Anda di halaman 1dari 10

PANDANGAN BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT INDONESIA TERHADAP MEDIS KEBIDANAN

Pandangan Budaya dan Adat Istiadat


terhadap Medis Kebidanan

1. Menganggap medis sebagai hal yang tabu.


2. Dianggap membutuhkan biaya yang lebih banyak,
sehingga masyarakat yang memiliki penghasilan tidak
seberapa enggan untuk melalukan perawatan medis.
3. Di daerah yang terpencil di pedalaman belum banyak
terdapat tenaga medis, sehingga kebanyakan
masyarakat masih berpegang teguh pada kebudayaan
dan adat istiadat yang berkembang di daerahnya
Alasan Masyarakat tidak Melakukan
Tindakan Medis Kebidanan

1. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan


Menganggap kehamilan hal yang biasa, alamiah dan
kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan
dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih
banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya
pemeriksaan kehamilan ke bidan.
Kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan
kehamilan, permasalahan-permasalahan pada
kehamilan dan persalinan
2. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas
dan Bayi Baru Lahir
Faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat
pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih
rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi
tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk
kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku masyarakat
yang kurang menunjang dan lain sebagainya.
Upaya Pendekatan Bidan terhadap Budaya dan Adat Istiadat dalam Masyarakat

 Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di


rumah-rumah, mengenai persalinan, pelayanan keluarga
berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.
 Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan
kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat.
 Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada
kader serta dukun bayi.
 Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
Adat Istiadat dan pandangan dalam
medis
Pada masa kehamilan
1. Upacara satu bulanan
 Di peringati dengan membuat semacam bubur sum - sum. Sebagai
pelengkap diberi kuah dua warna, yakni dari santan kelapa yang diberi
sedikit garam dan satu lagi kuah warna merah yang terbuat dari  gula
jawa atau gula aren. Hidangan ini sebagai pertanda awal kehamilan.
Biasanya dibagikan kepada tetangga kiri kanan dengan permohonan
doa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memulai kehamilan.
 Dari pandangan kebidanan: Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal,
terlebih bila ada keluhan mual muntah, makanan lunak dengan
kandungan manis dari gula asli akan memberi asupan kalori dan
mempermudah pencernaan terutama saat ibu hamil enggan menikmati
berbagai macam jenis makanan beraroma tajam. Bubur dari bahan katul
yang diproses secara tradisional sangat kaya akan vitamin B1 yang
dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama dengan para tetangga
juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang terlibat
memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual.
. Upacara 7 bulanan, atau biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni
2

Hidangan khas yang paling dinantikan para tamu adalah rujak dan dawet atau cendol beras.
Menurut tradisi bila rasa dawet dan rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila
saat upacara membelah kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam
kandungan perempuan. Hidangan pelengkap lain adalah polo pendem yakni umbi umbian
dan bisa juga kacang tanah yang direbus, urap urap , nasi megono dan tumpeng 7 buah
kecil kecil, bubur beras merah putih, yang putih di makan suami, yang merah dimakan istri,
urap – urap sayuran hijau 7 jenis, pisang raja, ampyang dan bola ketan kukus diwarna
merah,kuning,hijau ,putih dan coklat. Telur 7 butir. Kudapan berupa jajan pasar melengkapi
hidangan.
Pandangan Kebidanan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama
kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga,
ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa
tidak cantik. Namun tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan
memperbaiki body image seorang ibu hamil agar tampak begitu mempesona dalam
upacara siraman dan mandi bunga. Ibu hamil didandani dengan roncean bunga melati dan
ganti jarik 7 kali. Ini saya lihat saat di Jogjakarta, kebetulan tetangga sebelah rumah
mengadakan upacara tersebut. Sedangkan untuk hidangan makanan yang diadakan
merupakan suatu sajian yang semakin komplit berbagai protein nabati dan hewani,
berbagai sumber jenis zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil senantiasa
selamat dan terjaga baik kondisi kesehatannya diiringi doa doa para sanak keluaraga dan
tetangga.
Kebiasaan masyarakat dan pandangan
dalam medis
Tidak boleh duduk di pintu supaya tidak mengalami kesulitan saat
melahirkan
 Fakta : Pada kehamilan lewat waktu (post date) otot rahim tidak sensitive
terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada
rahim. Jadi tidak ada hubungannya dengan perbuatan duduk di pintu.
Larangan duduk di depan pintu sesungguhnya mempunyai makna tuntunan
akhlak dan sopan santun yang tinggi. Sebab duduk di depan pintu dapat
mengganggu orang lain yang keluar masuk rumah, di sisi lain tentu saja
kurang elok dipandang jika seorang perempuan duduk-duduk di depan
pintu.
Tidak boleh mandi saat maghrib atau senja hari supaya kulit bayi tidak
kemerah-merahan
 Fakta : Menurut ilmu medis, mandi di waktu maghrib dapat merusak saraf.
Namun, mandi di waktu maghrib atau senja tidak ada kaitan dengan kulit
bayi yang kemerah merahan.
 Tidak boleh minum es agar bayinya tidak besar sehingga tidak mengalami kesulitan ketika
melahirkan
 Fakta : Sebenarnya yang tidak boleh itu adalah air Es Doger, Es Teler, Es Campur, Es Teh
Manis dan es lain-lain yang serba mengandung gula. Jika ibu hamil minum es yang banyak
mengandung gula tiap habis makan bisa jadi bayinya akan besar karena kalori yang dimakan
ibu lebih banyak. Jadi bukan air es yang menyebabkan bayi besar tapi kandungan pemanis
atau gula (glukosa).
 Pantang berhubungan intim di bulan-bulan terakhir biar bayi waktu lahir bersih
 Fakta : Hubungan seks aman dilakukan selama kehamilan trimester per-tama sampai usia
kandungan tujuh bulan. Hanya saja, sperma yang masuk ke dalam rahim saat hamil bisa
membahayakan janin. Sperma mengandung suatu zat tertentu yang bisa menyebabkan
reaksi sensitif pada mulut rahim. Zat dalam sperma ini akan memicu reaksi kontraksi dini,
sehingga bisa menyebabkan kelahiran prematur, atau ancaman keguguran jika usia
kehamilan masih muda. Maka ketika berhubungan seks saat hamil, sebaiknya sperma
dikeluarkan di luar vagina atau dengan menggunakan kondom. Pengurangan frekuensi seks
sebaiknya dilakukan ketika usia kandungan sudah mencapai tujuh sampai sembilan bulan.
Jika kehamilan beresiko sehingga rentan terjadi keguguran atau kelahiran bayi prematur,
sudah seharusnya menghindari aktivitas seksual untuk sementara waktu. Ada kondisi
tertentu dimana tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual selama hamil yaitu jika
terjadi placenta previa, resiko kehamilan prematur, perdarahan (flek/vaginal bleeding), mulut
rahim (cer-vix) lemah, janin kembar (setelah kehamilan 28 minggu), herpes kelamin atau
penyakit infeksi akibat hubungan seksual lain. Mungkin atas dasar alasan itulah masyarakat
awam melarang melakukan hubungan intim di bulan-bulan terakhir kehamilan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai