warisan. (Yurisprudensi MA RI No.130 K/Sip/ 1957 tanggal 5 September1957) Menurut hukum adat seorang janda adalah juga menjadi ahli waris almarhum suaminya (Yurisprudensi MA RI No.110 K/Sip/ 1960 tanggal 24 September 1960)
Telah menjadi Yurisprudensi tetap MA bhw
seorang janda mendapat separoh dari barang gono gini (Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.393 K/Sip/1958 tanggal 7 Maret 1959) Menurut hukum adat yg berlaku di Jawa Tengah dilarang pencabutan hak untuk mewaris
(Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.391
K/Sip/1958 tanggal 18 Maret 1959) Anak perempuan & anak laki-laki dari seorang peninggal warisan bersama-sama berhak atas harta warisan dalam arti bahwa bagian anak laki-laki adalah = anak perempuan
(Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.179
K/Sip/1961 tanggal 1 November1961) Menurut hukum adat yg berlaku di Jawa Tengah, anak angkat hanya diperkenankan mewarisi harta gono gini dari orang tua angkatnya; jadi thd harta pusaka anak angkat tidak berhak mewarisinya
(Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.37
K/Sip/1959 tanggal 18 Maret 1959) Hibah tidak memerlukan persetujuan ahli waris. Hibah tdk mengakibatkan ahli waris si penghibah tidak berhak lagi atas harta peninggalan dari si penghibah Hibah wasiat tidak boleh merugikan ahli waris dari si penghibah.