Anda di halaman 1dari 76

FIRST AID

Pengenalan Umum P3K


Pengertian

Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit ataupun cedera
(kecelakaan) yang memerlukan penanganan medis dasar.

Medis Dasar
Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dimiliki oleh orang
awam atau orang awam yang terlatih secara khusus.
Dasar Hukum

Dasar hukum mengenai pertolongan pertama belum diatur secara khusus, namun
umumnya merujuk pasal 531 KUHP yang menyebutkan bahwa :
“ Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau
orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam
dengan : KUHP 45, 165, 187, 304s, 478, 535, 566 “
Tujuan

1. Menyelamatkan jiwa penderita.


2. Mencegah kecacatan.
3. Memberikan rasa nyaman dan
menunjang proses penyembuhan.
Kewajiban Penolong

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang lain


disekitarnya.
2. Dapat menjangkau penderita baik dalam kendaraan, kerumunan massa
maupun bangunan.
3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
4. Meminta bantuan ataupun rujukan apabila diperlukan.
5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan
korban.
6. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan.
Peralatan

1. Penutup luka : 4. Bidai dan peralatan


o Kasa steril. stabilitas tubuh lainnya. Alat Pelindung Diri :
o Bantalan Kasa. 5. Gunting pembalut.
2. Pembalut luka : 6. Pinset.
1. Sarung tangan lateks.
o Pembalut gulung 7. Senter. 2. Kacamata pelindung.
(pita). 8. Kapas. 3. Baju pelindung.
o Pembalut segitiga 9. Selimut. 4. Masker.
(mitella). 10. Oksigen. 5. Helm (untuk melindungi
o Pembalut tubuller 11. Tensimeter. apabila menolong di tempat
(tabung). 12. Stetoskop. yang rawan akan jatuhnya
o Pembalut rekat 13. Tandu. benda dari atas seperti
(plester). 14. Alat Tulis.
3. Cairan antiseptik : runtuhan bangunan,dsj).
o Alkohol 70%.
o Betadine.
o Cairan pencuci mata
(boorwater).
Pemeriksaan

A. Penilaian Keadaan
1. Bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kejadian kecelakaan.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung ataupun mendukung
pelaksanaan pertolongan pertama.
3. Menilai mengenai bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap penderita,
penolong maupun orang lain di sekitar tempat kejadian.
4. Pada tahap ini penolong juga perlu melakukan langkah-langkah pengamanan lokasi,
penderita, diri sendiri maupun orang lain di tempat kejadian. Selain hal tersebut penolong
juga menilai bantuan apa saja yang diperlukan jika dianggap perlu dan memungkinkan.
Pemeriksaan (Lanjutan)

B. Penilaian Dini 90 kali/menit, pada anak : 80 - 150 kali/menit,


bayi : 120 - 150 kali/menit).
1. Kesan Umum :
o Kasus Trauma.
o Kasus Medis.
2. Respon :
o Awas.
o Suara.
o Nyeri.
o Tidak Respon.
3. Jalan Nafas (dewasa : 12 - 20 kali per menit,
pada anak-anak : 15 - 30 kali/menit dan pada
bayi : 25 - 50 kali/menit).
4. Sirkulasi dan Perdarahan Berat (dewasa : 60
-
Pemeriksaan (Lanjutan)

C. Pemeriksaan Fisik D. Riwayat Penderita


1. Perubahan Bentuk. 1. Keluhan utama.
2. Luka Terbuka. 2. Obat-obatan yang diminum.
3. Nyeri Tekan. 3. Makanan/Minuman terakhir sebelum
4. Bengkak. kejadian.
5. Lainnya : 4. Penyakit yang sedang/pernah
o Suhu Tubuh : 37 derajat Celcius. diderita.
o Tekanan Darah (normal dewasa : 5. Riwayat alergi.
60/100 mmHg - 90/140 mmHg). 6. Kejadian yang dialami sebelum
terjadinya gejala/kecelakaan.
Pemeriksaan (Selesai)

Pemeriksaan Nadi Radial Pemeriksaan Nadi Karotis Penilaian Pernafasan


Perdarahan

A. Pengertian
Rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) ataupun penyakit .

B. Derajat Berat Perdarahan


Kehilangan darah sebanyak 1000 cc pada manusia dewasa merupakan hal yang serius, sedangkan pada
anak kehilangan 500 cc darah juga merupakan hal yang serius. Pada bayi, kehilangan 150 cc darah dapat
mengancam nyawa.

C. Penolong
1. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan penyakit melalui kontak dengan darah.
2. Hindari menyentuh mulut, hidung, mata dan makanan sewaktu menolong penderita karena dapat
menjadikan media penularan penyakit melalui kontak darah.
Perdarahan (Lanjutan)
D. Macam Perdarahan
1. Perdarahan Luar : rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang memungkinkan darah keluar dari
tubuh.
a) Perdarahan Arteri : pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut pada nadi dan darah berwarna
merah terang karena darah kaya akan oksigen.
b) Perdarahan Vena : ditandai dengan darah yang keluar dari pembuluh balik (vena) yang berwarna agak gelap.
c) Perdarahan Rambut (Kapiler) : berasal dari pembuluh rambut (kapiler), dimana darah merembes keluar
perlahan.
Darah yang keluar bervariasi antara merah terang ataupun merah gelap. Umumnya membeku sendiri
perlahan.
2. Perdarahan Dalam : penyebab umum perdarahan dalam ialah benturan keras dengan benda tumpul, terjatuh, ledakan
dan sejenisnya. Perdarahan di bawah kulit dan dapat beresiko tinggi.
Tanda-tanda :
o Cedera ataupun memar disertai nyeri dan pembengkakan.
o Muntah darah, batuk darah, berak darah, kencing disertai darah, keluar darah atau cairan dari hidung atau telinga
baik berupa darah segar maupun darah hitam seperti kopi.
Perdarahan (Lanjutan)

Perdarahan Arteri

Perdarahan Vena

Perdarahan Kapiler
Perdarahan (Lanjutan)

E. Penanganan Perdarahan
1. Perdarahan Luar
a) Tekanan Langsung : Menekan bagian yang berdarah tepat di atas luka, umumnya perdarahan akan
berhenti 5 - 15 menit kemudian. Beri pembalut tekan untuk menghentikan perdarahan.
b) Elevasi : meninggikan daerah luka lebih tinggi dari jantung disertai dengan teknik penekanan langsung
di atas. Berguna untuk memperlambat perdarahan. Untuk luka di anggota gerak.
c) Titik tekan : menekan pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami perdarahan. Terdapat 2 (dua) titik
tekan yaitu nadi brakialis (pembuluh nadi di lengan atas) dan nadi femoralis (pembuluh nadi di lipat
paha).
d) Cara lain :
o Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
o Kompres dingin.
o Torniket.
Perdarahan (Selesai)

2. Perdarahan Dalam
a) Baringkan penderita.
b) Jangan memberikan makanan ataupun minuman pada penderita.
c) Berikan oksigen bila ada.
d) Rawat sebagai syok.

Teknik Tekanan Langsung Teknik Elevasi Penanganan Syok


Cedera Sistem Otot dan Rangka

A. Sistem Otot dan Rangka


o Sistem muskuloskeletal (otot-rangka) memungkinkan manusia berdiri tegak dan bergerak.
o Juga berfungsi untuk melindungi organ dalam tubuh vital.
o Erat kaitannya dengan anggota gerak, setiap cedera ataupun gangguan pada sistem ini akan
mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara ataupun selamanya.

B. Macam-Macam Cedera Sistem Otot dan Rangka


1. Patah Tulang.
a) Tanda-tanda : perubahan bentuk anggota badan, nyeri dan kaku pada daerah yang cedera (patah),
suara derik pada daerah patahan karena gesekan antar tulang yang patah, pembengkakan
(robeknya jaringan lunak sekitar daerah patahan), memar (perubahan warna kulit karena cedera
bawah kulit) dan gangguan peredaran darah dan persyarafan.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

b) Jenis-Jenis Patah Tulang.


o Patah Tulang Terbuka : ditandai dengan adanya luka di permukaan kulit di atas/dekat bagian
tulang yang patah sehingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung dengan udara,
akan tetapi patahan tulang tidak selalu terlihat menonjol keluar. Patah tulang terbuka
memerlukan pertolongan lebih cepat dikarenakan adanya resiko perdarahan serta
kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar karena terpapar lingkungan.
o Patah Tulang Tertutup : permukaan kulit di dekat daerah patahan masih utuh sehingga patahan
tulang tidak berhubungan dengan kontak udara luar.
2. Urai/Cerai Sendi (Dislokasi).
Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya yang bisa
diakibatkan karena sendi yang teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung tulang persendian
terpisah tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi tertarik dan kemungkinan sampai terobek. Tanda-
tandanya hampir sama dengan tanda-tanda patah tulang di atas, namun lokasinya di daerah persendian
secara khusus.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

Patah Tulang Terbuka Patah Tulang Tertutup


Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

3. Terkilir/Keseleo.
a) Terkilir Sendi (Sprain) : robek/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi
batas normal yang bisa disebabkan karena salah gerakan atau pun terpeleset. Gejala dan tanda
terkilir sendi antara lain : nyeri, bengkak dan warna kulit merah kebiruan di sekitar persendian .
b) Terkilir Otot (Strain) : robek/putusnya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot) karena otot
teregang melebihi batas normal. Cedera ini umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba -tiba
pada otot tertentu. Bisa juga terjadi karena pembebanan berat tanpa pemanasan otot terlebih dahulu
ataupun pemanasan dengan gerakan yang salah dan teregang melebihi batas normal. Tanda-tanda
terkilir otot antara lain : nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu, nyri menyebar
keluar disertai kejang dan kaku (kaku otot) dan bengkak pada daerah cedera.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

C. Penanganan Cedera Sistem Otot dan Rangka


1. Lakukan penilaian dini (respon, tanda nafas dan nadi).
2. Lakukan penilaian fisik (perubahan bentuk, luka, nyeri tekan dan bengkak).
3. Stabilkan bagian yang patah.
4. Atasi perdarahan dan luka (bila ada).
5. Persiapkan alat dan bahan untuk pembidaian kemudian lakukan pembidaian. Sesuaikan ukuran bidai
sesuai ukuran daerah cedera dan jangan terlalu kuat sehingga peredaran darah terganggu.
6. Kurangi rasa sakit dengan kompres dingin, jika bukan cedera patah tulang terbuka.
7. Baringkan penderita pada posisi nyaman.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)

Pembidaian Paha dan Tungkai Bawah


Cedera Sistem Otot dan Rangka (Lanjutan)
D. Macam-Macam Bidai
1. Bidai Keras.
Secara umum terbuat dari bahan yang keras dan kaku. Bahan yang sering dipakai ialah kayu, aluminium, karton, plastik
ataupun bahan lain yang kuat. Contoh : bidai kayu, bidai dan bidai vakum.
2. Bidai yang dapat dibentuk.
Bidai yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi sesuai dengan daerah cedera. Contoh : bidai vakum,
bantal, selimut, karton dan kawat.
3. Bidai Traksi.
Bidai bentuk jadi yang bervariasi tergantung dari pembuatannya. Umumnya digunakan oleh tenaga ahli (khusus) dan
dipakai untuk patah tulang paha. Tujuannya ialah untuk menjaga kelurusan dari tulang yang patah.
4. Bidai Gendongan/Bebat.
Umumnya menggunakan pembalut mitela (pembalut segi tiga). Menggunakan prinsip memanfaatkan tubuh penderita
untuk menghentikan pergerakan pada daerah cedera. Merupakan bidai yang sering digunakan untuk cedera anggota
gerak bagian atas. Contoh : bidai gendongan lengan.
Cedera Sistem Otot dan Rangka (Selesai)

Bidai Lengan Bawah & Gendongan Bidai Pergelangan Kaki Bidai Fleksibel Bidai Kawat

Bidai Kayu Bidai Tiup Bidai Vakum Bidai Karton


Luka Bakar

A. Pengertian
Semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.

B. Penyebab
1. Thermal (suhu di atas 60 derajat Celcius).
2. Kontak Bahan Kimia (asam kuat).
3. Teraliri Listrik Tegangan/Arus Tinggi.
4. Radiasi.

C. Derajat Luka Bakar


1. Luka Bakar Derajat I (Satu) / Permukaan.
Luka bakar hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja. Ditandai dengan kulit kemerahan, nyeri dan
terkadang bengkak pada daerah yang terkena. Contoh : luka bakar karena sengatan matahari.
Luka Bakar (Lanjutan)

Luka Bakar Derajat I


Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Derajat II (Dua).


Luka bakar meliputi lapisan kulit paling luar sehingga lapisan kulit di bawahnya terganggu. Luka bakar ini
termasuk luka bakar yang paling sakit. Ditandai dengan gelembung pada kulit yang menggelembung
berisi cairan, bengkak, kulit kemmerahan ataupun putih, lembab dan rusak. Contoh : luka bakar terkena
minyak panas.

3. Luka Bakar Derajat II (Tiga)


Lapisan yang terkena tidak terbatas. Luka bakar juga bisa sampai ke tulang dan organ tubuh dalam.
Ditandai dengan kulit tampak kering, pucat atau putih dan gosong atau hitam diikuti dengan mati rasa
karena kerusakan syaraf sehingga rasa nyeri hanya timbul di daerah sekitar luka saja.

- Luka bakar derajat yang lebih tinggi selalu dikelilingi oleh luka bakar derajat lebih rendah di
sekitarnya . -
Luka Bakar (Lanjutan)

Luka Bakar Derajat II Luka Bakar Derajat III


Luka Bakar (Lanjutan)

D. Tingkat Keparahan Luka Bakar


1. Luka Bakar Ringan.
o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.
o Luka bakar derajat III (tiga) kurang dari 2% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 15% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat I (satu) kurang dari 50% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 10% luas permukaan tubuh (bayi/anak).
2. Luka Bakar Sedang.
o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.
o Luka bakar derajat III (tiga) 2% - 10% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) 15% - 30% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat I (satu) lebih dari 50% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) 10% - 20% luas permukaan tubuh (bayi/anak).
Luka Bakar (Lanjutan)

3. Luka Bakar Berat.


o Mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran pernafasan.
o Luka bakar derajat III (tiga) lebih dari 10% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar derajat II (dua) lebih dari 30% luas permukaan tubuh.
o Luka bakar yang disertai nyeri, bengkak dan perubahan bentuk alat gerak.
o Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada.
o Luka bakar derajat III (tiga) atau derajat II (dua) lebih besar 20% luas permukaan tubuh (bayi/anak).
Luka Bakar (Lanjutan)

Hukum Sembilan
Luka Bakar (Lanjutan)

E. Penanganan Luka Bakar


1. Hentikan proses luka bakar, alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila proses luka bakar
dikarenakan bahan kimia, maka alirkan air dingin terus-menerus selama 20 menit.
2. Lepaskan pakaiaan ataupun perhiasan penderita. Gunting pakaian apabila pakaian penderita lengket
pada luka bakar.
3. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Tentukan derajat dan tingkat keparahn luka bakar penderita.
6. Tutup luka bakar menggunakan penutup (kassa) steril. Jangan pecahkan gelembung serta jangan
gunakan salep, antiseptik maupun es pada luka bakar. Jika luka bakar mengenai mata, maka pastikan
kedua mata ditutup. Jika luka bakar mengenai jari-jemari, maka balut masing-masing jari secara terpisah.
7. Jaga suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain bila ada.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

F. Penanganan Luka Bakar Khusus


1. Luka Bakar Kimia.
o Aliri daerah luka bakar dengan air yang banyak secara terus-menerus selama 20 menit dan jangan
menyiram luka bakar dengan dengan air apabila diketahui bahan kimia tersebut bereaksi kuat
apabila berkontak dengan air.
o Bila terkena mata, maka aliri terus luka bakar dengan air yang banyak lebih dari 20 menit dan
selama perjalanan menuju fasilitas kesehatan terdekat apabila diperlukan.
o Posisikan tubuh agak jauh dari tubuh penderita yang terkontaminasi bahan kimia untuk keselamatan
penolong.
o Apabila diketahui bahan kimia berupa serbuk padat, maka sapu daerah luka bakar dengan sikat
halus, kemudian aliri air pada daerah luka bakar selama 20 menit.
o Amankan bekas pakaiaan penderita yang terkontaminasi.
o Tutup luka bakar dengan kasa steril.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

Penanganan Luka Bakar Kimia Pada Mata Penanganan Luka Bakar Kimia (Padatan)
Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Listrik.


o Matikan sumber listrik dan pindahkan penderita secara hati-hati dari sumber listrik yang mengalir
(gunakan papan dan galah supaya tidak ikut teraliri listrik apabila aliran listrik masih ada ).
o Lakukan penilaian dini (respon, nadi dan nafas).
o Cari luka bakar di daerah yang teraliri listrik dan tutup dengan kasa steril.
o Persiapkan resisutasi jantung paru (RJP) apabila ada resiko henti nafas atau henti jantung pada
penderita.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka Bakar (Lanjutan)

Pemindahan Penderita Luka Bakar Listrik


Luka Bakar (Selesai)

3. Luka Bakar Inhalasi (Menghirup Uap Panas / Bahan Kimia).


o Pindahkan penderita ke tempat sejuk dan aman.
o Berikan oksigen, jika perlu oksigen yang dilembabkan.
o Jaga jalan nafas dan pernafasan.
o Lakukan nafas buatan bila perlu.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keracunan

A. Istilah Racun
Racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan
reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh
ataupun mengganggu fungsi tubuh. Berbeda dengan penggunaan obat dikarenakan reaksi penggunaan obat
umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak
diinginkan seperti gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsj.

B. Contoh Zat Racun


1. Insektisida (pembasmi serangga).
2. Sianida (sering ditemui pada singkong beracun).
3. Logam berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor).
4. Bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj).
5. Bahan kimia yang bersifat korosif (dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam jika masuk
ke dalam tubuh).
Keracunan (Lanjutan)

C. Kejadian Keracunan
1. Sengaja Bunuh Diri.
Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun menyuntikkan suatu ibat dalam junlah melebihi dosis
pengobatan atau benda lain yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dikonsumsi dengan cara-cara tersebut
di atas. Sering menyebabkan kematian jika tidak segera mendapat pertolongan. Contoh : minum racun
serangga, obat tidur berlebihan, dsj.
2. Keracunan Tidak Disengaja.
Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja, contoh :
o Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang tercemar oleh kuman ataupun zat kimia tertentu.
o Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia yang sudah pikun (misal
obat kutu anjing disangka susu, dsj).
o Makan singkong yang memiliki kadar sianida tinggi.
o Udara yang tercemar gas beracun, dsj.
Keracunan (Lanjutan)

3. Penyalahgunaan Obat.
Obat yang dikonsumsi selain untuk pengobatan.

D. Jalur Masuk Racun


1. Mulut / Alat Pencernaan.
Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga.
o Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam jumlah banyak atau diminum
dengan bahan lain sehingga menimbulkan keracunan.
o Makanan yang mengandung racun (misal : singkong beracun), makanan kadaluarsa serta
makanan
yang tidak dipersiapkan dengan baik/tercemar.
o Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.
o Makanan/minuman yang mengandung alkohol (minuman keras).
Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.
Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.
o Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak tanah, dsj.
o Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsj.
3. Kulit / Kontak (Absorsi).
Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan
terserap aliran darah.
o Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif.
o Tanaman.
o Tersentuh binatang yang mengandung racun pada kulitnya ataupun bagian tubuhnya yang lain
(umumnya pada binatang yang hidup di air).
Keracunan (Lanjutan)
3. Suntikan / Gigitan.
Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui sistem peredaran darah.
o Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan narkotika.
o Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa racun, misal : kalajengking, ubur-ubur, dsj.

E. Gejala Umum Keracunan


1. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj)
2. Gangguan pernafasan
3. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan.
4. Mual ataupun muntah.
5. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan.
6. Pucat ataupun kulit kebiruan.
7. Kejang.
8. Syok.
9. Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.
Keracunan (Lanjutan)

F. Gejala Khusus Keracunan


1. Mulut / Alat Pencernaan.
o Mual ataupun muntah.
o Nyeri perut.
o Diare.
o Nafas ataupun mulut yang berbau.
o Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).
o Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.
o Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut menjadi berbusa.
Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.
o Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.
o Kulit kebiruan.
o Nafas berbau.
o Batuk ataupun suara parau.
3. Kontak / Kulit (Absorsi).
o Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.
o Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat menyebabkan penderita tidak
sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah, naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah,
menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit, mual dan anggota gerak yang hangat).
4. Suntikan / Gigitan.
o Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas gigitan.
o Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan dan kemerahan.
Keracunan (Lanjutan)

Pada Kasus Gigitan Ular :


o Demam.
o Mual dan muntah.
o Pingsan.
o Lemah.
o Nadi cepat dan lemah.
o Kejang.
o Gangguan pernafasan.
Keracunan (Lanjutan)

G. Penanganan Keracunan Umum


1. Amankan tempat kejadian.
2. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa gas.
3. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.
4. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru (RJP) bila perlu.
5. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita muntah.
6. Berikan oksigen bila ada.
7. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi jenis racun.
8. Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan nadi) dan rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keracunan (Lanjutan)

H. Penanganan Keracunan Khusus


1. Mulut / Pencernaan.
o Turunkan kadar kekuatan racun dengan pengenceran dengan cara memberi minum susu ataupun air
sebanyak-banyaknya maupun memberi anti racun umum yaitu norit ataupun putih telur (JANGAN
BERIKAN SUSU PADA KERACUNAN YANG DIKETAHUI KARENA ZAT YANG MENGANDUNG
FOSFAT !!!).
o Lakukan rangsangan-rangsangan muntah untuk mengeluarkan racun dari dalam lambung dimana cara
ini hanya efektif 2 (dua) jam pertama saat kejadian. Namun jangan lakukan rangsangan muntah pada
keracunan yang menelan asam/basa kuat, menelan minyak, penderita kejang ataupun ada riwayat
kejang dan penderita yang tidak sadar atau mengalami gangguan kesadaran.
Keracunan (Selesai)

2. Kontak / Kulit (Absorsi).


o Buka baju penderita yang terkena.
o Siram bagian yang terkena racun dengan air sekurang-kurangnya selama 20 menit (bila racun berupa
serbuk maka sikat dahulu sebelum menyiram dengan air dan jangan lakukan penyiraman jika
diketahui racun bereaksi kuat dengan air). Posisikan penolong agak jauh dari bagian tubuh penderita
yang terkena racun untuk menghindari kontaminasi.
3. Gigitan Ular.
o Amankan diri penolong dan tempat kejadian.
o Tenangkan penderita.
o Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
o Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan.
o Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan.
o Jika tidak berbahaya bawa ular yag menggigit untuk identifikasi jenis racun.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pemindahan Penderita

A. Pemindahan Darurat
Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita ataupun penolong dan juga
jika penderita menghalangi akses ke penderita lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa dimulai dengan
penilaian dini (respon, nafas dan nadi) mengingat faktor bahaya dan resiko di tempat kejadian.
Pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera penderita terutama penderita
yang mengalami cedera spinal (tulang belakang mulai dari tulang leher sampai tulang ekor ).
Yang dimaksud dengan darurat di sini bukan pada masalah peralatan, namun pada masalah keadaan dan
situasi di tempat kejadian.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

1. Tarikan Lengan.
Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di bawah ketiak
penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan kedua lengan penderita di depan
dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan
membentur benda di sekitar lokasi kejadian.

Tarikan Lengan
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

2. Tarikan Bahu.
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher sampai tulang ekor).
Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita
kemudian tarik ke belakang.
3. Tarikan Baju.
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain (pembalut). Kemudian cengkram baju
penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik
penderita ke tempat aman.
4. Tarikan Selimut.
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain (pembalut). Kemudian cengkram baju
penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik
penderita ke tempat aman.
5. Tarikan Selimut.
Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu dengan menggendong penderita di
belakang punggung penolong dengan cara mengangkat lalu membopong penderita.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Langkah I Langkah II Langkah III

Tarikan Selimut Tarikan Menjulang


Pemindahan Penderita (Lanjutan)

B. Pemindahan Biasa (Tidak Darurat)


Pemindahan biasa (tidak darurat) dapat dilakukan ketika :
 Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan.
 Denyut nadi dan pernafasan stabil.
 Perdarahan sudah dikendalikan.
 Tidak ada cedera leher.
 Semua patah tulang sudah diimobilisasi.
1. Teknik Angkat Anggota Gerak (dilakukan 2 orang penolong).
o Masing-masing penolong berjongkok berhadap-hadapan, penolong pertama di ujung kepala penderita,
penolong kedua di antara kaki penderita.
o Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua tangannya.
o Penolong ke dua mengangkat kedua lutut penderita.
o Kedua penolong berdiri secara bersamaan dengan satu aba-aba dan mulai memindahkan penderita
ke tempat aman.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

2. Teknik Angkat Langsung (dilakukan 3 orang penolong terutama jika penderita memiliki berat badan tinggi dan
tidak terdapat tandu di lokasi).
o Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami cedera.
o Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan penderita, kemudian lengan
satunya disisipkan di bawah punggung penderita.
o Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong penderita.
o Penolong ke tiga satu lengan disisipkan di bawah bokong penderita dan lengan satunya di bawah lutut
penderita.
o Penderita siap diangkat dengan satu aba-aba.
o Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika terdapat tandu, maka penolong lain
menyiapkan tandu di bawah penderita kemudian meletakkan penderita di atas tandu dengan satu aba -aba.
o Jika tidak terdapat tandu untuk pemindahan penderita, maka miringkan penderita di atas dada ketiga
penolong kemudian ketiga penolong berdiri bersama-sama dengan satu aba-aba.
o Ketiga penolong memndahkan penderita dengan melangkah bertahap dengan satu aba-aba.
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Penderita Siap Diangkat Penderita Diangkat Di Atas Lutut Berdiri Dengan Satu Aba-Aba

Teknik Angkat Langsung


Pemindahan Penderita (Lanjutan)

3. Pemindahan Dengan Tandu (dilakukan 2 orang penolong).


o Kedua penolong berjongkok di masing-masing ujung tandu menghadap ke arah yang sama (ujung kaki
penderita sebagai arah depan).
o Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian menggenggam pegangan tandu dengan
erat.
o Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.
o Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan satu aba-aba.
o Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu aba-aba.
o Turunkan penderita secara hati-hati dengan mengulang langkah-langkah di atas secara mundur
(berkebalikan).
Pemindahan Penderita (Lanjutan)

Tandu Sekop

Tandu Beroda

Matras Vakum

Tandu Kursi Tandu Keranjang Tandu Lipat

Peralatan Pemindahan Penderita


Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar harus segera dilaksanakan oleh penolong apabila dalam penilaian dini penderita
ditemukan salah satu dari masalah antara lain : tersumbatnya jalan nafas, tidak menemukan adanya
nafas serta tidak ditemukan adanya tanda-tanda nadi. Seperti diketahui bahwa tujuan dari P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) salah satunya ialah menyelamatkan jiwa penderita sehingga
dapat selamat dari kematian.

Pengertian mati sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu mati klinis dan mati biologis. Mati klinis berarti tidak
ditemukan adanya pernafasan dan nadi. Mati klinis dapat bersifat reversibel (dapat dipulihkan).
Penderita mati klinis mempunyai waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Sedangkan mati biologis berarti kematian sel dimulai terutama sel otak & bersifat ireversibel (tidak bisa
dipulihkan) yang biasa terjadi 8-10 menit dari henti jantung.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

A. Penguasaan Jalan Nafas


1. Membebaskan Jalan Nafas.
a) Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi.
b) Teknik Jaw Thrus Maneuver (mendorong rahang bawah pada penderita cedera spinal / tulang leher,
tulang belakang sampai tulang ekor).
2. Membersihkan Jalan Nafas.
a) Teknik Sapuan Jari.
b) Posisi Pemulihan (memposisikan penderita menyerupai posisi tidur miring).
3. Sumbatan Jalan Nafas.
a) Teknik Heilmich Maneuver (hentakan perut-dada).
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi

Heilmich Maneuver Pada Penderita Heilmich Maneuver


Respon Penderita Gemuk

Teknik Sapuan Jari Pada Heilmich Maneuver Pada Penderita


Jaw Thrus Maneuver Penderita Tidak Respon Tidak Respon

Penguasaan Jalan Nafas


Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

B. Bantuan Pernafasan
Di udara bebas kandungan oksigen ialah sebesar kurang lebih 21%. Dari kandungan oksigen sebanyak 21%
tersebut, sebanyak 5% digunakan manusia dalam proses pernafasan. Sehingga terdapat sekitar 16%
kandungan oksigen dari udara pernafasan yang manusia keluarkan. Sisa oksigen sebanyak 16% inilah yang
digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada penderita yang terdeteksi tidak terdapat nafas. Pada
manusia dewasa frekuensi pemberian nafas buatan ialah sebanyak 10-12 kali bantuan nafas per menit
dengan durasi tiap bantuan nafas ialah 1,5-2 detik tiap hembusan bantuan nafas. Terdapat resiko yang
mungkin dialami penolong antara lain : penyebaran penyakit, kontaminasi bahan kimia dan muntahan
penderita.
1. Menggunakan Mulut Penolong.
o Mulut ke masker RJP (Resusitasi Jantung Paru).
o Mulut ke APD (Alat Pelindung Diri).
o Mulut ke mulut ataupun hidung.

2. Menggunakan Alat Bantu Nafas : menggunakan kantung masker berkatub.


Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

APD dan Masker RJP Kantung Masker Berkatub


Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Langkah-Langkah Bantuan Pernafasan


1. Pastikan jalan nafas terbuka pada penderita.
2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu pastikan alat tersebut tidak bocor (tertutup rapat).
3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor melalui hidung penderita dengan cara
mencapit lubang hidung penderita.
4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (1,5-2 detik pada manusia dewasa). Tiupan/hembusan merata
dan cukup (dada penderita bergerak naik).
5. Periksa nadi penderita selama 5-10 detik dan pastikan nadi penderita masih terdeteksi.
6. Lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan frekuensi pemberian bantuan nafas (dewasa : 10 -12
kali bantuan nafas per menit).
7. Apabila bantuan nafas berhasil dengan baik akan ditandai dengan bergerak naik turunnya dada
penderita.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

C. Bantuan Sirkulasi
Tindakan paling penting dalam bantuan sirkulasi ialah pijatan jantung luar. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memberikan efek pompa jantung yang dinilai cukup untuk membantu sirkulasi darah penderita pada saat
kondisi penderita mati klinis. Kedalaman penekanan pijatan jantung luar pada manusia dewasa ialah 4-5 cm
ke dalam rongga dada.

D. Resusitasi Jantung-Paru (RJP / CPR)


Merupakan gabungan dari tindakan A, B dan C di atas. Resusitasi Jantung Paru dilaksanakan dengan
memastikan bahwa penderita tidak ada respon / tidak sadar, tidak terdapat pernafasan dan tidak terdapat
denyut nadi. Pada manusia dewasa resusitasi jantung paru dikenal 2 (dua) rasio, yaitu rasio 15 kali kompresi
dada berbanding 2 kali tiupan bantuan nafas (15 : 2) apabila dilaksanakan oleh satu penolong, serta rasio 5 :
1 per siklus apabila dilaksanakan oleh 2 (dua) orang penolong.
Resiko yang mungkin dialami penderita antara lain : patah tulang dada/iga, kebocoran paru-paru, perdarahan
dalam pada dada/paru-paru, memar paru dan robekan pada hati/limpa.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Teknik Kompresi Dada Pada Manusia Dewasa


1. Posisikan penderita berbaring telentang pada bidang yang keras (misal : lantai).
2. Posisikan penolong berada di samping penderita.
3. Temukan pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri (ulu hati).
4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada atas dari titik pertemuan lengkung tulang iga
kanan dan kiri).
5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan lainnya diletakkan di atasnya untuk
menopang.
6. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tumit tangan.
7. Lakukan pijatan jantung luar.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Menelusuri Ulu Hati Mengukur Titik Pijatan Posisi Pijatan Jantung

Teknik Kompresi Dada Pada Manusia Dewasa


Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Resusitasi Jantung Paru Dengan Satu Orang Penolong


1. Tiupkan bantuan nafas awal 2 (dua) kali.
2. Jika penderita bernafas dan nadi berdenyut maka posisikan penderita pada posisi pemulihan.
3. Apabila masih belum terdapat nafas dan nadi, maka lakukan pijatan jantung sebanyak 15 kali dengan
kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.
4. Berikan bantuan nafas lagi sebanyak 2 (dua) kali.
5. Lakukan terus 15 kali pijatan jantung dan 2 kali bantuan nafas sampai 4 siklus.
6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita, apabila terdapat nadi namun belum terdapat nafas maka
teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.
Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Resusitasi Jantung Paru Dengan Dua Orang Penolong


1. Posisi penolong saling berseberangan.
2. Lakukan bantuan nafas awal sebanyak 2 (dua) kali.
3. Lakukan pijatan jantung luar sebanyak 5 (lima) kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.
4. Berikan nafas bantuan sebanyak 1 (satu) kali.
5. Lakukan 5 pijatan jantung dan 1 nafas bantuan sampai 12 siklus
6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita, apabila terdapat nadi namun belum terdapat nafas maka
teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.
Bantuan Hidup Dasar (Selesai)

Diagram Alir Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Pertolongan Korban Banyak / Triage

Pertolongan korban banyak dapat dinyatakan jika jumlah korban (penderita) sekurang-
kurangnya ialah sebanyak 3 (tiga) orang atau jumlah korban (penderita) melebihi
jumlah tim penolong itu sendiri.
Tindakan/proses yang umum digunakan dalam pertolongan korban banyak ialah
triage (baca : triase). Triage berasal dari bahasa Perancis yang artinya
memilih/memilah (mensortir). Triage berarti melakukan penilaian penderita,
menandainya dan memindahkan penderita ke lokasi perawatan yang sudah
ditentukan.
Pelaksanaan triage ialah dengan memberi tanda (label) dengan warna tertentu
pada
korban (penderita).
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

A. Prioritas Pertolongan Korban Banyak (Triage)


1. Prioritas I (Satu) / Tertinggi.
Merupakan golongan cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masih bisa diatasi. Yaitu
korban (penderita) yang berada dalam kondisi kritis seperti gangguan pernafasan, perdarahan yang
belum terkendali ataupun perdarahan besar dan penurunan status mental (respon).
2. Prioritas II (Dua) / Sedang.
Merupakan golongan yang perlu pertolongan. Yaitu korban (penderita) luka bakar tanpa gangguan
pernafasan, nyeri hebat setempat, nyeri pada beberapa lokasi alat gerak termasuk bengkak ataupun
perubahan bentuk lainnya, cedera punggung, dsj.
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

3. Prioritas III (Tiga) / Rendah.


Merupakan golongan cedera relatif ringan, tidak memerlukan banyak bantuan, dapat menunggu
pertolongan tanpa menjadikan cedera bertambah parah atau dengan kata lain golongan yang
pertolongannya dapat ditunda atau korban (penderita) yang mengalami cedera namum masih sanggup
berjalan sendiri. Yaitu korban (penderita) yang mengalami nyeri biasa pada alat gerak, sedikit bengkak
dan perubahan bentuk, cedera jaringan lunak ringan, dsj.
4. Prioritas IV (Empat) / Terakhir.
Golongan cedera mematikan atau korban (penderita) yang telah meniggal. Misal : cedera kepala yang
terpisah dari badan atauupun cedera lain yang secara manusia tidak dapat ditolong. Sering juga disebut
dengan Prioritas 0.
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

B. Label (Tanda) Triage dan Prioritas


1. Hijau : Prioritas III.
2. Kuning : Prioritas II.
3. Merah : Prioritas I.
4. Hitam : Prioritas IV.

Contoh Kartu/Tanda (Label) Triage


Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

C. Pelaksanaan Pertolongan Korban Banyak (Triage)


1. Pemilihan Korban (Penderita) Yang Dapat Ditunda Pertolongannya.
Penolong mengenali dan mengelompookkan para korban (penderita) yang masih mampu berjalan dan memberi
label warna HIJAU kemudian mengarahkan ke pos pertolongan yang sesuai. Walaupun korban (penderita) masih
mampu berjalan, penolong wajib mengarahkan supaya tidak terpencar. Adakalanya beberapa korban kelompok ini
dapat dimanfaatkan untuk ikut membantu proses pertolongan.
2. Pemeriksaan Pernafasan.
Penolong mendatangi para korban (penderita) yang tidak mampu berjalan dan lakukan penilaian pernafasan
secara cepat dan sistematis (tidak terlalu menghabiskan banyak waktu pada proses penilaian). Apabila korban
(penderita) tidak bernafas, maka bersihkan dan buka jalan nafas. Apabila korban (penderita) masih tidak
bernafas, maka beri label warna HITAM. Apabila korban (penderita) mampu bernafas kembali, maka lakukan
penilaian pernafasan dimana jika korban dalam waktu 5 (lima) detik mampu bernafas 3 (tiga) kali hembusan
secara konstan maka beri label warna MERAH dan apabila kurang dari itu lanjutkan ke langkah nomor 3 (tiga) di
bawah. Beritahukan kepada penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos
pertolongan sesuai label masing-masing.
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Lanjutan)

3. Penilaian Sirkulasi.
Penolong memeriksa nadi karotis (nadi di dekat urat leher) pada korban (penderita). Jika tidak ada nadi, maka
beri label warna MERAH dan jika ada maka lanjutkan ke langkah nomor 4 (empat) di bawah. Beritahukan kepada
penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos pertolongan sesuai label
masing-masing.
4. Penilaian Mental.
Dalam langkah ini, korban (penderita) berarti masih memiliki nafas yang cukup dan sirkulasi yang baik. Penolong
memeriksa status mental korban (penderita) dengan cara meminta korban (penderita) untuk mengikuti perintah
sederhana seperti menggerakkan jari atau mengarahkan pandangan mata ke arah tertertu, dsj. Jika korban
(penderita) mampu mengikuti perintah sederhana, maka berikan label warna KUNING dan apabila korban
(penderita) tidak mampu mengikuti perintah sederhana, maka berikan label warna MERAH. Beritahukan kepada
penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos pertolongan sesuai label
masing-masing.

Di pos pertolongan akan dilakukan penilaian ulang secara lebih teliti. Apabila terdapat perubahan kondisi (prioritas) pada ko rban (penderita), maka
label diganti sesuai dengan kondisi/keadaan korban (penderita). Korban (penderita) yang memerlukan pertolongan lanjutan seger a dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat.
Pertolongan Korban Banyak / Triage (Selesai)

Diagram Alir Pertolongan Korban Banyak (Triage)


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai