Anda di halaman 1dari 26

RHINITIS MEDIKAMENTOSA

Rahmi Zamzami Istikharah

13 17 777 14 211

Dokter Pembimbing: dr. Fatmawati A. Said, Sp. THT-KL


PENDAHULUAN
• Rhinitis adalah suatu kelainan atau gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan
keluhan hidung tersumbat. Rhinitis terbagi atas rhinitis alergi dan rhinitis non alergi yang
termasuk didalamnya adalah rhinitis medikamentosa.1,2

• Rhinitis Medikamentosa (RM) adalah bentuk rhinitis non alergik yang disebabkan oleh
penggunaan obat dekongestan topical hidung dalam jangka waktu lama dan berlebihan
ANATOMI HIDUNG

Gambar 1. Anatomi hidung bagian luar. Yang terdiri dari beberapa


susunan osteo dan kartilago yang menopang dan membentuk hidung.
 
ANATOMI HIDUNG

Gambar 3. Cavum nasi (Dinding medial). Bagian dinding medial merupakan


Gambar 2. Cavum nasi (Dinding lateral). Terdiri dari konka- septum nasi yang dibentuk oleh osteo (Lamina prependikuaris Os. Etmoid,
konka dan pada dinding lateral hidung terdapat rongga Os. Vomer, krista nasalis, Os. Maksilla dan krista nasalis Os. palatina) dan
sempit disebut meatus. beberapa kartilago
VASKULARISASI HIDUNG

Gambar 5. Vascularisasi Hidung. Vaskularisasi bagian atas rongga hidung mendapatkan


vaskularisasi dari A. Ethmoid anterior dan posterior dan pada bagian bawah rongga hidung
mendapat vaskularisasi dari cabang A. Maksillaris interna
PERSARAFAN HIDUNG

Gambar 6. Persarafan Hidung. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris
dari N. Etmoidalis anterior. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris,
juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.
SISTEM TRANSPOR MUKOSILIER
• Efektivitas sistem transpor mukosilier dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lender

• IgA berfungsi untuk mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dengan mengikat


antigen tersebut pada lumen saluran napas, sedangkan IgG beraksi didalam mukosa
dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajang dengan antigen bakteri.
• Pada sinus maksila, sistem transpor mukosiliar menggerakkan sekret sepanjang
dinding anterior, medial, posterior dan lateral serta atap rongga sinus

• Gerakan sistem transpor mukosiliar pada sinus frontal mengikuti gerakan spiral.
Sekret akan berjalan menuju septum interfrontal, kemudian keatap, dinding lateral
dan bagian inferior dari dinding anterior dan posterior menuju area frontal
MUKOSA HIDUNG

Gambar 7. Mukosa hidung. Hidung dilapisi oleh mukosa secara fisiologik dan histologik. Mukosa pernapasan
terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang
mempunyai silis ( ciliated peudostratified collumner epithelium ) dan di antaranya terdapat sel-sel goblet.
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
DEFENISI
• Rhinitis Medikamentosa (RM) adalah bentuk rhinitis non alergik yang disebabkan
oleh penggunaan obat dekongestan topical hidung dalam jangka waktu lama dan
berlebihan.

• Rhinitis juga disebut sebagai rebound rhinitis atau rhinitis kimiawi

• Rhinitis medikamentosa juga dapat terjadi setelah menggunakan obat-obatan lain


selain dekongetastan topical, obat-obat tersebut adalah antagonis ß-adrenoreseptor
oral, inhibitor fosfodiester, kontrasepsi pil, dan antihipertensi.
FISIOLOGI DEKONGESTAN NASAL

Pembuluh Resisten
(Arteriol)

Adrenoreseptor alfa-2

Sistem vascular
mukosa hidung

Pembuluh Kapisitansi Kaya persarafan


(Pleksus Vena) (simpatis)

Adrenoreseptor alfa-1
dan alfa-2 Efek
Dekongestan
FISIOLOGI DEKONGESTAN NASAL

• Faktor yang berkontribusi pada hidung tersumbat termasuk stimulasi sistem saraf
parasimpatis.

• pelepasan mediator lokal termasuk sel mast, eosinofil, basofil; yang kemudian
menstimulasi pelepasan histamin, triptase, kinin, prostaglandin, dan leukotrien

• Ada eksudasi plasma melalui kapiler superfisial, dan meningkatkan produksi musin
oleh sel goblet
PREVALENSI

• Rhinitis medikamentosa terjadi dengan angka kejadian yang sama antara pria dan wanita

• Insiden dilaporkan dalam kisaran klinik otolaringologi dari 1% menajadi 7%. Dari 500 pasien
beruturut-turut dengan hidung tersumbat diklinik, sebanyak 9% mengalami rhinitis
medikamentosa.

• Dalam survey ahli alergi, 6,7% populasi dilaporkan memiliki rhinitis medikamentosa.
ETIOLOGI

• Penggunaan obat-obatan dekongestan topikal secara jangka panjang dan


berlebihan.

• Penggunaan obat sistemik yang bersifat antagonis ß-adrenoreseptor oral, inhibitor


fosfodiester, kontrasepsi pil, dan antihipertensi.
Tabel 1. Dekongestan penyebab Rhinitis Medikamentosa.

Nasal Dekongestsan  

 Simpathomimetik: Imidazoline:
 Amphetamine  Clonitide
 Benzedrine
 Naphazoline
 kafein
Privine, Nepharut.
 Ephedrine
 Oxymetazoline
o Edrin, ephedrine nasal.
 Meskaline  Claritin, sinex, iliadin
 Phenilephrine  Xylometazoline
o Paragon, Eytrop, carephrine  Otrifin, Nyriz, Coldnac, Xylonis
 Pseudophedrine
o Sudafed, Sudogest
 

Tabel 2. Obat-obatan sistemik yang dapat memicu Drug Induce Rhinitis

Antihipertensi Phosphodiesterase type 5 Hormon


inhibitor
 Amiloride  Sildenafil  Exogenous astrogens
 Angiotensin-coverting  Tadalifil  Oral Kontrasepstives
enzyme inhibitor  Vardenafil
 B- Blokers
 Doxazosine
 Chlorthiazide
 Clonidine
 Guanethidine
 Hydralizine
 Methyldopa
 Phentolamine
 
PATOFISIOLOGI

• Idiopatik
• Beberapa hipotesa tentang terjadinya RM, yakni
• akibat penurunan produksi simpatis norepinefrin endogen melalui mekanisme umpan balik
negatif.
• Obat topical vasokontriktor dari golongan simpathomimetik akan menyebabkan siklus nasi
terganggu dan akan kembali berfungsi secara normal jika pemakaian obat dihentikan.
• Pemakaian topical vasokontriktor yang berulang dan dalam jangka waktu lama akan
menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation)  Gejala Obstruksi
HISTOPATOLOGI
• Hilangnya nasosiliar dan perubahan struktur nasosiliar
• Metaplasia sel skuamosa
• Peningkatan produksi lendir
• Sel epitel dapat berubah dari kolumnar bersilia menjadi nonciliated, stratified squamous
• Peningkatan pelebaran antar sel, vaskularisasi, fibrosis, edema pada lapisan sel epitel
• Hiperplasia sel goblet
• Peningkatan limfosit, fibroblas, dan sel plasma
MANFESTASI KLINIS
• Hidung tersumbat secara terus-menerus dan berair.

• Tedapat riwayat penyakit sebelumnya yang memicu penderita menggunakan dekongestan


topical

• Pada pemeriksaan fisik:


• Pada Mukosa hidung kelihatan tampak hiperemis dan sekret minimal atau udema, atau

• Mukosa hidung juga bisa tampak pucat dan udema ataupun menjadi atrofi serta berkrusta

• edema/hipertofi konka dengan sekret hidung yang berlebihan.

• Terjadi mendengkur saat tidur, insomnia dan bernapas melalui mulut sehingga dapat terjadi
nyeri/rasa tidak nyaman pada tenggorokan
DIAGNOSIS

• ANAMNESIS

• PEMERIKSAAN FISIK
THERAPI

• Hentikan penggunaan dekongestan topical

• semprotan hidung yang menggunakan larutan saline

• obat tetes deksametason dan obat tetes triamcinolon juga membantu dalam usaha
menyembuhkan pasien.

• Kortikosteroid oral  prednisone.

• Pada satu penelitian, penanganan rhinitis medikasmentosa dilakukan ke beberpa responden


di mana metode yang paling umum untuk merawat rhinitis medikamentosa yakni dengan
pengehentian dekongestan (96%) dan steroid intranasal (94%), pembilasan garam intranasal
(55%) dan steroid oral (25%). Dan pemberian antihistamin (4%).
KOMPLIKASI

• menurut penelitian dapat terjadi hiperplasia dan membutuhkan intevensi bervarasi.


Selain itu, rhinitis medikamentosa dapat menyebabkan komplikasi berupa perforasi
septum, rhinitis atrofi, sinusitis, rhinosinusitis kronik , ethmoiditis kronik dan
hiperplasi konka.
PROGNOSIS
• Kebanyakan penderita rhinitis medikamentosa dapat melakukan penghentian
penggunaan dekongestan topical dan sembuh dengan sempurna. Namun beberapa
kasus tidak dapat mengentikan faktor pencetusnya makan gejala reboun kongesti
akan selalu muncul selama penggunaan dekongestan topical masih terus
digunakan.

• Diperlukan waktu sekitar satu tahun untuk pemulihan total dalam kasus
penggunaan berlebihan dalam jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai