Anda di halaman 1dari 21

Meningitis

Anggota kelompok 10 :

Ami Fatimah Azzahra (220091)


Aureka Gumilang (220094)
Cindy Oktaviani (220095)
Devita Eka Fitriyani (220097)
Gugun Guntara (220099)
Herliana Risanty (220100)
Juliani Ismawati (220102)
Lidya Rifayanti (220104)
Muhammad Razzaq (220108)
Nisa Komalawati (220109)
Nisa Nur Fadilah (220110)

Stikep PPNI Jawa Barat”


Definisi
Peningkatan Meningitis adalah penyakit yang terjadi karena ada
peradangan atau inflamasi pada selaput otak yang bernama meningen.
Selaput ini merupakan lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan
saraf tulang belakang. Kondisi ini seringkali sulit untuk dikenali
karena gejala yang muncul pada awal penyakit terjadinya cenderung
menyerupai flu, demam, atau sakit kepala. Meningitis merupakan
peradangan pada meningen yaitu membran yang melindungi otak dan
cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
infeksi parasit dan obat-obatan tertentu. Meningitis bakterial
merupakan SSP (Sistem Saraf Pusat) yang paling berat dan sering
masih menjadi masalah kesehatan di dunia yang mematikan dan
menyebabkan gangguan neurologis permanen di kemudian hari (Boyles
dkk, 2014).
Etiologi

Penyebab penyakit meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Sementara, untuk
kondisi meningitis purulenta, paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus,
dan Haemophilus influenzae. Lalu, penyebab utama penyakit meningitis serosa adalah
mycobacterium tuberculosis dan virus. Pneumococcus menjadi salah satu penyebab
meningitis terparah dari semua jenis bakteri yang menjadi penyebab penyakit ini.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini adalah lingkungan dengan
kebersihan yang buruk dan padat serta terjadi kontak atau hidup serumah dengan
pengidap infeksi saluran pernapasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus akan
meningkat pada lingkungan yang padat, seperti asrama atau perkemahan. Faktor usia
juga bisa meningkatkan risiko penyakit. Meningitis virus lebih sering terjadi pada anak
berusia di bawah 5 tahun, semenatara meningitis bakteri rentan menyerang orang di
bawa usia 20 tahun.
Manifestasi klinis
1. Aktivitas/istirahat ; Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan,
hipoton
2. Sirkulasi ; Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut
3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin.
4. Makanan/cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri.
6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia” meningkatnya rasa nyeri,
kejang, gangguan oenglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori,
sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, hemiparese, hemiplegia, tanda ”Brudzinski” positif,
rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada
laki-laki.
7. Nyeri/kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri
tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh.
8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah.
9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal,
pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox,
herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
10. Penyuluhan/pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus.
Patofisiologi

Patofisiologi meningitis disebabkan oleh infeksi yang berawal dari aliran subarachnoid yang
kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal, dan kerusakan neuron.
Meningitis merupakan inflamasi pada daerah meninges yang disebabkan oleh infeksi. Agen infeksius
yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis bisa berupa bakteri, virus, fungsi, ataupun parasit.
pathway

Stikep ppni jawa barat


 
KOMPLIKASI MENINGITIS

Komplikasi yang muncul akibat meningitis dapat berbeda-beda pada tiap


penderita. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi:

1. Kebutaan
2. Kesulitan berkonsentrasi
3. Gangguan pendengaran
4. Gangguan ingatan
5. Kerusakan otak
6. Hidrosefalus
7. Migrain
8. Kejang
9. Syok
10. Sepsis
11. Gagal ginjal
12. Radang sendi (arthritis) 
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan meningitis diawali dengan
stabilisasi hemodinamik dan pengambilan
sampel untuk diagnosis pasti.
Penatalaksanaan medikamentosa seperti
antiviral dan antibiotik diberikan sesuai
dengan etiologi meningitis. Pasien juga
dapat diberikan terapi simptomatik seperti
antipiretik, analgesik, serta antiemetik
sesuai keluhan pasien..

Penanganan Awal pada pasien dengan keadaan syok atau


hipotensif, pemberian infus kristaloid harus segera diberikan
sampai euvolemia. Pada pasien dengan gangguan status
mental, perlu dilakukan proteksi jalan napas dan kontrol agar
tidak terjadi kejang. Pada pasien yang memiliki kondisi
cenderung stabil, dilakukan pemberian oksigen, akses
intravena, dan pungsi lumbal. Apabila diperlukan, dapat
dilakukan pemeriksaan CT Scan sebelum pungsi lumbal.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa
meningitis adalah pungsi lumbal, CT Scan, MRI, dan pemeriksaan
laboratorium
1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal : Pungsi lumbal atau analisis cairan dan
kultur cairan serebrospinal masih menjadi metode definitif dalam
mendiagnosis meningitis.
2. CT Scan : CT Scan kepala dapat dilakukan pada pasien dengan
kecurigaan adanya infeksi bakteri atau space occupying lesion (SOL).
Pada infeksi bakteri, beberapa pasien akan memperlihatkan
adanya meningeal enhancement.
3. Pemeriksaan Darah : Pemeriksaan darah tidak spesifik digunakan
untuk mendiagnosis meningitis. Kultur darah dapat dilakukan untuk
mengkonfirmasi infeksi bakteri, terutama penyakit meningococcal.
kasus
Informasi Umum : Tn. JM, 19 tahun, SMA, Tidak bekerja, Islam, Betawi, Alamat : Sukma Jaya-Depok.
RM : 407-98-80. MRS 31 Oktober 2015. Diagnosa Medis : Penurunan kesadaran, status epilepticus ec
meningitis TB putus obat.2. Pengkajiana. Perilak
1. Oksigenasi : Ventilasi RR : 24x/mnt dengan NRM 10lpm vesikuler, TD :130/87 mmHg, denyut nadi : 97
x/mnt, akral hangat.
2. Nutrisi : Riwayat mual dan muntah , penurunan kesadaran
3. Eliminasi : BAK via caterer dan BAB belum
4. Aktifitas dan istirahat : barthel (0) dibantu total, bedrest. Kejang 1x saat MRS durasi 3 menit
5. Proteksi : S : 36°C. kadar Leukosit 16.7x1000/uL
6. Sensasi sensoris belum dapat dinilai
7. Cairan dan elektrolit & keseimbangan asam basa : Turgor baik, Mukosa bibir kering,
8. Neurologis : MRSdengan penurunan kesadaran setelah kejang 16 jam SMRS, riwayat nyeri kepala
SMRS, kesadarandelirium, GCS : E2M5V2, pupil isokor 3mm/3mm, Reflex fisiologis kanan (+2/+2),
kiri (+2+2)kaku kuduk positif. Reflex patologis Babinski positif bilateral. Parese kranialis negatif.
9. Endokrin : GDS 88 g/dl.riwayat ME Tuberkulosis 6 bulan yang lalu dan stroke 6 bulan yang lalu dengan
gejala sisa hemiparese, riwayat kejang 1,5 bulan yang lalu.(Loading Fenitoin 1260mg, dan lanjut
3x100mg, omeperazol1x40mg, paracetamol 3x1g, laxadin 3x15ml,NaCl 0,9% 500cc/8 jam).
pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN 
● Tanggal/Jam MRS : 31 Oktober 2015
IDENTITAS
Biodata Pasien
● Nama : Tn. JM
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Umur : 19 tahun
● Agama : Islam
● Suku/bangsa : Indonesia
● Pendidikan : SMA
● Pekerjaan : tidak bekerja
● Alamat : Sukma Jaya-Depok. RM : 407-98-80.
● RIWAYAT KESEHATAN
● Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien cenderung diam, mudah tersinggung, menangis, dan berbicara atau
meracau tentang alam lain. Ia juga mendengar suara-suara yang berbicara padanya.
Keluhan ini disertai dengan tremor pada tangan kanan dan gerakan seperti
mengunyah
● Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat ME Tuberkulosis 6 bulan yang lalu dan stroke 6 bulan yang lalu dengan
gejala sisa hemiparese, riwayat kejang 1,5 bulan yang lalu.
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
● Nutrisi
Di Rumah : Riwayat mual dan muntah , penurunan kesadaran 
● Eliminasi
Di Rumah : BAK via caterer dan BAB belum
● Aktifitas Fisik
Di Rumah : barthel (0) dibantu total, bedrest. Kejang 1x saat MRS durasi 3 menit 
● Personal Hygiene
Di Rumah : Pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri karena
penurunan kekuatan otot.
DATA PSIKOSOSIAL
Identity : pasien bernama Tn. “JM” dengan usia 19 tahun yang beralamatkan di Sukma
Jaya-Depok. RM : 407-98-80.
PEMERIKSAAN FISIK
● kesadaran delirium, GCS : E2M5V2
● Tanda-Tanda Vital
● TD : 130/87 mmHg
● S : 36°C
● N : 97 x/menit
● RR : 24x/mnt dengan NRM 10lpm vesikuler
● Kepala : Ada nya nyeri
● Kulit : Turgor kulit baik
● Mata : Pupil isokor 3mm/3mm
● Mulut : Mukosa bibir kering
● Ekstremitas : Kaku kuduk positif. Reflex patologis Babinski positif
bilateral. Parese kranialis negatif.

● PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
● GDS : 88 g/dl
● Leukosit 16.7x1000/uL

● TERAPI DAN PENATALAKSANAAN


● (Loading Fenitoin 1260mg, dan lanjut 3x100mg, omeperazol1x40mg,
paracetamol 3x1g, laxadin 3x15ml,
● NaCl 0,9% 500cc/8 jam).
Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1. Do : Bakteri, virus Bersihan jalan napas tidak efektif


TTV   berhubungan dengan spasme jalan
RR: 24x/menit dengan NRM 101 pm Peradangan alveolus napas.
vesikuler (parenkim paru)
TD: 130/87 mmHg  
N: 97x/menit Ekstrapasasi cairan sirosa ke dalam alveoli
S: 36°C.  
  Bersihan jalan napas tidak efektif
Ds: -  
2. Do:   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
 Mual, muntah Proses penyakit kebutuhan tubuh berhubungan dengan
 Belum BAB   ketidakmampuan makan (Ditandai
  Mual, muntah dengan adanya mual muntah)
RR: 24x/menit dengan NRM 101  
pm vesikuler Anoreksia
TD: 130/87 mmHg  
N: 97x/menit Intake adekuat
S: 36°C.  
  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Ds:- kebutuhan tubuh
 
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan spasme jalan napas
Diagnosa 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
makan (Ditandai dengan adanya mual muntah)
Diagnosa 3
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d
hipertensi intracranial idiopatik
 
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Nic
(Noc)
1. Bersihan Noc : Airway suction
jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan di 1. Pastikan kebutuhan oral /tracheal
tidak efektif harapkan ketidaefektifan bersihan jalan nafas. suctioning
Kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan sesudah suctioning.
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 3. Informasikan pada klien dan keluarga
dan dyspnea (mampu mengeluarkan tentang suctioning.
sputum, mampu bernafas dengan mudah, 4. Minta klien nafas dalam sebelum
tidak ada pursed lips). suctioning dilakukan.
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten 5. suction
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya
frekuensi pernafasan dalam rentang suara nafas tambahan
normal, tidak ada suara nafas abnormal) 7. Berikan pelembab udara kasa basah
  NaCl lembab.
8. Monitor respirasi dan status O2
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
suction
10. Hentikan berikan suction dan oksigen apabila
menunjukkan peningkatan pasien bradikardi,
saturasi O2, dll.

Airway management
• Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu.
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan.
• Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
• Keluarkan secret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
• Berikan pelembab udara kasa basah NaCl
lembab.
• Monitor respirasi dan status O2
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan di harapkan 1. Monitor pertumbuhan dan
kebutuhan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi kurang perkembangan
berhubungan dengan dari kebutuhan. 2. Monitor turgor kulit dan mobilitas
ketidakmampuan Kriteria hasil : 3. Monitor adanya mual muntah
makan (Ditandai 1. Tekanan darah dari cukup 4. Tentukan pola makan
dengan adanya mual terganggu (3) menjadi tidak 5. Lakukan evaluasi (kemmapuan)
muntah terganggu (5) menelan
  2. Kelembaban membrane 6. Identifikasi adanya
mukosa dari cukup terganggu ketidaknormalan rongga mulut
(3) menjadi tidak terganggu (5) 7. Lakukan pemeriksaan
  laboratorium
8. Tinjau ulang sumber lain terkait
data status nutrisi
3. Penurunan Setelah dilakukan tindakan Monitor neurologi
kapasitas adaptif keperawatan di harapkan 1. Pantau ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan
intrakranial b.d Penurunan kapasitas adaptif dan reaktivitas
hipertensi intrakranial b.d hipertensi 2. Monitor tingkat kesadaran
intracranial intracranial idiopatik. 3. Monitor TTV
idiopatik Kriteria hasil : 4. Monitor status pernafasan
1. Kelembaban membran 5. Monitor kekuatan tegangan
mukosa dari sedang (3) 6. Catat keluhan sakit kepala
menjadi menurun (1) 7. Konsultasikan dengan rekan kerja untuk
2. Tekanan darah dari mengkonfirmasi data
sedang (3) menjadi 8. Tingkatklan frekuensi pemantauan neurologis,
membaik (5) yang sesuai
9. Hindari kegiatan yang meningkatkan tekanan
intracranial
10. Beri jarak kegiatan keperawatan yang
diperlukan yang bisa meningkatkan tekanan
intracranial
11. Beritau dokter mengenai perubahan kondisi
pasien
12. Mulailah melakukan Tindakan pencegahan
sesuai aturan.
kesimpulan

Meningitis adalah penyakit yang terjadi karena ada peradangan atau


inflamasi pada selaput otak yang bernama meningen. Selaput ini
merupakan lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang
belakang. Kondisi ini seringkali sulit untuk dikenali karena gejala yang
muncul pada awal penyakit terjadinya cenderung menyerupai flu,
demam, atau sakit kepala. Oleh karena itu meningitis merupakan suatu
peradangan akut meningeal dan parenkim otak terhadap infeksi bakteri
yang umumnya ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear
dalam cairan serebrospinal (CSS).
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai