Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI


PATOLOGIS SISTEM PENCERNAAN
DAN METABOLIK ENDOKRIN
KELOMPOK 10
Ingkeukeu (32722001D19046)
Maura Putri (32722001D19054)
Moch Rofiul (32722001D19060)
Muhammad Fakhri (32722001D19064)
Siti Mayangsari (32722001D19104)
Ulkus Peptikum
a. Pengertian
Ulkus peptikum adalah cedera asam peptik pada mukosa traktus gastrointestinal, yang dapat menyebabkan
kerusakan hingga lapisan submukosa. Ulkus peptikum umumnya mengenai lambung dan duodenum
proksimal. Ulkus peptikum juga dikenal dengan tukak lambung. Ini adalah luka atau peradangan yang
disebabkan oleh terkikisnya lapisan dinding lambung. Ulkus peptikum ditandai dengan munculnya rasa
nyeri pada lambung atau bahkan perdarahan pada kasus yang lebih parah.
b. Penyebab
■ Infeksi bakteri Helicobacter pylori.
 Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid, seperti ibuprofen, aspirin, atau diclofenac.
 Kebiasaan merokok dan minum alkohol.
 Stres yang tidak segera diatasi.
 Masalah kesehatan, seperti tumor pankreas dan pengobatan radiasi pada area lambung.
c. Tanda dan gejala
Gejala utama ulkus peptikum adalah nyeri pada perut. Nyeri ini muncul karena adanya
iritasi asam lambung yang membasahi luka. Biasanya, nyeri muncul pada malam hari dan
terasa semakin parah saat perut kosong. Pada kondisi yang lebih parah, nyeri yang
dirasakan bisa menyebar ke leher, pusar, hingga punggung. Gejala lain ulkus peptikum
antara lain: nyeri ulu hati, tidak nafsu makan, mual, serta gangguan pencernaan.
d. Pencegahan
■ Menerapkan gaya hidup sehat. Antara lain: mengurangi atau berhenti merokok,
menghindari konsumsi alkohol, istirahat yang cukup, dan kelola stres yang dialami.
■ Berhati-hati dalam menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid.
■ Menjaga kebersihan diri agar terhindar dari infeksi bakteri H. pylori. Bakteri ini bisa
menyebar melalui kontak langsung dengan pengidap ulkus peptikum atau melalui
makanan dan minuman.
e. Faktor resiko munculnya
a) Faktor Risiko Munculnya Ulkus Peptikum
 Infeksi pylori
 Obat : NSAID, aspirin
 Jenis kelamin laki-laki
 Pertambahan usia
 Adanya komorbiditas : gangguan cemas menyeluruh, schizophrenia, penyakit paru obstruktif kronis
 Alkoholisme kronik
 Merokok
b) Faktor Risiko Rekurensi Ulkus Peptikum
■ Pertambahan usia
■ Obat : NSAID, aspirin, antikoagulan, imunosupresan, kortikosteroid (misal : prednison)
■ Infeksi pylori
■ Ukuran ulkus > 1 cm
■ Kelas Forrest I (ulkus peptikum dengan perdarahan aktif), dan II (ulkus peptikum dengan riwayat perdarahan dalam waktu
dekat)
■ Sindrom Zollinger-Ellison
c) Faktor Risiko Mortalitas Ulkus Peptikum
 Pertambahan usia
 Komorbiditas
 Penggunaan steroid
 Keadaan klinis : syok, kadar Hb rendah saat masuk rumah sakit, tekanan darah rendah, keterlambatan
penanganan
 Kelas Forrest I-II
 Rekurensi komplikasi
f. Penata laksanaan
Penatalaksanaan ulkus peptikum bergantung pada keadaan pasien saat datang. Pasien dengan
perdarahan atau perforasi membutuhkan tata laksana gawat darurat dengan stabilisasi, endoskopi, atau
pembedahan. Pasien yang tidak memiliki kegawatdaruratan ditatalaksana dengan triple therapy untuk
eradikasi H.pylori, serta diberikan penurun asam lambung.
Pasien ulkus peptikum yang datang dengan perdarahan atau dicurigai mengalami perforasi, harus
diberikan tata laksana kegawatdaruratan terlebih dulu. Setelah pasien stabil, dapat dilakukan pemeriksaan
untuk menentukan apakah terjadi peritonitis atau tidak, serta apakah dibutuhkan tindakan operatif atau tidak.
i. Asuhan keperawatan ulkus peptikum
1. Pengkajian
■ Pasien diminta untuk menggambarkan nyeri dan metode yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dan metode yang digunakan untuk menghilangkannya
(makan,antasid). Nyeri ulkus peptikum biasanya digambarkan sebagai “rasa terbakar” atau
“menggorogoti” dan terjadi kira-kira 2 jam setelah makan. Nyeri ini serinf membengunkan
pasien antaratengah malam dan 3 pagi. Pasien biasanya menyatakan bahwa nyeri
dihilangkan dengan mengguanakan antasida. Makan makanan atau dengan muntah.
■ Pasien ditanya kapan muntah terjadi. Bila terjadi, seberapa banya? Apakah muntahan merah
terang atau seperti kopi? Apakah pasien mengalami defeksi disertai feses berdarah? Selama
penggambilan riwayat pasien perawat meminta pasien untuk menuliskan masukan makanan,
biasnya selama 72 jam dan memasukan semua kebiasaan makan( kecepatan
makam,makanan reguler, kesukaan terhadap makanan pedas, penggunana bumbu,
penggunanan minumam mengandung kafien)
■ Tingkat ketegasan pasien atau kegugupan dikaji
■ Apakah pasien merokok?seberapa banyak?
■ Adakah riwayat keluarga dengan penyakit ulkus?
■ Tanda vital dikaji untuk indikator anemia dan feses diperiksa terhadap darah samar
■ Pemeriksaan fisik dilakukan dan abdomen diaplpasi untuk melokalisasi nyeri tekan
2. DIAGNOSA
■ Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan. Ditandai dengan: hipotensi, takikardai, pengisaian
kapiler lambar, urine pekat/menurun, berkeringat, hemokonsentrasi
■ Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Ditandai dengan tidak dapat
diterpkan dengan adanya tanda dan gejala
■ Ansietas berhubngan dengan perubahan satstus kesehatan, ancaman kematian Ditandai dengan peningkatan
tegangan, gelisah, mudah terangsang, takut, gemetar, kurang montak mata, menolak, panik atau perilaku
menyerang
■ Nyeri berhububgan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral. Ditandai dengan.
Mengkomunikasikan gambaran nyeri, berhati-hati dengan abdomen. Poster tubuh kaku, wajah mengkerut,
perubahan tanda vital
■ Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi/informasi. Ditandai dengan: permintaan informasi, pernyataan salah
konsep, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah
Rencana keperawatan
 Kekuranagan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujun: menunjukan perbaikan keseimbanagn cairan dibuktikan dengan haluaran urin adekuat dengan
berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
 Intervensi
1. Catat karakteristik muntah dan/atau drainase.
R/ membantu dalam membedakan penyebab distres gaster. Kandungan empedu kuning kehijauan
menunjukan bahwa pilorus terbuka. Kandungan fekal menunjukan obstruksi usus.
2. Awasi tanda vital. Ukuran TD dengan posisi duduk, berbaring. Berdiri bila mungkin
R/ perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilnagan darah. Hipotensi postrual
menunjukan volume sirkulasi
3. Pertahankan tirah baring. Mencegah muntah dan tegangan padasaat defeksi
R/ aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra-abdomen dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut
4. Tinggikan kepala tempat tidur delama pemberian antasida
R/ mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru serius
5. Berikan cairan/darah sesuai indikasi
R/ penggantian cairan bergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan. Tambahkan volume
(albumin) dapat diinfuskan sampai golongan darah pada pencocokan saling dapat diselesaikan dan tanfusi
darah dimulai
6. Lakukan levase gaster dengan cara garam faal dingin atau dengan suhu rungan sampai cairan aspirasi
merah muda bening atau jernih dan bebas bekuan
R/ mendorong keluar/pemecahan bekuan dan dapat menurunkan perdarahan dengan vasokontraksi lokal.
Memudahkan visualisasi dengan endoskopi untuk melokalisai sumber perdarahan
 Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
Tujuan: mempertahankan/memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil, kulit hangat, nadi
perifer terba, GDA dalam batas normal, keluaran urine adekuat
 Intervensi
1. Kaji perubahan tingkat kesadaran, keluahan pasien/sakit kepala
R/ perubahan dapat menunjukan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial
2. Selidiki keluhan nyeri dada. Catat lokasi, kualitas, lamanya dan apa yang menghilangkan nyeri
R/ dapat menunjukan iskema jantung sehubungan dengan penurunan prefusi
3. Kaji kulit terhadap dingin pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi parifer lemah
R/ vasokonstriksi adalah respons simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan/atau dapat terjadi
sebagai sefek samping pemberian vasopressin.
4. Catat haluaran urin dan berat jenis
R/ penuruan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia/gagal ginjal dimanifestasikan dengan
penurunan keluaran urin
5. Catat laporan nyeri abdomen, khusus tiba-tiba, nyeri hebat atau nyeri menyebar kebahu
R/nyeri disebakan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena efek buffer darah.
Nyeri berat berlanjut atau tiba-tiba dapat menunjukan iskemia sehubungan dengan terapi vasokonstriksi
Kolaborasi
6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
R/ mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi
R/ mempertahankan volume sirkulasi danperfusi
 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,ancaman kematian
Tujuan
1. Menyatakan rentang perasaan yang tepat
2. Menunjukan rileksi dan laporan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
 Intervesi
1. Awasi respon fisiologis (takipnea,palpitasi,pusing, sensai kesemutan)
R/ dapat menjadi indikator derajat terkuat yang dialami pasien tetapi dapat juga berhunbungan dengan kondisi
fisik/status syok
2. Dorong pernyataan takut dan ansietas: berikan umpan balik
3. Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan
4. Berikan lingungan tenang untuk istirahat
5. Tunjukan teknik rilekasasi
 Nyeri berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster rongga oral.
Tujuan
1. Menyatakan nyeri hilang
2. Menunjukan poster tubuh rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
 Intervensi
1. Catat keluhan nyari, termasuk lokasi,lamanya,intensitas (skla 0-10)
R/ nteri tidak selalu ada tetapi jika ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana
dapat membantu mendiagnosa etologi perdarahan dan terjadinya komplikasi
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
R/membantu dan mendiagnosa pembuatan kebutuhan nyeri
3. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi
R/ makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster, makan sedikit
mecegah distesi dan haluan gastrin
4. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif
R/ menurunkan kekuatan sendi, meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan  
 Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhungunagn
dengan kurang pemajanan/meingkat kesalahan interpretasi/informasi
1. Menyatakan pemahaman penyebab perdarahanya sendiri dan penggunakan tindakan pengobatan
2. Mulai mendiskusikan pernya dalam mencegah kekambuhan
3. Berpartisipasi dalam perogram pengobatan
IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien.
EVALUASI
1. Kekurangan volume cairan dapat teratasi
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan dapat dicegah
3. Ansietas dapat teratasi Nyeri dapat tertasi
4. Kurang pengetahaun mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan dapat
teratasi
B. Gastroenteritis

a. Pengertian
Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai entrogen termasuk bakteri,
virus, dan parasite, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin yang ditandai dengan
muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan kehilangan elektrolit.
b. Penyebab
Ada dua jenis virus yang menjadi penyebab utama gastroenteritis ,yaitu norovirus dan rotavirus. Selain
kedua jenis virus tersebyt gastroenteritis disebabkan oleh adenovirus dan astrovirus. Penularannya dapat
melalui kontak langsung misalnya saat berjabat tangan dengan penderita atau tidak sengaja menghirup
cipratan air liur yang keluar saat penderita bersin. Virus juga dapat menular melalui makanan, minuman, dan
benda yang terkontaminasi virus.
Selain virus, gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh bakteri seperti campylobacter bacterium, parasite
seperti entamoeba histolyca dan crystosporidium, obat-obatan tertentu, seperti antibiotic, antasida, atau obat
kemoterapi, dan logam berat seperti timbal, arsen, atau merkuri yang terhirup dari udara atau yang
terkandung dalam air mineral.
c. Tanda dan gejala
 Diare
 Mual dan Muntah
 Demam dan Menggigil
 Sakit kepala
 Tidak nafsu makan
 Sakit perut
 Nyeri otot dan sendi
Penatalaksanaan Gastroenteritis

■ Pemberian cairan, cara pemberian cairan dalam terapi dehidrasi:


■ Belum ada dehidrasi dilakukan peroral selanjutnya anak mau minum atau satu gelas tiap defikasi.
Pencegahan Etiologi

■ Faktor infeksi
1. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi internal sebagai berikut :
2. Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoly, Salmonella, Shigella, Campylabacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
3. Infeksi virus: Entero virus (virus echo, coxsakria, poliomyelitis)
4. Infeksi parasit: cacing (ascaris, tricuris, yuris, stongyloides) protozoa, jamur.
5. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti OMA, tongsilitis, bronkopneumoni, ensefalitis,
dan lain-lain.
■ Faktor mal absorbs
1. Malabsorbsi karbohidrat
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
■ Faktor makanan, makanan basi, makanan beracun.
1. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas.
Patofisiologi Gastroenteritis
Asuhan Keperawatan Gastroenteritis

 Pengkajian
Anamnese meliputi :
Nama : Ny.Y
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Jenis pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Cibatu
Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan
tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis
sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
 Riwayat sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
2. Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan
timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
 Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
1. Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
2. B1(breath) : takhipnea
3. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit
pucat
4. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri
epigastrum.
5. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
6. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
7. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
■ Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
a) Gejala : kelemahan, kelelahan
b) Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
a) Gejala : kelemahan, berkeringat
b) Tanda :
 hipotensi (termasuk postural)
 takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
 nadi perifer lemah
 pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
 warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
 kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status
 syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
a) Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
b) Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemeta
4. Eliminasi
a) Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis
(GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster,
gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
b) Tanda :
 nyeri tekan abdomen, distensi
 bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
 karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
 haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
a) Gejala :
 anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
 masalah menelan : cegukan
 nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
b) Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
a) Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
b) Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan
koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi
7. Nyeri / Kenyamanan
a) Gejala :-
 nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
 nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
 nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
 tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
 faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
b) Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
a) Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
b) Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis
/ hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
a) Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Mustaqin A.,
Gangguan Gastrointeritis).
 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
5. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit
 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
Intervensi
2. Puasakan pasien di 6jam pertama,
3. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan berikan minuman hangat,
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
5. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional
1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung,
2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan setelah puasa terlalu cepat,
3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien terhadap nyeri.
4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Intervensi
3. Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum (dewasa : 40- 60 cc/kg/jam).
4. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa
5. Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada defekasi
6. Berikan terapi IV line sesuai indikasi
7. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
Rasional
8. Intake cairan yang adekuatakan mengurangi resiko dehidrasi pasien
2. menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan peningkatan kebutuhan penggantian cairan.
3. Aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
4. Mengganti kehilangan cairan yang hilang dan memperbaiki keseimbanngan cairan segera.
5. Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
C. Thypus Abdominalis

a. Pengertian
Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala thypus lebih
dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran pencernaan.
b. Penyebab
Penyebab utama dari penyakit ini adalah bakteri Salmonella Thypi yang dapat menular
melalui makanan serta minuman yang terkontaminasi. Paparan bakteri pada makanan atau
minuman bisa terjadi saat seseorang kurang menjaga kebersihan tangan atau mengonsumsi
makanan yang dibersihkan menggunakan air yang tercemar bakteri Salmonella Thypi.
c. Tanda dan gejala
Penderita biasanya akan mengalami demam tinggi, tetapi tidak disertai batuk dan pilek, demamnya
sukar sekali turun. Biasanya berlangsung selama 1 minggu, bahkan lebih, dan biasanya pada
malam hari demamnya lebih tinggi daripada di waktu siang, gejala lainnya, yaitu :
 Tercium bau mulut yang tidak sedap.
 Bibir kering dan pecah-pecah.
 Lidah ditutupi selaput putih.
 Perut sering kembung.
 Konstipasi (tidak buang air besar selama beberapa hari).
d. Penatalaksanaan
1. Istirahat dan Perawatan
2. Diet dan Terapi penunjang
3. Pemberian Antibiotik
e. Pengobatan
■ Sebenarnya tujuan utama dari istirahat total dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
komplikasi di usus. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang
(diet rendah serat dan tinggi kalori dan protein). Yang dimaksud dengan jenis yang
merangsang disini adalah makanan pedas dan asam. Kesembuhan penderita penyakit ini
dipengaruhi berbagai hal, di antaranya adalah umur, keadaan umum, tingkat kekebalan
penderita, jumlah dan daya infeksi kuman yang masuk tubuh, serta cepat dan tepatnya
pengobatan
f. Patofiosiologi Thypus Abdominalis
Makanan yang terinfeksi bakteri Salmonella
Typhosa

Masuk melalui mulut

Menuju ke saluran pencernaan


Mati dimusnahkan
asam lambung Lambung

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Limpa


Endotoksin usus halus

Tukak Splenomegali hipertermi

Perdarahan dan perforasi Lambung tertekan

Mual
Risiko devisit
v u lo m e c a ira n
Anoreksia
Nyeri raba
Perubahan nutrisi

(Zulkoni, 2011)
Asuhan Keperawatan Thypus Abdominalis

■ PENGKAJIAN
ANAMNESA Data Demografi
■ Data Klien
Pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama
orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
Keluhan utama thypus abdominalis adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing
kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
■ Riwayat Kesehatan Klien
■ Riwayat kesehatan sekarang
■ Keluhan yang sering muncul antara lain:
■ Demam;subfebris,febris, hilang timbul
■ Nyeri pada abdomen
■ Nafsu makan menurun (anoreksia).
■ Istirahat pasien terganggu karena merasakan sakitperut, mual muntah, dan kadang juga diare.
■ Riwayat kesehatan keluarga
Apakah memiliki penyakit genetik dalam keluarga seperti hipertensi, diabete melitus, dll.
■ Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan.  Gangguan dalam beribadat karena klien tirah
baring total dan lemah.
■ Pola-pola fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah  saat makan  sehingga makan hanya sedikit
bahkan tidak makan  sama sekali.
■ Pola eliminasi
Eliminasi alvi (BAB).  Klien dapat mengalami konstipasi (sembelit) oleh karena tirah baring lama.  Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.   Klien dengan thypus
abdominalis terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. 
■ Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan
klien dibantu.
■ Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
Pemeriksaan fisik
■ Keadaan umum
■ Tingkat kesadaran
■ Sistem respirasi
■ Sistem kardiovaskuler
■ Sistem integumen
■ Sistem gastrointestinal
■ Sistem muskuloskletal
■ Sistem abdomen
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1.   Suhu tubuh turun sampai batas normal setelah dilakukan tindakan 1. Berikan kompres hangat pada daerah yang memiliki pembuluh 1. Untuk merangsang penurunan suhu tubuh.
perawatan. darah besar (ketiak dan lipatan paha). 2. Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.
KRITERIA HASIL: 2. Anjurkan klien memakai  baju tipis. 3. Observasi tanda-tanda vital  merupakan deteksi dini untuk
 Suhu tubuh 36,5-37,5°C. 3. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi. mengetahui  komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil
 Klien bebas demam. KOLABORASI: tindakan.
4.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan 4. Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh
antibiotik dan antipiretik.
kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses
penyembuhan  sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu
tubuh. 

1.   Klien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat setelah 1. Monitor mual dan muntah. 1. Untuk menyesuaikan makanan yang diberikan.
dilakukan tindakan perawatan. 2. Monitor intake nutrisi setiap harinya. 2. Untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
KRITERIA HASIL: 3. Berikan penkes tentang kebutuhan nutrisi pada klien dan keluarga. 3. Untuk memberikan gambaran pentingnya asupan nutrisi selama
 Adanya Peningkatan berat bedan sesuai dengan tujuan. 4. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering. perawatan.
 Makan habis sesuai porsi yang ditentukan. KOLABORASI: 4. Untuk mencegah mual timbul kembali.
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang sesuai. 5. Pemberian makanan manis dapat mengurangi rasa mual.
 Mual dan muntan berkurang.

1.   Klien tidak mengalami kekurangan cairan selama proses 1. Monitor intake atau output tiap 6 jam. 1. Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap kekurangan cairan
perawatan. 2. Observasi TTV setiap 6 jam. yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.
KRITERIA HASIL: 3. Monitor memberan mukosa dan turgor kulit. 2. Untuk mempertahankan suhu tubuh tetap normal.
 Intake output seimbang. 4. Anjurkan klien minum sebanyak 2-3 liter/hari. 3. Untuk menilai adanya tanda-tanda dehidrasi.
 TTV dalam batas normal. KOLABORASI: 4. Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam
 Turgor kulit <2 detik. 5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan intravena keseimbangan suhu tubuh.
 Mukosa bibir lembab. (infus). 5. Membantu memenuhi kebutuhan cairan klien.
D. Colitis

a. Pengertian
Kolitis ulseratif atau ulcerative colitis adalah peradangan pada usus besar (kolon) dan
bagian akhir usus besar yang tersambung ke anus (rektum). Kondisi ini sering kali ditandai
dengan diare yang terus menerus, disertai darah atau nanah pada tinja.
b. Penyebab
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyakit ini diduga
dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang sel-sel sehat di
saluran pencernaan. Kondisi tersebut menyebabkan peradangan dan luka di dinding dalam
usus besar. Kolitis ulseratif juga diyakini dipicu oleh faktor lingkungan, seperti infeksi
virus atau stres. Bisa juga akibat penggunaan pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS), atau antibiotik.
c. Tanda dan gejala
Gejala kolitis ulseratif dapat berbeda pada tiap penderita, sesuai tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang
sering muncul pada penyakit ini adalah :
 Diare yang disertai darah atau nanah.
 Nyeri atau kram perut.
 Sering ingin buang air besar, tapi tinja sulit.
 Tubuh mudah lelah.
 Nyeri anus.
 Berat badan menurun.
 Demam.
Selain gejala di atas, penderita kolitis ulseratif yang relaps juga dapat mengalami gejala lain, seperti :
 Sariawan
 Mata merah
 Nyeri dan bengkak pada sendi
d. Pencegahan
 Membatasi asupan produk susu.
 Membatasi asupan makanan dan minuman yang dapat mencetuskan keluhan, seperti
makanan pedas, alkohol, dan kafein.
 Mengonsumsi air yang cukup setiap harinya.
 Berolahraga secara rutin.
 Mengurangi stres.
e. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kolitis ulseratif
2. Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif Akut
3. Penatalaksanaan untuk Mempertahankan Remisi
4. Pembedahan
Patofisiologi
PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

■ Aktivitas/istirahat
■ Gejala:
■ Kelemahan,kelelahan,malaise,cepat lelah
■ Insomnia,tidak tidur semalaman karne diare
■ Merasa gelisah dan ansietas
■ Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
■ Sirkulasi
■ Tanda:
■ Takikardia crospons terhadap demam,dehidrasi,proses inflamasi dan nyeri
■ Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
■ TD: Hipotensi,termasuk postunal
■ Kulit/membran mukosa,turgor buruk,kering,lidah pecah(dehidrasi/malnutrisi)
■ Integritas Ego
■ Gejala:
■ Ansietas,ketakutan,emosi,kesal misalnya perasaannya tak berdaya/tak ada harapan
■ Faktor stress akut/kronis,misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan,pengobatan yang mahal
■ Faktor budaya
■ Tanda: Menolak,Perhatian menyempit,Depresi
■ Eliminasi
■ Gejala:
■ Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu/berair
■ Episode diare berdarah tak dapat di perkirakan,hingga timbul,sering tak dapat di kontrol(sebanyak 20-30 kali defekasi/ perhari)
■ Perasaan dorongan/kram (temosmus),defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses
■ Pendarahan per rectal
■ Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
■ Tanda:
■ Menurun nya bising usus,tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat
■ Hemosoid,fisura anal(25%),fisura perianal
■ Oliguria
■ Makanan/cairan
■ Gejala:
■ Anoreksia,mual/muntah
■ Penurunan berat badan
■ Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
■ Tanda
■ Penurunan lemak subkutan/masa otot
■ Kelemahan tonus otot atau turgor kulit buruk
■ Membran mukosa pucat,luka,inflamasi rongga mulut
■ Higene
■ Tanda
■ Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
■ Stomatis menunjukan kekurangan vitamin
■ Bau badan
■ Nyeri/kenyamanan
■ Gejala
■ Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah(mungkin hilang dengan defekasi)
■ Titik nyeri berpindah,nyeri tekan (arthritis)
■ Nyeri mata/fotofobia(iritis)
■ Tanda
■ Nyeri tekan abdomen/distensi
■ Keamanan
■ Gejala:
■ Riwayat lupus eritoma tous,anemia hemolitik,vakulitis
■ Arthritis(memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
■ Peningkatan suhu 39,6-40®C (eksoserbasi akut)
■ Penglihatan kabur
■ Alergi terhadap makanan /produk susu( mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi)
■ Tanda
■ Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritoma nodusum (meningkat),nyeri,kemerahan dan membengkak pada tangan,muka,plodeima gangrionosa(Lesi tekan
purulen/lepuh dengan batas keunguan)
■ Ankilosa spondilitis
■ Uveitis,kongjungtivitis/iritis
■ Seksualitas
■ Gejala: Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
■ Interaksi sosial
■ Gejala
■ Masalah hubungan /peran sehubungan dengan kondisi
■ Ketidakmampuan aktif dalam sosial
Diagnosa keperawatan
■ Nyeri b.d. iritasi intestinal ,diare,kram abdomen,respons pembedahan
■ Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. Keluar cairan tubuh dari muntah
■ Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang
kurang adekuat
Rasional
Intervensi
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
nonfalmakologi dan noninvasif menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri
  Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif menggali kondisi nyeri pasien
Lakukan manajemen nyeri keperawatan meliputi: P: Penyebab nyeri dapat di akibat kan oleh respons diare,kram abdomen,dan
 Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST sembelit atau kerusakan jaringan pascabedah
  Q: Kualitas nyeri seperti Tumpul,kram dan mules
 Beri oksigen nasal apabila skala nyeri ≥ 3 (0-4) R: Area nyeri pada abdomen bawah kiri
  S: Pasien mengalami skala nyeri 3(0-4)
 Istirahatkan pasien pada saat yeri muncul.Biasakan pasien untuk T: Nyeri bertambah bila tidak bisa melakukan BAB
BAB di tempat tidu Pemberian Oksigen di lakuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada saat
 Atur posisi fisiologis pasien mengalami yeri pasca bedah yang dapat mengganggu kondisi
 Beri kompres hangat pada abnomen hemodinamik
 Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul Istirahat di perlukan untuk menurun kan peristaaltik usus.Istirahat secara
 Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri fisiologis dan melakukan BAB di tempat tidur akan menurun kan kebutuhan
 Lakukan manajemen sentuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal pada
 Tingkatkan pengetahuan tentang: Sebab sebab nyeri dan aktifitas dan menurunka keletihan pasca nyeri
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung Pengaturan posisi semifowler dapat membantu relaksasi otot otot abdomen
  pascabedah sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dari luka pasca bedah
Kolaborasi dengan tim medis u ntuk Pemberian : Memberikan respons vasodilatasi.kompres ini hanya dilakukan pada pasien
  tanpa pebedahan
 Analgetik Via Intravena Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurun kan nyeri sekunder dari
  iskemia spina
  Distraksi (pengalihan Perhatian) dalam menurun kan stimulus internal
  Manajemen sentuhan pada nyeri berupa sentuhan dukungan psiologis dapat
  membantu menurukan nyeri
 Antidiare Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyeri nya dan dapat
membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana teurapeutik
Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks selebri sehingga nyeri dapat berkurang
No Intervensi Rasional
1. Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat toleransi indiviu Pemberian nutrisi pada pasien dengan interitis regional bervariasi
sesuai dengan kondisi klinik dan tingkat toleransi individu

2. Sajikan makanan dengan cara menarik Membantu merangsang nafsu makan.Hal ini dapat di berikan bila
toleransi oral tidak menjadi masalah pada pasien

3. Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah lemak Diet di berikan pada pasien dengan gejala malabsorpsi akibat hilang
nya fungsi penyerapan permukaan mukosa,khusus nya penyerapan
lemak.Ketidak terlibatan ileum terminal dapat mengakibatkan
steatorrhea(buang air besar dengan feses bercampur lemak)

4. Fasilitasi pasien memperoleh diet dengan kandungan serat tinggi Suplemen serat dikatakan bermanfaat bagi pasien dengan penyakit
kolon karena fakta bahwa serat di ubah menjadi rantai pendek asam
lemak,yang menyediakan bahan bakar untukpenyembuhan mukosa
kolon

5. Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah serat pada gejala obstruksi Diet rendah seat biasa nya diindikasi untuk pasien dengan gejala
obstruksi
6. Fasilitasi untuk pemberian nutrisi parental total Nurtisi Parenteral Totsl (TPN) di gunakan bila gejala penyakit usus
inflamasi bertambah berat.Dengan TPN,perawat dapat
mempertahankan catatan akurat tentang intake dan output cairan ,serta
berat badan pasien tiap hari

7. Pantau intake dan output ,anjurkan untuk timbang berat badan secara Berguna dlam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
periodik( Sekali seminggu)
8. Lakukan Peraatan mulut Intervensi ini untuk menurunkan infeksi oral
9. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi yang akan di gunakan Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan di
berikan sesuai dengan kebutuhan individu
pasien
Intervensi Rasional
Kaji terhadap adanya kekurangan volume cairan: Kulit dan membran Sebagai parameter dasar untuk pemberian intervensi terapi cairan /
mukosa kering,penurunan turgor kulit,uligoria,kelelahan,penurunan pemenuhan hidrasi
suhu,peningkatan hema tokrit,peningkatan berat jenis urine,dan hipotensi
Intervensi pemenuhan cairan:  
   
 Identifikasi faktor penyebab,awitan(onset),spesifikasi usia dan adanya Parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan .Adanya riwayat
riwayat penyakit lain keracunan dan usia anak atau lanjut usia memberikan tingkat keparahan
  dari kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
   
  Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut ,maka lakukn pemasaangan
 Lakukan pemasangan IVFD IVFD.Pemberian cairan intravena di sesuaikan dengan derajat
  Dehidrasi.Pemberian1-2 L cairan Ringer Laktat dengan tetesan cepat
  sebagai konfensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah syok
  hipovolemik
   
  Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasidan mencegah terjadinya
  over hidrasi
   
 Dokumentasi dengan akurat tentang asupan dan keluaran cairan  
  Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada usia lanjut dengan perubahan
 Bantu pasien apabila muntah kesadaran .Perawat mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase
ringan pada pundak untuk membantu menurunkan respons nyeri dari
muntah
Intervensi pada penurunan kadar elektrolit:  
   
 Evaluasi kadar elektrolit serum Untuk mendeteksi adanya kondisi himonatremi dan Hipokalemi sekunder
  dari hilang nya elektrolit dari plasma
   
  Perubahan klinik seperti penurunan urine output secara akut perlu

Anda mungkin juga menyukai