Anda di halaman 1dari 77

PENGOLAHAN KARET ALAM

SIFAT FISIK KIMIA LATEKS


SIFAT FISIKA-KIMIA LATEKS

Lateks merupakan larutan


PENGERTIAN
koloida dengan partikel
LATEKS karet (25-40 %) dan bukan
karet yang tersuspensi di
dalam suatu media yang
• Karet murni : 90 – 95% mengandung banyak
• Protein : 2 - 3% macam zat yang disebut
• Asam lemak : 1 - 2% serum (60-75 %)
• Gula : 0,2 %
• Garam (Na,K,Mg,Cu,
P,Mn,dan Fe) : 0,5%
PEMBENTUKAN
LATEKS
Butir-butir lateks dibentuk di dalam
dan oleh protoplasma pembuluh
lateks, di mana protoplasma
mengandung sejumlah nukleus.
Protoplasma terdapat dalam
pembuluh lateks merupakan hasil
peleburan sel-sel yang berdekatan
membentuk saluran-saluran sel
lateks yang bersifat meristematik
menyusun diri dalam bentuk
silinder yang konsentris dan
bercabang.
Dalam pengolahan hasil tanaman karet memerlukan jenis
bahan baku masing-masing, bahan baku tersebut masing-
masing mempunyai ciri khas sesuai dengan tujuan
pengolahan produk karet yang diinginkan.
Bahan baku pengolahan karet tersebut dikelompokkan
menjadi:
• Latek segar
• Lump : latek yang rusak akibat prakoagulasi
• Cup Lump : latek yang membeku di mangkuk sadap
• Scraps : lateks yang membeku di bidang sadapan
• Lump Tanah : latek yang jatuh ke tanah dan membeku.
KOMPOSISI KIMIA LATEKS
Hasil sentrifuse lateks dengan 20.000 rpm dihasilkan
4 fraksi di dalam lateks berurutan:

No Fraksi Unsur
Fraksi Karet Karet, protein, fosfopida, ester-ester,
1 sterol, ion logam (Ca, Mg, Cu)
(37 %)
Fraksi Kuning Karetenoida, lipida, partikel Frey-
2 (1-3%) Wyssling
Air, karbohidrat & inositol, senyawa N,
Fraksi Serum asam nukleat & nukleosida, ion-ion
3
(48 %) logam (Cu, Ca), ion-ion anorganik
(CO32- , PO43-)
Air, protein & senyawa nitrogen, lipida,
Fraksi Dasar
4 dan ion logam Ca, Mg, Cu, K, N, P, Mn,
(15 %)
& Fe)
KOMPOSISI KIMIA LATEKS

Partikel karet berbentuk Partikel Frey-Wysssling terdapat


lonjong sampai bulat di dalam fraksi kuning, berukuran
berekor berukuran 0,04-3 bulat dengan diameter 4-6  dan
 dan rata-rata 0,1 . berwarna kuning yang
disebabkan karotenoida.

Partikel Lutoida terdapat di dalam


fraksi dasar dan ditemukan
pertama kali oleh Homans dan
Van Gils (1948) sebagai cairan
kental, jenih dan bulat berukuran
2-10  yang menadung cairan -
serum.

Lutoida dilapisi oleh membram semi permiable yang mengandung


senyawa nitrogen yang terdiri dari protein dan fosfolipida yang
merupakan destabilator terhadap kestabilan sistem koloida lateks
SISTEM KOLOIDA LATEKS

Lateks menyusun diri


dalam bentuk koloida,
Lapisan
dengan partikel
pelindung
(globula) karet sebagai
sistem koloida
fase dispersi dan
dari partikel Partikel karet
serum sebagai medium
karet bersifat dalammedium
dispersi yang tersusun
menarik air = dispersi b’sifat
dengan daya affinitas
(hidrofilik) lyophilik yang
yang besar.
dengan daya dapat
serap yang m’gembang
kecil. membentuk
struktur gel.
SISTEM KOLOIDA LATEKS

Kestabilan sistem koloida lateks dipengaruhi :

Gerak Brown timbul


1.GERAK BROWN karena adanya muatan
negatif yang sama dari
masing-masing
pelindung partikel karet,
sehingga partikel karet
yang bermuatan negatif
saling tolak menolak
satu sama lainnya
menimbulkan gerak
yang tidak beraturan.
Lateks
. Lapisan molekul air yang
bersifat polar akan diserap
oleh setiap permukaan partikel
karet, tersusun secara
2. HIDRATASI berlapis-lapis membentuk
konfigurasi tiga dimensi yang
kuat menarik setiap
permukaan partikel karet
Lateks kebun pH sekitar 6,9
dan bermuatan negatif. Ion-
ion negatif ini diserap oleh
setiap permukaan partikel
karet membentuk lapisan
STERN.

Ion positif tersebar Perbedaan muatan


di luar lapisan 3. disebut dengan
membentuk lapisan IONISASI elektrokinesis
media yang disebut Potensial atau Zeta
lapisan GOUG. Potensial.

Kedua lapisan
membentuk lapisan
rangkap listrik sebagai
akibat perbedaan
muatan.
Lapisan pelindung partikel Ujung rantai molekul
karet terdiri protein dan protein ini merupakan ion
fosfolipida yang dipolar dan bersifat
bermuatan listrik negatif amfoter dapat mengion
dalam suasana basa dan sebagai asam atau basa
bermuatan positif bila tergantung kondisi
suasana asam. lingkungan dan keadaan di
dalam lateks itu sendiri.

3. IONISASI

Perubahan muatan
disebabkan ujung rantai
molekul protein Proses ionisasi
merupakan gugus asam menyebabkan perubahan
amino yang yang terdiri muatan listrik yang
dari gugus karboksil (- ditandai perubahan derajat
COOH) dan gugus amina keasaman (pH) lateks.
(- NH2).
UJUNG RANTAI MOLEKUL KARET
IONISASI
Adalah kondisi lateks yang
tidak stabil sebelum sampai
di pabrik pengolahan karet
PRAKOAGULASI yang ditandai dengan lateks
LATEKS membubur sampai
menggumpal menyebabkan
penurunan mutu karet yang
akan dihasilkan.
Lateks prakoagulasi terdiri:
scrap, lump, slab, dan sisa-
Lateks yang sisa hasil pengolahan lateks
membeku sebelum segar (Ex Affal).
sampai di pabrik
pengolahan karet
dapat diolah
menjadi karet yang Proses penanganan :
bermutu lebih pemotongan dan
rendah. pembersihan dengan
menggunakan slab cutter,
scrap, dan washer dengan
air.
1. PENGENCERAN OLEH AIR HUJAN

Menyebabkan penurunan tekanan osmosis


pada serum sehingga tekanan osmosis
FAKTOR- dalam -serum lebih besar mengakibatkan
FAKTOR pecahnya membram partikel lutoida.
YANG
MENYEBAB
KAN PRA 2. KOTORAN
KOAGULASI
LATEKS
Kotoran banyak mengandung ion logam
elektrolit seperti Ca, Mg, Fe yang
menyebabkan penurunan elektropotensial
dan pembentukkan garam-garam di dalam
lateks serta menjadi aktivasi/katalis proses
ionisasi lateks
3. FISIK-MEKANIS

Guncangan selama pengankutan dan terik


panas matahari langsung menyebabkan
denaturasi protein dalam serum lateks.
FAKTOR-
FAKTOR 4. INTENSITAS SADAP
YANG Intensitas sadap tinggi menyebabkan
MENYEBA penurunan kadar karet kering. Banyaknya
BKAN serum yang mengandung karbohidrat dan
PRAKOAG protein meningkatkan aktifitas bakteri di dalam
ULASI lateks.
LATEKS
5. INFEKSI JASAD RENIK

Kandungan karbohidrat dan protein di dalam


lateks menjadikan media pertumbuhan dan
perkembangan biak yang baik bagi bakteri 
6. AKTIFITAS ENZIM

Enzim di dalam lateks seperti fosfolipase,


protease bersifat enzimatik yang dapat
menguraikan protein pelindung sistem
FAKTOR- koloida lateks. Kerja enzim dapat menjadi
FAKTOR lebih cepat dengan adanya ion-ion logam
YANG yang tercampur di dalam lateks.
MENYEBAB
KAN
PRAKOAGU 7. KEADAAN TANAMAN
LASI
LATEKS
Tanaman yang masih muda atau tua
menghasilkan lateks yang tidak stabil.
Tanaman muda menghasilkan lateks
dengan KKK rendah dan tanaman tua
menghasilkan lateks dengan KKK tinggi.
Bagaimana cara pencegahan akan terjadinya
prakoagulasi
1. Dengan Cara Kultur Teknis Yang Baik,
Dengan memperhatikan cara bercocok tanam yang baik
sesuai dengan anjuran, maka pertumbuhan tanaman karet
akan tumbuh dan berkembang dengan subur dan sehat.

2. Cara Penyadapan
Penyadapan tanaman karet harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan harus dilakukan pada
keadaan suhu rendah dalam arti pada pagi-pagi hari, karena pada pagi
hari tanaman karet mempunyai tekanan turgor yang tinggi sehingga
diharapkan pengaliran latek akan lebih tinggi dan lebih cepat serta
lebih lama ,disamping belum Terpengaruh sinar matahari langsung
dengan demikian pengaliran latek pada bidang sadp akan lancar dan
dapat diperoleh volume latek yang lebih banyak. Disamping itu pada
pengangkutan hasil latek harus hati-hati jangan terlalu bayak
mendapatkan goncangan dalam perjalanan pengangkutan.
3. Alat-alat Penyadapan/Pengangkutan
Alat-alat pendukung tersebut semuanya harus bersih dan
tahan karat, sehingga akan menekan terjadinya
prakoagulasi.

4. Pemberian Zat Antikoagulan Pada Latek


Pada waktu penyadapan tanaman karet perlu ditambahkan
zat antikoagulan pada latek hasil sadapan, bisa dalam
bentuk larutan yang sudah diencerkan, antara lain:
• Amoniak (yang biasa dipakai),
• Soda
• Formaldehid
• Natrium sulfite
• Boraks
• dll.
PENCEGAHAN PRAKOAGULASI

Prinsip pencegahan
prakoagulasi adalah
dengan
mempertahankan
pH lateks dengan Bahan yang
menambahan umum
sejumlah bahan digunakan
kimia. amonia (NH3) Pemberian
dengan dosis 5- dilakukan pada
10 ml NH3 2,5% mangkuk-mangkuk
per liter lateks. penampung, ember,
dan tangki
pengangkut/
penimbun.
PENCEGAHAN PRAKOAGULASI

Amonia yang digunakan harus bersifat:

 Alkalis
NH3 + H20 NH4OH <==== NH4+ + 0H-

 Bakteriostatik

 Netralisasi asam

R-COOH + OH- -------- RCO- + H2O

 Pengendapan logam elektrolit

Mg2+ + NH4 + PO43- ------- MgNH4PO4


PENGOLAHAN KARET

Hasil pengolahan karet disebut dengan


karet alam (Natural Rubber)

Karet alam sebagai senyawa hidrokarbon dengan


molekul karet yang tersusun dalam ujung rantai
molekul yang panjang pada unit yang berulang-ulang
dikenal sebagai makromolekul poliisopren (C5H8)n

Struktur ini bergabung secara ikatan kepala ke ekor


membentuk konfigurasi cis dengan susunan ruang
teratur, sehingga rumus kimianya: 1,4 cis poliisopren

H 3C H CH 2 H
∞ C=C C=C ∞

H 2O CH 2 ― CH 2 CH 2 n
JENIS PRODUK
KARET

PENGOLAHAN
KARET ALAM
JENIS OLAHAN KARET

Pengolahan karet dibedakan berdasarkan


kondisi mutu lateks yang dihasilkan
dan jenis karet yang dihasilkan.

Pengolahan Karet terdiri Pengolahan:

 Karet Remah (Crumb Rubber)


 Karet Asap (Sheet Rubber, Ribbed Smoked Sheet)
 Karet Krep (Crepe Rubber)
 Lateks Pekat (Latex Concentrate).
 Karet kering angin (Air Dried Sheet)
PENANGANAN
BAHAN BAKU

PENGOLAHAN
KARET ALAM
1. PENERIMAAN LATEKS

Lateks yang berasal dari tangki


pengangkut dimasukkan ke dalam
tangki penampung dengan
perlakuan:
 Melewati saringan 40 mesh

 Penetapan Kadar Karet Kering (KKK)

1/3 – 1/2 lateks mengalir diambil 100 ml diberi


bbrp tetes asam formiat diaduk sampai
menggumpal, digiling 7 x, kering angin,
timbang, hasil dikalikan dengan FK

Tujuan : taksasi produksi, penentuan


kebutuhan bahan, dan keseragaman mutu
2. PENGENCERAN

 Setelah dialirkan ke dalam bak-bak koagulasi, lateks


diencerkan untuk tujuan:

 Keseragaman koagulum

 Melunakkan bekuan/koagulum

 Menghilangkan gelembung-gelembung

 Meratanya proses pemberian asam untuk koagulasi

 Kemudahan penggilingan

Kadar karet kering: 15 % untuk karet asap


20 % untuk karet remah
2. PENGENCERAN

 Kebutuhan air

  KKK awal - KKK dicapai


At = __________________________ X N
KKK dicapai

N = Volume lateks
3. PENAMBAHAN ANTIOKSIDAN

Bahan: Sodium metabisulfit


(Na2S2O5
Khusus untuk Karet
Remah ditambahkan
bahan antioksidan untuk:
kecerahan warna
dan keseragaman.

Dosis: 0,4 0,6 g/kg karet kering


4. PEMBEKUAN (KOAGULASI)

Prinsip koagulasi lateks adalah membekukan lateks dengan penuruan


pH lateks sampai sekitar 4,7 dengan pemberian sejumlah asam

Pembekuan berlangsung
selama 3-4 jam.
Asam yang digunakan
asam formiat (HCOOH)
2% sebanyak 0,4%/Kg
karet atau asam asetat
(CH3COOH) 4% sebanyak
0,2%/Kg karet Hasil bekuan berupa
koagulum lateks yang
berukuran 45 x 23 x23 cm.
KARET ASAP (sheet)
(RIBBED SMOKED SHEET - RSS)
PENGOLAHAN KARET ALAM
1. PENGGILINGAN

Tujuan dari penggilingan adalah:


 Membentuk koagulum menjadi lembaran
 Mengeluarkan serum
 Membuang busa yang tertinggal
 Membentuk pola pada permukaan
lembaran sheet

Kapasitas: 500 kg/jam


dengan 3 – 3,5 mm tebal
dan berat 1,5 kg per Ketebalan kurang 2,5 mm
lembaran. kapasitas giling turun 300
– 400 kg/jam
Penggilingan menggunakan “baterai sheet“ yang terdiri

TYPE ARISTO CADET

Jarak silinder (mm) I 6.4 6.4

Jarak silinder (mm) II 3.2 3.2

Jarak silinder (mm) III 1.3 1.3

Jarak silinder (mm) IV 0.8 -

Printer/pola 0.3 0.4


2. PENGASAPAN

Pengeringan 4-5 hari dalam rumah asan dengan :

Lembaran  Hari I : Suhu awal 380C selama 3 jam,


sheet suhu 430 –460 C, ventilasi dan asap cukup
digantung
kan dalam  Hari II : Suhu 490 – 530 C , ventilasi dan
rak dan jumlah setengah (1/2) hari pertama
dikeringan
anginkan  Hari III : Suhu 500 – 550 C, ventilasi dan
sebelum jumlah asap seperempat (1/4) hari pertama
diasap.
 Hari IV : dan seterusnya, suhu 500 – 550C,
ventilasi dan jumlah asap sekecil mungkin.
 Tebal tipisnya lembaran

 Bentuk pola/print lembaran sheet

 Keras lunaknya lembaran sheet


FAKTOR YANG
 Cara dan rapatnya penggantungan
MENENTUKAN
LAMA
PENGERINGAN  Pengaturan ventilasi/aliran udara
:
 Pengaturan derajat panas/dapur api

 Dinding isolasi panas ruangan

 Bahan bakar

 Keadaan cuaca
3. SORTASI

Pengujian secara visual dengan menggunakan Green Book


Packing for Natural Rubber Grades yang meliputi derajat
kemasakan, warna, keadaan permukaan lembaran, dan
ketebalan.

Grade RSS meliputi:

1. No.1-XRSS (superior quality RSS)

2. No.1 RSS (standard quality RSS)

3. No.2 RSS (good fair average quality RSS)

4. No.3 RSS (Fair average quality RSS)

5. No.4 RSS (low fair average quality RSS)


Pengemasan dalam peti berukuran 56 x 46 x 78 cm

Berat karet 113 kg


4. PENGEPAKAN

Dibungkus dengan lembaran karet

Setelah terbentuk kubus, peti dilepaskan.


KARET krep (crepe)
PENGOLAHAN KARET ALAM
1. PENGGILINGAN
• Gilingan terdiri dari baterai Crepe

GILINGAN PROSES HASIL


Gilingan I Koagulum gilingan Robek, tebal 7-10
pertama dilipat dua mm
Gilingan kecil, Digiling dua kali Tebal 3-4 mm,
tengah 1. Lipat dua digiling berlubang
2. Digiling tanpa dilipat

Gilingan akhir Lembaran digiling satu Permukaan rata,


kali tebal 1-2 mm
2. PENGERINGAN
• Dalam rumah pengering
• Suhu 330 – 350C
• Selama 6 – 7 hari
• Panjang lembaran krep 5,7 m
3. SORTASI
Sortasi menggunakan Green book yang meliputi
warna, ukuran, keadaan permukaan, dan ketebalan
Grade Crepe:
1. No.1-X: Superior quality thin pale latex crepe
2. No.1: Standard quality thin pale latex crepe
3. No.2: Fair average quality thin palish latex crepe
4. PENGEMASAN
Pengemasan dilakukan dengan membentuk lembaran
krep menjadi bandela/bal berbentuk kubus yang
berukuran 52 x 52 x 52 cm
Berat 80 kg
Dilaburi kapur agar tidak lengket satu sama lain
KARET REMAH
(CRUMB RUBBER)
PENGOLAHAN KARET ALAM
1. PENGGILINGAN
Penggilingan bertujuan menurunkan kadar kotoran,
mikroblending, dan penipisan
Terdiri dari 4 gilingan dengan ukuran celah gilingan I =
2 cm, II = 1,5 cm, III = 1 cm, dan IV = 1 cm
Untuk bahan baku lateks prakoagulasi
Koagulum yang sudah di sortasi direndam dalam bak
agar kotoran terpisah untuk selanjutnya digiling dengan
gilingan palu (hammer mill).
Hasil gilingan dilewatkan pada Rotary Cutter dan
disaring.
Seluruh proses dibantu dengan penyemprotan air agar
kotoran terlepas dari lembar karet.
2. PEREMAHAN (CRUMBLING)
Menggunakan Rotary Cutter atau Granulator
Dibantu air dalam memotong/mencacah lembar karet
menjadi ukuran kecil (1/2-3/4 inch).
3. PENGERINGAN
Remahan karet dimasukkan ke dalam Trolley untuk
proses pengeringan.
Pengeringan menggunakan Unidrier dengan suhu 110-
120 0C selama 3-3,5 jam
4. PENDINGINAN
Alat pendingin (cooler) berupa hembusan udara ke
dalam hamparan remahan karet dalam trolley selama 10
menit agar suhu turun menjadi 600C sehingga karet
dapat dikerjakan lebih lanjut.
Perlu dilakukan pemeriksaan derajat kemasakan dengan
membelah remahan karet.
5. PENGEMPAAN
Pengempaan (Pressing) dan pengemasan
Sebanyak 35 kg karet dikempa dengan alat kempa yang
bertekanan 60-100 ton sehingga membentuk bandela
karet yang berbentuk kubus berukuran 75 x 35 x 15,25
cm. Bandela karet yang sudah dingin dibungkus dengan
plastik hitam. Setiap peti memuat 1050 kg karet.
6. PENGEMASAN
Bandela karet yang sudah dingin dibungkus dengan
plastik hitam.
Setiap peti memuat 1050 kg karet.
Peti diberi label dengan keterangan
STANDAR MUTU KARET REMAH
Standar Mutu SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20
Kadar Kotoran (maks) % 0.05 0.05 0,10 0.20
Kadar Abu (maks) % 0,50 0,50 0,75 1,00
Kadar Bahan Menguap
1,00 1,00 1,00 1,00
(maks) %
Po min 40 30 30 30
PRI min 60 60 50 40
Indeks Warna
6 - - -
(Skala Lovibond)
PROSEDUR
ANALISIS MUTU KARET
PENGOLAHAN KARET ALAM
PENGUKURAN KADAR KOTORAN
(DIRT CONTENT)
1. 30 g karet dihomogenkan dengan gilingan lab.
2. 10 g karet yang sudah homogen ditimbang dan dipotong kecil (12-
15 potongan).
3. Ditempatkan dalam erlenmeyer yang sudah mengandung 250 ml
terpentin dan 1 ml RPA No.3
4. Dipanaskan dalam oven pada suhu 140 0C selama 1,5-2 jam sampai
melarut.
5. Larutan disaring dengan saringan ukuran 325 mesh.
6. Saringan yang menahan kotoran tersebut di oven pada suhu 90-
1000C selama 1 jam.
7. Didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang
8. Perhitungan:
Kadar Kotoran = Berat Kotoran/Berat Karet x 100
PENGUKURAN KADAR ABU (ASH
CONTENT)
1. Timbang 5-10 gr karet dalam cawan porcelain.
2. Panaskan dalam ruang “pre ashing cabinet” sampai tidak
berasap (sebelum dipanaskan karet dibungkus dengan
kertas saring tidak berasap (ashless paper)
3. Panaskan kembali dalam muffle furnace pada suhu 5500C
selama 2 jam sampai terbentuk serbuk putih dan dinginkan
dalam desikator.
4. Perhitungan: (%) Kadar Abu = {(A – B – C)/D } x 100
A = berat karet + cawan
B = berat cawan kosong
C = berat abu
D = berat karet
PENGUKURAN BAHAN MENGUAP
(VOLATILE MATTER)

1. 30 g karet digiling homogen


2. Karet dioven selama 4 jam pada suhu 1000C
3. Didinginkan dalam desikator
4. Ditimbang
5. Perhitungan
(%) Bahan Menguap =
{(Berat Awal-Berat Akhir)/Berat Awal} x 100
PENGUKURAN PLASTICITY
RETENTION INDEX (PRI)
1. 30 gr karet dilgiling tipis 1,6-1,8 mm
2. Dibentuk 6 keping bundar dengan alat “Wallace
punch”
3. Dengan cara menyilang diambil 3 keping untuk
penentuan Plastisitas Awal (Po) dengan
menggunakan alat “Plastimeter Wallace”
4. Tiga keeping bundar yang lain dipanaskan dalam
oven selama 30 menit pada suhu 1400C untuk
penentuan nilai plastisitas akhir (Pa)
5. Perhitungan
PRI = Pa/Po x 100
PENENTUAN INDEKS WARNA
1. Dibentuk 3 keping bundar karet dengan Wallace
Punch
2. Dikempa dalam Startis Mould dengan tekanan 500 psi
selama 5 menit pada suhu 1500C (sebelum dikempa
dengan kertas plastic).
3. Hasil kempa diukur dengan alat Lovibond
Comparator
LATEX PEKAT (CONCENTRATED
LATEX)
PENGOLAHAN KARET ALAM
PENDAHULUAN
Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang
dibuat dengan proses tertentu.
Pemekatan lateks alam dilakukan dengan menggunakan
empat cara yaitu:
1. sentrifugasi
2. pendadihan
3. penguapan
4. elektrodekantasi
Diantara keempat cara tersebut sentrifugasi dan pendadihan
merupakan cara yang telah dikembangkan secara komersial
sejak lama
JENIS LATEKS PEKAT
• Jenis I: lateks pekat pusingan dengan amonia saja atau
dengan pengawet formaldehida dilanjutkan dengan
pengawet amonia
• Jenis II: lateks pekat pendadihan yang diawetkan
dengan amonia saja atau dengan pengawet
formaldehida dilanjutkan dengan amonia.
• Jenis III: lateks pusingan yang diawetkan dengan
kadar amonia rendah dan bahan pengawet sekunder.
KEGUNAAN LATEKS PEKAT
• Lateks pekat (concentrated latex) merupakan jenis
bahan olah yang memiliki tingkat komersial tinggi
yang cukup terjamin
• Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk
pembuatan bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
• sarung tangan
• lem karet
• selang transparant
• karet busa
• kondom
• dan barang jadi lateks lainnya
CENTRIFUGASI
Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi menggunakan
sentrifuge berkecepatan putaran 6000-7000 rpm
Lateks dalam alat sentrifugasi (separator) mengalami
pemutaran yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal
Gaya sentrifugal lebih besar daripada percepatan gaya berat
dan gerak brown sehingga terjadi pemisahan partikel karet
dengan serum
Bagian serum yang mempunyai rapat jenis besar akan
terlempar ke bagian luar (lateks skim) dan partikel karet
akan terkumpul pada bagian pusat alat sentrifugasi
Lateks pekat ini mengandung karet kering 60%, lateks
skimnya masih mengandung karet kering 3-8% dengan rapat
jenis sekitar 1,02 g/cm3.
PENDADIHAN
Pemekatan lateks dengan cara pendadihan memerlukan
bahan pendadih seperti natrium atau amonium alginat,
gum tragacant, methyl cellulosa, carboxy methylcellulosa
dan tepung iles-iles
Adanya bahan pendadih menyebabkan partikel-partikel
karet akan membentuk rantai-rantai menjadi butiran yang
garis tengahnya lebih besar
Perbedaan rapat jenis antara butir karet dan serum
menyebabkan partikel karet dengan rapat jenis lebih kecil
dari serum bergerak ke atas untuk membentuk lapisan,
sedang yang di bawah adalah serum.
Mutu lateks yang dihasilkan ditentukan berdasarkan
spesifikasi menurut ASTM dan SNI
PEMBUATAN LATEKS PEKAT
Sistem umum pemekatan lateks secara sentrifugasi
putaran tinggi (9000 – 1200 rpm), menyebabkan biaya
investasi dan operasional/perawatan relatif mahal dan
peralatan masih diimpor
Modifikasi system pemekatan sentrifugasi menjadi
putaran rendah (2000 – 3000 rpm) diharapkan mampu
menyederhanakan peralatan peralatan, untuk
meningkatkan efesiensi pengolahan lateks pada industri
perkebunan serta diaplikasikan sebagai unit produksi
lateks pekat
PEMBUATAN LATEKS PEKAT
• Dengan menambahkan bahan pendadih CMC sebanyak
0,05-0,2 % ke dalam lateks, memeramnya selama 2-3 hari,
selanjutnya lateks disentrifugasi pada 1500–2500 rpm, di
hasilkan lateks dadih secara kontinu.
• Pada pemeraman selama 3 hari CMC 0,1 % dan
sentrifugasi 2500 rpm dihasilkan lateks dadih dengan
mutu yang setara dengan lateks dadih yang dibuat secara
konversional selama 14 hari.
• Mesin “centrifuge” untuk pengolahan lateks pekat yang
umum digunakan adalah merk Alva de Laval, Westfalia
atau Titania.
PEMBUATAN LATEKS PEKAT
• Cara kerja proses pemekatan mesin–mesin tersebut
adalah sama, akan tetapi kapasitas pengolahan masing–
masing jenis dan merk berbeda–beda, berkisar 250-500
liter lateks kebun setiap jam.
• Proses pemekatan lateks kebun dengan cara pemusingan
berlangsung sesuai dengan hukum Stokes.
2 gr 2(d1 – d2)
• V = --------------------------

Dimana : V = Kecepatan partikel karet keatas, g = Kecepatan gravitasi
atau centrifugal, r = Radius partikel karet, d1 = Rapat jenis serum
d2 = Rapat jenis karet, η = Viskositas lateks
PEMBUATAN LATEKS PEKAT
• Lateks kebun dipusing pada kecepatan 5000–7000 rpm
(putaran per menit) sehingga menimbulkan gaya
centrifugal partikel karet yang cukup besar mengakibatkan
kecepatan gerak partikel karet keatas (V) menjadi lebih
besar, sedangkan serum tertinggal dibagian bawah. Gaya
sentrifugal pada satu partikel karet pada saat dipusing
adalah :
G RW 2
F = -------------
g
Dimana : F = gaya sentrifugal, G = berat partikel karet, R =
jarak partikel karet, W = kecepatan sudut, G = percepatan
gravitasi
PEMBUATAN LATEKS PEKAT
• Lateks kebun yang efesien diolah menjadi lateks pekat
dengan proses pemusingan adalah yang mempunyai DRC
sekitar 30–40 %. Oleh karena itu DRC lateks kebun setibanya
di pabrik disyaratkan minimum 28 %.
• Semakin lama waktu pengoperasian/kerja mesin centrifuge,
DRC lateks pekat yang dihasilkan akan semakin menurun.
Pada umumnya “bowl” mesin centrifuge dicuci/dibersihkan
setiap 3 jam pemakaian.
• Selama proses pengolahan (pemusingan), putaran mesin dan
kecepatan aliran bahan olah lateks kebun selalu diatur
konstan agar lateks pekat yang dihasilkan mempunyai mutu
yang seragam, terutama DRC–nya,apabila terjadi perubahan
kecepatan putaran bowl secara menyolok, mesin centrifuge
harus segera distop dan diperiksa, kemungkinan ada bagian–
bagian yang sudah rusak dan harus diperbaiki atau diganti.
STANDAR MUTU LATEKS PEKAT
Lateks
No Parameter Mutu Lateks Dadih
Pusingan
1 Jumlah padatan minimum 61,5 % 64 %
2 Kadar Karet Kering (KKK) minimum 60 % 62 %
3 Perbedaan No 1 dan 2 maksimum 2,0 % 2,0 %
Kadar Amonia (berdasarkan jumlah air dalam
4 1,6 % 1,6 %
lateks pekat)
5 Viskositas maksimum 25 0C 50 centipoise 50 centipoise
6 Endapan dari berat basah maksimum 0,10 % 0,10 %
7 Kadar koagulum dari padatan maksimum 0,08 % 0,08 %
8 Bilangan KOH maksimum 0,80 0,80
9 Kemantapan mekanis minimum 475 detik 475 detik
Persentase kadar tembaga dari jumlah
10 0,001 % 0,001 %
padatan maksimum
Persentase kadar mangan dari jumlah padatan
11 0,001 % 0,001 %
maksimum
Tidak biru Tidak biru
12 Warna
Tidak kelabu Tidak kelabu
Tidak boleh Tidak boleh
13 Bau setelah dinetralkan dengan asam borak
berbau busuk berbau busuk
TEXT BOOK
• _________, 1980. Pengolahan Karet. BPP Perkebunan
karet Bogor.
• Abednego, J.G.. 1979. Pengetahuan Dasar Teknologi
Karet. Kursus Pengendalian Mutu Standard Indonesian
Rubber. Direktorat Standarisasi, Normalisasi, dan
Pengendalian Mutu, Departemen Perdagangan dan
Koperasi. Jakarta.
• Barney, J.A. 1973. Natural Rubber Production. Lecture
Notes. Balai Penelitian Perkebunan (BPP) Bogor. 333
hlm.
TEXT BOOK
• Goutara, Bambang Djatmiko, dan Wachjuddin
Tjiptadi, 1976. Dasar-dasar Pengolahan Hasil
Pertanian. IPB Bogor.
• Thio Goan Loo. 1980. Tuntunan Praktis Mengelola Karet
Alam. Kinta. Jakarta
• Verharr, G. 1973. Processing of Natural Rubber.
Agricultural Services Bulletin 20. Royal Tropical
Institute. Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai