Anda di halaman 1dari 102

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Pasal 1

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK
Subyek Pajak = Wajib Pajak

Subjek Pajak
+
Objek Pajak

=
Wajib Pajak
PPh

SUBJEK OBJEK

BUKAN BUKAN
SUBJEK OBJEK
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)

- ORANG PRIBADI

- WARISAN YG BELUM TERBAGI

BADAN

BENTUK USAHA TETAP (BUT)


SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)

DALAM NEGERI LUAR NEGERI

ORANG PRIBADI YANG : ORANG PRIBADI YANG :


•Bertempat tinggal di Indonesia atau •Tak Bertempat tinggal di Ind atau
•Berada di Indonesia lebih dari 183 •Berada di Indonesia tdk lebih dari 183
hari dlm jangka wkt 12 bln, atau hari dlm jangka wkt 12 bln
•Dalam suatu tahun pajak berada di •Menerima/ memperoleh pengh
Indonesia dan mempunyai niat utk dr Indonesia baik melalui BUT
Bertempat tinggal di Indonesia maupun tidak melalui BUT
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
Pasal 3

BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING


PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT ATAU
PEJABAT-PEJABAT LAIN DARI NEGARA ASING, DAN ORANG-ORANG
YG DIPERBANTUKAN KPD MEREKA YG BEKERJA PADA DAN BERTEMPAT
TINGGAL BERSAMA-SAMA MEREKA DGN SYARAT BUKAN WNI DAN DI
INDONESIA TDK MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN LAIN DI
LUAR JABATAN ATAU PEKERJAANNYA TSB SERTA NEGARA YBS
MEMBERIKAN PERLAKUAN TIMBAL BALIK

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN


SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN
USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD PEMERINTAH YG
DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA ANGGOTA

PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG DITETAPKAN


OLEH MENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN
USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK MEMPEROLEH PENGHASILAN
DARI INDONESIA
OBJEK PAJAK terdiri dari

Objek Pemotongan
Objek PPh Tidak Final
Bukan Objek
Utk perhitungan
Pemotongan
PPh terutang

Objek PPh Final

Bukan Objek PPh


OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN
OBJEK PAJAK TIDAK FINAL
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima


atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan
lain dlm UU ini
Hadiah sehubungan dgn pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sbg penggantian saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn
pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu
derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, peekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan
OBJEK PAJAK TIDAK FINAL
Pasal 4 ayat (1)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn


jaminan pengembalian utang

Deviden, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala


Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah tertentu yg
ditetapkan dgn PP

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian
kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan
pajak.
PENGHASILAN TERTENTU YANG PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR DGN
PERATURAN PEMERINTAH (PP)  OBJEK PPH FINAL

1. PENGHASILAN TRANSAKSI PENJUALANSAHAM DI BURSA EFEK


( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)

2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 42 TAHUN 1994 )

3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU


BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No. 27 TAHUN 1996)

4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI ( PP No. 51 TAHUN 1994)

5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


( PP No. 29 TAHUN 1996 )

6. PENGHASILAN BERUPA BUNGA/DISKONTO OBLIGASI YG DIJUAL


DI BURSA EFEK ( PP No. 46 TAHUN 1996)

7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI


DAN JASA KONSULTAN ( PP No. 73 TAHUN 1996)
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

1. Bantuan sumbangan sepanjang tidak ada hubungan usaha,


pekerjaan,kepemilikan/ penguasaan antara pemberi & penerima
2. Harta hibah yg diterima oleh :
a. Keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat
b. Pengusaha kecil yg ditetapkan Menkeu
Sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,kepemilikan/
penguasaan antara pemberi & penerima
3. Warisan
4. Penggantian/ imbalan sehubungan dg pekerjaan atau jasa yg dite-
rima/ diperoleh dalam bentuk natura/ kenikmatan dari WP atau
pemerintah
5. Pembayaran dr perusahaan asuransi kepada OP sehubungan dgn
ass kesehatan,ass kecelakaan,ass jiwa,ass dwiguna dan ass bea
siswa
6. Bagian laba yg diterima/ diperoleh anggota dari perseroan koman-
diter yg modalnya tdk terbagi atas saham-saham
Benefit in cash vs Benefit in
kind
Pemberi Penghasilan Benefit in Benefit in
cash kind
- Pemerintah Objek Pjk Non Obj Pjk
- Non Wajib Pajak (perwakilan negara asing & Objek Pjk Objek Pjk
organisasi internasional)
- Wajib Pajak yg dikenakan PPh Final (cth : Objek Pjk Objek Pjk
perushl.sewa tanah/ bangunan)
- Wajib Pajak yg dikenakan PPh dg norma Objek Pjk Objek Pjk
perhitungan khusus/ deemed profit
(perush.charter pesawat,pelayaran DN,WPLN
pelayaran/penerbangan jalur internasional)
- Wajib Pajak lainnya Objek Pjk Non Obj Pjk
OBJEK PAJAK - HADIAH
Jenis Objek Pajak Objek Tarif
a.Hadiah langsung Non OP -
b.Hadiah undian OP Final 25%
c.Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek PPh PPh
pekerjaan, kegiatan, perlombaan ps 21 ps 17
yg diterima o/ WP OP
d.Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek PPh 15%
pekerjaan, kegiatan, perlombaan ps 23
yg diterima o/ WP Badan
e. Hadiah/penghargaan yg diterima o/ Objek PPh 20%
WPLN ps 26
PERHITUNGAN SPT TAHUNAN 1770
ORANG PRIBADI USAHAWAN/PEKERJAAN BEBAS (PENGUSAHA)

Lihat bagan perhitungan PPh


di file Perhit PPh-OP.xls
PENGHASILAN NETO FISKAL

PENGHASILAN DARI USAHA / PEKERJAAN BEBAS

PENGHASILAN DARI PEKERJAAN

PENGHASILAN DARI LUAR USAHA (MODAL)


PENGHASILAN DARI
USAHA / PEKERJAAN BEBAS
MENGHITUNG LABA NETO USAHA s.d 2008

NORMA Omzet < 1,8 milyar


PENGHITUNGAN
setahun
Memilih

PEMBUKUAN
Omzet ≥ 1,8 milyar
setahun
MENGHITUNG LABA NETO USAHA mulai 2009

NORMA Omzet < 4,8 milyar


PENGHITUNGAN
setahun
Memilih

PEMBUKUAN
Omzet ≥ 4,8 milyar
setahun
Penghitungan Laba Neto Usaha Fiskal

Norma Pembukuan

Ph Neto Usaha Fiskal =


Ph Neto Usaha Fiskal :
% Norma x omset setahun
Penjualan Neto = xxxxx
HPP = (xxxxx)
Laba Bruto Usaha = xxxxx
Biaya Administrasi&Pemasaran = (xxxxx)
Laba Neto Usaha = xxxxx
NORMA PENGHASILAN NETTO

Ketentuan – ketentuan bagi WP Orang Pribadi yang


menggunakan norma :
• Peredaran usaha bruto dalam satu tahun
< 1,8 milyar (s.d 2008) / 4,8 M sejak 2009
• Mengajukan pemberitahuan dalam jangka waktu 3
bulan pertama dari tahun pajak
• Merekapitulasi Peredaran atau penerimaan bruto tiap
bulan (pencatatan)
NORMA PENGHASILAN NETTO

Catatan :
Norma hanya untuk menghitung
penghasilan neto dari usaha/pekerjaan
bebas saja;
Norma berbeda-beda tergantung jenis
usaha/ pekerjaan bebas dan lokasi
usaha.
PEMBUKUAN

A. NERACA

B. LABA RUGI
C. DAFTAR PENYUSUTAN
D. REKONSILIASI FISKAL
PEKERJAAN BEBAS

Pekerjaan yg dilakukan oleh Orang Pribadi


yang mempunyai keahlian khusus sebagai
usaha utk memperoleh penghasilan yg
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

• Contoh : dokter, notaris, aktuaris,


akuntan, pengacara
PENGHASILAN DARI
PEKERJAAN
PENGHASILAN DARI PEKERJAAN

• Penggantian/ imbalan yg diterima OP


sehubungan dengan hubungan kerja.

• Contoh penghasilan :
gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun,
dll.
PENGHASILAN NETO
DALAM NEGERI LAINNYA
PENGHASILAN NETTO DN LAINNYA

• Tidak termasuk yg telah dikenakan PPh


Final atau Penghasilan yg Bukan Objek
PPh
• Penghasilan dari modal :
bunga, deviden, royalti, sewa, keuntungan
penjualan harta yg tdk dipergunakan
usaha.
• Penghasilan lain-lain :
Hadiah, penghargaan, pembebasan utang,
keuntungan selisih kurs, dll.
PENGHASILAN
LUAR NEGERI
PENGHASILAN LUAR NEGERI

• Seluruh penghasilan yg berasal dari Luar


Negeri harus diperhitungkan sebagai
Objek Pajak Tidak Final
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS

PENGHASILAN ANAK
PENGHASILAN ISTRI YANG BELUM DEWASA

PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA

TN “X” MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 200JT MEMPUNYAI ISTRI NY “X”


SBG KARYAWAN SWASTA DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 25JT

PENGHASILAN NY “X” TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN TN ‘X” DAN DIANGGAP


FINAL JIKA :
-. PENGH. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG
PPh 21
-. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUB. DGN USAHA/PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA
KELUARGA LAINNYA.

BILA NY “X”, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. NY “X” SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN “X”. DGN DEMIKIAN
TOTAL PENGHASILAN KELUARGA “X” YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh
CONTOH :

Ph Yg Masuk Dlm
NO SUAMI ISTRI Penghitungan PKP SPT
Pada Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARATERTULIS

PENGHITUNGAN PKP DAN PENGHITUNGAN PAJAKNYA


PENGENAAN PAJAKNYA BERDASAR
DILAKUKAN SENDIRI- - Penghasilan Neto suami isteri
digabung
SENDIRI
- Besarnya pajak yg harus dilunasi oleh
masing-masing suami-isteri, sebanding
dgn Penghasilan Neto
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN)
Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUANYA

KECUALI

PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG TIDAK ADA


HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ORANG YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA
WP OP Pengusaha
Tertentu
 WP OP yang mempunyai toko tersebar di
beberapa lokasi (KPP), tanpa ada penghasilan
lainnya;
 Tidak termasuk toko yang menjual kendaraan
bermotor & restoran;
 Masing-masing toko punya NPWP dari KPP
lokasi;
 PPh Pasal 25 = 0,75% x Omzet toko per bulan.
PENGURANG TERKAIT
USAHA/ PEKERJAAN BEBAS

• Hanya untuk yg menggunakan


pembukuan.
• Pengurang komersial yg tidak
diperkenankan secara fiskal harus
dikoreksi  koreksi fiskal
PENGELUARAN YANG BUKAN BIAYA FISKAL ( NON DEDUCTIBLE EXPENSES)
UU DAN PERATURAN PEMERINTAH (PP)

1. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN


YANG DIKENAKAN PPh FINAL

2. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN


YANG BUKAN OBJEK PAJAK

3. KERUGIAN YANG DIDERITA DI LUAR NEGERI

4. KERUGIAN ATAU BIAYA PENYUSUTAN AKTIVA YANG TIDAK


DIGUNAKAN UNTUK USAHA

5. PPh YANG DITANGGUNG PEMBERI KERJA

6. PAJAK MASUKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELUARAN YANG


BUKAN BIAYA FISKAL SBGMANA DIMAKSUD DALAM PASAL
9 AYAT 1 UU PPh ATAU BUKTI PEMBAYARAN PPN TIDAK ADA

7. PENGELUARAN SBGMANA TERCANTUM DLM PSL 9 AYAT 1 UU PPh

8. BIAYA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT BUKAN BIAYA FISKAL


PENGELUARAN
PENGELUARANSEBGMANA
SEBGMANATERCANTUM
TERCANTUMDALAM
DALAM PASAL
PASAL 99AYAT
AYAT 11UU
UUPPh
PPh
YANG
YANGBUKAN
BUKANBIAYA
BIAYAFISKAL
FISKAL

1. PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN

2. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN


PRIBADI PEMEGANG SAHAM

3. PEMBENTUKAN/ PEMUPUKAN DANA CADANGAN KEC PD BANK,


SGU, ASURANSI, BIAYA REKLAMASI PERTAMBANGAN

4. PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAN, DWIGUNA,JIWA,


BEA SISWA YANG DI BAYAR WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

5. PENGGANTIAN/ IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN/


JASA YG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA & KENIKMATAN

6. JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA


PEMEGANG SHM/PIHAK YANG MEMILIKI HUB. ISTIMEWA

7. HIBAH SESUAI SYARAT, BANTUAN, SUMBANGAN, DAN WARISAN


PENGELUARAN SEBGMANA TERCANTUM DALAM PASAL 9 AYAT 1 UU PPh
YANG BUKAN BIAYA FISKAL

8. PAJAK PENGHASILAN

9. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN


PRIBADI WP/ TANGGUNGANYA
10. GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA/
PERSERO KOMANDITER YG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS
SAHAM

11. SANKSI ADMINISTRASI & SANKSI PIDANA YG BERKENAAN


PELAKSANAN UU PERPAJAKAN
PENGELUARAN–PENGELUARAN YANG MERUPAKAN BIAYA FISKAL
( DEDUCTIBLE EXPENSES)

1. Biaya – biaya untuk 3M(mendapatkan,menagih dan


memelihara penghasilan) termasuk :
# Biaya pembelian bahan
# Biaya administrasi
# Premi asuransi
# Biaya perjalanan
# Pajak kecuali PPh
# Biaya pengolahan limbah
2. Penyusutan dan amortisasi syarat digunakan untuk usaha
atau yang berkaitan dengan 3M
3. Iuran kepada dana pensiun syarat pendiriannya telah
disahkan Menkeu
4. Kerugian atas penjualan harta yang dimiliki WP syarat
harta tsb digunakan untuk usaha / 3M
PENGELUARAN–PENGELUARAN YANG MERUPAKAN BIAYA FISKAL
( DEDUCTIBLE EXPENSES)

5. Kerugian selisih kurs mata uang asing


6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan syarat
dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan syarat ada ikatan
kerja dengan perusahaan
8. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih syarat :
# Dibiayakan dalam Laporan Laba Rugi Komersial
# Perkara penagihannya telah diserahkan kepada PN
atau BUPLN atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang
# Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus
# Menyerahkan daftar piutang yg tdk dapat ditagih kpd
DJP
PENYESUAIAN FISKAL
Beda Tetap (Permanent Difference)
1. Menurut akuntasi komersial merupakan penghasilan,
sedangkan menurut ketentuan Pajak Penghasilan bukan
penghasilan.
Misal: dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai
wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar Rp
25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia.
2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan,
sedangakan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang
bersifat final.
Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final) sehingga
dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan penghasilan lainnya
dalam menghitung PPh terutang.
Misal: penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya
yang telah diporong PPh Final oleh Bank sebesar 20%.

51
PENYESUAIAN FISKAL
Beda Tetap (Permanent Difference)
3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya)
sedangkan menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan
sebagai pengurang penghasilan bruto (Pasal 9 UU 17/2000).
Misal:
a. Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan
yang bukan obyek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat
final.
b. Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
c. Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
d. Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat
dibebankan karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu
(misalnya: daftar nominatif biaya entertainment, daftar
nominatif atas penghapusan piutang).

52
PENYESUAIAN FISKAL
Beda Sementara (Temporary Difference)
Beda waktu merupakan perbedaan metode
yang digunakan antara akuntansi komersial
dengan ketentuan fiskal, misal:
a. Metode penyusutan,
b. Metode penilaian persediaan,
c. Penyisihan piutang tak tertagih,
d. Rugi-laba selisih kurs.

53
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
1. BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN
PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA.
2. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN.
3. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU
JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN.
4. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA
PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN
ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN.
5. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN.
6. PAJAK PENGHASILAN.
7. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA
ATAU CV YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM.
8. SANKSI ADMINISTRASI.
9. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL.
10. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL.
11. BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.
12. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA.
PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF

1. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH


PENYUSUTAN FISKAL.
2. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH
AMORTISASI FISKAL.
3. PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN
PENGAKUANNYA.
4. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA.
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA


I. Peredaran Usaha
1.1 Potongan Penjualan Realisasi Realisasi No
Penyisihan - Temporer
1.2 Retur Penjualan Realisasi Realisasi No
Penyisihan - Temporer
1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Pendapatan PPh Final Tetap
Kecil (2% atau 4%)
1.4 Penghasilan Perusahaan Pendapatan PPh Final Tetap
Pelayaran DN (1,2%*peredaran)
1.5 Penghasilan Perusahaan Pendapatan PPh Final Tetap
Pelayaran/Penerbangan LN (2,64%*peredaran)
1.6 Penghasilan BUT Perwakilan Pendapatan PPh Final Tetap
Dagang Asing (0,44*ekspor)
1.7 Penghasilan BUT Perwakilan Pendapatan PPh Final Tetap
Dagang Asing (0,44*ekspor)
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA


1.8 Penghasilan atas distributor Pendapatan PPh Final Tetap
produk Pertamina dan Premix (0,25% / 0,3%)

1.9 Penghasilan atas penyalur gula Pendapatan PPh Final Tetap


pasir dan tepung terigu Bulog

1.10 Penghasilan sebagai Distributor Pendapatan PPh Final Tetap


Kertas (0,10% * H Jual)

1.11 Penghasilan atas Distributor Pendapatan PPh Final Tetap


Industri Rokok DN (0,15%*H Bandrol)

II. Harga Pokok Penjualan


2.1 Penilaian Persediaan Harga Perolehan Harga Perolehan No
COMWIL - Temporer
Prosentase Laba Bruto - Temporer
Harga Eceran - Temporer

2.2 Metode FIFO FIFO No


Rata-rata Rata-rata No
LIFO - Temporer
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA


III. Penghasilan Di Luar Usaha
3.1 Deviden dari Penyertaan DN Pendapatan Bukan Obyek Pajak Tetap
(minimal 25% dan ada usaha lain) (Equity Method)
3.2 Bunga Deposito dan Tabungan Pendapatan PPh Final Tetap
(termasuk Jasa Giro dan SBI) (20%)
3.3 Keuntungan Penjualan Saham di Pendapatan PPh Final Tetap
Bursa Efek Indonesia (0,1% x H Jual
3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan
bangunan:
- oleh orang pribadi dan yayasan Pendapatan PPh Final (5%) Tetap
- oleh badan (bukan usaha pokok) Pendapatan PPh 25 (5%) No
- oleh badan (usaha pokok) Pendapatan PPh 23 No
3.5 Penghasilan Sewa
- Badan Pendapatan PPh Final (10%) Tetap
- Orang Pribadi Pendapatan PPh Final (10%) Tetap
3.6 Penghasilan dari Hadiah atas Undian Pendapatan PPh Final (25%) Tetap
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA


3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang Pendapatan PPh Final Tetap
diperdagangkan di Bursa Efek (15% * bunga)

IV. Beban Usaha


4.1 Biaya yang dipergunakan untuk Realisasi Realisasi No
mendapatkan, menagih dan Penyisihan - Temporer
memelihara penghasilan yang meru-
pakan Obyek Pajak

4.2 Biaya yang dipergunakan untuk Biaya Undeductible Tetap


mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Obyek Pajak

4.3 PPh pasal 21 (karyawan) Tunjangan PPh 21 Deductible No


Ditanggung Perush Undeductible Tetap

4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk - Umum -Undeductible Tetap


natura - Makan minum di -Deductible No
tempat kerja
- Berkaitan dg -Deductible No
pekerjaan
- Daerah terpencil -Deductible No
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA
4.5 Sumbangan Biaya Undeductible Tetap
4.6 Entertainment Daftar Nominatif Deductible No
Tdk Daftar Nominatif Undeductible Tetap
4.7 Penyusutan -Sesuai pajak Deductible No
- Beda Metode -Beda Metode Deductible Temporer
- Beda umur ekonomis -Beda umur eko. Deductible Temporer
4.8 Kendaraan dibawa pulang Biaya 50% Undeductible Tetap
50% Deductible
4.9 Sewa rumah karyawan Tidak diberi tunjangan Undeductible Tetap
Diberi tunjangan Deductible No
4.10 Biaya pengobatan Penggantian Deductible No
Tunj. Pengobatan Deductible No
Cuma-Cuma Undeductible Tetap
4.11 SGU dengan hak opsi
Penyusutan aktiva SGU Biaya Undeductible Temporer
Bunga SGU Biaya Undeductible Temporer
Jumlah Pembayaran Non Biaya Deductible Temporer

4.12 Biaya lain-lain Tidak dirinci Undeductible Tetap


Dirinci Deductible No
ZAKAT

A. PEMELUK AGAMA ISLAM


B. MAX 2.5% DARI PENGH.NETO FISKAL
C. PENGHASILAN OBYEK PAJAK YG TIDAK
FINAL
D. SURAT SETORAN ZAKAT KEPADA BADAN/
LEMBAGA AMIL ZAKAT YG
DIBENTUK/DISAHKAN PEMERINTAH
1. NAMA
2. ALAMAT
3. NPWP
4. JENIS PENGHASILAN YG DIBAYAR ZAKAT
5. SUBER/ JENIS PENGH & BULAN / TAHUN
6. BESARNYA PENGHASILAN
7. BESARNYA ZAKAT
KOMPENSASI KERUGIAN

1. MAX 5 TAHUN BERTURUT-TURUT

2. PEMBUKUAN

3. KERUGIAN DARI SPT/ SKP JIKA TELAH


DIPERIKSA
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN


PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN


TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH
TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA
10 TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN


TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR
DAERAH TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN
DIBERIKAN PALING LAMA 8 TAHUN
PENGHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
PT. A dalam tahun 1995 menderita kerugian fiskal
sebesar Rp 1.200.000.000,00. Dalam 5 tahun
berikutnya rugi-laba fiskal PT. A sbb :
1996 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
1997 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
1998 : laba fiskal N I H I L
1999 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2000 : laba fiskal Rp 800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sbb :
Rugi fiskal Thn 1995 (Rp 1.200.000.000,00)
Laba fiskal Thn 1996 Rp 200.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 1995 (Rp 1.000.000.000,00)
Rugi fiskal Thn 1997 (Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal Thn 1995 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 1998 N I H I L
Sisa rugi fiskal Thn 1995 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 1999 Rp 100.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 1995 (Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2000 Rp 800.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 1995 (Rp 100.000.000,00)

TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN LAGI


DENGAN LABA FISKAL THN 2001
HANYA BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL
THN 2001 & 2002 (KOMPENSASI DIMULAI SJK THN 1998)
BESARNYA (PTKP)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
2009

Rp 54.000.000,00 UNTUK DIRI WAJIB PAJAK

Rp 58.500.000,00 TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN

TAMBAHAN UNTUK SEORANG ISTERI YG


PENGHASILANNYA DIGABUNG DENGAN
Rp 112.500.000,00
PENGHASILAN SUAMI

TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA


KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS
Rp 4.500.000,00 KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG
MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA
MAKSIMAL 3 ORANG
PTKP

 Penerapan PTKP sesuai dgn keadaan


pada awal tahun pajak atau awal bagian
tahun pajak.
 WBT tidak memperoleh pengurangan
PTKP.
 Suami istri yg telah hidup terpisah
diperlakukan seperti WP Tidak Kawin.
PENGHASILAN NETTO KOMERSIAL

KOREKSI FISKAL
 POSITIF
 NEGATIF

PENGHASILAN NETTO FISKAL


KOREKSI FISKAL
 POSITIF
 NEGATIF

Penentuan Positif/ Negatif dilihat


dari sisi Penghasilan
TARIF PAJAK PENGHASILAN
Pasal 17 ayat (1) huruf a UU No. 36 Tahun 2008

TARIF PAJAK PENGHASILAN BAGI


WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DN

LAPISAN PKP TARIF PAJAK

- Rp. 0 S/D Rp 50.000.000,00 5%

- DI ATAS Rp 50.000.000,00 15 %
S/D Rp 250.000.000

- DI ATAS Rp 250.000.000 25%


S/D Rp 500.000.000

- DI ATAS Rp 500.000.000 30 %
CONTOH
PENERAPAN TARIF PPh BAGI WAJIB
PAJAK
ORANG PRIBADI DN
JUMLAH PKP Rp 199.000.000,00

PPh TERUTANG :

5% X Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% X Rp 199.000.000 = Rp 22.350.000

Rp 24.850.000,00
CONTOH PENGHITUNGAN PPh BAGI SUAMI-ISTRI YG
MENGADAKAN
PERJANJIAN PEMISAHAN HARTA DAN PENGHASILAN SECARA
TERTULIS
Pasal 8 ayat (3)

CONTOH :
1. PENGHASILAN SUAMI (udin)
DARI PEGAWAI Rp 200.000.000,00
2. PENGHASILAN ISTRI DARI
PEGAWAI DAN SALON Rp 125.000.000,00
JML PENGHASILAN Rp 325.000.000,00
PTKP (K/I/3) Rp 126.000.000,00
PKP Rp 199.000.000,00
PPh TERUTANG Rp 24.850.000,00

PENGENAAN PPh MASING-MASING SUAMI-ISTERI DIHITUNG


PROPORSIONAL SBB :
PPh SUAMI :
Rp 200.000.000,00 X Rp 24.850.000,00 = Rp 15.292.300,00
Rp 325.000.000,00

PPh ISTERI :
Rp 125.000.000,00 X Rp 24.850.000,00= Rp 9.557.700,00
Rp 325.000.000,00
Kredit Pajak

• Merupakan pembayaran pajak yang telah


dilakukan selama periode Januari s.d.
Desember;
• Pengurang PPh terutang.

PPh yg dipotong/ dipu PPh yg dibayar/


ngut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 21/22/23/24) (PPh Psl. 25)
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -

PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/


dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

• PPh Psl. 21 dikreditkan berdasarkan


• PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
• PPh Psl. 23
• PPh Psl. 24 (bukan PPh Final)
PPh Pasal 21

Bukti pemotongan PPh Psl. 21

Form. 1721 – A1 Form. 1721 – A2


Pegawai Swasta PNS, ABRI, &
(Non PNS) Pensiunannya

Bukti Potong PPh Psl. 21/26


Pegawai Tdk. Tetap yang
menerima penghasilan
PPh Pasal 23

• Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,


royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
• PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak
dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima
penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali
atas PPh yang bersifat final);
• WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap
kali dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh
pihak pemotong pajak.
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara :


• Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
• Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
PPh Yang Dibayar Sendiri

• PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaran paja


k yang dilaporkan sebagai SPT Masa);
• PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khusus
pengusaha tertentu);
• STP PPh Pasal 25 (hanya pokok pajak);
• Fiskal Luar Negeri.
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh
Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


dikreditkan
Sanksi
Administrasi …….. 80.000
Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
Fiskal Luar Negeri (FLN)

• Pajak yang dibayar oleh Orang Pribadi (WP DN) yang


berangkat ke luar negeri;
• Tarif FLN : - Udara : @ Rp.1.000.000,00
saat ini Rp.2.500.000,00
(Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 53/PJ/2008)

- Laut : @ Rp. 500.000,00


saat ini Rp. 1.000.000,00
(Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 53/PJ/2008)
• Tanda Bukti Pembayaran Fiskal Luar Negeri;
• Hanya FLN untuk WP ybs, istri dan tanggungannya.
ANGSURAN PPh PASAL 25
TAHUN PAJAK BERIKUTNYA

A. PPh Pasal 25 utk bulan Januari s.d. Pebruari = Angsuran bulan Desember
tahun pajak sebelumnya

B. PPh Pasal 25 secara umum untuk bln Maret s.d. Desember


(PPh TERUTANG – KREDIT PAJAK PPh 21,22,23,24)
12 bulan

C. Dasar penghitungan angsuran adalah penghasilan neto fiskal tahun pajak


sebelumnya (dalam hal tidak terdapat kompensasi kerugian dan seluruh
penghasilan adalah teratur)

D. Dalam hal terdapat penghasilan tidak teratur, angsuran PPh Pasal 25 dihitung
kembali

E. Dalam hal terdapat kompensasi kerugian, angsuran PPh Pasal 25 dihitung


kembali
WP OP YANG WAJIB LAPOR
SPT TAHUNAN

• WP OP yang menerima / memperoleh penghasilan lain di luar


penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
dan / atau memperoleh penghasilan tersebut dari satu pemberi
kerja (WP KARYAWAN)
• Pejabat negara, PNS, Pegawai BUMN/BUMD
• WNI yang bekerja di perwakilan negara asing dan organisasi
Internasional

Lanjut…………
Lanjutan………….

WP OP YANG WAJIB LAPOR


SPT TAHUNAN

• Orang Asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan atau dalam satu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk menetap.
• Suami istri yang dikenakan PPhnya secara terpisah dalam hal :
- suami isteri telah hidup terpisah
- dikehendaki secara tertulis oleh suami isteri berdasarkan
pemisahan harta dan penghasilan (dalam hal ini suami dan
isteri harus mempunyai NPWP
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN
(KMK 535/KMK.04/2000 )

Orang pribadi yang tidak diwajibkan menyampaikan


SPT sekaligus tidak wajib ber‑NPWP adalah
a. Memperoleh penghasilan neto usaha yang
tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena
pajak;
b. Memperoleh penghasilan semata‑mata bukan
dari usaha/pekerjaan bebas (tetapi tetap
diwajibkan menyampaikan SPT Tahunan).
JENIS SURAT PEMBERITAHUAN
PPh ORANG PRIBADI
( KEP‑394/PJ./2002 )

SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sejak Tahun Pajak 2002 dan
tahun‑tahun berikutnya ada dua jenis yaitu :

• SPT 1770 : SPT ini diperuntukkan bagi wajib pajak


Orang Pribadi yang kegiatan usaha dan
atau pekerjaan bebas
• SPT 1770 S : SPT ini diperuntukkan bagi wajib pajak
Orang Pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas
• SPT 1770 SS : SPT ini diperuntukkan bagi wajib pajak
Orang Pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas
ISI SPT TAHUNAN
1770
No Kode Formulir Nama Formulir Keterangan

1 1770 SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Induk SPT


2 1770-1 Halaman 1 Perhitungan penghasilan neto bagi Lampiran I
1770-1 Halaman 2 wajib pajak yang melakukan
Pembukuan
Perhitungan penghasilan neto bag
wajib pajak yang menggunakan norma
perhitungan penghasilan
neto,memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan,
memperoleh penghasilan dari
investasi
Lanjutan………….
ISI SPT TAHUNAN
1770
No Kode Nama Formulir Keterangan
Formulir
3 1770-II Daftar pemotongan dan pemungutan PPh oleh Lampiran II
pihak lain, PPh yang ditanggung pemerintah,
penghasilan neto dan pajak atas penghasilan yang
dibayarl dipotong/ terutang di luar negeri

4 1770-III Penghasilan lain yang telah dikenakan pajak Lampiran III


bersifat Final, dikenakan pajak tersendiri, dan
penghasilan yang bukan termasuk obyek pajak

5 1770-IV Daftar Harta dan Daftar Kewajiban Lampiran IV


ISI SPT TAHUNAN
1770 S

No. Nama Formulir Keterangan

1 SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Induk SPT

2 Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, penghasilan neto Lampiran I


dalam negeri lainnya, daftar pemotongan/pemungutan PPh oleh
pihak lain dan PPh yang ditanggung pemerintah

3 Daftar harta dan daftar kewajiban Lampiran II


Lampiran SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
berdasarkan KEP‑214/PJ/2001 adalah sebagai
berikut :

• Rekapitulasi bulanan peredaran bruto Jika menggunakan


norma penghitungan penghasilan neto
• SSP Pajak Penghasilan Pasal 29 atas kekurangan
pembayaran pajak, kecuali ada izin untuk mengangsur atau
menunda;
• Surat Kuasa Khusus apabila SPT ditandatangani oleh
bukan Wajib Pajak, atau Surat Kematian dalam hal
ditandatangani oleh Ahli Waris;
Lanjutan………….
Lampiran SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi berdasarkan KEP‑214/PJ/2001
adalah sebagai berikut :

• Fotokopi Formulir 1721‑A1 dari pemberi kerja jika karyawan swasta


termasuk BUMN dan BUMD ;
• Fotokopi Formulir 1721‑A2 dari pemberi kerja jika PNS, TNI-Polri,
atau Pejabat Negara ;
• Perhitungan Pajak Penghasilan oleh masing‑masing pihak bagi
Wajib Pajak yang kawin dengan perjanjian pemisahan harta;
• Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak;
• Bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayar oleh Wajib
Pajak kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang
disahkan Pemerintah
Lanjutan………….

Lampiran SPT Tahunan PPh Orang Pribadi


berdasarkan KEP‑214/PJ/2001 adalah sebagai
berikut :

• Neraca dan Laporan Laba Rugi jika menggunakan


pembukuan);
• Daftar perhitungan penyusutan dan atau amortisasi
fiskal
• Perhitungan kompensasi kerugian dalam hal
terdapat sisa kerugian tahun‑tahun sebelumnya
yang masih dapat dikompensasikan;
WP OP YANG WAJIB LAPOR SPT TAHUNAN

• WP OP yang menerima / memperoleh penghasilan dari


kegiatan usaha, modal, pekerjaan bebas dan
kegiatan lain (WP PENGUSAHA)
• WP OP yang menerima / memperoleh penghasilan lain di luar
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
dan / atau memperoleh penghasilan tersebut dari satu pemberi
kerja (WP KARYAWAN)
• Pejabat negara, PNS, Pegawai BUMN/BUMD
• WNI yang bekerja di perwakilan negara asing dan organisasi
Internasional
Lanjutan………….

WP OP YANG WAJIB LAPOR SPT TAHUNAN

• Orang Asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan atau dalam satu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk menetap.
• Suami istri yang dikenakan PPhnya secara terpisah dalam hal :
- suami isteri telah hidup terpisah
- dikehendaki secara tertulis oleh suami isteri berdasarkan
pemisahan harta dan penghasilan (dalam hal ini suami dan
isteri harus mempunyai NPWP)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
MENYAMPAIKAN SPT
(KMK 535/KMK.04/2000 )

Orang pribadi yang tidak diwajibkan menyampaikan


SPT sekaligus tidak wajib ber‑NPWP adalah
a. Memperoleh penghasilan neto usaha yang
tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena
pajak;
b. Memperoleh penghasilan semata‑mata bukan
dari usaha/pekerjaan bebas atau WP Karyawan
(tetapi tetap diwajibkan menyampaikan SPT
Tahunan).

Anda mungkin juga menyukai