan
korban memakai lipstik, maka pada sarung bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir dan dapat tembus
sampai bagian bantalnya sendiri. Bila smothering terjadinya cepat, maka akan terjadi tanda-tanda asphyxia
berupa darah gelap dan encer, wajah cyanotik, echymosis kecil-kecil pada galea scalp, perdarahan
konjungtiva. Bila smothering berlangsung lebih lama, akan terjadi hyperaeration dan edema pada paru.
2. Choking (tersedak)
3. Gagging
Pada perampokan ada kalanya korban setelah diikat, agar tidak dapat berteriak mulut
disumbat dengan kain yang kemudian diikat dari mulut kebelakang kepala (gagging). Dalam
hal ini palatum molle tertekan pada pharings.
D. External Pressure On The Chest (Traumatic Asphyxia)
- Cara kematian:
- Pemeriksaan otopsi:
• Kecelakaan (tersering): Tertimbun pasir/batu
• Tanda-tanda asphyxia
bara, reruntuhan Gedung, Terjepit antara 2
• Roman muka dan leher cyanosis
kendaraan, atau pada dinding dengan
• Petechiae pada roman muka, leher, bahu,
kendaraan yang mundur.
sclera, conjunctiva dan galea aponeurotica
• Pembunuhan: Hanya dapat dilakukan bila
(warna merah tua atau merah ungu).
lawannya lemah atau dalam keadaan mabuk
• Adanya tanda-tanda kekerasan pada dada.
(Burking).
E. Drowning (tenggelam)
Pemeriksaan luar:
• Kulit muka dan anggota gerak mengandung gelembung udara berisi cairan (bullae) yang sering
disalah artikan sebagai luka bakar.
• Pada darah ditemukan warna merah terang (bright cherry red), demikian juga dengan warna
permukaan otak dan permukaan usus. (warna merah terang juga ditemukan pada keracunan asam
cyanida, nitrit dan pada mayat yang disimpan dalam kamar pendingin). Hanya analisis yang dapat
membuktikan bahwa warna merah terang disebabkan COHb (Karboksihemoglobin).
PENUTUP
KESIMPULAN
• Medikolegal tertuju pada suatu standar pelayanan medis dan standar pelayanan operasional dalam
suatu bidang ilmu kedokteran beserta hukum-hukum yang berlaku pada umumnya, dan hukum-
hukum yang bersifat khusus seperti kedokteran dan kesehatan
• Dalam prosedur medikolegal ada tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang
berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
THANK YOU
DAFTAR PUSTAKA
• Hariadi A, Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Ed.8. FK Unair: 2012. 30 p.
• Petrus Asan, Aspek Medikolegal Korban Luka Akibat Trauma Tumpul : Laporan Kasus. Anatomica
Medical Journal. 2021 Januari; Vol. 1. 1-2 p.
• Esq BT, Nkanta MBBS. Medico – Legal Issues in Clinical Practice: An Overview. Dala Journal Of
Ortopaedic (DJO). 2017 Juni;1(1). 1-3 p.
• KORLANTAS POLRI. Statistik Lakalantas tahun 2020-2022. Statistik Laka - Korlantas Polri
• Afroza Akter, Uddin Jasim, Nasir Hossain, et.al. Evaluation of Pattern and Distribution of Injuries among
Road Traffic Accident Cases. EAS Journal of Biotechnology and Genetics. 2021 December; 3(5): 1-2 p.
• Apuranto H. Luka Akibat Benda Tajam. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi ketujuh.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya; 2010. 30-5 p.
• Afandi D. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah
Kedokteran Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit; 2010. p. Volume: 60, Nomor: 4.
• Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta : EGC; 2010.
• Aflanie I, Abdi M, Setiawan R. Roman’s Forensic. The text book of forensic. 25th edition. Departement
of forensic medicine University of Lambung Mangkurat, Jakarta ; 2010.
• Satyo AC. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara; 2010. 430 p.
DAFTAR PUSTAKA
• Dolinak D. Sharp Force Injuries. In: Dolinak D, Matshes E, editors. Forensic Pathology: Elsevier; 2005.
143-62 p.
• Dahlan, Sofwan. Traumatologi. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.Semarang ; 2004. 67-91 p.
• Hoediyanto. Trauma Listrik. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi ketujuh.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga:
Surabaya. 59-68 p.
• Republik Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas. Visi Media Jakarta 2009.
• Republik Indonesia. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Fokus Media;
2009.
• Republik Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Buku Kesatu- Aturan Umum. Visi Media;
2009.
• Shakrum MD, Michael J, Ramsay, MB ChB David A, Forensic Pathology of Trauma. New Jersey,
Humana Press; 2007.
• Maramis M. Tinjauan yuridis terhadap otopsi medikolegal dalam pemeriksaan mengenai sebab-sebab
kematian. Jurnal Hukum Unsrat. 2016 Jan. 21 (5). 87-8 p.
• Afandi D. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010 Apr. 60 (4). 190 p.
• Wijoyo S, Suharto G. Laporan Kasus: Aspek Medikolegal pada Kasus Penganiayaan Korban Hidup.
Majalah Kedokteran UKI. 2016 Okt. 32(4). 180 p.
DAFTAR PUSTAKA
• Petrus A. Aspek Medikolegal Korban Luka Akibat Trauma Tumpul. Anatomica Medical Journal. 2021 Jan.
4(1). 34-7 p.
• Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas, 2019-2020.
Jakarta: Kepolisian Republik Indonesia; 2021.
• Badan Pusat Statistik. Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi
2017-2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indoensia; 2019.
• Samsudin I. Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari Ditinjau Dari
Prasarana dan Geometrik Jalan. J Penelitian Transportasi Darat. 2019;21(1): 59-66 p.
• Lestari US, Anajasari RI. Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Dan Penanganan Daerah Rawan Kecelakaan
Jalan Ahmad Yani (Ruas Km 17-Km 36) Kota Banjarbaru. J Teknologi Berkelanjutan. 2020;9(2):111 p.
• Syahriza M. Kecelakaan Lalulintas : Perlukah Mendapatkan Perhatian Khusus?. Averrous: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh. 2019;9(2):89-101 p.
• The Organization for Cooperation and Development (OEDC). Injuries in Road Traffic Accidents: Definition,
Sources and Methods. 2014.
• Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2013: Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Jakarta: Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia; 2013.
• Hamid A, Kusumawati N, Lestari RR. Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Pada
Remaja Pengendara Sepeda Motor Di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Povinsi Riau, Indonesia. J
Ilmiah Ilmu Kesehatan. 2021;1(1):5-7 p.
• Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Jakarta; 2009.
DAFTAR PUSTAKA
• Sangki AV. Tanggung Jawab Pidana Pengemudi Kendaraan Yang Mengakibatkan Kematian Dalam
Kecelakaan Lalu Lintas. Lex Crimen. Manado; 2012.
• Henky, Yulianty K, Alit IBP, Rustyadi D. Buku Panduan Belajar Koas: Ilmu Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal. Denpasar: Udayana University Press; 2017.
• Kepel FR, Mallo JF, Tomuka D. Pola Luka pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Tahun 2017. J Biomedik.
Manado.2019;11(1):26-7 p.
• Damitrias Pt, Bhima Skl, Dhanardono T. Hubungan Kadar Lemak Tubuh Dengan Perubahan Warna Memar
Yang Dilihat Dengan Menggunakan Teknik Fotografi Forensik. J Kedokteran Diponegoro. 2017;6(2).
• James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. Makepeace C, Silman J,
editors. London: Hodder, Arnold; 2011. 151 p.
• Rey NEK, Mallo JF, Kristanto EG. Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode 2013 - 2017. e- Clin. 2017;5(2).
• Asmadi E. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Nainggolan I, editor. Medan: CV. Pustaka Prima; 2019. 134 p.
• Catanese C. Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology. 2nd ed. New York: Taylor and Francis Group;
2016. 477 p.
• Apuranto, H., Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Edisi 8, Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. 2012.