• (
PENINGKATAN
PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN
SEHAT
KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU DALAM PENCEGAHAN
STUNTING MELALUI POLA
KONSUMSI, POLA ASUH,
HIGIENIS PRIBADI DAN
LINGKUNGAN
4
KONTEKS DAN
PENYEBAB STUNTING
-Kebijakan Politik, - Pendidikan
Ekonomi - Pendapatan Keluarga
- Ketahanan Kurangnya
Pangan asupan
gizi
- Kurangnya ketersediaan pangan keluarga
- Buruknya perilaku higienitas pribadi & lingkungan STUNTING
- Kurangnya perilaku pengasuhan & konsumsi
-Kurangnya pengetahuan praktis ttg kebersihan, kesehatan
& gizi
Buruknya
- Budaya dan norma yang kurang mendukung status infeksi
- Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan
- Lingkungan yang kurang baik
MASALAH INTERGENERASI
Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan
olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta
gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1
PERILAKU gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan
KONSUMSI 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan
makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi
KURANG penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan,
PROTEI sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
HEWANI
N dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan
MPASI
PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
ASI EKSKLUSIF sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
6 BULAN DAN diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai
MPASI menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu kurang
dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen, dengan
persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di Papua Barat
(21,7%)
Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non
formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa
(0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring
(2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir
yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
dan kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI Lebih dari
- Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap
tahun di seluruh dunia.
- Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal
karena diare. Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan
ulang tahun yang ke-5.
Emosi Risiko
Semakin banyak faktor
Yang positif semakin besar
Dirasakan kemungkinan
Kemampuan terjadinya perilaku
Diri Norma yang diinginkan
TUJUAN INTERVENSI
KOMUNIKASI Perilaku Sadar Warga Desa
Warga Desa Lokus
berperilaku “Sadar Stunting menjadi
norma keluarga
Stunting” Lokus bebas
Intergenerasi
Stunting
KELOMPOK SASARAN PERUBAHAN PERILAKU
MOBILISASI
MASYARAKAT
ADVOCACY .
KOMUNITAS
, KIP
CETAK
(KORAN,
MAJALAH,
POSTER
DLL)
10 KUNCI SUKSES
“ANAKKU SEHAT BANGSAKU KUAT”
1. Calon ibu merencanakan kapan keluarga, mengkonsumsi pangan bergizi seimbang dan aman,
lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 cm.
2. Calon ibu secara rutin minum tablet besi dan asam folat tanpa absen, mempersiapkan
“SUKSES ASI” dengan mengikuti kelas ibu hamil.
3. Pemeriksaan kehamilan dan konseling di fasilitas kesehatan dilakukan sesuai jadwal.
4. Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berkualitas.
5. Ibu memberikan ASI Eksklusif enam bulan penuh, dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
pada saat bayi tepat berusia enam bulan dengan menu makanan bervariasi.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, Ukur, Timbang, memberikan imunisasi dan vitamin
sesuai jadwal.
7. Ibu rajin bercerita dan bercanda dengan bayi sejak baru lahir sampai remaja.
8. Mengkonsumsi air minum yang sehat, aman, dan bebas dari cemaran.
9. Menggunakan jamban dan tangki septik yang aman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
dengan pengurasan tangki septik terjadwal.
10. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air yang mengalir di lima waktu penting (sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sesudah BAB, sesudah
memegang binatang).