Anda di halaman 1dari 41

HUKUM KIRCHOFF

Untuk menganalisa suatu persoalan (permasalahan) pada rangkaian listrik yang


kompleks penyelesaiannya dengan menggunakan Hukum Ohm sering sekali
tidak dapat diselesaukan. Contoh seperti yang diperlihatkan pada gambar
rangkaian (2-1),

Gambar 2-1 Gambar 2-2.


Untuk menganalisa rangkaian listrik yang agak kompleks seperti diatas harus
menggunakan Hukum Kirchoff, yang mana hukum tersebut ada 2 adalah sebagai
berikut :
Hukum Kirchoff I : Perjumlahan arus yang masuk/menuju suatu titik
didalam suatu rangkaian listrik adalah sama dengan nol.
Hukum Kirchoff II : Perjumlahan tegangan pada rangkaian tertutup
didalam suatu rangkaian listrik adalah sama dengan nol.
Jadi, Hukum Kirchoff I artinya semua yang menuju dan meninggalkan pada
suatu titik sama dengan nol, dimana arus yang menuju suatu titik diberi tanda +
(positip) dan arus yang meninggalkan suatu titik diberi tanda – (negatip).
Seperti yang telah dijelaskan diatas arus yang menuju suatu titik diberi
tanda positip dan yang meninggalkan suatu titik diberi tanda negatip, bila
sebaliknya arus yang menuju auatu titik diberi tanda negatip dan arus yang
meninggalkan suatu titik diberi tanda positip maka hasilnyapun akan sama.
Contoh seperti yang diperhatikan pada gambar rangkaian (2-1),
dengan menggunakan Hukum Kirchoff I dimana arus yang menuju tititk P
adalah positip maka :
(+I1) + (+I2) + (-I3) = 0
Sehingga, I1 + I2 – I3 = 0 (1)
Bila arus yang menuju titik P adalah negatip ini berarti kebalikannya maka :
(-I1) + (-I2) + (+I3) = 0
sehingga, -(I1 + I2 – I3) = 0
kemudian persamaan diatas kedua ruasnya dikalikan dengan –1, maka hasilnya
menjadi sama dengan persamaan (1). Dengan demikian arti dari pada Hukum
Kirchoff I adalah perjumlahan arus yang menuju dan arus yang meninggalkan suatu
titik walaupun berbeda tanda, adalah sama dengan nol.
Selanjutnya seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-1), kalau
kita gunakan Hukum Kirchoff II perhatikan gambar rangkaian (2-2) dimana
sekarang terdapat Loop I, II, III dengan demikian terdapat 3 rangkaian tertutup.
Sebagai contoh seperti yang diperlihatkan gambar rangkaian (2-2) dari Loop I
diperoleh persamaan sebagai berikut :

(+V1) + (-R1 I1) + (-R3 I3) = 0


sehingga, V1 – R1 I1 – R3 I3 = 0 (2)
Selanjutnya dari Loop II diperoleh Persamaan sebagai berikut :
(+V2) + (-R2 I2) + (-R2 I3) = 0
sehingga, V2 – R2 I2 – R3 I3 = 0 (3)

juga dari Loop III diperoleh persamaan sebagai berikut :


(+V2) + (-R2­I2) + (+R1 I1) + (-V1) = 0
sehingga, V2 – V1 + R1 I1 – R2 I2 = 0 (4)
Dari uraian diatas, seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-
1)dengan menggunakan Hukum Kirchoff diperoleh 4 persamaan yaitu
persamaan (1) sampai dengan persamaan (4). Persamaan ini terdiri dari V1, V2
dan R1, R2, R3 yang nilai sudah diketahui, sedangkan I1, I2, I3 yang nilainya
yang akan kita tentukan. Untuk itu kita pilih 3 persamaan dari ke 4 persamaan
diatas :
I1  I 2  I 3  o
V1  R1 I1  R3 I 3  0
V2  R2 I 2  R3 I 3  0
Dari persamaan diatas bilangan yang belum diketahui nilainya adalah I1, I2, dan I3
dan yang akan kita tentukan. Pertama kita masukan masing-masing nilainya yang
sudah diketahui seperti pada gambar rangkaian (2-1) :
I1  I 2  I 3  0 5
11  1I1  4 I 3  0 6
13  2I 24 I 3  0 7 
dari persamaan (5) :

I 3  I1  I 2 8
Persamaan (8) disubtitusikan ke persamaan(6) dan ( 7) menjadi
11  1I1  4I1  I 2   0
13  2 I1  4I1  I 2   0
persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
11  5 I1  4 I 2 9
13  4 I 1  6 I 2 10
persamaan (9) kedua ruasnya dikalikan dengan 3, persamaan (10) kedua ruasnya
dikalikan dengan 2 selanjutnya dikurangkan maka :
3 11  3  5 I1  3  4 I 2
2 13  2  4 I1  2  6 I 2 
7  7 I1
7
I1   1  A
7
jadi,
I1= 1 (A) disubtitusikan ke persamaan (9) menjadi :
11  5  1  4 I 2
6  4 I2
6
jadi, I2   1,5  A
4
Selanjutnya nilai I1 = 1 (A) dan I2 = 1,5 (A) disubtitusikan kepersamaan (8) menjadi

I 3  1  1,5  2,5 A


Dari semua uraian diatas arus I1, I2, dan I3 yang tadinya belum diketahui nilainya
seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-1) maka dapat diketahui
masing-masing adalah 1 (A), 1,5 (A) dan 2,5 (A).
Selanjutnya dari rangkaian tertutup loop I dengan menggunakan Hukum Kirchoff II
diperoleh persamaan sebagai berikut :
13  3I 2  2I 3  0 2
sama halnya seperti diatas maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
52  4I1  2I 3  0 3
karena ada 3 buah bilangan yang belum diketahui
nilainya ialah I1, I2 dan I3, untuk mengetahui nilai-
nilai tersebut kita gunakan ketiga persamaan diatas.
Dari persamaan (1) kita sederhanakan menjadi :
I 3  I1  I 2  4
persamaan (4) kita subtitusikan ke persamaan (2) dan ( 3) :
13  3I 2  2I1  I 2   0 5
52  4 I1  2I1  I 2   0 6
persamaan diatas kita sederhanakan lagi menjadi :z
13  2 I 1  5I 2 7
52  6 I 1  2 I 2 8
Untuk menghilangkan I2 persamaan (7) dikalikan 2 dan
persamaan (8) dikalikan dengan 5 kemudian dikurangkan
sehingga :
2  13  2  2 I1  2  5 I 2
5  52  5  6 I1  5  2 I 2 
 234  26 I1
234
jadi, I1  9  A
26
Nilai I1 = 9 (A) dimasukkan ke persamaan (7)
13  2  9  5 I 2
maka, 5 I 2 5
5
jadi, I2   1  A
5
Selanjutnya, I1 = 9 (A) dan I2 = -1 dimasukkan ke persamaan (4) :
I 3  9   1  9  1  8 A
Dari sini kita peroleh bahwa I1 = 9 (A), I2 = -1 (A), I3 = -8 (A) dimana nilai I1
menjadi positip, nilai I2 dan I3 menjadi negatip artinya harus percabangan yang
mengalir pada rangkaian tersebut arus I1 merupakan percabangan arus I2 dan I3
masing-masing mengalir sebesar 1 (A) dan 8 (A). Seperti yang diperlihatkan pada
gambar rangkaian (2-5) adalah arus percabangan sebenarnya yanag mengalir pada
rangkaian tersebut.

Gambar 2-5.
Methoda Arus Loop (Loop Current).
Seperti yang telah diuraikan diatas kita telah dapat menentukan arus
percabangan yang mengalir I, I2, dan I3. Disini kita akan menentukan juga
arus percabangan yang mengalir I1, I2 dan I3 dengan Methoda Arus Loop
(Loop Current).
Pertama-tama kita tentukan arus loop i1 dan i2 seperti yang diperlihatkan
pada gambar rangkaian (2-6). Setelah kita tentukan arus loop i1 dan i2
bahwa arus yang mengalir melalui tahanan R3 adalah (i1 – i2) ini harus
kita perhatikan
Gambar 2-6.
Selanjutnya kita gunakan Hukum Kirchoff II dari Loop I diperoleh
persamaan sebagai berikut :
52  4i1  3i1  i2   13  0
39  7i1  3i2 9
Dari Loop II :
13  3i2  i1   2i1  0
13  3i1  5i2 10
Dengan menggunakan persamaan (9) dan (10) kita tentukan i1 dan i2.
Untuk menghilangkan i2 persamaan (9) dikalikan dengan 5 dan persamaan
(10) dikalikan dengan 3 kemudian dijumlahkan sehingga
5  39  5  7i1  5  3i2
3  13  3  3i3  3  5i2 
234  26i1
maka, 24
i2   8  A
3
Dari sini dapat kita ketahui bahwa arus yang mengalir melalui
tahanan 4 () dan 2 () masing-masing adalah 9 (A) dan 8 (A).
Sedangkan arus yang mengalir melalui tahanan R3 adalah (i1 – i2)
maka :
i1  i2  9  8  1  A
dimana, arah arusnya mengalir dari titik a ke titik b.
Contoh Soal :

Gambar 2-7 Gambar 2-8.


Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-7), tentukan masing-
masing nilai arus yang mengalir melalui tahanan R1, R2 dan R3. Dimana
V1=6(V), V2 = 4 (V), V3 = 2 (V), R1 = 10 (), R2 = 2 (), R3 = 5 ().
Untuk menyelesaikan soal diatas kita gunakan Methoda arus Loop seperti yang
diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-8) dari dua rangkaian tertutup I dan II
terdapat arus loop i1 dan i2.
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff II dari Loop I diperoleh persamaan sebagai
berikut :
V1  R1i1  R2 i1  i2   V2  0
V1  V2  R1  R2 i1  R2i2 1
sehingga,
dari Loop II :
V2  R2 i2  i1   R3i2  V3  0
V2  V3   R2 i1  R2  R3 i2 2
sehingga,
Nilai besaran yang telah diketahui dimasukkan kedalam persamaan (1) dan (2) :
6  4  10  2 i1  2i2
4  2  2i1  2  5i2
sehingga :
2  12i1  2i2 3
2  12i1  7i2 4
untuk menentukan i1 dari persamaan-persamaan diatas, persamaan (3) dikalikan
dengan 7 dan persamaan(4) dikalikan dengan2 kemudian dijumlahkan :
7  2  7  12i1  7  2i2
2  2  2  2i2  2  7i2 
18  80 i1
18 9
jadi, i1    0,225 A
80 40
selanjutnya i 9 dimasukkan ke persamaan (3)
1 
40
9
2  12   2i2
40
108  80 7
2i2  
40 10
sehingga,
7 1 7
i2     0,35  A
10 2 20
jadi,
melalui R1 adalah 9/40 (A) dan arus yang mengalir melalui R3 adalah 7/20 (A).
Dari uraian diatas, telah kita tentukan nilai arus loop i1 dan i2. Jadi arus yang mengalir
Selanjutnya, karena arus yang mengalir melalui R2 adalah (i1 –i2) sehingga menjadi :
9 7 5 1
i1  i2        0,125 A
40 20 40 8
Dari nilai arus yang mengalir melalui masing-masing tahanan terdapat nilai
negatip, apakah artinya silahkan diingat kembali.
Kesimpulannya, nilai dan arah arus yang mengalir melalui masing-masing tahanan
adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-9).
Rangkaian Jembatan dalam Keadaan Seimbang
Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-10) adalah rangkaian
jembatan (Bridge Circuit), tentukan arus yang mengalir melalui tahanan G.
Selanjutnya bagaimana arus tersebut supaya dalam keadaan nol.

Gambar 2-10. Gambar 2-11


Rangkaian tersebut diatas yang paling popular disebut Rangkaian Jembatan Wheatstone
(Wheatstone Bridge Circuit) yang biasanya dipergunakan untuk mengukur tahanan.
Pertama-tama kita tentukan dahulu persamaan umum untuk menentukan arus yang
mengalir melalui tahanan G. Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-11),
dari rangkaian tertutup I, II dan III terdapat arus loop masing-masing adalah i1,i2 dan
i3. Kita gunakan Hukum Kirchoff II sehingga dari :
Loop I : V  Q(i1  i2 )  X i1  i3   0 1
Loop II :  Pi2  G i2  i3   Qi2  i1   0 2
Loop III :  Ri3  X i3  i1   G i3  i2   0 3
Persamaan (1), (2) dan (3) kita sederhanakan
V  Q  X i1  Qi2  Xi3 1

O  Qi1  P  G  Q i2  Gi3 2

O   Xi1  Gi2  R  X  G i3 3


Selanjutnya untuk menentukan arus yang mengalir melalui tahanan G dari
persamaan diatas, bila kita tentukan arus i2 dan i3 saja sudah cukup
Disini kita gunakan Methode Cramer
Q  X  Q X
  Q P  G  Q  G
X G R  X  G
sehingga Q X  V X
Q 0 G
 X 0 R  X  G
i2 

1
 XG  Q R  X  G   A

Q X  Q V
Q P  G  Q  0
 X G 0
i3 

1
 QG  X P  G  Q V  A

Jadi, arus IG yang mengalir melalui tahanan G adalah :
I G  i 2  i3
1
 XG  QR  X  G   QG  X P  G  X V

IG 
QR  XP V A 4

Bagaimana arus IG supaya menjadi sama dengan nol, dari persamaan (4) bila
pembilangnya sama dengan nol maka arus IG menjadi sama dengan nol :
QR  XP   0 5
Persamaan (5) dapat diuraikan menjadi :
QR  XP 6
Kesimpulannya Rangkaian Jembatan Wheatstone pada waktu (dalam keadaan)
tahanan QR sama dengan tahanan XP maka tidak ada arus yang mengalir melalui
tahanan G (IG = 0). Dari persamaan (6) dapat dikatakan bahwa Rangkaian
Jembatan Wheatstone dalam keadaan seimbang.
Selanjutnya seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian(2-12)
adalah Rangkaian Jembatan Wheatstone yang terdiri dari tahanan X yang belum
diketahui nilainya, sedangkan tahanan P, Q dan R merupakan tahanan yang dapat
diatur nilainya, dengan merubah-rubah nilai tahanan tersebut sehingga arus yang
mengalir melalui Golvanometer G menjadi nol berarti rangkaian jembatan dalam
keadaan seimbang dan tahanan X yang belumdiketahui nilainya dapat ditentukan :
Q
X R 7
P
Tahanan Total pada Rangkaian Jembatan

Gambar 2-13.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-13) beberapa buah
tahanan dihubungkan sedemikian rupa. Berapa  jumlah tahanan antara terminal
a dan b.
Untuk menyelesaikan persoalan diatas kalau kita perhatikan gambar
rangkaian (2-13), sulit untuk dilihat bentuknya, maka kiya sederhanakan dahulu
bentuknya menjadi gambar rangkaian (2-14) :

Gambar 2-14.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-14) antara terminal a dan b
dihubungkan pada sumber tegangan V, sehingga pada setiap rangkaian tertutup
dapat ditentukanarus loop yang mengalir masing-masing i1, i2 dan i3. Dapat
diptentukan pula perbandingan antara tegangan V dan arus i1 (V/i1), nilai
perbandingan ini sama dengan nilai jumlah tahanan R antara terminal a dan b.
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff II diperoleh persamaan sebagai berikut :

Dari Rangkaian I: V  2i1  i2   5i1  i3   0


Dari Rangkaian II :  5i2  10i2  i3   2i2  i1   0
Dari Rangkaian III :  2i3  5i3  i1   10i3  i2   0
Persamaan diatas dapat diuraikan menjadi :

V  7i1 2i2  5i2


O  2i1  17i2  10i3
O  5i1  10i2  17i3
Persamaan diatas disebut Persamaan Simultan, kita tentukan arus i1 dengan menggunakan Methode Gramer.

V 2 5
O 17  10
O  10 17
i1 
7 2 5
2 17  10
5  10 17
V  17  17  V  10  10

7  17  17  2  10  5  2  10  5  5  17  5  2  217  10  10  7
189 V

630

Jadi, V 630
R   3,33  
i1 189
Tegangan Jatuh pada masing-masing Beban
Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-15) sumber
tegangan searah 2 x 100 (V) dengan sistim 3 kawat penghantar disambung kan
dengan 4 beban A, B, C dan D. Arus yang mengalir masing-masing I1 = 40 (A),
I2 = 20 (A), I3 = 90 (A) dan I4 = 10 (A), tentukan tegangan jatuh pada masing-
masing beban. Dimana, tahanan kawat penghantar 0,10 ()/1.

Gambar 2-15. Gambar 2-16.

Untuk menyelesaikan permasalahan diatas dapat kita gunakan Hukum Kirchoff.


Pertama-tama kita gunakan Hukum Kirchoff I, kemudian tentukan arus
percabangannya. Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (2-16) kita
tentukan arus percabangan yang belum diketahui nilainya
i1  I1  I 2  40  20  60  A
I 4  i5  I 2

jadi, i5  I 4  I 2  10  20  10  A
i4  I 3  i5 jadi, i4  90  10  80 A
i4  I1  i3 jadi, i3  i4  I1  80  40  40 A
i6  I 3  I 4  90  10  100 A

dengan demikian semua arus percabangan telah ditentukan.


Selanjutnya kita tentukan tahanan penghantar pada masing-masing
percabangan. Nilai tahanannya sebanding dengan panjang penghantar sehingga :
1 1 0,10
untuk panjang 1 adalah, r   0,025  
4 4 4
1 1 0,01
untuk panjang 1 adalah, r   0,05  
2 2 2
3 3 3  0,01
untuk panjang 1 adalah, r   0,075  
4 4 4
Kemudian, kita tentukan tegangan jatuh pada masing-masing beban. Tegangan jatuh
pada beban A, B, C dan D masing-masing adalah VA, VB, VC dan VD dengan
menggunakan Hukum Kirchoff II maka
1 1
V A  100  ri1  ri3
4 4
 100  0,025  60  0,025  40
 99,5 V 

3 1 1
VB  99,5  rI 2  rI 5  ri4
4 2 4
 99,5  0,075  20  0,05   10   0,025  80
 99,5 V 

1 1 1
VC  100  ri3  ri4  ri6
4 4 2
 100  0,025  40  0,025  80  0,05  100
 92,0 V 

1 1
VD  92,0  ri3  rI 4
2 2
 92,0  0,05   10   0,05  10
 92,0 V 
THEOREMA DUA KUTUB
Teori Superposisi
Bagaimanapun rumitnya suatu rangkaian tidak dapat dianalisa dengan mudah
mempergunakan Hukum Ohm dan Hukum kirchoff. Karena Hukum Ohm dan Hukum
Kirchoff sebagai dasar untuk dapat menganalisa rangkaian tersebut. Untuk
mempermudah penganalisaan salah satu diantaranya adalah Teori Superposisi.
Definisi Teori Superposisi adalah “Arus cabang dari suatu rangkaian yang
terdiri dari beberapa sumber tegangan adalah sama dengan jumlah arus cabang suatu
rangkaian yang terdiri dari masing-masing sumber tegangan”.
Sebagai contoh diperlihatkan seperti pada gambar rangkaian (3-1a), suatu
rangkaian yang terdiri dari dua sumber tegangan untuk menentukan arus cabang I1,
I2 dan I3, diperlihatkan seperti pada gambar rangkaian (3-1b) dan (3-1c) maka dapat
ditentukan arus cabang dari masing-masing sumber tegangan.
Jadi jumlah percabangan arus tersebut merupakan arus cabang pada gambar
rangkaian (3-1a). Untuk menentukan arus cabang dari rangkaian tersebut biasanya
langsung menggunakan Hukum Kirchoff dan menggunakan Teori Superposisi, mari kita
bandingkan.
Gambar 3-1.

Gambar 3-1.
Pertama kita pergunakan Hukum Kirchoff maka akan didapatkan persamaan sebagai berikut :

I1  I2  I3  0
V1  R1 I1  R3 I 3  0
V2  R2 I 2  R3 I 3  0
Persamaan diatas kita uraikan maka masing-masing arus menjadi sebagai berikut :

I1 
R2 R3 V1  R3 V2
 A
R1 R2  R2 R3  R3 R1

I2 
R1  R3 V2  R3 V1  A
R1 R2  R2 R3  R3 R1
R2 V1  R1 V2
I3   A
R1 R2  R2 R3  R3 R1

Selanjutnya kita pergunakan Teori Superposisi, seperti gambar rangkaian


(3-1b) dengan sumber tegangan V1 maka arus cabang dari rangkaian
tersebut dapat diselesaikan dengan Hukum Ohm, masing-masing adalah
sebagai berikut :
V1 R2  R3 V1  A
I1 '  
R2 R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R1 
R2  R3

R3 R3 V1
I 2 '  I1 '   A
R2  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1

R2 R2 V1
I 3 '  I1 '   A
R2  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1

Kemudian seperti gambar rangkaian (3-1c) dengan sumber tegangan V2 maka arus
cabang dari rangkaian tersebut masing-masing adalah sebagai berikut :

I2"
V2

R1  R3 V2  A
R1 R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R1 
R1  R3

R3 R3 V2
I1 "  I 2 "   A
R1  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1

R1 R1 V2
I3"  I 2 "   A
R1  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
Jadi seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (3-1a) dapat ditentukan
jumlah arus cabang yang mengalir pada rangkaian tersebut adalah sebagai berikut :

I1 ' I1" 
R2  R3 V1  R3 V2  A
R1 R2  R2 R3  R3 R1

I 2 " I 2 ' 
R2  R3 V2  R3 V1  A
R1 R2  R2 R3  R3 R1

R2 V1  R1 V2
I 3 ' I 3 "   A
R1 R2  R2 R 3  R3 R1
dari hasil tersebut diatas maka :
I1  I1 ' I1 "
I 2  I 2 ' I 2 "
I 3  I 3 ' I 3 "

sehingga Teori Superposisi terbukti


Teori Thevenin

Gambar 3-2.
Teori Thevenin dapat dikonfigurasikan seperti yang diperlihatkan pada gambar
rangkaian (3-2a) dan (3-2b), kalau kita lihatbagian dalam dari rangkaian N terdiri
dari sumber tegangan, dimana tegangan antara terminal a dan b adalah Vab.
Selanjutnya bila kita lihat lagi dari terminal a dan b maka terdapat tahanan jumlah
Rab, kemudian diantara terminal a dan b tersebut disambungkan dengan tahanan
R, sehingga arus I yang mengalir melalui tahanan R tersebut adalah :

Vab
I   A
Rab  R
Sehingga, rangkaian N merupakan rangkaian dua kutub dimana tegangan diantara
kedua terminalnya adalah Vab, jumlah tahanan diantara kedua terminalnya adalah
Rab, rangkaian ini dapat dikonfirmasikan seperti yang diperlihatkan pada gambar
rangkaian (3-3) merupakan sebuah batere yang mempunyai tahanan dalam Rab
dengan tegangan Vab.

Contoh Soal :
Seperti yang diperlihatkan gambar rangkaian (3-4a). Tentukan arus yang mengalir
melalui tahanan R3 dalam ranglaian tersebut.
Untuk menentukan arus (I) yang mengalir melalui tahanan R3 sudah tentu dapat
menggunakan Hukum Kirchoff, disini kita pergunakan Teori Thevenin. Gambar rangkaian
(3-4a) kita potong menjadi seperti gambar rangkaian (3-4b) pada terminal a dan b
dihubungkan tahanan Ra, pada terminal a dan b terdapat tegangan Vab dari terminal a dan
b pula tahanan dalam Rab masing-masing adalah sebagai berikut :

V1  V2
Vab  V1  R1 V 
R1  R2
R1  R2
Rab   
R1  R2
maka menurut Teori Thevenin :
V1  V2
V1  R1
Vab R1  R2
I  
Rab  R3 R1  R2
 R3
R1  R2
R2V1  R1V2
  A
R1 R2  R2 R3  R3 R1
Pada waktu menentukan tahanan dalam Rab, sumber tegangan pada
rangkaian tersebut dihubungkan singkat.
Teori Reciprocity
Teori Reciprocity pada dasarnya tidak lain diuraikan dari Hukum Ohm dan Kirchoff.
Jadi pengertian teori ini dapat diartikan seperti yang diperlihatkan pada gambar
rangkaian (3-6a) arus I2 sama dengan arus I1­pada gambar rangkaian (3-6b).

Gambar 3-6
Baiklah kita buktikan seperti gambar (3-6a), arus I2 menurut
Hukum Ohm adalah :

V R3 V R3
I2  x 
R2  R3 R2  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R1 
R 2  R3
sama halnya seperti diatas untuk gambar (3-6b) arus I1 adalah :
V R3 V R3
I1  x 
R  R3 R1  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R1  2
R2  R3
Jadi I2 = I1

Teori Millman
Teori Millman dipergunakan untuk mempermudah perhitungan suatau
rangkaian listrik. Untuk lebih memahaminya dengan baik silahkan dipergunakan
dalam penyelesaian perhitungan suatu rangkaian listrik. Pengertian dari teori ini
seperti yang diperlihatkan pada gambar (3-7), batere dengan tahanan dihubungkan
seri selanjutnya dihubungkan paralel maka tegangan V antara terminal a dan b
adalah :

V1 V2 V3
 
R R2 R3
V  1
1 1 1
V 
 
R1 R2 R3
Selanjutnya, persamaan diatas kita buktikan seperti yang diperlihatkan gambar (3-
8), Tegangan V antara terminal ab pada rangkaian tersebut, arus yang mengalir
masing-masing I1, I2, dan I3 selanjutnya menjadi persamaan sebagai berikut :

Gambar 3-7 Gambar 3-8.


V1  V
V  V1  R1 I1 maka I1 
R1
V2  V
V  V2  R2 I 2 maka I 2 
R2
V3  V
V  V3  R3 I 3 maka I 3 
R3
jadi bila kita menggunakan Hukum Kirchoff I, arus pada titik P menjadi :
I1  I 2  I 3  0
Kemudian bila dijabarkan dengan persamaan diatas yang telah ditentukan maka :
V1  V V2  V V3  V
  0
R1 R2 R3
 V1 V2 V3   1 1 1
      V  0
 R1 R2 R3   R1 R2 R3 
dari persamaan diatas dapat diuraikan menjadi :
V1 V2 V3
 
R1 R2 R3
V 
1 1 1
V 
 
R1 R2 R3

Dengan demikian Teori Millman dapat dibuktikan.


Contoh Soal :
Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (3-9), tentukan arus yang mengalir
melalui tahanan R3. Untuk menjawab pertanyaan ini kita coba menggunakan Teori-teori
yang telah diuraikan diatas.

Gambar 3-9.
Untuk menyelesaikan persoalan diatas dapat digunakan beberapa
teori diantaranya adalah :
(1). Teori Hukum Kirchoff

Gambar 3-10.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar rangkaian (3-10) terdapat Loop I dan II,
masing-masing arus loop tersebut adalah i1 dan i2 sehingga dapat diperoleh
persamaan sebagai berikut :
V1  V2  R1i1  R2 i1  i2   R1  R2 i1  R2 i2 1
V2  R2 i2  i1   R3i2   R2i1  ( R2  R3 ) i2 2
dari persamaan diatas untuk menentukan i2, persamaan (1) dikalikan
dengan R2 dan persamaan (2) dikalikan dengan (R1­+ R2) maka :
R2 V1  V2   R2 R1  R2 i1  R2 i2
2

R1  R2 V2   R2 R1  R2 i1  R1  R2 R2  R3 i2 


R2 V1  V2   R1  R2 V2   R2 i 2 R1  R2 R2  R3 i2
2

R2V1  R1V2  R1R2  R2 R3  R3 R1 i2

R2V1  R1V2
jadi, i2   A
R1R2  R2 R3  R3 R1
arus loop i2 tersebut adalah arus yang mengalir melalui R3
(2). Teori Superposisi :

Gambar 3-11.
Selanjutnya kita gunakan Teori Superposisi. Seperti yang diperlihatkan
pada gambar rangkaian (3-11) masing-masing rangkaian terdapat sumber
tegangan V1 dan V2 sehingga arus yang mengalir melalui R3 adalah I ’
dan I ”.
V1 R2 R2V1
I'  
R R
R1  2 3 R2  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R2  R3
V2 R1 R1V2
I"  
RR
R2  1 3 R1  R3 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R1  R3
Arus yang mengalir melalui R3 adalah I pada sat rangkaian tersebut disupply oleh
sumber tegangan V1 dan V2, menurut Teori superposisi :
R2V1 R1V2
I  I '  I" 
R1 R2  R2 R3  R3 R1 R1 R2  R2 R3  R3 R1
R2V1  R1V2
  A
R1R2  R2 R3  R3 R1
(3).Teori Thevenin.

Gambar 3-12
Selanjutnya kita gunakan Teori Thevenin, untuk itu perhatikan gambar rangkaian
(3-12).
Tegangan Vab antara terminal a dan b adalah :
V1  V2 R2V1  R1V2
Vab  V1  R1  V 
R1  R2 R1  R2
dimana, jumlah tahanan Rab antara terminal a dan b adalah :
R1 R3
Rab   
R1  R3
menurut Teoro Thevenin :
R2V1  R1 R2
Vab R1  R3
I  
Rab  R3 R1 R2
 R3
R1  R2
R2V1  R1V2 R1  R2
 
R1  R2 R1 R2  R3 R1  R2 
R2V1  R1V2
  A
R1 R2  R2 R3  R3 R1
(4). Teori Millman :

Gambar 3-13.
Selanjutnya gambar rangkaian (3-9) dapat dirubah menjadi gambar rangkaian (3-13),
dimana V3 = 0 (V). Dengan demikian tegangan antara terminal abmenurut tahanan
R3 adalah :
V1 V2 O
 
R1 R2 R3
Vab 
1 1 1
 
R1 R2 R3
R V  R1V2 R1 R2 R3
 2 1 
R1 R2 R1 R2  R2 R3  R3 R1

maka arus I yang mengalir melalui tahanan R3 menjadi :


Vab 1 R2V1  R1V2 R1R2 R3
I   
R3 R3 R1 R2 R1R2  R2 R3  R3 R1
R2V1  R1V2
  A
R1R2  R2 R3  R3 R1

Dari sini dapat kita buktikan bahwa untuk menyelesaikan persoalan pada rangkaian
listrik dapat diselesaikan dengan beberapa teori, ternyata hasilnya sama.

Anda mungkin juga menyukai