Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan Trauma Thoraks
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan Trauma Thoraks
PANDU SETYAWAN
RSST
PENGERTIAN
Fisiologi paru.
Pernafasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Dengan tujuan untuk
memasukkan oksigen dalam tubuh lalu berdifusi dlm darah.jika
terjadi gangguan dpt terjadi tachipnoe dan dispnoe.
JENIS TRAUMA THORAKS
1. Obsruksi:penekanan pd trakea didaerah thorak o/k fr.sternum
2. Gangguan breathing
Pneumothorak:adanya luka terbuka pd dinding dada menyebabkan
udara masuk.
Tension pneumotorak:karna udara memenuhi rongga dada terjadi
sesak.
Haemo thorak:perdarahan di rongga dada
3. flail ches
Fr.iga multiple pd dua atau lbih dngan dua atau lebih gris fraktur.
Fisiologi jantung
Letak
Pada mediastenum dirongga dada antara paru-paru.
Lapisan perikardium
PNEUMOTHORA
KS
TENSION
PNEUMOTHORAKS
Viseralis/dalam melekat pada jantung
Parietalis/luar,melekat pada tulang dada bag.dpan,dibawah
diafragma,di columna vertebralis bag,blakang
Lapisan jantung:
Epicardium/luar
Miokardium/tengah
Endokardium/dalam
Ruang jantung
Atrium/ruangbag.atas dan ventrikel/r.r.bag.bawah
Anatomi aliran darah di jantung
Vena cava---atr,ka---ventr,ka----arteriapulmonalis----paru-
paru---vena pulmonalis---atr,ki---ventr,ki----aorta---arteri---
arteriola---kapilervenula—seluruh tbh.
PROGNOSIS PENYAKIT
1. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi
kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap
inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter
trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan
melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas yang hebat
2. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada
mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin banyak pada sisi
rongga pleura, sehingga mengakibatkan :
a. Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat
b. Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
c. Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan
d. pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.
3. Hematothorak masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi terdengar redup,
sedang vesikuler menurun pada auskultasi.
4. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen dinding dada
yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi
justru masuk kedalam yang dikenal dengan pernafasan paradoksal.
ETIOLOGI
1. Trauma tembus
a. Luka Tembak
b. Luka Tikam / Tusuk
2. Trauma tumpul
a. Kecelakaan kendaraan bermotor
b. Jatuh
c. Pukulan pada dada
TANDA DAN GEJALA
1. Ada jejas pada thorak
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat
inspirasi
3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat
palpasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema
subkutan
6. Penurunan tekanan darah\
MANIFESTASI KLINIS
1. Tamponade jantung :
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan
menembus jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
e. Pekak jantung melebar.
f. Bunyi jantung melemah.
g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
h. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
i. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2. Hematotoraks :
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi
dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar
sama sekali.
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
KOMPLIKASI
Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan
rongga dada.
Pleura, paru-paru, bronkhi :
hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur
otot papilar ; ruptur klep jantung.
Pembuluh darah besar : hematothoraks.
Esofagus : mediastinitis.
Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa
dan ginjal (Mowschenson, 1990).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi : foto thorax (AP).
Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau
menurun.
Torasentesis : menyatakan darah/cairan
serosanguinosa.
Hemoglobin : mungkin menurun.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Oraksentesis : menyatakan darah/cairan,
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
1. Darurat
a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk
pengantar yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :
o Waktu kejadian
o Tempat kejadian
o Jenis senjata
o Arah masuk keluar perlukaan
o Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.
b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus
dibuka, kalau perlu seluruhnya.
o Inspeksi
- Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak
mungkin tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.
- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
- Akhir dari ekspirasi.
o Palpasi
- Diraba ada/tidak krepitasi
- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
- Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
o Perkusi
- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.
- Aadanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau garis
miring.
o Auskultasi
- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.
- Bising napas melemah atau tidak.
- Bising napas yang hilang atau tidak.
- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.
- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.
Ó Pemeriksaan tekanan darah.
Ó Kalau perlu segera pasang infus, kalau perlu s yang besar.
Ó Pemeriksan kesadaran.
Ó Pemeriksaan Sirkulasi perifer.
Ó Kalau keadaan gawat pungsi.
Ó Kalau perlu intubasi napas bantuan.
Ó Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung.
Ó Kalau perlu torakotomi massage jantung internal.
Ó Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax AP, kalau
keadaan memungkinkan).
2. Therapy
a. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
b. WSD (hematotoraks).
c. Pungsi.
d. Torakotomi.
e. Pemberian oksigen.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektif.
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
b. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
c. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab
Intervensi :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur.
Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada
sisi yang tidak sakit.
2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat
stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan
dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas
dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya
sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri
dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang
dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam :
a. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
b. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir
masuk ke area pleural.
c. Observasi gelembung udara botol penempung.
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan
ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan
ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.
d. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat,
atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi
dranase bela perlu.
R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah
tekanan negative yang diinginkan.
e. Catat karakter/jumlah drainage selang dada.
R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
a. Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
o Pemberian antibiotika.
o Pemberian analgetika.
o Fisioterapi dada.
o Konsul photo toraks.
R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.
Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
Menunjukkan batuk yang efektif.
Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Klien nyaman.
Intervensi :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di
sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
a. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
b. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
c. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut.
d. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
4. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
5. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
a. Pemberian expectoran.
b. Pemberian antibiotika.
c. Fisioterapi dada.
d. Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi
perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta : EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta : Binarupa Aksara
Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula,
Edisi 2.
Jakarta : Binarupa Aksara
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth,
Edisi.8 Vol.3. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7.
Jakarta :
EGC