Anda di halaman 1dari 20

REVIEW SURVEILANS BRUCELLOSIS

DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR


DAN REGISTRASI TERNAK TERINTEGRASI

drh. Ikhsan Fathoni Rahmat

DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN


PANGAN
2021
1. Kepulauan Selayar merupakan salah satu Kabupaten
yang mempunyai potensi sumber bibit ternak di
Provinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai batas
wilayah terpisah dengan wilayah Kabupaten lainnya.
2. Kabupaten Kepulauan selayar mempunyai peluang yang
besar dalam upaya pembebasan penyakit brucellosis di
Provinsi Sulawesi Selatan karena belum pernah adanya
laporan kasus keguguran pada trimester ketiga.
3. Langkah awal pembebasan brucellosis adalah
menentukan tingkat prevalensi kejadian penyakit
brucellosis di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Tujuan pengendalian dan pemberantasan brucellosis
di Kabupaten Kepulauan selayar

• Mengamankan masyarakat dari penularan brucellosis


• Meningkatkan populasi ternak
• Meningkatkan nilai jual ternak
• Mengamankan daerah dari sumber bibit ternak akibat
brucellosis, resiko penularan rendah ke daerah
penerima
• Meningkatkan perdagangan ternak
• Meningkatkan pendapatan dan ekonomi daerah
Sekilas penyakit brucellosis

• Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang


disebabkan bakteri Brucella sp. yang dapat menyebar dari
hewan ke manusia (zoonosis). Penyakit ini umumnya
ditemukan pada ternak sapi, kerbau, kambing, domba dan
babi
• Brucellosis bersifat endemis di Indonesia, termasuk
Provinsi Sulawesi Selatan.
• Meskipun tingkat kematian kecil, tapi dapat menyebabkan
kerugian secara ekonomi (keguguran, still birth, kemajiran)
• Brucellosis merupakan salah satu penyakit hewan menular
strategis yang ditetapkan oleh pemerintah melalui SK
Menteri Pertanian No. 4026/Kpts/OT.140/4/2013.
Dampak brucellosis terhadap kesehatan masyarakat
• Manusia dapat tertular brucellosis melalui konsumsi
susu segar/ produk susu dari hewan yang terinfeksi
• Ataupun melalui kontak langsung dengan sekresi,
ekskresi dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi
(jaringan, darah, urin, ketuban, cairan vagina, fetus
abortus dan plasenta)
• Gejala klinis: demam undulan, kelelahan, sakit kepala,
depresi, kehilangan berat badan, dan keguguran pada
ibu hamil
• DDx: malaria, typhoid
Dampak brucellosis terhadap Produksi Peternakan
• Dampak langsung: kerugian ekonomi terhadap ternak
(penurunan produksi susu pada ternak perah,
penurunan berat badan pada ternak potong, still
birth, abortus, infertile, penurunan harga jual ternak
hidup
• Dampak tidak langsung: kerugian ekonomi yang lebih
luas terhadap suatu daerah (penurunan populasi
ternak, penurunan peluang perdagangan ternak
keluar daerah, penurunan PAD akibat
menurunnyaperdagangan sapi keluar daerah)
• Pemerintah Indonesia melalui Road Map Pengendalian
dan Penanggulangan Brucellosis menetapkan target
negara bebas Brucellosis pada tahun 2025.
• Surveilans penyakit merupakan salah satu komponen
utama dalam program pembebasan Brucellosis. Kegiatan
ini rutin dilaksanakan setiap tahun, namun belum optimal.
• Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap
program surveilans Brucellosis yang telah dilakukan di
Kabupaten Kepulauan Selayar.
Hasil surveilans Brusellosis yang dilakukan oleh BBVet Maros
Dinas PertanianKP Kepulauan Selayar, diperoleh estimasi
prevalensi 0,10%. (≤2%)

Target surveilans : 958


Realisasi surveilans: 976
negatif: 975
positif : 1
Hasil sero surveilans BBVet Maros
Kabupaten Kepulauan selayar

HASIL PENGUJIAN
TARGET JUMLAH KETERAN
NO KECAMATAN DESA/ KELURAHAN SAMPEL SAMPEL RBT CFT GAN
(+) (-) (+) (-)
                   
1 BONTOMANAI BARUGAIYA 20 21   21   21  
    BONEA MAKMUR 12 14   14   14  
    BONTOKORAANG 0 22   22   22  
    JAMBUIYA 12 12   12   12  
    KABURU 10 10   10   10  
    MARE-MARE 8 8   8   8  
    PARAK 13 25   25   25  
    POLEBUNGIN 29 29   29   29  
    BONEA TIMUR 2 5   5   5  
    BONTOMARANNU 24 25   25   25  
      130 171 0 171 0 171  
Hasil sero surveilans BBVet Maros
Kabupaten Kepulauan selayar
HASIL PENGUJIAN
TARGET JUMLAH KETERANG
NO KECAMATAN DESA/ KELURAHAN RBT CFT
SAMPEL SAMPEL AN
(+) (-) (+) (-)
2 BONTOMATENE BATANGMATA 5 10   10   10  
    BATANGMATA SAPO 24 8   8   8  
    BUNGAIYA 73 32   32   32  
    BONTONASALUK 9 21   21   21  
    KAYU BAUK 8 4   4   4  
    MAHARAYYA 8 70   70   70  
    PAMATATA 6 3   3   3  
    TANETE 5 23   23   23  
    ONTO 29 30   30   30  
    TAMALANREA 10 10   10   10  
    BARAT LAMBONGAN 3 14   14   14  
      180 225 0 225 0 225  
Hasil sero surveilans BBVet Maros
Kabupaten Kepulauan selayar

HASIL PENGUJIAN
TARGET JUMLAH KETERANG
NO KECAMATAN DESA/ KELURAHAN SAMPEL SAMPEL RBT CFT AN

(+) (-) (+) (-)

3 BUKI BALANGBUTUNG 57 57   57   57  

    BONTOLEMPANGAN 7 7   7   7  

    BUKI 17 17   17   17  

    KOHALA 14 14   14   14  

    LALANG BATA 25 25   25   25  

      120 120 0 120 0 120  


Hasil sero surveilans BBVet Maros
Kabupaten Kepulauan selayar

HASIL PENGUJIAN
TARGET JUMLAH KETERANG
NO KECAMATAN DESA/ KELURAHAN SAMPEL SAMPEL RBT CFT AN
(+) (-) (+) (-)
4 BONTOHARU BONTOBANGUN 46 56   56   56  
    BONTOTANGNGA 59 45   45   45  
    KALEPADANG 45 45   45   45  
    PUTABANGUN 43 47   47   47  
    BONTOSUNGGU 17 17   17   17  
      210 210 0 210 0 210  
Hasil sero surveilans BBVet Maros
Kabupaten Kepulauan selayar

HASIL PENGUJIAN
TARGET JUMLAH KETERANG
NO KECAMATAN DESA/ KELURAHAN RBT CFT
SAMPEL SAMPEL AN
(+) (-) (+) (-)

5 BONTOSIKUYU BINANGA SOMBAIYA 24 24   24   24  


    HARAPAN 53 53   53   53  
    LAIYOLO 13 13   13   13  
    LAIYOLO BARU 24 24   24   24  
    LANTIBONGAN 25 25   25   25  
    LOWA 12 7   7   7  
    PATIKARYA 14 14   14   14  
    PATILERENG 25 25   25   25  
    TAMBOLONGAN 10 10   10   10  
      200 195 0 195 0 195  
Hasil sero surveilans BBVet Maros
Kabupaten Kepulauan selayar

HASIL PENGUJIAN
TARGET JUMLAH KETERANG
NO KECAMATAN DESA/ KELURAHAN SAMPEL SAMPEL RBT CFT AN
(+) (-) (+) (-)
6 PASIMASUNGGU TANAMALALA 23            
    KEMBANG RAGI 30 55   55 1 54  
    MASSUNGKE 1            
    BONTOSAILE 2            
    LABUAN PAMAJANG 3            
    MAMINASA 11            
      70 55 0 55 1 54  
Strategi Pemberantasan Brucellosis di
Kabupaten Kepulauan selayar

dengan menggunakan pendekatan step-wise


approach (pendekatan tahapan) ada 4 tahapan
a four stage roadmap for progressive control of
brucellosis in animals an humans
(FAO, 2012)
Pendekatan Tahapan untuk Pemberantasan
Brucellosis yang progresif
TAHAP SITUASI HASIL YANG
DIHARAPKAN
Tahap 0: Brucellosis diduga pernah terjadi pada ternak, Pemahaman yang lebih baik
tetapi kasus keguguran trimester 3 jarang terhadap infeksi brucellosis,
Situasi tidak terkonfirmasi dan prevalensinya serta distribusinyasehingga suatu program
diketahui tidak diketahui secara pasti pengendalian dan
pemberantasan
berdasarkan pengetahuan
epidemiologi yang lebih
memadai dapat dimulai
Tahap 1:  Pihak Kesehatan hewan Berwenang Prevalensi brucellosis
melaksanakan program nasional menurun pada ternak
Situasi dengan pemberantasan brucellosis yang disepakati
program Bersama di wilayah yang menjadi
pengendalian tanggungjawab masing-masing
 Kendali mutu vaksin dan prosedur vaksinasi
oleh petugas lapangan, serta diagnose
laboratorium sudah dijadikan standar prosedur
operasional (SOP)
Pendekatan Tahapan untuk Pemberantasan
Brucellosis yang progresif
TAHAP SITUASI HASIL YANG
DIHARAPKAN
Tahap 2: Tingkat sero prevalensi pada ternak cenderung Prevalensi brucellosis terus
menurun, tetapi perkembangan system menurun ke tingkat yang
Mendekati bebas peternakan di kabupaten masih tidak merata lebih rendah pada ternak

Tahap 3:  Pihak berwenang di tingkat nasional Status bebas brucellosis


mendeklarasikan status bebas brucellosis dideklarasikan oleh Direktur
Deklarasi status setelah memenuhi standar OIE (Badan Jenderal dan ditetapkan
bebas brucellosis Kesehatan Hewan Dunia) berdasarkan Keputusan
 Persyaratan untuk deklarasi bebas Menteri
brucellosis bisa berubah dari waktu ke
waktu, oleh karenanya diperlukan
konsultasi standar OIE secara periodik
Hasil sero surveilans Kabupaten Kepulauan Selayar
0,10%, Prevalensi ≤ 2%
Kriteria Daerah berdasarkan Prevalensi
Prevalensi 0% = Daerah tersangka (situasi tidak diketahui)
Prevalensi ≤2% = Daerah tertular ringan
Prevalensi ≥2% = Daerah tertular berat
Daerah bebas
Strategi pemberantasan berdasar pendekatan
tahapan ini
1. Daerah tersangka (prev. tidak diketahui/ tahap 0 –
situasi tidak diketahui)
2. Daerah tertular ringan (prev. ≤2%)
3. Daerah bebas
TERIMAKAS
IH

Anda mungkin juga menyukai