Anda di halaman 1dari 18

KESEHATAN LINGKUNGAN

ANALISIS MANAJEMEN RESIKO PENCEMARAN


LINGKUNGAN (PENCEMARAN UDARA)
Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
upaya anggota organisasi serta penggunaan semua
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
Lingkungan
 Menurut (Munadjat Danusaputro dalam Haryanto,
2018),
Lingkungan atau lingkungan hidup adalah
semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di
dalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya, yang
terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup
lainnya.
Manajemen Lingkungan
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari
keseluruhan fungsi manajemen (termasuk
perencanaan) yang menentukan dan membawa
pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS
7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998 dalam
Purwanto, 2006).
Pencemaran Udara
 Adanya zat asing dalam udara menyebabkan
perubahan komposisi udara dalam keadaan
normalnya. Perubahan komposisi dalam udara
dapat berupa sifat fisik maupun kimiawi. Keadaan
seperti itu biasa disebut dengan pencemaran udara.
Sampah
Sampah adalah barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai
sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa
dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar
(Panji Nugroho, 2013 dalam Hidayat, 2015).
Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah volume sampah yang
sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya
tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Pengelolaan sampah yang terjadi selama ini
dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada
lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan
dari pemerintah (Hidayat, 2015).
Prinsip Pengolahan Sampah
Mengurangi
(Reduce)

Menghargai Menggunakan
(Respect) Kembali (Reuse)

Mengganti Mendaur Ulang


(Replace) (Recycle)
Alat Pelindung Diri (APD) pada Petugas Sampah
ANALISA MASALAH

Back Next
 Menurut Faisya et all, 2019, Manajemen Risiko dilakukan 2 tahap, yaitu:
 Prakiraan Risiko: Proyeksi durasi paparan H₂S pada prakiraan risiko
kesehatan untuk responden masyarakat sekitar TPA Sukawinatan terjadi
risiko kesehatan sampai pajanan lifetime (30 tahun). Proyeksi durasi
paparan NH₃ pada prakiraan risiko kesehatan untuk responden
masyarakat sekitar TPA Sukawinatan terjadi risiko kesehatan sampai
pajanan lifetime (30tahun).

 Strategi Pengelolaan Risiko: Masyarakat perlu melakukan aktivitas di


luar kawasan TPA Sukawinatan untuk mengurangi waktu dan frekuensi
paparan H2S serta melakukan pemantauan kualitas udara secara berkala
terkait H2S dan mengubah sistem pengelolaan menjadi sanitary landfill.
 Menurut Harjanti et all, 2016. Pengukuran yang
telah dilakukan dalam penelitian terhadap
konsentrasi gas amonia pada zona aktif I dan II
serta di pemukiman pemulung didapatkan hasil
masih banyak nilai yang berada di bawah baku
mutu tingkat kebauan yang telah ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 50 tahun 1996 yaitu 2 ppm.
 Variabel yang paling berpengaruh dominan pada uji regresi
logistik antara jenis kelamin, konsentrasi H2S dan intake
terhadap keluhan saluran pernafasan pada pemulung di TPA
Ganet Tahun 2018 yaitu jenis kelamin dan intake dengan
probabilitas 97,9 %.
 pencemar udara dan Gas Rrumah Kaca (GRK), sumber
pencemar yang paling berpengaruh terhadap kondisi kualitas
udara di Kota Tangerang adalah dari sumber pencemar bergerak
(transportasi), dan dari sumber titik. Sektor yang paling
berpengaruh dari sumber titik adalah sektor industri. Sebesar
90% lebih pencemar dihasilkan oleh sektor industri untuk
seluruh parameter yang dianalisis.
 Menurut Putri, 2017. Pentingnya diperhatikan paparan yang
diterima melalui seberapa lama pemulung berada dikawasan TPA
dan kebiasaan yang kurang baik, dan kondisi ini tidak hanya di
alami oleh para pemulung saja tetapi bagi warga yang tinggal
dekat dengan kawasan TPA. Sehingga perlu adanya kesadaran diri
dari para pemulung dan peran aktif tenaga kesehatan dalam
melakukan promosi kesehatan mengenai K3 atau sistem
pernapasan di daerah tesebut.
 Menurut Gunawan, 2018. Jumlah minyak pirolisis yang dihasilkan
dari sampah plastik (empat jenis plastik) adalah jenis PP tiap 500
gram menghasilkan 470 mili liter, jenis HDPE menghasilkan 412
mili liter tiap 500 gramnya, Jenis PET menghasilkan 436 mili liter
per 500 gram sampah plastik, LDPE menghasilkan 375 mili liter
tiap 500 gram sampah plastik yang telah dicacah.
 Menurut Annisa, 2017. Pengukuran faktor meteorologi pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor
meterologi seperti suhu yang konstan, kelembapan terjadi karena
pengaruh suhu terhadap konsentrasi gas dan kecepatan angin
terhadap konsentrasi pada saat pengukuran gas di TPA Jatibarang
fluktuatif, dimana kecepatan angin dibeberapa titik berbeda. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi gas SO2 dan NO2
dipengaruhi oleh jumlah kendaraan.
 Menurut Sulistyowati, 2017. Personal hygiene pada pekerja
pengangkut sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo dalam
kategori baik. Penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
pengangkut sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo dalam
kategori baik. Minoritas pekerja pengangkut sampah di TPA
Mojorejo Kabupaten Sukoharjo mengalami gangguan kulit.
 Menurut Yolanda, 2018. Bahwa promosi kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) berpengaruh terhadap pengetahuan
dan sikap pada pemulung di TPA Terjun Medan Marelan
Tahun 2018.
 Menurut Sulaiman, 2019. Faktor yang mempengaruhi
tingginya limbah B3 adalah banyaknya kandungan logam
sulfida pada scrap yang dipakai, jenis oli yang dipakai
kualitasnya rendah, jarangnya dilakukan maintenance,
Kurangnya kesadaran operator dengan limbah B3, keadaan
mesin yang tidak terawat, dan banyaknya gesekan antara
baja dengan milling karena ketidaksesuaian ukuran.
PEMECAHAN MASALAH
 Pengukuran Kualitas Udara
 Tanaman Penyerap Polutan
 Alat Pelindung Diri (APD)
 Promosi K3
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai