Anda di halaman 1dari 40

MANAJEMEN DAN REKAYASA

LALU LINTAS
Materi: 06
Prioritas Pejalan Kaki-2
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas - MRLL

REN TUR REK PEMB WAS

UNSUR
UNSUR P.U
PERHUBUNGAN
UNSUR POLRI

PENETAPAN KEBIJAKAN MAN & REK OPS


PENINGKATAN DAN
DAN PENGADAAN &
PERBAIKAN PHISIK
PENEMPATAN DAN PENEGAKAN
JALAN PERLENGKAPAN JALAN HUKUM

1) penetapan prioritas angkutan massal melalui


penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus;
2) pemberian prioritas keselamatan dan
kenyamanan Pejalan Kaki; mengoptimalkan TINGKAT
3) pemberian kemudahan bagi penyandang cacat; penggunaan PELAYANAN
4) pemisahan atau pemilahan pergerakan arus
jaringan Jalan dan YG DITUJU
Lalu Lintas berdasarkan peruntukan lahan,
mobilitas, dan aksesibilitas; gerakan Lalu Lintas
5) pemaduan berbagai moda angkutan;
6) pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
7) pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan;
dan/atau
8) perlindungan terhadap lingkungan.

2
Metoda/ Cara Melakukan MRLL
1 penetapan prioritas angkutan massal;

2 pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan


kaki;
3 pemberian kemudahan bagi penyandang disabilitas;

4 pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas;

5 pemaduan berbagai moda angkutan;

6 pengendalian lalu lintas pada persimpangan;

7 pengendalian lalu lintas pada ruas jalan; dan/ atau

8 perlindungan terhadap lingkungan.


Penetapan Prioritas Keselamatan dan
Kenyamanan Pejalan Kaki.

• Penyediaan fasilitas pejalan kaki;


1
• Penyediaan Pembatas Antara Fasilitas Pejalan Kaki Dengan
Ruang Lalu Lintas Yang Digunakan Untuk Kendaraan
2 Bermotor.

• Penyediaan Zona Selamat Sekolah (ZoSS).


3
1. Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki

trotoar, termasuk jalur


pedestrian;

fasilitas penyeberangan
berupa:
• Zebra cross;
• Pelican crossing;
• Jembatan penyeberangan orang;
• Terowongan penyeberangan orang.
Jembatan Penyeberangan Orang
• Jembatan Penyeberangan Orang disingkat JPO:

Fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar
atau menyeberang jalan tol dengan menggunakan jembatan.

Sehingga dengan fasilitas ini, orang dan lalu lintas kendaraan dipisah
secara fisik.

• Jembatan penyeberangan juga digunakan untuk menuju tempat


pemberhentian bis (seperti busway Transjakarta di Indonesia) untuk
memberikan akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi
roda, tangga diganti dengan suatu akses dengan kelandaian tertentu.
Kapan dibangun JPO

Pembangunan JPO disarankan untuk:


1. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra
Crossing dan Pelikan Crossing sudah mengganggu lalu lintas
yang ada;
2. Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan
yang melibatkan pejalan kaki cukup tinggi;
3. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus
pejalan kaki yang tinggi;
Dimensi JPO
1) Jembatan penyeberangan pejalan kaki memiliki lebar minimum 2,0 m dan
kelandaian tangga maksimum 20o;
2) Bila jembatan penyeberangan juga diperuntukkan bagi sepeda, maka lebar
minimal adalah 2,75 m;
3) Jembatan penyeberangan pejalan kaki harus dilengkapi dengan pagar yang
memadai;
4) Pada bagian tengah tangga jembatan penyeberangan pejalan kaki harus
dilengkapi pelandaian yang dapat digunakan sebagai fasilitas untuk kursi roda
bagi penyandang cacat;
5) Lokasi dan bangunan jembatan penyeberang pejalan kaki harus sesuai dengan
kebutuhan pejalan kaki dan estetika;
6) Penempatan jembatan tidak boleh mengurangi lebar efektif trotoar.
Desain Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

• Desain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan


prinsip yang sama dengan jembatan untuk kendaraan, dengan
beban yang lebih ringan, dan mempertimbangkan getaran
dan efek dinamik dari penggunanya.

• Juga mempertimbangkan masalah estetika terutama JPO di


jalan-­jalan protokol, dimana desain arsitektur menjadi
pertimbangan penting.
Pemanfaatan JPO
Variabel­variabel yang mempengaruhi penggunaan/
pemanfaatan JPO:
1. Kepadatan lalu lintas;
2. Lebar jalur;
3. Lokasi;
4. Aksesibilitas;
5. Pagar di sekitar trotoar; dan
6. Penegakan hukum terhadap pelanggar larangan
menyeberang di jalan kendaraan bila sudah memiliki
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
Kombinasi JPO dengan kawasan perbelanjaan

Salah satu pendekatan lain yang digunakan di kawasan


perbelanjaan yang ramai adalah dengan mengkombinasikan JPO
dengan pertokoan atau perbelanjaan seperti:
1. JPO yang menghubungkan Pondok Indah Mall I dengan
Pondok Indah Mall II;
2. JPO di Pasar Tanah Abang;
3. JPO di Pusat perbelanjaan Mangga dua Jakarta;
4. JPO di Pasar Baru Jakarta;
5. JPO di Pusat perbelanjaan elektronik Glodok;
Perpektif JPO
Tipikal JPO
Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki, Guangzhou
Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki, BRT Guangzhou
Fasilitas pejalan kaki sekitar Stasiun Ueno, Tokyo.
Terowongan Penyeberangan
• Salah satu cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan
kemudahan bagi pejalan kaki adalah menyediakan akses
terowongan dibawah jalan.
• Terowongan kalau ditinjau dari estetika lebih baik dari jembatan
penyeberangan, namun dari aspek keamanan lebih buruk. Oleh
karena itu terowongan perlu diawasi dengan baik dan bila perlu
dilengkapi dengan kamera pengintai.
• Dalam rangka meningkatkan keamanan didalam terowongan, dapat
dibangun dengan dilengkapi dengan kios­-kios yang menjual
berbagai kebutuhan masyarakat.
Pembangunan terowongan disarankan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra
Cross dan Pelikan Cross serta jembatan penyeberangan tidak
memungkinkan untuk dipakai;
2. Bila kondisi lahannya memungkinkan untuk dibangunnya
terowongan;
3. Arus lalu lintas dan arus pejalan kaki cukup tinggi.
Perpektif Terowongan Pejalan Kaki
Tipikal Terowongan Pejalan Kaki
Terowongan Pejalan Kaki, Singapura
Terowongan pejalan kaki “Dukuh Atas” , Jakarta
Terowongan pejalan kaki, Bogor

?
2. Penyediaan Pembatas Fasilitas Pejalan Kaki

Penyediaan pembatas antara fasilitas pejalan kaki dengan ruang lalu


lintas yang digunakan untuk kendaraan bermotor dapat berupa:
a. pembatas fisik, antara lain pagar dan/ atau canstin;
b. marka menerus; dan/atau
c. taman.

Penggunaan pembatas fisik (Pagar pengaman) paling sedikit harus


memperhatikan:
a. jumlah pejalan kaki;
b. volume lalu lintas;
c. kecepatan rata-rata kendaraan bermotor.
Pagar pengaman diletakan di jalur fasilitas dengan tinggi 90 cm,
dan bahan yang digunakan adalah metal/beton yang tahan
terhadap cuaca, kerusakan, dan murah pemeliharaannya.

Pagar pengaman dipasang apabila:


1) apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450
orang/jam/lebar efektif (dalam meter);
2) apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam;
3) kecepatan kendaraan > 40 km/jam;
4) kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas penyeberangan;
5) bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau tanaman.
Pembatas Pedestrian
Pagar Pembatas
Taman
3. Penyediaan Zona Selamat Sekolah (ZoSS).

• Zona Selamat Sekolah (ZoSS): adalah pengendalian kegiatan


lalu lintas melalui pengaturan kecepatan dengan penempatan
marka dan rambu pada ruas jalan di lingkungan sekolah, yang
bertujuan untuk mencegah terjadi kecelakaan sebagai upaya
menjamin keselamatan anak di sekolah.

• Sekolah meliputi: PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTS, dan


SMA/SMK/MA.
Penyediaan Zona Selamat Sekolah {ZoSS) dapat disediakan
dengan persyaratan:
1) jumlah lajur paling banyak 4 {empat) lajur; dan
2) tidak tersedia jembatan penyeberangan orang.
ZoSS dinyatakan dengan fasilitas perlengkapan jalan, yang terdiri
atas:
1) Marka jalan;
2) Rambu lalu lintas; dan
3) Alat pengaman pemakai jalan.
Dalam kondisi tertentu ZoSS dapat dilengkapi dengan fasilitas
perlengkapan jalan, antara lain:
1) alat pemberi isyarat lalu lintas;
2) halte; dan/ atau
3) fasilitas pejalan kaki.
Kondisi tertentu, terdiri dari:
1) terdapat pengguna jalan penyandang disabilitas;
2) nisbah antara volume dan kapasitas di atas 0,7 (nol koma tujuh).
Fasilitas perlengkapan jalan pada ZoSS

Fasilitas perlengkapan jalan pada ZoSS berupa marka dan rambu,


sbb:

1. Marka Jalan, terdiri dari:


a. Marka Jalan berwarna putih menyatakan bahwa Pengguna
Jalan wajib mengikuti perintah atau larangan sesuai dengan
bentuknya;
b. Marka Jalan berwarna kuning menyatakan bahwa Pengguna
Jalan dilarang berhenti pada area tersebut;
c. Marka Jalan berwarna merah menyatakan keperluan atau
tanda khusus.
2. Rambu Lalu Lintas, terdiri dari:
a. Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan
kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada
jalan dan menginformasikan tentang sifat bahaya;
b. Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan;
c. Rambu petunjuk digunakan untuk memandu Pengguna Jalan
saat melakukan perjalanan atau untuk memberikan informasi
lain kepada Pengguna Jalan.
BENTUK DAN UKURAN ZONA SELAMAT SEKOLAH

1. Bentuk dan Ukuran ZoSS Tunggal pada Ruas Jalan Tipe 2/2 UD ,
2/2 D, 4/2 UD dan 4/2 D;

2. Bentuk dan Ukuran ZoSS Tunggal pada Persimpangan, Pada


pendekat tipe 2/2 UD , 2/2 D, 4/2 UD dan 4/2 D;

3. Bentuk dan Ukuran ZoSS Jamak pada Ruas Jalan Tipe 2/2 UD , 2/2
D, 4/2 UD dan 4/2 D;

4. Bentuk dan Ukuran ZoSS Jamak pada Persimpangan, Pada


pendekat tipe 2/2 UD , 2/2 D, 4/2 UD dan 4/2 D.
Bentuk dan Ukuran ZoSS Tunggal pada Ruas
Bentuk dan Ukuran ZoSS Tunggal pada Persimpangan
Bentuk dan Ukuran ZoSS Jamak pada Ruas Jalan
Bentuk dan Ukuran ZoSS Jamak pada Persimpangan
Keterangan:
A. Rambu Peringatan.
B. Rambu Larangan Kecepatan Maksimum.
C. Rambu Peringatan Banyak Lalu Lintas Pejalan Kaki
Menggunakan Fasilitas Penyeberangan.
D. Rambu Petunjuk Lokasi Fasilitas Penyeberangan
Pejalan Kaki.
E. Rambu Petunjuk Lokasi Fasilitas Pemberhentian
Mobil Bus.
F. Rambu Batas Akhir Larangan Kecepatan Maksimum.
G. Marka Lambang Berupa Tulisan “AWAL ZoSS”.
H. Pita Penggaduh.
I. Marka berupa garis berbiku-biku berwarna kuning,
artinya dilarang parkir pada jalan tersebut.
J. Marka Merah, sebagai tanda “Zona Selamat
Sekolah”.
K. Stop Line.
L. Marka untuk Penyeberangan Pejalan Kaki (Zebra
Cross).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai