Anda di halaman 1dari 178

FILSAFAT ILMU ISLAMI

Oleh
AMIR TJONENG
OM dan
Tante
Jangan
Ikuti saya

Lagi
Ngantuk
Anis Saleh Aguw ….
• Filsafat dari kata Philosophia
 Philo : Cinta
 Sophia : Kebenaran
 Philosophia : Cinta Kebenaran
• Al Baqarah 147 :
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu,
sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu”
RENUNGAN AWAL

• Prof. Hull dalam karya monumentalnya


‘History and Philosophy of Science’
mengungkapkan bahwa siklus pergumulan
antara agama dan ilmu pengetahuan
terjadi setiap 6 abad. Ia memulai penelitian
dgn mengkaji abad VI SM-1M
Periode I (Abad VI SM-1M)

• Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh


filsafat Yunani terkemuka seperti : Tales,
Pytagoras, Aristoteles dan Plato.
• Pada periode ini, para filsuf mengungguli
popularitas pemimpin politik dan pemimpin
agama.
• Tokoh agama hampir tidak ditemukan pada
periode ini.
Periode II (Abad I-VI M)

• Periode ini diawali oleh lahirnya Nabi Isa


• Ditandai dengan merosotnya popularitas filsuf
atau ilmuwan dan menguatnya peran penguasa
yang berkoalisi dengan gereja, mereka
mengaku wakil Tuhan di bumi
• Hampir tidak ditemukan filsuf dan ilmuwan
sebaliknya tercatat sejumlah raja yang otoriter
Periode II (Abad I-VI M)

• Orang-orang tidak berani mengkaji ilmu


pengetahuan karena itu berarti malapetaka
baginya, terutama jika hasil pemikirannya
bertentangan dengan pendapat istana dan
gereja
• Akibatnya, muncullah zaman kegelapan dan
kebodohan. Inilah yang melatari lahirnya Agama
Islam, dari sini, dapat dipahami mengapa IQRA
menjadi Starting Point Ajaran Islam
Periode III (Abad VI-XII/XIII M)

 Periode ini diawali dengan lahirnya Nabi Muhammad


SAW-kebangkitan Eropa Rasulullah memadukan ilmu
pengetahuan dengan agama, yang disimbolkan dalam
IQRA BI ISMI RABBIK (Bacalah dengan nama
Tuhanmu)
 IQRA adalah simbol ilmu pengetahuan dan BI ISMI
RABBIK adalah simbol agama
 IQRA tanpa BI ISMI RABBIK atau BI ISMI RABBIK
tanpa IQRA, terbukti tidak mengangkat martabat
manusia dan kemanusiaan
Periode IV (Abad XIII-XIX)

• Diawali dengan melemahnya pusat-pusat


kerajaan Islam dan kebangkitan Eropa
• Pada periode ini Dunia Barat hanya
mengembangkan sains dan teknologi, tetapi
melupakan agama sbg pembimbingnya.
• Mereka mengambil kekayaan intelektual dunia
Islam, tetapi meninggalkan agama (mengambil
IQRA melepas BI ISMI RABBIK)
Periode V (Abad XIX/XX)

• Ditandai dengan kejenuhan manusia memuja


pikirannya sendiri. Akhirnya muncul berbagai
gerakan dan filsafat yang bertema
kemanusiaan, seperti gerakan postmodernisme
• Menurut Hull, manusia tidak akan pernah
mungkin melepaskan diri dari agama, dan
agama yang tidak sejalan dengan ilmu
pengetahuan, tdk punya tempat dimasa depan.
1. Pengertian Filsafat

a. Plato (427-347 SM)


Pengetahuan tentang segala yang ada
b. Aristoteles (384-322 SM)
Menyelidiki sebab & prinsip segala
sesuatu. Filsafat adalah :
Ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang didalamnya
terkandung :
• Ilmu-Ilmu Metafisika
• Logika
• Retorika
• Etika
• Ekonomi
• Politik
• Estetika

Totalitas pengetahuan manusia


c. Al – Farabi (wafat 950 M)
Ilmu tentang sesuatu yang maujud
(mengada) sebagaimana ia secara
hakiki sebagai wujud

d. Rene Descartes (1596-1650)


Pembentangan/penyingkapan
kebenaran terakhir
e. Immanuel Kant (1724-1804)

Ilmu pokok dan pangkal segala


pengetahuan, mencakup :
• Metafisika (apakah yang dapat diketahui)
• Etika (apa yang boleh kita kerjakan)
• Agama (sampai dimana pengharapan
manusia)
• Antropologi (apa & siapa manusia
sesungguhnya)
f. Harold H. Titus
Usaha mencari suatu konsep rasional tentang
alam semesta serta kedudukan manusia
di dalamnya

g. J. A. Leighton
Filsafat yang lengkap mencakup pandangan dunia
atau konsep rasional tentang keseluruhan
kosmos & suatu pandangan hidup atau
doktrin nilai-nilai, makna-makna & tujuan
hidup manusia
h. Fuad Hassan
Sesuatu ikhtiar untuk berpikir radikal, dalam arti mulai
dari radix (akar) sesuatu hal yang hendak
dimasalahkan, untuk mencapai
kesimpulan yang universal

i. Jujun S. Suriasumantri
Berfikir filsafat berarti :
• Berfikir menyeluruh : memahami hakikat
ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya
• Berpikir mendasar : tidak akan percaya begitu saja
bahwa suatu pernyataan ilmiah (ilmu) itu benar
• Berpikir spekulatif : mencari kebenaran ibarat akan
menelusuri sebuah lingkaran
2. Filsafat Islam
Merupakan kegiatan berpikir yaitu :
a. Berpikir filsafati berdasarkan pandangan islam
yang dibentuk oleh pemahaman akan ajaran
islam
b. Berpikir filsafati menurut konsep rasional
tentang kesatuan kosmos yang dibentuk oleh
pemahaman ajaran islam
c. Berpikir filsafat menurut pandangan hidup yang
didasarkan pada ajaran Islam
d. Berpikir filsafat berdasarkan pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai, makna-makna dan
tujuan hidup manusia menurut ajaran islam
Berpikir filsafati secara islami ialah :

Memikirkan sesuatu secara ushuli dalam


keadaan sadar tentang Allah (berpikir-zikir)
sehingga dengan berpikir yang demikian
Itu sang pemikir senantiasa memelihara dan
menumbuhkan kesadaran ke-Tuhan-annya
dan menemukan makna nilai hakiki yang
terkandung dalam apa yang dipikirkannya
3. Filsafat Ilmu Islam
Pembahasan mengenai masalah ilmu secara
filsafati, berdasarkan pandangan yang dibentuk oleh
pemahaman akan ajaran islam, dengan sumber
utama Alquran & Hadits Nabi
Manfaat :
• Memperkaya pandangan mengenai ilmu secara filsafati
• Memberikan bahan pemikiran kritis bagi ilmuan muslim
untuk melakukan koreksi atau bandingan
• Dimilikinya sesuatu konsep keilmuan secara filsafati,
yang tidak menempatkan ilmu & agama sebagai 2 hal
yang masing – masing berdiri berdampingan secara
komplementer atau berhadap-hadapan secara
kontradiktif
LANDASAN FILOSOFIS

• Ontologis : Obyek apa yang ditelaah ilmu, bagaimana


wujud hakiki obyek tersebut (pengkajian tentang “ada”)
bagaimana hubungan antara obyek itu dengan daya
tangkap manusia

• Epistemologis : Bagaimana proses yang


memungkinkan diperoleh pengetahuan (ilmu),
bagaimana prosedurnya, cara teknis/sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar dan teori
pengetahuan.
• Aksiologis : Untuk apa ilmu digunakan
(teori tentang nilai), bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral dan bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral.
LANDASAN

• Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan


bumi, dan silih bergantinya malam dan siang,
merupakan tanda-tanda (ayat-ayat Allah) bagi
orang yang berakal (Ulul Albaab).
• Yaitu orang yang senantiasa berzikir (ingat)
kepada Allah, dalam keadaan berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring, seraya
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi,
(seraya berkata) Ya Tuhan kami tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka. (Ali Imran 190-191)
Gambaran Ulul Albaab

• Memiliki pandangan bahwa seluruh realitas yang


ditunjukkan oleh fenomena alam semesta adalah tanda-
tanda adanya Allah dengan segala ke Mahaan dalam
sifat-sifatNya (Maha Kuasa, Maha Berilmu dll) yang
menciptakan alam semesta itu.

• Berpikir dalam keadaan senantiasa sadar (Zikir) akan


Allah. Dengan filosofi berpikir yang demikian itu ia
memikirkan segala kejadian di alam semesta sehingga :
(1) kesadaran keTuhan annya senantiasa terawat
(cetusan kata Rabbana) (2) menemukan kejelasan
makna (ilmu) tentang ketidak sia-sian ciptaan Allah
• Menjadikan pengetahuannya beresensi sebagai
doa, dalam bentuk penggunaan pengetahuan
tersebut sebagai alat untuk melaksanakan
berbagai kegiatan duniawi yang mencegah
dirinya dari siksa neraka, yang pada hakikinya
merupakan perwujudan ibadah kepada Allah.
Filsafat Ilmu Islam

Ontologi Ilmu
Memandang realitas dari sudut pandang Ke-
Khaliq-Makhluqan, artinya melihat realitas dari
pemahaman adanya Allah sebagai Khaliq
(Pencipta) dan segala sesuatu selainnya
sebagai makhluq
Filsafat Ilmu Islam

• Epistemologi Ilmu
yang menempatkan pemikiran (Pikir) yang
bersenyawa dengan kesadaran akan Allah
(Zikir), sebagai suatu cara untuk mencapai ilmu
yang tetap lekat dengan kesadaran ke Tuhanan.
Filsafat Ilmu Islam

• Aksiologi Ilmu
yang mengarahkan proses ilmiah dan
pemanfaatan ilmu, tetap berpegang pada nilai-
nilai keilmiahan, yang tidak terpisahkan dengan
nilai-nilai moralitas, sehingga ilmu digunakan
sebagai alat dan sarana untuk mewujudkan
kegiatan kehidupan dunia yang tidak
berkonsekwensi pada azab neraka atau
menempatkan ilmu sebagai alat dan sarana
untuk Ibadah kepada Allah SWT
II. SUMBER PENGETAHUAN
Sumber Pengetahuan
(Filsafat Science Modern)

• Dalam berpengetahuan ada 2 hal yang


berhubungan :
- Obyek Sumber eksternal pengetahuan
- Subyek manusia sumber internal
pengetahuan
• Dalam Filsafat Umum, sumber pengetahuan adalah
- Rasionalisme : - Rene Descartes (peletak dasar)
- Malerbuanche
- De spinoza dll
- Empirisme : - Thomas Hobbes
- John Locke
- Berkeley
- David Hume
- Kritisme : - Immanuel Kant
- Pengetahuan manusia terjadi dari
sintesis unsur – unsur apriori (sebelum
pengalaman) & unsur – unsur aposteriori
(sesudah pengalaman)

• Filsafat Sains Modern


- Harold H.Titus, Marilyn S. Smith dan
Richard T. Nolan, ada 4 sumber
pengetahuan yang mungkin (Modern
dewasa ini)
• Orang yang memiliki otoritas (sumber
eksternal) adalah mereka yang memilikia
kesaksian dari pengalaman & pengetahuan
berkenaan dengan itu
• Indra (sumber internal) – pengamatan –
empirisme yang diharapkan dari indra
penampakan (appearance) sesuatu menurut
kenyataann (realitasnya)
• Akal – dari rasionalisme
akal budi (istilah dari filsafat) – reason, ratio,
intellectual
• Intuisi
- pemahaman yang lugas tentang
pengetahuan yang bukan merupakan hasil
pemikiran yang sadar adalah persepsi rasa
yang lugas
- kesadaran tentang data-data yang lugas
dirasakan
- unsur intuisi adalah dasar dari pengetahuan
kita terhadap keindahan, ukuran moral dari
agama
- Intuisi – hasil kesimpulan pengalaman &
pengetahuan seseorang pada masa lalu
AlQuran & Pandangan Filosofis
tentang Sumber Pengetahuan

1. Thaha 98
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu sekalian ialah
Allah. Tiada Tuhan selain Dia,
pengetahuanNya meliputi segala sesuatu
2. Al Hasyr 22
Artinya :
Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia,
Yang Maha Mengetahui yang gaib maupun
yang nyata. Dia Maha pemurah lagi Maha
penyayang
3. Thalaq 12
Artinya :
Dan sesungguhnya Allah, ilmuNya meliputi
segala sesuatu
4. An – Nahl 74
Artinya :
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-
sekutu bagi Allah, sesungguhnya Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui
5. An – Nahl 78
Artinya :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
(kandungan) ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati
agar kamu bersyukur
6. Al – Alaq 3-5
Artinya :
Bacalah dengan nama Tuhan Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar dengan qalam.
Mengajar manusia, apa-apa yang tidak
diketahuinya
7. Ar – Rahman 1-4
Artinya :
(Tuhan) yang Maha Rahman. Yang
mengajarkan Al Quran yang Menciptakan
manusia. Mengajarkan al Bayan
8. An – Nahl 89
Artinya :
Dan kami turunkan kepadamu kitab, untuk
menjadi penjelas (bayan) terhadap segala
sesuatu
9. Ali – Imran 118
Artinya :
Sungguh kami menjelaskan kepadamu
ayat-ayat kami, jika kamu menggunakan
akalmu
10. Al – Anbiya 7
Artinya :
Maka bertanyalah kamu kepada orang yang
mengetahui (ahl al zikr) jika kamu tidak
mengetahui
Dari ayat-ayat Al Quran tersebut di atas dapat
diturunkan beberapa makna mendasar yang
daripadanya bisa dirumuskan pandangan
filosofis mengenai sumber pengetahuan.
Makna-makna mendasar tersebut ialah :

1. Bahwa manusia tidak membawa


pengetahuan sejak awal diciptakan /
dilahirkan (An Nahl 78), karena itu tidak
mungkin menempati posisi sebagai sumber
pengetahuan. Sesuatu yang pada mulanya
tidak memiliki tidak mungkin menjadi
sumber, karena ia juga hanya berposisi
sebagai yang memperoleh
2. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala
sesuatu (Thaha 98, At Thalaq 12). Yang
pengetahuanNya meliputi yang gaib
maupun yang nyata (Al Hasyr 22)

3. Pada hakikatnya hanya Allah Yang Maha


mengetahui dan manusia pada hakikatnya
tidak mengetahui (An Nahl 74)
4. Manusia dikaruniai Tuhan
“Peralatan”,”jalan” dan petunjuk yang
secara potensial memungkinkan ia
memperoleh pengetahuan (An Nahl 74, Ar
Rahman 1-4, An Nahl 89, Ali Imran 118, Al
Anbiya 7, Thaha 98, Al Hasyr 22)
5. Segala pengetahuan yang diusahakan oleh
manusia untuk diperolehnya, pada
hakikatnya tercakup dan merupakan
pengetahuan/ilmu Allah
6. Perolehan pengetahuan oleh manusia
adalah perolehan denga perantaraan
(Knowledge by….), yakni segala perantara
(bil) yang meniscayakan (qalam)
pengetahuan itu diredhai oleh Allah untuk
diperoleh, sebagai perwujudan Allah
mengajarkan (‘allama) kepada manusia
apa-apa yang tidak diketahuinya (ma’lam
ya’lam)
III. PANDANGAN ONTOLOGI &
OBYEK MATERI ILMU
1. Pengertian Ontologi & Obyek Materi
Ilmu

Yunani : - On : ada
- Ontos : berada
- Logos : ilmu/ studi tentang
Inggris : - Ontology :
Studi/ilmu mengenai yang
ada atau berada
• Obyek – O.materi = pembicaraan
mengenai apa yang
menjadi obyek
penyelidikan
sehingga melahirkan
ilmu mengenai obyek
tersebut
• O. formal = pembicaraan mengenai
bagaimana pendekatan
yang
digunakan terhadap suatu
obyek materi ilmu

• Ontologi (dalam filsafat ilmu) adalah cara


pandang mengenai obyek materi suatu ilmu,
pembicaraan mengenai hakikat obyek materi
ilmu, itulah yang disebut pembicaraan
ontologi
2. Beberapa Pandangan Ontologi

Ontologi berpusat pada “Keinginan untuk


menjawab pertanyaan apa sesungguhnya
realitas (kenyataan)”
Pandangan Mengenai Realitas (filsafat
sains modern)

• Naturalisme - Paham serba alam


- kenyataan pada
hakekatnya
bersifat alam, yang
kategori
pokoknya adalah kejadian
dalam ruang dan waktu
- yang nyata pasti alam
• Materialisme : kenyataan berawal dari materi,
terjadi karena gejala-gejala ybs dgn materi
• Idealisme : bukan alam/materi, tapi
rohani/spiritual kejiwaan
• Hilomorpisme (hyle : materi, morphe : bentuk,
rupa) : tidak satupun yang bersifat fisis, yg
bukan merupakan kesatuan dari esensi &
eksistensi, memiliki sifat fisis dan hakekat
tertentu
• Positivisme : filsafat non metafisik
3. Implikasi Pandangan Ontologi Filsafat

Sains Modern
a. Obyek materi ilmu, tidak dalam kerangka
pencipta dan ciptaan
b. Obyek materi ilmu, sejauh jangkauan indra
dan/rasio
c. Obyek materi ilmu hanya dalam kerangka
ruang dan waktu (dunia belaka)
d. Obyek materi ilmu, diatur oleh hukum-hukum
keberadaan.
4. Obyek Materi Ilmu (Sains Modern)

• Bahwa pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan


mengenai obyek2 materi yang dapat dijangkau
oleh indra lahiriah dan/pemahaman rasional
manusia melalui penalaran
• Jujun : ilmu memulai penjelajahannya pada
pengalaman manusia dan berhenti dibatas
pengalaman manusia (ini merupakan
perwujudan Empirisme)
• Simpulan : Obyek materi ilmu -> wilayah empiris
dan rasio manusia, yang meta empirik seperti
surga, neraka, malaikat, Tuhan dan nilai2 moral
tidak dimasukkan pengetahuan ilmiah.
5. Pandangan Ontologi
berdasarkan AlQuran
a. Allah adalah wujud transenden (mengatasi) yang
tak relevan dipahami dgn pengertian wujud dan
kemaujudan menurut dimensi ruang dan waktu
(wujud yg tidak diwujudkan wujudnya, gaib)
b. Allah adalah Alkhaliq
c. Alam adalah salah satu ciptaan
d. Ciptaan Allah adalah ayat2/tanda akan adanya
Allah
e. Ciptaan Allah tunduk pada hukum2 keberadaan
(takdir/sunnatullah)
f. Allah adalah Al Haqq, segala yang bersumber dari
Allah adalah Al Haqq
6. Obyek Materi Ilmu menurut
Pandangan Al-Quran
a. Obyek ilmu adalah alam syahadah
maupun alam gaib (Alam Tabi’i adalah
semua entitas atau hal yang berada dalam
wilayah hukum taqdir/hukum alam dan
sunnatullah/hukum kemanusiaan)
b. Membangun pengetahuan ilmiah mengenai
alam tersebut, dilakukan dengan acuan
petunjuk Allah SWT. sebagai penciptanya
• Simpulan Ontologi :
KHALIQ-MAKHLUQ
IV. PANDANGAN EPISTEMOLOGI
&
METODE ILMIAH
Pandangan Epistemologi
1. Pengertian Epistemologi
- Episteme : pengetahuan
Logos : pengetahuan/ informasi
Pengetahuan diatas pengetahuan
- Teori ilmu pengetahuan, yg membicarakan
watak satu bentuk pengetahuan manusia
yaitu pengetahuan ilmiah (Scientific
Knowledge)
Manusia Akal Pikiran

Pengetahuan
Methods of Knowing (kerlinger)

Method of Method of Apriori Method of


Thenacity Authority Method Science

Metoda Penyidikan
Kebenaran

keyakinan Otoritas intuisi Wahyu


-kekuatan
-kemampuan Logico
-harapan
Dogma Metoda Hipotetico
Kekuatan gaib ilmiah
Verifikasi
Manusia diberikan oleh Allah SWT Akal untuk
Berpikir
• Berpikir itulah yg mencirikan hakekat manusia & karena
berfikir dia menjadi manusia
• Cogito Ergo Sum saya berfikir, karena itu saya ada
Berfikir : Sebuah proses yg membuahkan
pengetahuan

pengetahuan melahirkan penerapan


Upaya manusia memperoleh pengetahuan
didasarkan pada 3 masalah pokok :
1. Ontologi : - Apa yg ingin kita ketahui
- Seberapa jauh ingin diketahui
- Suatu pengkajian tentang “ada”

2. Epistemologi : - Bagaimana cara mendapatkan


pengetahuan (hal apa yg
diperhatikan)
- Teori pengetahuan

3. Axiologi : - Nilai kegunaan pengetahuan tsb


(teori tentang nilai)
- Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan dengan kaidah moral
Dasar Epistemologi Ilmu
• Teori pengetahuan membahas secara
mendalam segenap proses yg terlihat dalam
usaha kita untuk memperoleh pengetahuan
• Ilmu = Sains = Ilmu pengetahuan
hakikat ilmu tidak berhubungan dengan titel,
profesi, kedudukan tapi ditentukan oleh cara
berfikir menurut Persyaratan Keilmuan
ilmu bersifat : - terbuka
- Demokratis
- Menjunjung kebenaran diatas
segalanya
• Metode Keilmuan
Beberapa pola dalam memperoleh
pengetahuan ilmiah / kebenaran ilmiah
1. Berfikir Secara Rational (Rationalisme)
- Idea tentang kebenaran, yg menjadi dasar
pengetahuannya diperoleh lewat berfikir
secara rasional
- Sistem pengetahuan dibangun secara
koheren, diatas landasan-landasan pernyataan
yang sudah pasti
Koheren konsisten dengan pengetahuan /
pernyataan yg dibangun sebelumnya ( teori
kebenaran)
Mis : - Semua manusia akan mati
- Ali Akbar adalah manusia
- Ali Akbar pasti mati

- Semua mahasiswi pertanian


berkerudung
- Indira adalah mahasiswi pertanian
- Indira pasti berkerudung

Penalaran bersifat Deduksi


- Apriori Penalaran, tidak terbukti
- Tiap orang cenderung untuk percaya kepada
kebenaran yg pasti menurut pemikiran mereka
sendiri Solipsisme
- Terlepas dari pengalaman manusia

Bagaimana memperoleh kebenaran bila


kebenaran itu bercerai dari pengalaman
manusia
2. Berfikir Secara Empiris (Empirisme)
- Pengetahuan / kebenaran yg diperoleh
berdasarkan pengalaman
- Pengetahuan yg dibangun secara
korespondensi apa yg dikemukakan
(teori kebenaran) berkorespondensi dgn
apa yg dilihat
Mis : - Mukhtar Mah. Pertanian pandai
mengaji
- Azis Mah. Tekhnik pandai mengaji
- Semua Mah. UMI pandai mengaji
- Kerbau di MKS berwarna kelabu
- Kerbau di Jakarta berwarna kelabu
- Kerbau di Surabaya berwarna kelabu
Semua kerbau di Ind. berwarna
kelabu

Penalaran bersifat Induksi


3. Metode Keilmuan
- Gabungan Rasionalisme & Empirisme
Rasionalisme memberikan kerangka
pemikiran yg keheren &
logis, sedangkan
Empirisme memberikan kerangka
pengujian dalam
memastikan suatu
kebenaran
4. Pragmatisme untuk sains/ilmiah, tidak
bisa digunakan
adalah bagaimana nilai akhir kegunaannya
(bergantung kepada kegunaannya)
sehingga tidak langgeng digunakan
mis : NKK – berontak mahasiswa, yg koordinir
DEMA, supaya tenang DEMA dibekukan
tenang dapat dibuka kembali
Sains Semu (Pseudo Science)
• Metoda analisis : - nampaknya/seolah-olah
memenuhi persyaratan-
persyaratan metoda
scientifical
- melanggar/tidak memenuhi
persyaratan (obyektif, logik,
sistematis & verifikasi)
yaitu : - Subyektif Interpretasi Personal.
(pemimpin yg kharismatik)
- Tidak - tidak sesuai dengan
logik peraturan dasar
- definisi yang keliru
argumentasi juga keliru
- Tidak - kontradiksi antara
Sistematis beberapa bagian
- teori tidak saling
mendukung
- Sistem rangkaian ide yang tertutup -
tidak terbuka bagi ide-ide baru
- Kurang dapat dipercaya
Non Science
• Berdasar kebiasaan – bagaimana menari,
ballerina sedikit sains
(belajar anatomi) sehingga
disepakati non-science
• Sesuatu yang dianggap secara faktual benar oleh
sesuatu kelompok, kuda : dimakan sebagian,
sebagian tidak
• Sesuatu yang dianggap benar berdasarkan premises
(ditempat/dasar pikiran/alasan) dari sesuatu ideologi
tentang :
- hidup sederhana
- mengambil putusan secara musyawarah & mufakat
konsep ideologi yang tidak universal
• Survei yang dilakukan oleh NACE (National
Association Of Colleges and Employers)
tahun 2002 di Amerika Serikat, mengenai kualitas
lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia
kerja (hasil jajak pendapat pada 450 pengusaha)
adalah :
Nomor Kualitas Skor*
1 Kemampuan berkomunikasi 4,69
2 Kejujuran/Integritas 4,59
3 Kemampuan bekerja sama 4,54
4 Kemampuan Interpersonal 4,5
5 Etos kerja yang baik 4,46
6 Memiliki motivasi/berinisiatif 4,42
7 Mampu beradaptasi 4,41
8 Kemampuan analitikal 4,36
9 Kemampuan Komputer 4,21
10 Kemampuan berorganisasi 4,05
11 Berorientasi pada detail 4
12 Kemampuan Memimpin 3,97
13 Percaya diri 3,95
14 Berkepribadian ramah 3,85
15 Sopan/beretika 3,82
16 Bijaksana 3,75
17 IP> 3,0 3,68
18 Kreatif 3,59
19 Humoris 3,25
20 Kemampuan entrepreneurship 3,23
*Skala 1 - 5 (5 tertinggi)
• Pembentukan karakter
Stephen R. Covey, Penulis buku terkenal The Seven
Habits, mengemukakan bahwa metode pembentukan
karakter, merupakan sebuah seruan :
Taburlah gagasan, petiklah perbuatan
Taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan
Taburlah kebiasaan, petiklah karakter
Taburlah karakter, petiklah hasil
(Hukum Panen – Law of the Harvest)
Sumberdaya Manusia Cerdas

• Kamus besar Bahasa Indonesia, Mendefinisikan Cerdas


Sebagai :
- Sempurna perkembangan akal budinya
(Untuk berpikir, mengerti, dsb), tajam pikiran.
- Sempurna pertumbuhan akal budi
(seperti kepandaian, ketajaman pikiran)
• Empat Kecerdasan yang dikembangkan
- Kecerdasan Intelektual (IQ) – Binet
- Kecerdasan Emosional (EQ) – Daniel Goleman
- Kecerdasan Spritual (SQ) – Danah Zohar & Ian Marshall
- Kecerdasan Sosial (SoQ) – Daniel Goleman
Kecerdasan Emosional & Spritual (ESQ)
Ary Ginanjar Agustian
Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kemampuan numerikal (berhitung), spasial (ruang) dan


linguistik (bahasa)

IQ 90-120, kecerdasan berada pada tingkat normal/rata2


IQ < 90, disebut Down Syndrome
IQ >120, disebut Cerdas & dianggap Jenius bila > 130.
Kecerdasan Emosional (EQ)

Adalah kemampuan untuk memahami perasaan kita sendiri


perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri
Dan kemampuan mengelola/ mengendalikan emosi dengan
baik pada diri sendiri dan membaca emosi orang lain.
5 dasar kecakapan emosi & sosial :
- Kesadaran diri
- Pengaturan/ pengendalian diri
- Motivasi
- Empati
- Ketrampilan Sosial
Kecerdasan Spiritual (SQ)
• Adalah kemampuan untuk memahami makna (meaning)
dan nilai (value) tertinggi kehidupan serta tujuan (vision)
fundamental / kehidupan.
SQ menjawab pertanyaan paling mendasar = siapa saya?
Untuk apa saya dilahirkan? Dan mau kemana saya?
• SQ memiliki kemampuan untuk mengatur diri (Self
Organizing) dan memberikan kemampuan bawaan untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah
• SQ adalah perekat yang menghubungkan semua
manusia secara universal
Kecerdasan Sosial (SoQ)

Sekedar bersifat sugestif bukan definitif tentang seperti apa


kiranya konsep yang diperluas itu.
Kecerdasan Emosi : - Kesadaran diri
- Manajemen diri
Kecerdasan Sosial : - Kesadaran Sosial
- Fasilitas Sosial (atau manajemen relasi)
Kecerdasan Emosional & Spiritual
(ESQ)
Adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan dan
motivasi spiritual dalam proses berpikir kita (IQ) dan proses
merasa kita (EQ) dalam membuat keputusan serta dalam
berpikir atau melakukan sesuatu
Contoh : Kasus Erwyn (Staf Perusahaan Otomotif)
(Prinsip dari dalam, bukan dari luar)
2. Pandangan Epistemologi Dalam Filsafat
Science Modern
1) Empirisme :
- Pengetahuan diperoleh lewat pengalaman
menggunakan indra lahiriah
gejala alam yg bersifat konkrit memiliki pola
yang teratur
mis : logam dipanaskan memuai
Ilmu ekonomi : pengetahuan mengenai
gejala konsumsi
mis : Teori permintaan & penawaran yg
menyatakan jumlah permintaan (demand)
terhadap suatu barang merupakan fungsi dari
harga dgn asumsi faktor lain tidak
berpengaruh
- Penganut Thomas Hobbes, Jhon, G Barkeley
Jhon Locke Ratio manusia adalah lembar
putih apa yang mengisinya adalah
pengalaman
2) Rasionalisme
- Melalui penalaran, pengetahuan ilmiah dapat
dicapai secara absah dan benar
- Ia dapat dicapai melalui akal budi (intellect)
sebagai sumber utama
- Rasionalisme berkembang dengan bentuk
rasionalisme kritis (Karl Popper)
3) Kritisisme
- Mencapai pengetahuan tanpa terjebak
ekstrimitas empirisme dan rasionalisme
- Penganut : Immanuel Kant
Pengetahuan manusia pada
dasarnya terjadi atas unsur
aposteriori (sesudah pengalaman)
& apriori (mendahului
pengalaman)
Pengetahuan merupakan sintesis
apriori dan aposteriori
Beberapa Aliran Epistemologi Ilmu
Sosial
a. Empirisme Logis
Azas : Menggunakan 2 azas epistemologi :
- Empirisme
- Logika
Metode ini berpandangan bahwa : penginderaan adalah
satu-satunya keniscayaan untuk memproses lahirnya
pengetahuan ilmiah, sebab satu-satunya pengetahuan
adalah pengalaman dari hasil penginderaan
asumsi : pancaindera tidak mungkin salah. Kalau ada
kesalahan yang terjadi, maka itu adalah kesalahan
interpretasi
Tokohnya E. Mach
Pandangannya :
bahwa dasar pengetahuan adalah pengalaman
langsung dari kenyataan. Kenyataan itu sendiri
bukanlah obyek-obyek yang langsung dikenal.
Melainkan unsur-unsur dasar yang disebutnya
elemen-elemen seperti : warna, suara, suhu, waktu
dsb. (kenyataan adalah arus elemen & dari sini
manusia mengembangkan pengetahuannya.
Pengetahuan adalah reduksi atau pemadatan
pengalaman ke dalam konsep, mis : kursi adalah
konsep, dalam pengetahuan ilmiah kursi sebagai
obyek belaka tidak ada, yang ada adalah warna,
kepadatan, waktu, dsb.
Logika disini tidak dipahami dalam arti
sebagai perwujudan azas rasionalisme, tetapi
dalam arti analisis logis bahasa :
bertujuan untuk menjernihkan bahasa
pengamatan dari unsur-unsur teologi &
metafisika karena itu bahasa logis dalam
empirisme logis berarti, bahasa yang terbebas
dari kata atau pernyataan yang tidak empiris
Metode Ilmiah Empirisme Logis
Wuisman (1996) Proses pencapaian &
penglogam pengetahuan ilmiah menurut metode
ilmiah empirisme logis adalah sebagai berikut :
T1 T2

GE1 H1 GE2 H2 H3 H4 H5

P11..P1N P1N+1 P21..P2N P2N+1 P31..P3N P41..P4N P51..P5N


1) Perumusan pernyataan pengamatan (P11…
P1N + P21…P2N) diperoleh dari pengamatan
langsung yang menghasilkan fakta-fakta
tersebut.
2) Perumusan Generalisasi Empiris (GE1 dan
GE2) berdasarkan pernyataan pengamatan,
diperoleh melalui penalaran induktif
3) Perumusan Hukum Empiris melalui
pembuktian generalisasi empiris.
Jika tingkat konfirmasi cukup tinggi maka,
generalisasi empiris dapat dinyatakan sebagai
Hukum Empiris (H1 & H2)
4) Pengembangan Teori (T1) dikembangkan
dari hukum-hukum empiris yang telah
ditemukan. Tujuannya untuk menjelaskan
keterkaitan antara keteraturan yang
dinyatakan dalam hukum-hukum empiris
5) Perumusan Hipotesis (H) pernyataan
keteraturan yang belum sampai diamati
6) Pembuktian Hipotesis
Hipotesis hanya berguna jika memungkinkan
dilakukan pengamatan baru (P31…P3N).
Hipotesis menjelaskan hasil yang harus
ditemukan melalui pengamatan terhadap
kenyataan itu
7) Penilaian Hasil Penelitian
Jika keteraturan yang dinyatakan dalam hipotesis
dapat ditemukan untuk diperoleh sebuah konfirmasi.
Bila konfirmasi cukup tinggi, maka hipotesis diterima
sebagai hukum Empiris yang baru
Teori Empiris (T1)
Hipotesis tidak dapat dibuktikan, tidak dibuang, dicari
penyebabnya pada kemungkinan kesalahan
pengamatan / ketidaktepatan cara mengumpulkan
data. Bila tidak ada kesalahan, diusahakan perbaikan
bagian tersebut dari teori, hipotesis tetap diterima. Bila
juga tidak berhasil teori diubah (T1 T2). Teori baru
dipakai merumuskan hipotesis-hipotesis baru (H3 &
H4) dengan syarat yang sama
Bahasa Ilmu Peng. Menurut Empirisme Logis
adalah :
a. Unsur Bahasa Pengamatan
- Konsep pengamatan konsep yang berhubungan
logis dengan kenyataan
- Pernyataan Pengamatan pernyataan mengenai
fakta-fakta yang logis dapat diamati & merupakan
dasar pengamatan
- Generalisasi empiris, hukum empiris & hipotesis
pernyataan tentang keteraturan-keteraturan yang
sempat diamati
- Logika & tata bahasa, yang mengatur susunan bahasa
pengmatan
b. Unsur Bahasa Teori
- Konsep teoritis konsep yang abstrak/umum
tidak berkaitan logis dengan kenyataan empiris
- Hitungan (Calculus) yaitu simbol-simbol
abstrak yang tidak mempunyai arti empiris &
dengannya konsep teori dapat
dimanipulasikan & hubungan antara konsep
teori satu dengan yang lain dapat diterangkan
- Aturan persesuaian (rules of corespondence)
yang mengaitkan simbol hitungan dengan
konsep-konsep dalam bahasa pengamatan
- Logika, tata bahasa dan ilmu pasti, yang
dengannya konsep teori dan hitungan simbol
dapat dikaitkan satu dengan yang lain dan
mengatur pemakaiannya
b. Rasionalisme Kritis
- Tokohnya : Karl.R. Popper (1906-1994)
menolak penggunaan induksi, karena induksi
mustahil menghasilkan pengetahuan ilmiah.
Karena induksi hanya menggunakan
pengamatan spesifik terbatas (suatu saat
ditempat tertentu) pernyataannya juga
spesifik, berapapun jumlahnya tidak mungkin
melahirkan pernyataan umum
- Meletakkan pandangan epistimologinya pada
falsifikasi sebagai satu2nya azas yg mungkin
untuk mencapai pengetahuan ilmiah dgn benar
Proses Metode Rasionalisme Kritis
Pencapaian & pengembangan ilmu
pengetahuan merupakan proses progresif yang t/a
siklus kait-mengkait, dimana masing2 siklus
diuraikan menurut tahapan :
Tahap 1 : Penemuan Masalah
Ilmu pengetahuan mulai dr s/masalah
(M1)
Tahap 2 : Pembuatan Teori
s/ teori (T1) dibuat u/ memecahkan masalah
teori ad/ hasil daya cipta pikiran manusia,
bersifat percobaan (trial) ad/ terkaan
(conjecture)
Tahap 3 : Perumusan Ramalan ad/ Hipotesis
Teori yg sdh dibuat, digunakan u/
menurunkan ramalan² spesifik secara
deduktif (R1) ramalan² = Hipotesis
Tahap 4 : Pengujian ramalan/ Hipotesis
diuji melalui pengamatan &
eksperimen
u/ mendapatkan keterangan empiris
(data) yg dikucilkan teori
u/ menunjukkan ketdkbenarannya
Tahap 5 : Penilaian Hasil Pengujian
dasar yg digunakan ad/ pernyataan
dasar
diantara semua pernyataan dasar terdpt
satu himpunan bgn yg berperan khusus
yaitu pernyataan yg bertentangan dgn
dengan teori disebut Potensial
Falsificator (faktor penentu
ketdkbenaran potensial)
s/ teori sdh terbuka u/ difalsifikasi
kalau berdasarkan hsl pengujian (tes
eksperimen) dpt dirumuskan satu
pernyataan yg bertentangan dgnnya
Tahap 6 : Pembuatan Teori Baru
Dgn ditolaknya teori, terdpt masalah
baru (M2), dan membutuhkan teori baru
(T2)
sama dengan teori sebelumnya, teori
baru bersifat abstrak dan pd dasarnya
ad/ perkiraan atau dugaan yg belum
memberi kepastian
Skema Rasionalisme Kritis
1. Masalah (M1)

2. Teori (T1)

3. Ramalan (R1)

4. Tes / Eksperimen

5.a. Teori (T1) tdk berhsl 5.b. Teori (T1) berhasil


difalsifikasi difalsifikasikan

6.a. Teori (T1) diterima 6.b. Teori (T1) dibuang,


sementara waktu masalah (M2) baru

7.a. Perancangan pengujian 7.b. Diciptakan Teori


lebih ketat baru (T2)
Kritik atas Rasionalisme Kritis
Terhadap asumsi dasarnya, yg mengatakan
tujuan ilmu pengetahuan ad/ mengembangkan
ilmu pengetahuan berkesatuan.
(ilmu sosial & ilmu alam berbeda karena realitas
yg ingin didiskusikan dari keduanya berlainan)
manusia tdk terlepas dr pemberian makna &
interpretasi o/ manusia sendiri & sedikit banyak
dipengaruhi o/ pertimbangan rasional u/
mencapai sasaran tersebut.
dalam menggambarkan &
menjelaskan kelakuan manusia hrs
diperhitungkan ciri-ciri spesifik & kenyataan
sosialnya
Ilmu sosial Interpretasi Menerangkan
Pengertian (meaning) konsep yg berkaitan dgn
kelakuanorang VERSTEHEN

Artinya : penjelasan yg diberikan u/ suatu


kelakuan hrs disesuaikan dgn
pemahaman yg dimiliki org
bersangkutan
sendiri

Berbeda dengan gejala-gejala alam


c. Empirisme Analisis
- Tokoh De Groot berpandangan bahwa
pengetahuan sebenarnya berlangsung dlm
interaksi Stimulus – Respons (S R) antara
manusia & lingkungan yg didalamnya terjadi
proses belajar (disbt Siklus Empirik)
- Dasar pemahamannya :
- Pada tahap awal siklus empirik, organisme
(O) berada dalam situasi tersebut (S1)
- Organismea memberi reaksi (R) tersebut
tehadapnya
- Reaksi organisme ada kalanya dapat
menimbulkan dampak (dR) & ada kalanya
tidak
- Akibatnya, situasi awal berubah, paling tidak
menurut persepsi organisme bersangkutan
(S1 Menjadi S1‘), sehingga menimbulkan
pengalaman (O menjadi O‘)
Lingkungan S1 ------ O organisme

Dampak (dR) --------- R reaksi

Situasi S1‘ ----------- O‘ organisme pengalaman


Setelah dampak baru
- Empirisme analitis : positivisme logis yaitu bahwa
pencapaian & pengembangan ilmu hanya bisa
melalui induktif, dengan cara menghubungkan
siklus empirisme 1 ke empirisme berikutnya
d. Konstruktivisme Kritis (KK) = Metode Verstehen
1). Dasar KK
- Eksis karena adanya kelemahan2
epistemologi sebelumnya, khususnya
mengenai gejala kemanusiaan
- Berpijak pd : bhw u/ memahami gejala yg
ditunjukkan o/ prilaku manusia, yg
dibutuhkan ad/ mencoba memahami
makna prilaku manusia menurut motif2
mereka sendiri
- Kons. Kritis ad/ slh satu btk aliran
hermenertika yg pd intinya mengandalkan
kemampuan pd teknis & seni memberikan
interpretasi makna.
2) Asumsi KK :
Mustahil teori dapat dibuktikan begitu saja
secara induktif & deduktif, sebab keduanya
mengenai pikiran.
apa yang dinamakan teori dan empiri hanya
terdpt dlm s/ kenyataan yg dikonstruksi dlm
pikiran Konstruktivisme
Kritis hanya interpretasi yg tidak dpt
ditunjukkan ketidakbenarannya diterima sbg
pengetahuan ilmiah, krn interpretasi ad/
lingkaran pemahaman (ling. Hermeneutis) yg
menunjukkan cara penalaran dgn cara
memperbaiki interpretasi secara
berkesinambungan
- Tujuan interpretasi : ad/ mengbgkan
pengetahuan ilmiah yg memberi pemahaman
(understanding) dan penjelasan (explanation)
menyeluruh & mendalam.

Kenyataan Konseptual

TEORI Interpretasi EMPIRI


3). Proses Ilmiah KK
Model Dasar Konstruktivisme Kritis

GAGASAN Keterangan Empiris

Pengujian gagasan terhadap


ket.Empiris

Rekonstruksi
gagasan

Kontradiksi dan / atau TIDAK


YA
inkonsisten
Ket. Empiris Pengetahuan Ilmiah
Lebih luas baru

Penguji thdp ket.


Empiris yg lbh luas

Rekonstruksi

Kontradiksi dan/atau
YA TIDAK
inkonsisten

Pengetahuan Ilmiah
Intersubyektif
- Proses pengembangan pengetahuan ad/
proses pengujian dlm pikiran manusia

- Titik permulaan pengembangan pengetahuan


ilmiah ad/ gagasan dalam pikiran
(De Groot : ada gagasan, ada penguji, tidak
ada gagasan, tidak bisa menguji apa-apa)
4) Titik Tolak Pengembangan Peng. Ilmiah
- Pengembangan pengetahuan ilmiah terjadi
apabila gagasan baru memberikan
pemahaman & penjelasan yg lbh menyeluruh
& mendalam daripada gagasan sebelumnya,
dan memungkinkan lbh banyak keterangan
empiris dpt dipahami & dijelaskan secara
sistematis, logis & konsisten
- Gagasan bersifat terbuka u/ diuji kembali o/
pihak lain, sehingga diperoleh pengetahuan
bersifat Intersubyektif (tidak tergantung pihak
manapun, termasuk peneliti)

- Pengembangan pengetahuan Ilmiah adalah


hasil proses perubahan gagasan secara
berkesinambungan
5) Interpretasi & Lingk. Hermeneutika
a) Bentuk Formal Interpretasi
- Dasar pengembangan pengetahuan ilmiah
KK ad/ Interpretasi, Interpretasi ad/ pengoperasian
secara mental yg mempunyai bentuk logis formal
tersendiri

- Bentuk Logis Formal, meliputi 2 unsur yaitu :


- Konsep yg menggambarkan gagasan
- Konsep yg menggambarkan keterangan
empiris

- Cara kedua unsur tsb berhubungan dgn


interpretasi disebut Lingkaran Hermeneutika
(Hermeneutical Circle)
b). Proses pengembangan interpretasi mendalam &
menyeluruh

- Interpretasi tdk statis / tertutup

- Pengembangannya berangkat dari gagasan


dengan asumsi2 yg selalu harus dilihat
kemungkinan ketidakberlakuannya

- Dalam proses pengbgan ketdktepatan gagasan,


melahirkan sejumlah interpretasi sbg gagasan
alternatif dan kebenaran interpretasi dicapai
melalui Pengucilan Interpretasi alternatif
6) Dasar pengembangan peng. Ilmiah
- Dalam konteks falsifikasi, interpretasi
menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah, dpt
dikembangkan dgn cara memperbaiki
interpretasi yg telah mengalami falsifikasi

- Dengan demikian, KK dipandang memberi


pemahaman & penjelasan lbh menyeluruh dan
mendalam, tentang metode penelitian ilmiah
daripada yg diberikan oleh filsafat ilmu lainnya
7) Proses penelitian ilmiah
- Tujuan penelitian ilmiah ad/ menghasilkan
pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yg
memberikan pemahaman dan penjelasan
menyeluruh serta mendalam dan teruji dgn
cara sistematis dan terbuka u/ umum
- Dua ciri, menurut interpretasi yaitu keleluasaan
penjelasan (comprehensiveness of
explanation) dan kedalaman pemahaman
(Dept of understanding) yg dihasilkan o/
penelitian beserta keterujiannya memberikan
sifat keilmiahan pengetahuan
- Inti penelitian ilmiah dalam pandangan KK ad/
menunjukkan jalan u/ menciptakan suatu
kenyataan konseptual yg dapat dipakai u/
mengadakan pengujian melalui interpretasi

- Interpretasi ad/ acuan pengujian ilmiah dan


proses penelitian tersusun menurut model
formal interpretasi
Tahapan
Proses Penelitian Ilmiah

Tahap 1 : Pembatasan permasalahan ilmiah


Tahap 2 : Pembuatan teori
Tahap 3 : Perancangan pengujian
Tahap 4 : Pengumpulan data
Tahap 5 : Pengolahan data
Tahap 6 : Penilaian
8). Penilaian konstruktivisme kritis
Kons. Kritis & Rasionalisme Kritis mempunyai
kemiripan :
a) Tujuan ilmu pengetahuan ad/
menghasilkan pengetahuan yg memberi
pemahaman & penjelasan menyeluruh &
mendalam ttg kenyataan
b) Usaha u/ menguji gagasan (teori,
pernyataan umum) dgn tujuan
menunjukkan ketidakbenarannya
merupakan titik tolak pengembangan
pengetahuan ilmiah
c) Pengembangan pengetahuan ilmiah
dilihat sbg proses yg bermula dari
gagasan (teori) yg memberi pemahaman
& penjelasan terbatas & sederhana
menuju gagasan (teori) yang memberi
pemahaman yang lebih menyeluruh &
mendalam
d) Dasar pengujian bukan kenyataan obyektif, bukan pula
pengalaman empiris ad/ pengamatan langsung tetapi
keterangan empiris yg dihaslkn o/ ilmuan sendiri dan
berdsrkan asumsi atau teori pengamatan spesifik
tersendiri

Perbedaan pada sifat dasar pengujian :


- Rasionalisme Kritis pengujian dipandang berhakikat
empiris
- Kostruktivisme Kritis Pengujian dipandang bersifat
konseptual yakni :
Pengujian terhadap dua teori yaitu :
- Teori yg menerangkan gagasan
- Teori pengamatan
3. Landasan AlQuran &
Epistemologi Islam
a. Landasan AlQuran
- Al Hasyr 22
Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang gaib maupun yang nyata. Dia Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.
- Ar-Rahman 1-4
Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan
AlQuran yang menciptakan manusia yang
mengajarkannya pandai menjelaskan.
- Al ‘Alaq 3-5
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajar manusia dengan perantaraan qalam, yang
mengajarkan manusia, apa-apa yang tidak diketahuinya
- An-Nahl 78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari kandungan ibumu
dalam keadaan tidak mengetahu apa-apa, dan
dijadikannya padamu pendengaran, penglihatan dan
hati, mudah-mudahan kamu bersyukur
- Ali Imran 118
Sungguh kami jelaskan padamu ayat-ayat Kami, jika
kamu menggunakan akalmu
- Al Hajj 46
Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi lalu mereka
mempunyai qalbu yang dengan itu mereka berakal
karenanya, atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka mendengar, karena sesungguhnya bukan mata
itulah yang buta, akan tetapi yang buta adalah qalbu
yang ada di dalam dada
- Adzariyat 21
Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda bagi orang yang
yakin, dan pada dirimu sendiri apakah kamu tidak
memperhatikannya
- Fushilat 53
Kami perlihatkan pada mereka ayat-ayat Kami di seluruh
ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa sesungguhnya AlQuran itu benar
- Al Anbiya 7
Maka bertanyalah kamu pada orang yang mengetahui
jika kamu tidak mengetahui

- Al ‘Alaq 1-2
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan,
yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq
b. Dasar Epistemologi Qurani
1) Sumber ilmu satu2nya hanya Allah, karena pada
hakikatnya, hanya dia yg mengetahui baik alam nyata
maupun alam gaib, dan dia maha pengasih &
penyayang (Al Hasyr 22)

2) Manusia tdk lahir dalam keadaan berpengetahuan,


namun pd dirinya terkandung potensi internal
berpengetahuan yg dikaruniakan Allah SWT padanya
(An-Nahl 78)
3) Allah yang maha pengasih menciptakan manusia,
mengajarkannnya AlQuran dan mengajarkannya Al
Bayaan/ penjelasan-penjelasan (Ar-Rahman 1-4)

4) Manusia diperintahkannya membaca dgn


menjadikan petunjuk-Nya sbg petunjuk utama sbg
proses manusia diajarkan ilmu oleh-Nya (Al-Alaq 3-
5)
5) Bayan atau kejelasan-kejelasan ayat2 Allah
potensial diperoleh manusia apabila ia
memanfaatkan potensi akalnya (Ali Imran 118)
6) Yang memiliki potensi berakal adalah gaib (hati)
demikian pula yg memiliki potensi mengindera
secara nonfisik (Al Hajj 46)

7) Alam semesta dan diri manusia adalah ayat2 Allah


SWT, yg padanya terkadung potensi pengetahuan
yg perlu diperhatikan (Az-zariat 21)

8) Alam semesta diperlihatkan oleh Allah SWT kepada


manusia hingga jelas bagi mereka kebenaran yg
terkandung dalam AlQuran (Fushilat 53)
9) Dalam rangka memperoleh pengetahuan, Allah
SWT mengakui keberadaan orang2 yg telah
memperoleh pengetahuan, yg pengetahuannya
dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
pengetahuan lebih lanjut (Al-Anbiya 7)

10) Manusia diperintahkan agar membaca segala


obyek bacaan dgn berlandaskan Isim
RububiyahNya, sehingga setiap fenomena yg
dibaca dapat dimaknai menurut hukum2 yg
diturunkan dari sifat RububiyahNya itu (Al-Alaq 1-3)
4. Epistemologi Qurani

- Allah SWT mengajar dengan perantara Qalam


(Al-Alaq 1-5) berpengetahuan melalui, atau
dengan cara…………, atau dengan proses yaitu
sarana, peralatan, jalan, metode dan permulaan
kondisi yg memungkinkan pengetahuan
diperoleh

- Peralatan internal Indra, fuad, akal, lubb


Potensialitas pengetahuan manusia menurut
landasan AlQuran
ALLAH sbg Sumber Pengetahuan

ALQURAN sbg Otoritas Utama

MANUSIA - Indra lahir sbg alat


- Qalbu sbg alat dgn 3 potensi yaitu :
- Fuad
- Aqal
- Lubb
Obyek pengetahuan (Alam semesta)
5. Perbandingan Epistemologi

• Epistemologi Science Sekuler meletakkan pandangan


bahwa pencapaian pengetahuan ilmiah semata-mata
merupakan fungsi dari bekerjanya indra dan akal manusia
 Pengetahuan ilmiah hanya dalam keterjangkauan indra
lahiriah dan/atau kemampuan rasional manusia (Pikir)

• Epistemologi Filsafat Ilmu Islam meletakkan pandangan


bahwa pencapaian pengetahuan merupakan fungsi dari
bekerjanya indra, akal (Pikir) dan Qalbu (Zikir).
• Indra dalam Epistemologi Islami meletakkan
pandangan adanya 2 kategori, yaitu indra
lahiriah dan indra batiniah (indra Qalbu) atau
Fuad, dimana indra batiniah mempersepsi
realitas non fisik
• Akal dalam Epistemologi sekuler identik dengan
Otak pada manusia dengan keseluruhan fungsi
sistem sarafnya, shg yang masuk akal/rasional
adalah hubungan-hubungan logis (deduktif dan
induktif) yang kemudian dikembangkan
pemahamannya.
• Sedangkan Akal dalam Epistemologi Islami
sesungguhnya menunjuk kepada Qalbu (hati)
artinya salah satu potensi qalbu adalah berakal,
ketika qalbu melaksanakan fungsi memahami
maka pada saat itu memerankan dirinya sebagai
Akal.
• Hati dalam fungsi berakalnya melakukan
tindakan memahami hubungan-hubungan logis
yang diberikan sebagai hasil penalaran yang
berlangsung pada otak manusia. Jadi akal
bukan di otak, dan otak tidak melakukan
tindakan memahami
• Pengetahuan yang dihasilkan melalui kerja akal
adalah pengetahuan menjelaskan (explanated
knowledge) yi pengetahuan yang menjelaskan
hubungan sesuatu apa adanya menurut
kenyataan faktualnya. Padahal apa yang terjadi
menurut kenyataan faktualnya, khususnya pada
realitas kehidupan manusia, belum tentu adalah
apa yang seharusnya
• Dalam Epistemologi Islami, pengetahuan pada
tingkat akal belumlah selesai sebagai sebuah
pengetahuan ilmiah masih memerlukan proses
lebih lanjut pada tingkat proses pengolahan
Lubb.

• Lubb adalah alat terminologi Qalbu yang


menjalankan fungsi persenyawaan kerja indra,
fuad dan ‘aql. Dalam AlQuran fungsi itu disebut
ZIKIR-PIKIR
• Dengan Zikir-Pikir, Lubb bekerja memproses
pengetahuan berdasarkan data indrawi fisik,
data indrawi fuad dan hasil pemahaman ‘aql
sehingga melahirkan pengetahuan yang tidak
terlepas dari dimensi transendennya, artinya
pengetahuan selalu dilihat sebagai hikmah dari
adanya Allah dan dilihat apa fungsi seharusnya
bagi kehidupan manusia.
Dalam bahasa AlQuran , hal itu digambarkan pada
Surah Ali Imran 191 :
“Wahai Tuhan Kami, Engkau Tidak Menciptakan
Semua Itu sia-sia, Maha Suci Engkau, Jauhkan
Kami Dari Azab Neraka”.
Dari ayat-ayat itu, 2 hal penting :
1) Kesadaran Ilmuan Memfungsikan LUBB
2) Bahasan Ilmu Dengan LUBB
Kesadaran Ilmuan Memfungsikan Lubb

• Meningkatnya kesadaran ketuhanan – Ayat


Rabbana
• Melihat ketidak sia-siaan ciptaan Allah SWT yang
dipelajarinya
• Ilmu digunakan untuk :
- Tidak menodai kesucian Allah (pemahaman &
aplikasinya)
- Tidak menggunakan ilmu tersebut pada
perbuatan – perbuatan yang mengakibatkan
azab neraka  Ilmu digunakan untuk Ibadah
kepada Allah SWT.
Bahasan Ilmu dengan Lubb
• Pernyataan pengetahuan selalu dibahasakan
dengan bahasa Kesadaran KeTuhanan.
Pengetahuan tsb akan membaca bagaimana
hubungan Allah dengan ilmu yang terkandung
dalam ciptaan-Nya
• Pengetahuan tsb dapat menunjukkan kenyataan
faktual & kenyataan yang seharusnya terjadi
• Pengetahuan tsb menunjukkan bagaimana
ilmu/pengetahuan digunakan dalam rangka
ibadah kepada Allah SWT ( termasuk
peningkatan bahaya kemanusiaan akibat
penyalahgunaannya)
METODOLOGI DALAM MENCAPAI
PENGETAHUAN/ILMU (AL-QURAN)
1. Metode Observasi/Eksperimen/Empiris (Tajribi/Al-
Bayan). Untuk obyek-obyek fisik
2. Metode Logis (Burhani). Untuk obyek – obyek non fisik
atau bentuk mental dari obyek – obyek fisik
3. Metode Intuitif (Irfani). Untuk obyek-obyek non fisik
dengan cara yang lebih langsung
4. Metode Pragmatis. Sesuatu dianggap benar jika dapat
dimanfaatkan atau memiliki kegunaan (segala sesuatu
tidak sia-sia)
Pengujian Kebenaran
1. Teori Koresponden - Uji Persamaan dengan
fakta (Empirik) – Teori Istiqamah Al Haqiqah

2. Teori Koherensi – Uji Konsisten (Rasional) –


Teori Istiqamah Al Haq

3. Teori Pragmatik – Uji Kemanfaatan – Teori


Istiqamah Al Ibadah
V. PANDANGAN AKSIOLOGI
Pandangan Aksiologi

1. Cakupan Aksiologi
Yunani Axios : layak, pantas
Logos: ilmu, Studi
mengenai
Ontologi : Apa hakikat obyek ilmu
Epistemologi : Bagaimana ilmu
pengetahuan diperoleh
secara sah & benar
Aksiologi Untuk apa ilmu diperoleh
Tujuan ilmu pengetahuan –
nilai ilmu
- Untuk pengembangan
khazanah ilmu
- Memecahkan problema
praktis kehidupan
- Etika Ilmu
Prinsip Hidup
• Niat sebagai ibadah
• Proses/dilakukan dengan cara
yang diridhoinya
• Hasil bermanfaat bagi manusia &
makhluk lain
Tujuan Ilmu :
• Ilmu sebagai ibadah (Pengabdian)
• Proses ilmu berpijak pada Allah SWT
• Digunakan untuk kemaslahatan
manusia & makhluk Allah lainnya
Nilai Ilmu ;
• Nilai Ilmiah
• Nilai kegunaan secara pragmatis
• Nilai Etik
• Nilai Ibadah
Nilai dasar ilmu tersebut adalah :
Nilai Tauhid
2. Makna dan Kedudukan Ilmu
Ilmu Budaya Peradaban
Ilmu Sosiologi
ilmu pengetahuan

Dampak positif Dampak negatif

ilmu & moral


PERTANYAAN ?
Dampak Negatif :
- Ilmu Pengetahuan
- Penggunaan ilmu pengetahuan

JAWABANNYA :
Tergantung dari
- Hubungan Ilmu & Moral atau
- Hubungan nilai – nilai ilmiah & nilai - nilai
moral
3. Etika Ilmu Pengetahuan
Nilai Ilmiah & Nilai Moral :
a. Nilai ilmiah & Nilai Moral (2 hal yang terpisah)
Pandangan Science Modern (bebas nilai) : beberapa
varian :
(1). Nilai moral sebagai urusan subyektif ilmuan
mis : pisah & pemanfaatannya (tidak perlu aturan)
(2) Nilai moral perlu diperhatikan
mis : kloning, (perlu aturan penerapan kloning)
(3) Nilai moral dipertimbangkan bagi ilmu itu sendiri
(nilai moral bukan kriteria keilmiahan)
mis : Apakah kloning, tidak bertentangan dengan
nilai moral (perlu nilai-nilai moral sebagai
pertimbangan bila bertentangan)
b. Nilai Ilmiah & Nilai Moral (Berbeda,
Namun Satu Sumber)

Pada dasarnya, nilai ilmiah & nilai moral memang


berbeda dalam hubungannya dengan penetapan
kriteria keilmiahan pengetahuan, tetapi pada
hakikatnya, kedua nilai tersebut, berasal dari satu
sumber yang sama yaitu TUHAN. Karena itu tidak
mungkin terjadi kontradiksi antara satu dengan
yang lainnya, sehingga penggunaannya juga tidak
mungkin dilematis untuk satu hal yang sama.
Contoh :
- Pertemuan antara spermatozoid dan sel telur
sepasang manusia potensial terjadi
pembuahan Hukum Alam

- Interaksi spermatozoid & sel telur adalah


Perilaku dan tindakan mempertemukan
keduanya : Perilaku Manusia Hukum
Kemanusiaan
Prinsip yang Muncul

1. Bahwa ilmu pada dasarnya tidak bebas nilai (baik


dalam pengertian ia mengandung Nilai keilmiahan,
Nilai Moral, Hukum, Aqidah dan penggunaannya)
2. Nilai-nilai Ilmiah, nilai-nilai Moral/Etika, Hukum dan
Aqidah bersumber dari satu sumber yang sama
yaitu Tuhan
3. Nilai-nilai Ilmiah, Nilai Moral, Hukum dan Aqidah
harus digunakan secara proporsional dalam
totalitas ilmu, mulai dari gagasan, proses dan
penggunaanya
• Secara lebih konstruktif filosofis pandangan
Islami mengenai nilai-nilai ilmu bertitik tolak dari
keberadaan manusia sebagai makhluk (pencari
ilmu) di hadapan Allah sebagai Al Khaliq
(sumber ilmu) dalam konteks pencarian ilmu.
• Titik tolak penetapan tujuan segala sesuatu
yang dilakukan oleh manusia adalah tujuan
penciptaan manusia itu sendiri, sebagaimana
dinyatakan dalam AlQuran :
• Surah Adzariyat 56 :
“ Dan tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah (kepada-Ku)”

• Surah Yasin 61 :
“ Dan beribadahlah kepada-Ku, inilah jalan yang
lurus”
• Ibadah kepada Allah pada hakekatnya adalah
cara berhubungan manusia (sebagai makhluq)
kepada Allah (sebagai Al Khaliq), berdasarkan
falsafah, prinsip dan tata-cara/kaifiat
berhubungan yang ditetapkan sendiri oleh Al
Khaliq. Pada kualitas cara berhubungan
manusia (sebagai Makhluq) dengan Allah
(sebagai Al Khaliq). Itulah terletak makna
Akhlaq.
• Dalam Islam, acuan yang harus digunakan untuk
menentukan kualitas tersebut dikenal sebagai
aqidah dan syariah, sehingga dengan demikian
akhlaq harus senantiasa ditempatkan secara tak
terpisahkan dengan akidah dan syariah, bahkan
akhlaq sebenarnya adalah output dari aqidah dan
syariah
• Akhlaq yang utama dan pertama-tama harus
senantiasa dimiliki oleh manusia ialah kesadarannya
atas kehadiran Allah disetiap saat dan tempat
(Omnipresent Conciousness)
Al Khaliq Akidah

Akhlaq

Makhluq Syariah
(manusia)
• Islam meletakkan sebuah doktrin bahwa
kemuliaan manusia hanya mungkin tercapai bila
secara sempurna mewujudkan Hablum minallah
dan Hablum minannas (Surah Ali- Imran 112).
• Bahkan secara lebih hakiki, makna hubungan
tersebut harus lebih dipahami sebagai Hablum
minallah saja, dimana Hablum minannas
diletakkan dalam kesadaran sebagai Hablum
minallah
• Dari pandangan filosofis demikian, maka nilai-
nilai akhlaq dibangun dengan bertitik tolak dari
nilai-nilai akhlaq kepada Allah SWT. yaitu :
1. Makna akhlaq sebagai perwujudan dari
hubungan manusia (Makhluq) terhadap
Allah (Khaliq)
2. Makna akhlaq sebagai perwujudan dari
aqidah yang mengejawantah melalui syariah.
• Nilai-nilai etika, berasal dari dua nilai utama yaitu
Tauhid dan Ibadah
• Tauhid adalah implementasi pertama dari aqidah,
sedang Ibadah (mahdah) adalah implementasi
pertama dari syariah
• Sikap bertauhid kepada Allah adalah sikap yang
menunjukkan nilai akhlaq pertama dan utama, krn
dari nilai tauhid itulah bisa terjabarkan nilai-nilai
akhlaq lainnya yang representasinya adalah
keyakinan akan makna-makna yg terkandung
dalam Al Asmaul Husna, yg kemudian
mengejawantah dalam perasaan, pikiran dan
tingkah laku.
• Nilai etika ilmu yang pertama-tama harus
dibangun dalam dunia ilmu adalah nilai
pentauhidan Allah.
• Sebagai contoh adalah penggunaan pandangan
konsep Filsafat Ilmu Islam, bahwa sumber ilmu
satu-satunya ialah Allah SWT. Pandangan ini
adalah perwujudan pertama etika ilmu Islam yg
menanamkan kesadaran bahwa kemutlakan
pemilikan ilmu hanya pada Allah SWT.
Tauhid
(Kesadaran etis mengEsakan Allah dalam)

Al Asma Al Husna
(Kesadaran makna sifat – sifat Allah)

Al Shobuur Al Rasyid Al Warits Al Malik Al Rahim Ar Rahman

Syariah

Ibadah Khashshah & Ibadah ‘Ammah

Konsep Etika Ilmu & Prilaku Etis Ilmuan


VI. HAKIKAT ILMU DAN ILMUAN
1. Hakikat Ilmu
Filsafat Science Modern Filsafat Ilmu Islami
1. Sumber
pengetahuan : indra, 1. Sumber dr Allah SWT
akal, intuisi &
otoritas
2. Ontologi, 2. Ontologi : pengetahuan
pengetahuan ilmiah ilmiah manusia, tentang
yang berkenaan realitas syahadah &
dengan obyek-obyek ghaib
empiris dan/atau
entitas rasional
3. Epistemologi : 3. Epistimologi :
pengetahuan ilmiah pengetahuan ilmiah
yang diperoleh melalui yang diperoleh melalui
metode ilmiah pemanfaatan petunjuk
(AlQuran) yang
4. Aksiologi : ilmu adalah mengaktualkan potensi
pengetahuan ilmiah internal (indra, fuad,
yang dalam proses & aqal & lubb) serta
pernyataannya harus potensi eksternal ahli
bebas dari nilai-nilai zikir
selain dari nilai-nilai 4. Aksiologi : proses
ilmiah itu sendiri pernyataan bahasa &
penggunaanya
mengakomodir secara
relevan & proporsional
nilai-nilai ilmiah, tauhid,
syar’i & akhlaqi
2. Hakikat Ilmuan
Filsafat Science Filsafat Ilmu Islami
1. Mereka yang dalam 1. Mereka yang
berilmu, hanya mengejawantahkan
menggunakan indra pandangannya
& rasio, intuisi & mengenai Allah
otoritas sumber ilmu
2. Mereka yang (manusia hanya
memandang penerima ilmu)
pengetahuan ilmiah 2. Mereka yang melihat
hanya berkenaan bahwa obyek ilmu
dengan realitas bukan hanya empirik
empirik & atau rasio (syahadah) tapi juga
meta empirik (gaib)
3. Mereka yang memandang 3. Mereka yang memandang
bahwa pengetahuan pengetahuan ilmiah dapat
ilmiah hanya diwujudkan diperoleh melalui Alquran
melalui penggunaan & Sunnah (melalui potensi
metode ilmiah (empiris & internal & eksternal yi
rasional) otoritas dan ciptaan Allah)
4. Mereka yang 4. Mereka yang
berpandangan bahwa nilai berpandangan bahwa
ilmiah adalah nilai-nilai Allah adalah sumber
otonom pengetahuan seluruh nilai shg nilai-nilai
ilmiah & nilai-nilai di ilmiah dan selainnya,
luarnya (nilai moral bukan bersumber dari nilai yang
nilai ilmiah) satu yi Allah
Filsafat Science Modern Ilmuan semata-mata dilihat menurut
pengetahuannya pada bidang atau disiplin ilmu, tidak dilihat
kaitan pengetahuannya dengan kesadaran ketuhanan &
kesadaran moral

Filsafat Ilmu Islam


• Ali Imran 18 : Orang berilmu (Ulul Ilmi) bersaksi
• Fathir 27- 28 : Khasyah (tunduk patuh secara sadar ikhlas)
Orang-orang yang karena keberilmuannya sadar akan
Allah dengan segala kemahaan sifat-sifatnya sehingga
secara sadar & ikhlas ia tunduk & patuh kepada Allah
dalam berilmu & dalam totalitas kehidupannya
3. Sikap Etis Ilmuan

a. Terhadap Allah

 Dalam beraktifitas keilmuan, menunjukkan


kesadaran keTuhanannya dengan berupaya
memperoleh petunjuk
 Menunjukkan sikap khasyah
 Meletakkan nilai-nilai yang ditetapkan Allah
sebagai acuan dalam pemikiran & sikapnya
 Kesadarannya bahwa ilmu Allah luas &
dikaruniakannya secara spesifik pada hamba-
hambanya secara berbeda
b. Terhadap Diri Sendiri
 Senantiasa memiliki rasa percaya diri karena
Allah telah mengaruniainya potensi untuk
berilmu
 Senantiasa memilih langkah-langkah yang
benar untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya
& menghindari sikap dhalim
c. Terhadap Sesama Manusia
 Sadar akan potensi pengetahuan & kebenaran yang
dikaruniakan Allah pada orang lain
 Senantiasa menghargai keahlian ilmuan lain
 Tetap menghormati orang lain yang tak memiliki
pengetahuan spesialis yang dimilikinya
 Menghormati orang-orang yang berpengetahuan
lebih tinggi dari dirinya
 Menghormati orang awam & selalu berkomunikasi
dengan bahasa yang bisa mereka pahami
d. Terhadap Lingkungan
 Memperhatikan kelestarian fisik & tak bersikap
eksploitatif mubadzir
 Menyadari bahwa selain manusia ada makhluk
lain, yang berdimensi syahadah (lingk. fisik) &
ghaib (lingk. non fisik)
 Sadar adanya malaikat & setan yang
senantiasa melingkungi dirinya
Penutup
YAKIN USAHA SAMPAI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Kaji Tindak Partisipatif
    Kaji Tindak Partisipatif
    Dokumen16 halaman
    Kaji Tindak Partisipatif
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Translate Jurnal
    Translate Jurnal
    Dokumen28 halaman
    Translate Jurnal
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Jawaban PPM
    Jawaban PPM
    Dokumen4 halaman
    Jawaban PPM
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Protein
    Protein
    Dokumen22 halaman
    Protein
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • MPA
    MPA
    Dokumen12 halaman
    MPA
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Sistem
    Sistem
    Dokumen25 halaman
    Sistem
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Kiky
    Kiky
    Dokumen31 halaman
    Kiky
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1a
    Tugas 1a
    Dokumen3 halaman
    Tugas 1a
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • SMK3
    SMK3
    Dokumen18 halaman
    SMK3
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Resky Sabaniah Jaya-Mkes 2-Ppt Mental Model Rumah Sakit
    Resky Sabaniah Jaya-Mkes 2-Ppt Mental Model Rumah Sakit
    Dokumen13 halaman
    Resky Sabaniah Jaya-Mkes 2-Ppt Mental Model Rumah Sakit
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Psikologi Industri
    Jurnal Psikologi Industri
    Dokumen11 halaman
    Jurnal Psikologi Industri
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Berpikir Sistem
    Berpikir Sistem
    Dokumen9 halaman
    Berpikir Sistem
    Resky Sabaniah Jaya
    Belum ada peringkat