ISLAM
PENGERTIAN HUKUM PERKAWINAN DALAM HUKUM ISLAM:
Haram
Hukum Perkawinan
dalam konsep Makruh
hukum Islam
merupakan ibadah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih
Munakahat:
Wajib: jika seorang pria atau wanita sudah ada keinginan menikah maka wajib
baginya untuk menyegerakan menikah, bagi ortunya yg telah mengetahuinya
tidak boleh menghalang-halangi
Sunnah: setiap pria atau wanita Islam boleh memilih mau menikah atau tidak
menikah asalkan ia dapat menahan diri dari godaan dan sanggup menjaga
kehormatannya
Haram: bagi orang-orang yang belum siap menikah baik fisik maupun batin
namun tetap dipaksakan menikah dan menimbulkan keburukan bagi si istri.
Makruh: bagi orang-orang yang belum siap menikah baik fisik maupun batin
namun tetap dipaksakan menikah tetapi tidak menimbulkan keburukan bagi si
istri.
Yang harus diperhatikan dalam
hukum perkawinan Islam:
LARANGA
RUKUN SYARAT
N
WALI NIKAH
SAKSI NIKAH
1. Laki-laki
2. Dewasa
3. Muslim
4. Mempunyai hak perwalian
5. Tidak terhalang perwalian
Wali nikah terdiri dari:
1. Wali Nasab bertindak sebagai wali nikah
karena hubungan nasab dengan calon istri.
2. Wali Hakim baru dapat bertindak apabila
wali nasab tidak ada, tidak memenuhi syarat
sebagai wali nasab atau tidak mungkin hadir
atau tidak diketahui keberadaannya
Wali Nasab:
Ada 15 urutan wali nasab :
1. Ayah kandung
2. Kakek (dari garis ayah)
3. Saudara laki-laki kandung
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
7. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
8. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah
9. Saudara laki-laki ayah kandung
10.Saudara laki-laki ayah seayah
11.Anak laki-laki paman sekandung
12.Anak laki-laki paman seayah
13.Saudara laki-laki kakek seayah
14.Anak laki-laki saudara laki-laki kakek sekandung
15.Anak laki-laki saudara laki-laki kakek seayah.
Perpindahan wali nasab yang dekat
hub.kekerabatannya ke yang jauh apabila:
1. Wali yang mempunyai urutan dekat tidak ada
sama sekali
2. Wali yang mempunyai urutan dekat tetapi
belum baligh
3. Wali yang mempunyai urutan dekat ada tetapi
pikun karena tua
4. Wali yang mempunyai urutan dekat tetapi
menderita penyakit gila
5. Wali yang mempunyai urutan dekat ada tetapi
tidak beragama Islam sedangkan calon
mempelai wanita beragama islam.
Perpindahan WALI NASAB ke WALI HAKIM,
apabila:
1. Wali yang mempunyai urutan dekat dan jauh tidak
ada sama sekali
2. Wali yang mempunyai urutan dekat dan jauh ada, tapi
menjadi calon mempelai pria, sementara wali nikah
yang sederajat tidak ada
3. Wali nikah yang mempunyai urutan dekat dan jauh
ada tapi sedang melakukan ibadah haji
4. Wali nikah yang menpunyai urutan dekat dan jauh ada
tetapi menderita penyakit yang tidak memungkinkan
dirinya mjd wali nikah
5. Wali nikah yang mempunyai urutan dekat dan jauh
ada tapi sementara berada di penjara
6. Wali nikah yang mempunyai urutan dekat dan jauh
ada tetapi menolak menikahkan ( wali adlal)
3. Saksi Nikah dalam Hukum
Perkawinan Islam:
1. Minimal 2 orang laki-laki
2. Menghadiri ijab qabul
3. Dapat mengerti maksud akad
4. Beragama islam
5. Dewasa
4. Ijab Kabul:
Ijab kabul adalah pernyataan serah terima
antara wali dari calon mempelai wanita
dengan calon mempelai pria, syarat-
syaratnya:
1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali (ijab)
2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon
mempelai pria (qabul)
3. Memakai kata-kata nikah atau semacamnya
4. Antara ijab dan qabul bersambungan
5. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6. Majelis ijab qabul harus dihadiri minimal 4 orang.
KEBERADAAN MAHAR/ MASKAWIN
◦ Pencegahan perkawinan bertujuan untuk menghindari perkawinan yang dilarang hukum Islam dan
peraturan perundang-undangan
◦ Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami atau istri yang akan melangsungkan
perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang-undangan TIDAK DIBENARKAN UNTUK
MENIKAH.
2. Syarat Materiil: syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun perkawinan, yg meliputi calon
mempelai laki-laki dan wanita, saksi, wali dan pelaksanaan akad nikahnya, juga harus diperhatikan
◦ Yang dapat melakukan pencegahan perkawinan adalah: Keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas
atau ke bawah, saudara, wali nikah, wali pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-
pihak yg berkepentingan
2. PEMBATALAN PERKAWINAN ADALAH: Pembatalan
hubungan suami istri sesudah dilangsungkan akad
nikah. Dikarenakan adanya syarat-syarat yang tidak
terpenuhi
3. Harta bawaan yang diperoleh dengan cara warisan atau wasiat atau
hibah adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para
pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan
5. Harta yang berupa nafkah dari suami kepada istri menjadi milik istri
Dalam hukum Islam tidak dikenal dengan
percampuran harta bersama antara suami dan istri
karena perkawinan.
Pasal 93 KHI:
(1). Pertanggungjawaban thd utang suami atau istri dibebankan
pada hartanya amsing-masing
(2). Pertanggungjawaban thd utang yang dilakukan untuk
kepentingan keluarga dibebankan pada harta bersama
(3). Bila harta bersama tidak mencukupi, dibebankan kepada harta
suami
(4). Bila harta suami tidak ada atau tidak mencukupi dibebankan
kepada harta istri.
PERJANJIAN DALAM PERKAWINAN
Pasal 45 KHI
cerai gugat: perceraian yang diajukan oleh istri yang menggugat suaminya untuk bercerai
melalui pengadilan,yang kemudian pengadilan mengabulkan gugatan yang dimaksud
sehingga putusnya hubungan perkawinan antara penggugat (istri) dengan tergugat (suami)
Khuluk: perceraian yang dilakukan oleh suami atas inisiatif istri agar ia
diceraikan baik-baik dan akan diberikan ganti rugi atau tebusan ( iwadl)