Anda di halaman 1dari 52

[ Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

dan Budaya Digital ]

Oleh : Erry Sukmana, ST


[ CV] ERRY SUKMANA, ST
Karawang, 01 Nopember 1976
Karya : Speaker :
Riwayat Pendidikan

SMAN 11 Bandung
1. Film Dokumenter Kerajaan
Talagamanggung 2013 1. Nara Sumber Internet Sehat, KODIM 0617
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bandung (1999)
Majalengka Tahun 2022
Ilmu Komputer Universitas Padjajaran ( Tidak Selesai) 2. Film Dokumenter PNPM Mandiri
2. Nara Sumber Fotografi dan Videografi –
Teknik Informatika Universitas Majalengka (2012)
Pedesaan 2014 Bawaslu Tahun 2022
Diklat 3. Film Iklan layanan Masyarakat 3. Nara Sumber Seminar Strategi
1. Diklat Graphic Designer Diskominfo Provinsi Jawa Barat (2016) “MAYA” Komunikasi Efektif Polres Majalengka
2. Diklat Multimedia BPSDM Provinsi Jawa Barat (2021) 2020
4. Film Dokumenter Majalengka on
3. Diklat Manajemen Issue BPSDM Provinsi Jawa Barat (2020)
The Spot 2015 4. Nara Sumber Seminar Mencegah
Riwayat Pekerjaan
Radikalisme (UNMA 2018)
Senior Programmer PT Indigo International Consultant 1999-2000
5. Film Animasi Kertajati Aero City 5. Nara Sumber Workshop Penggunaan
2016 Internet yang Aman dan Sehat (Polres
IT Support United Nations International Children's Emergency Fund”
(UNICEF) 2001-20020 Majalengka 2019)
6. Film Dokumenter The Beauty Of
Graphics Designer pada Seski Peliputan dan Dokumentasi HUMAS
Majalengka 2017 6. Nara Sumber : Workshop Digital
Pemda Majalengka 2005-2009
Parenting , Program P2WKSS Tahun 2021
Penyaji Informasi Diskominfo Kab. Majalengka 2010-2018
7. Nara Sumber Workshop Content
Pengelola Media Center dan Kemitraan Media Diskominfo Kab.
Majalengka 2017-s/d Juli 2022. Manajemen System dan Radio
Broadcasting – Dishubkominfo 2017
Penyusun Data dan Informasi, Dinas Kominfo Kab. Majalengka

Agustus 2022- Skr


[ definisi]
Budaya digital adalah sebuah konsep
yang menggambarkan bagaimana
teknologi dan internet membentuk
cara individu berinteraksi sebagai
manusia. Hal ini terkait perilaku, cara
[ budaya digital]
berpikir, dan berkomunikasi dalam
masyarakat
instrumen hukum yang mengatur tentang
teknologi informasi dan Budaya Digital
yaitu Undang-undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan Undang-undang Nomor
19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
[ REGULASI]
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik atau UU ITE.
Peningkatan Persentase Penetrasi
Internet di Indonesia
2018-2022(Q1)
80%

Jumlah Penduduk Terkoneksi


Internet 2021-2022 60%

210.026.769 jiwa dari total 40%

populasi 272.682.600 jiwa


penduduk Indonesia Tahun 2021
20%

0%
2018 2019·2020 2021·2022
Tingkat Penetrasi dan Kontribusi Internet Berdasarkan Umur

99,16%% 98,64%
87,30%

62,43%

51,73%

25,68% 27,68%

8,08% 9,62% 5,97%

5-12 13-18 19-34 35-54 55 ke atas

Tingkat Kontribusi Tingkat Penetrasi


[ 2 APLIKASI YANG SERING DIGUNAKAN ]
[ INTERNET DAN UKM]
[ INTERNET DAN UKM]
Terdapat  tiga tantangan yang
[ JUDI ONLINE] dihadapi oleh Kementerian
Kominfo dalam memblokir situs
judi online, yakni:
1. Situs judi online diproduksi
ulang dengan nama domain
yang mirip atau
menggunakan IP Address.
2. Penawaran
judi online melalui pesan
personal sehingga tidak
dapat diawasi oleh
Kementerian Kominfo.
3. Penegakan hukum terkait
kegiatan perjudian diatur
secara berbeda di tiap
negara, sehingga
menimbulkan isu yurisdiksi
penindakan hukum
penyelenggara judi online
yang berada di luar
Indonesia.
[ PENGGUNA PVN]

Dengan VPN, pengguna juga bisa mengakses berbagai situs


atau konten internet yang diblokir di wilayah tertentu.
Sejumlah negara menganggap penggunaan VPN harus disertai
pengawasan pemerintah. Bahkan ada juga negara yang
menyatakan VPN murni ilegal dan memberi sanksi untuk tiap
penggunanya.
Adapun berdasarkan laporan We Are Social edisi Juli 2022,
sekitar 27% dari populasi pengguna internet global berusia 16-
64 tahun menggunakan VPN untuk sebagian
aktivitas online mereka.
India menjadi negara yang penduduknya paling banyak
menggunakan VPN dengan proporsi 39,9%. Kemudian
Indonesia tercatat berada di peringkat kedua, dengan proporsi
pengguna internet yang biasa memakai VPN sebanyak 38%.
Sementara itu proporsi pengguna VPN paling sedikit tercatat di
Jepang, yakni hanya 10,2%.
Yang Diatur Dalam >> [ Undang-Undang ITE]
[Menyebarkan Konten Asusila ]

[Judi Online]

[Pencemaran Nama Baik]

[Pengancaman dan Pemerasan] [Ujaran Kebencian] [Menyebarkan Berita Bohong atau Hoax]

[Teror Online]

[Meretas Akun Media Sosial Orang Lain]


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita bohong.’

HOAX Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious


deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’. Sayangnya,
banyak netizen yang sebenarnya mendefinisikan ‘hoax’ sebagai ‘berita
yang tidak saya sukai’ yang justru bisa menimbulkan HOAX Baru karena
Pendustaan terhadap kebenaran = menciptakan HOAX

HATESPEECH
Ujaran Kebencian
adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau
kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan
kepada individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek
seperti ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, kewarganegaraan,
agama, dan lain-lain.
MENGAPA SESEORANG
MEMBUAT DAN MENYEBARKAN HOAX ?
1 Hanya sebuah humor demi kesenangan belaka. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk membuat dirinya merasa senang.
Dengan kecanggihan teknologi zaman sekarang, orang bisa melakukan hal-hal yang aneh, langka dan tidak logis. Namun
menimbulkan decak kagum yang lucu dan penuh fantasi.

2 Ini hanyalah usaha untuk mencari sensasi di internet dan media sosial. Biasanya untuk merebut perhatian lebih banyak user,
pemilik website dengan sengaja memberikan konten lebay sekedar untuk mencari perhatian publik..

3 Beberapa memang menggunakannya (menyebarkan hoax) demi untuk mendapat lebih banyak uang dengan bekerjasama dengan
oknum. (Kasus Saracen)

4 Hanya untukikut-ikutan agar terlihat lebih seru. Ini juga merupakan salah satu strategi internet marketing dengan menyuguhkan
berita yang lebay maka akan semakin banyak komentar dan like kesana sehingga kelihatan lebih hidup dan lebih ramai.
5 Untuk menyudutkan pihak tertentu (black campaign). Keadaan ini sering terjadi saat sedang berlangsungnya Pilkada/ Pilgub/
Pileg/ Pilpres. Begitulah manusia saat hawa nafsunya tinggi untuk memiliki jabatan alhasil segala cara akan di tempuhnya alias
menghalalkan segala cara.

6 Sengaja menimbulkan keresahan. Saat situasi jelek/ rumit mulai tersebar maka muncullah kekuatiran di dalam masyarakat.
Beberapa orang memanfaatkan keresahan ini untuk meraup untung yang sebesar-besarnya. Istilahnya adalah "memancing di air
keruh" dan "memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan".

7 Niatan untuk mengadu domba. Inilah yang sering terjadi pada saat ini yaitu ada oknum yang tidak bertanggungjawab melakukan
penyebaran hoax hanya untuk mengadu domba tanpa kepentingan tertentu ataupun menjatuhkan kedua lawan. Dengan contoh
politik yang ada saat ini lebih kepada politik adu domba.
MENGAPA HOAX MUDAH MENYEBAR ?
1 Kemudahan bagi masayarakat dalam memiliki alat komunikasi yang modern dan murah, dalam hal ini adalah penggunaan
smartphone sebagai media pencarian informasi

2 Masyarakat mudah terpengaruh oleh isu-isu yang belum jelas tanpa memverifikasi atau mengkonfirmasi kebenaran
informasi/berita tersebut, sehingga langsung melakukan tindakan share informasi yang belu jelas kebenarannya.

3 Kurangnya minat membaca, sehingga ada kecenderungan membahas berita tidak berdasarkan data akurat, hanya mengandalkan
daya ingat atau sumber yang tidak jelas.

4 Kebencian dan Fanatisme terhadap satu kelompok / Golongan menyebabkan Berita Tidak Diverifikasi yang penting dapat
menjatuhkan Kelompok / Golonganlainnya dan menguntungkan Kelompok/Golongannya.
BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI HOAX?
1 Hati-hati dengan judul provokatif, Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar
menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.

2 Cermati alamat situs, Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs
dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog,
maka informasinya bisa dibilang meragukan. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia
yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300.
Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

3 Periksa fakta, Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri?
Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Hal lain yang perlu
diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan
kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk
bersifat subyektif.

4 Cek keaslian foto, Kebencian dan Fanatisme terhadap satu kelompok / Golongan menyebabkan Berita Tidak Diverifikasi yang
penting dapat menjatuhkan Kelompok / Golonganlainnya dan menguntungkan Kelompok/Golongannya. Di era teknologi digital
saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya
pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
 
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan UPLOAD FOTO ke
kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa
dibandingkan.
MENGAPA BANYAK ORANG MELAKUKAN UJARAN
KEBENCIAN ?
1 prasangka buruk terhadap orang atau kelompok tertentu. Prasangka ini dapat
terbentuk dari sosialisasi dan internalisasi terus menerus oleh keluarga, pihak
sekolah, teman-teman, atau orang-orang di sekitar pembuat ujaran kebencian. Tak
peduli rekam jejak positif yang dibuat objek ujaran kebenciannya, ia akan tanpa
tedeng aling-aling menghakimi orang atau kelompok tersebut

2 konflik atau kekecewaan terhadap tindakan tertentu yang dilakukan si Objek, dapat
memicu pembuat ujaran kebencian untuk menyatakan hal-hal negatif tentangnya.
Bisa saja sebelumnya si Pembuat Ujaran Kebencian tak bermasalah dengan identitas si
Objek. Namun, didorong rasa kecewa, ia memprovokasi orang-orang sekitarnya untuk
percaya, latar belakang si Objeklah yang membuatnya menjadi musuh bersama. Motif
ini bisa dikatakan sebagai motif balas dendam pembuat ujaran kebencian terhadap si
Objek.
3 Perasaan terancam rupanya ditemukan oleh sejumlah peneliti dalam laporan
Walters et. al. sebagai penyebab munculnya kata-kata merendahkan si Objek. Motif
ini disebut dengan motif defensif. Khawatir negerinya dijajah secara ekonomi orang-
orang nonpribumi, pembuat ujaran kebencian pun melancarkan aksinya. Ujungnya
bisa sangat mengerikan. Penyerangan terhadap kelompok etnis Tionghoa pada
Tragedi 1998 adalah salah satu contohnya. 

4 Ujaran kebencian ini menular. Jika seseorang menganggap pembuat ujaran kebencian
sebagai sosok yang kredibel, berkuasa, dipanut, atau diyakini setiap ucapannya adalah
kebenaran, maka ia akan menyebarkan berita-berita buruk serupa soal objek ujaran
kebencian. Tak peduli yang dikonsumsi dan didistribusikannya berita bohong atau
opini personal sekalipun, selama ia bisa menyalurkan hasrat mengutarakan
ketidaksukaannya, hal itu dianggap sah-sah saja untuk dibaca dan dibagikan.
Pasal 27 UUD NO 11 TAHUN 2008

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau


mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
perjudian.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
pemerasan dan/atau pengancaman.
Pasal 28 UUD NO 11 TAHUN 2008

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan


berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA).
Pasal 29 UUD NO 11 TAHUN 2008

Setiap Orang dengan sengaja dan


tanpa hak mengirimkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang
ditujukan secara pribadi.
Pasal 30 UUD NO 11 TAHUN 2008

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan


hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik
Orang lain dengan cara apa pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan
cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan
cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau
menjebol sistem pengamanan.
Undang-Undan No 19 Tahun 2016
Perubahan Pasal 31 UUD NO 11
TAHUN 2008
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hhukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas
Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik dalam suatu
Komputer dan/ atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atas transmisi lnformasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan
di dalam suatu Komputer dan/ atau Sistem Elektronik tertentu milik
Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa
pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan,
penghilangan, dan/ atau penghentian Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku terhadap intersepsi atau penyadapan yang dilakukan
dalam rangka penegakan hukum atas permintaan
kepolisian, kejaksaan, atau institusi lainnya yang kewenangannya
ditetapkan berdasarkan undang undang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan undang-undang.
Pasal 45 UUD NO 19 TAHUN 2016

 
1. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling
banyak Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 45 UUD NO 19 TAHUN 2016

3. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling
banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
4. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/ atau
pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 45 UUD NO 19 TAHUN 2016

3. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling
banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
4. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/ atau
pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan delik aduan
Pasal 45 a UUD NO 19 TAHUN 2016

1. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 

2. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/ atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 45 b UUD NO 19 TAHUN 2016
 
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik
yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
yang ditujukan secara pribadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 46 UUD NO 11 TAHUN 2008

1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal


30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
Pasal 47 UUD NO 11 TAHUN 2008

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 47 UUD NO 11 TAHUN 2008

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
CARA MELAPORKAN KONTEN NEGATIF & HOAX

1 Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax
atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan
menghapus status tersebut.

2 Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian
apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan
twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

3 Atau Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika
dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
MENGAPA HOAX DAN HATESPEECH BISA MENGANCAM
PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA?
1. HOAX DAN HATESPEECH YANG DILAKUKAN BERULANG ULANG DAPAT DIANGGAP SEBAGAI SEBUAH
KEBENARAN, YANG KEMUDIAN MEMICU REAKSI-REAKSI YANG MENGANCAM PERSATUAN DAN
KESATUAN DENGAN BEGITU MASIF KARENA MERASA DIRINYA BERADA DI JALUR YANG BENAR.
2. HOAX DAN HATESPEECH BISA MENURUNKAN TINGKAT KEPERCAYAAN RAKYAT TERHADAP
PEMERINTAH, TNI DAN POLRI DAN MEMICU GERAKAN-GERAKAN ANTI PEMERINTAH SERTA
MENYUBURKAN RADIKALISME YANG MENGANCAM KEUTUHAN NKRI
3. HOAX DAN HATESPPECH MENIMBULKAN SIKAP SALING MEMBENCI ANTAR KOMPONEN BANGSA
YANG JIKA TIDAK DITANGANI DENGAN BAIK AKAN MENJURUS KEPADA KONFLIK YANG
BERKEPANJANGAN BAHKAN DISINTEGRASI BANGSA.
4. HOAX DAN HATESPEECH TERBUKTI MAMPU MENGHANCURKAN SEBUAH NEGARA BAHKAN
PEPERANGAN ANTAR NEGARA.
ALGORITMA
PENYEBAB POLARISASI:

1. ALGORITMA MEDIA SOSIAL


2. PERBEDAAN PANDANGAN POLITIS
3. PERBEDAAN KEYAKINAN
4. KEBENCIAN
5. MENDULANG REZEKI DENGAN MEMANFAATKAN EMOSI MASYARAKAT
6. BUZZER (ORGANIK DAN BERBAYAR)
7. KURANGNYA LITERASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
Tahukah Anda apa penyebab Perang Dunia II?
Alasannya adalah Jerman, yang kala itu telah dipimpin oleh Adolf Hitler,
mendapat invasi terlebih dahulu dari Polandia, sehari sebelumnya.
Namun, fakta sebenarnya tidak seperti itu.

Salah seorang jenderal SS yang bernama Alfred Naujocks, memimpin enam


perwira untuk melakukan penyamaran sebagai tentara pemberontak Polandia.
Mereka menculik seorang petani Polandia bernama Franciszek Honiok,
kemudian membius dan membawanya ke sebuah radio milik Jerman di kota
Gliwice, sekitar 6,4 kilometer dari wilayah perbatasan.

Di sana, mereka berpura-pura menyiarkan berita bahwa stasiun radio tersebut


telah dikuasai oleh Polandia. Mereka juga memperingatkan, dalam waktu
dekat, akan menyerang Jerman.

Inilah yang kemudian menjadi alasan bagi Jerman untuk menginvasi Polandia,
hingga pada akhirnya memicu perang aliansi secara besar-besaran di Eropa.
BAGAIMANA MENANGGULANGI
BAHAYA HOAX DAN HATESPEECH ?
1. SOSIALISASI DAN LITERASI KEPADA MASYARAKAT AKAN BAHAYA HOAX DAN HATE SPPEECH SERTA KONSEKUENSI HUKUM YANG MAMPU
MENJERATNYA SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG ITE , YAKNI UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 ANTARA LAIN :

PASAL 28 UNDNAG UNDANG NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA).

PASAL 45 AYAT 2 UU ITE


 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2. LITERASI MELALUI MIMBAR-MIMBAR KEAGAMAAN SEPERTI MIMBAR JUM’AH, PENGAJIAN, TABLIG
AKBAR DLL MENGENAI BAHAYA HOAX DAN HATESPEECH
3. PENYEBARAN KONTEN KEAGAMAAN MENGENAI BAHAYA HATESPEECH DAN HOAX MELALUI
BERBAGAI MEDIA
4. SOSIALISASI PEMANFAATAN INTERNET YANG AMAN DAN SEHAT BAGI GENERASI MUDA
5. PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI OLEH TNI DAN POLRI UNTUK MENCEGAH MEREBAKNYA HOAX DAN
HATESPEECH SERTA MEMINIMALISIR EFEK-EFEK YANG BISA MERESAHKAN MASYARAKAT MISALNYA
DENGAN CARA :
1. MEMONITOR DAN MENDETEKSI SEDINI MUNGKIN TIMBULNYA BENIH PERTIKAIAN DALAM
MASYARAKAT.
2. MELAKUKAN PENDEKATAN PADA PIHAK YANG DIDUGA MELAKUKAN UJARAN KEBENCIAN.
3. MEMPERTEMUKAN DUA PIHAK (PELAKU DAN KORBAN).
4. MENCARI SOLUSI DAMAI.
5. BERI PEMAHAMAN MENGENAI DAMPAK YG AKAN TIMBUL DARI UJARAN KEBENCIAN DI DLM
MASYARAKAT
6. BILA TIND PREVENTIF SDH DILAKUKAN TIDAK MENYELESAIKAN MASALAH MAKA
DILAKUKAN PENEGAKAN HUKUM
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai