Anda di halaman 1dari 33

SUPERVISI FASILITATIF

PRAKTEK DOKTER UMUM


DI ERA NEW NORMAL
Puskesmas Jambe
2021
Supervisi Fasilitatif
◦ Supervisi Fasilitatif adalah suatu proses pengarahan, bantuan dan pelatihan yang mendorong peningkatan
kinerja dalam pelayanan bermutu, yang dilakukan dalam sebuah siklus yang berkesinambungan serta
implementasinya menggunakan daftar tilik sebagai penilaian terhadap ukuran standar pelayan yang bersifat
terarah, sistematis, efektif, fasilitatif, dan berbasis data.
◦ Manajemen Mutu dengan pendekatan proses analisa kinerja yang ditampilkan atau dapat diobservasi
secara kelompok atau individu yang menjadi bagian dari kelompok tersebut .
◦ Alat yang digunakan adalah ceklist.
◦ Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun terhadap praktek dokter mandiri dan bidan praktek mandiri di
wilayah Kerja Puskesmas Jambe ,
◦ Diharapkan dengan melaksanakan supervisi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan Kesehatan di
masyarakat akan tercapai pelayanan kesehatan yang optimal.
Tujuan Supervisi Fasilitatif
◦ kegiatan ini juga bertujuan untuk melakukan pembinaan pada jejaring praktek dokter mandiri
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Jambe
◦ Memberikan bimbingan administrasi serta kelengkapan arsip laporan di praktek dokter mandiri,
juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan kekeluargaan dengan jejaring Puskesmas.
pelaksanaan dilakukan dengan santai sehingga tidak ada kesan menggurui
◦ Diperlukan optimalisasi pelaksanaan layanan kesehatan pada era new normal dengan tetap
memperhatikan penerapan kaidah-kaidah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) serta
physical distancing secara ketat pada pelayanan praktek dokter mandiri di dalam dan luar
gedung.
Dasar Hukum Izin Praktek Bersama Dokter Umum / Dokter gigi

1. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran


2. Permenkes No. 512/Menkes/Per/IV/007 Tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Izin Praktek
3. Permenkes No. 1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktek Dokter dan
Dokter Gigi
4. Peraturan KKI No. 1 Tahun 2005 Tentang Registrasi Dokter
Praktik kedokteran dan Pelayanan
◦ Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
◦ Pelayanan kedokteran adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dapat berupa pelayanan promotif,
preventif, diagnostik, konsultatif, kuratif, atau rehabilitatif.
Praktek dokter Mandiri
◦ Praktek dokter mandiri merupakan fasyankes tingkat pertama yang kegiatannya tergantung
dokter yang praktek di tempat tersebut.
◦ Persyaratan teknis bangunan dan prasarana praktek dokter secara umum sama dengan
persyaratan teknis fasyankes tingkat pertama lainnya, sedangkan persyaratan teknis ruang-
ruang tertentu mengacu pedoman ini sesuai dengan jenis ruangan yang terdapat pada praktek
dokter pribadi tersebut
Alur kegiatan Praktik kedokteran
Standar Acuan Juknis Pelayanan Praktek Dokter
Mandiri
◦ Bisa mengunduh :
◦ 2018-standar-ruangan-fktp-bagi-bpjs-kesehatan
◦ 2020-buku-pedoman-teknis-ppi-di-fktp
◦ 2021-juknis-pelayanan-kesehatan-gigi-dan-mulut-di-fktp
◦ Pedoman praktik dokter dan dokter gigi di Indonesia dari KKI 2016
BAGAIMANA PRAKTEK
DOKTER BERADAPTASI
PADA ERA COVID?
◦ Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada
tanggal 11 Maret 2020 (WHO, 2020).
◦ Secara Nasional telah ditetapkan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di
Indonesia melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun
2020 tanggal 13 April 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional.
Perkembangan Covid 19 di Indonesia
ADAPTASI DI ERA NEW NORMAL
◦ Fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari tingkat primer sampai rujukan termasuk Klinik masih
merupakan harapan masyarakat dalam menangani COVID-19 serta masalah kesehatan lainya.
Dalam memasuki adaptasi kebiasaan baru, seluruh fasilitas pelayanan kesehatan harus
mempersiapkan semua sumber daya yang dimiliki.
◦ Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan harus
disesuaikan dengan memperhatikan keselamatan tenaga kesehatan dan masyarakat penerima
pelayanan agar terhindar dari penularan COVID-19.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
◦ Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Agen penyebab infeksi COVID-19 berupa virus
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-C0V-2).
◦ Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada manusia.
Reservoir COVID-19 adalah saluran napas atas.
◦ Pintu keluar adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan reservoir. Pada COVID-19 melalui saluran
napas, hidung dan mulut.
Rantai penularan Airbone Disease

• Cara penularan (Metode Transmisi) adalah metode transport mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Pada COVID-19 metode penularannya yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne
• Pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan. Virus COVID-19 melalui saluran napas, hidung, mulut,
dan mata.
• Pejamu rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang
dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis
Kepaswadaan STANDAR di Praktek Dokter
◦ Kewaspadaan Standar Kewaspadaan standar dilakukan melalui 11 langkah sesuai pedoman yang berlaku, untuk kasus
COVID-19 terdapat penekanan-penekanan sebagai berikut:
◦ 1) Kebersihan tangan Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah benar cuci tangan dan 5 Momen kapan harus
dilakukan cuci tangan. Harus tersedia sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, sabun cair agar setiap
pengunjung/pasien melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat datang dan pulang dari tempat praktek
Mencuci Tangan
Penggunaan APD
◦ Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi yaitu, menetapkan
indikasi penggunaan APD, cara memakai dengan benar, cara melepas dengan benar, cara mengumpulkan (disposal) setelah
dipakai.
◦ Penetapan indikasi penggunaan APD dilakukan dengan mempertimbangkan resiko terpapar, dimana APD digunakan oleh
orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius; dinamika transmisi, yaitu droplet dan kontak, transmisi
secara airborne dapat terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol (resusitasi jantung, Perawatan gigi, Nebulizer).
Prinsip yang harus di penuhi dalam penggunaan APD adalah sebagai
berikut:
1) Selalu bersihkan tangan sebelum dan setelah menggunakan APD.

2) APD harus tersedia dimana dan saat diperlukan yaitu dengan ukuran
yang tepat dan pilih sesuai dengan risiko atau sesuai langkah pemcegahan
transmisi.

3) Selalu kenakan APD sebelum kontak dengan pasien.

4) Selalu lepas segera setelah selesai kontak dengan pasien dan/atau


meninggalkan area pelayanan pasien.

5) Jangan menggunakan kembali APD sekali pakai.

6) Bersihkan dan disinfeksi APD berulang pakai setelah digunakan jika


akan digunakan kembali.

7) Ganti APD segera setelah APD terkontaminasi atau menjadi


cacat/rusak.

8) APD tidak boleh dipaskan atau disentuh ketika pelayanan ke pasien


diberikan; khususnya • jangan sentuh wajah ketika masih memakai APD
APD LEVEL 1 dan 2 di Praktek Dokter Umum
KESEHATAN LINGKUNGAN
◦ Kesehatan lingkungan :
◦ Pembersihan area sekitar pasien menggunakan klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada cairan tubuh menggunakan klorin
0,5%: - Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk setiap kali pasien
pulang/keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi).
- Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan, misalnya: nakas disamping tempat tidur, tepi tempat tidur
dengan bed rails,tiang infus, tombol telpon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.

◦ Ventilasi dan kualitas udara Sistem Ventilasi adalah sistem yang menjamin terjadinya pertukaran udara di dalam gedung dan
luar gedung yang memadai, sehingga konsentrasi droplet nuklei menurun. Sistem ventilasi campuran mengkombinasikan
antara ventilasi alamiah dan penggunaan peralatan mekanis. Misalnya, kipas angin yang berdiri atau diletakkan di meja dapat
mengalirkan udara ke arah tertentu, hal ini dapat berguna bila dipasang pada posisi yang tepat, yaitu dari petugas kesehatan ke
arah pasien
Ventilasi Ruangan Praktek dokter
Terkait kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui airborne
pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan
ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan dengan
memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk dan
keluar.
Pada saat pemeriksaan fisik arahkan muka pasien
berlawanan arah dengan muka pemeriksa

WHO merekomendasikan natural ventilasi, boleh kombinasi dengan mekanikal ventilasi menggunakan kipas angin untuk mengarahkan dan menolak
udara yang tercemar menuju area ruangan yang dipasang exhaust van/jendela/lubang angin sehingga dapat membantu mengeluarkan udara.
Posisi duduk petugas juga diatur agar aliran udara bersih dari arah belakang petugas ke arah pasien atau memotong antara pasien dan petugas
Ruang Tunggu Pasien
◦ Penempatan pasien Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan pasien infeksius terpisah dengan
pasien non infeksius. Disamping itu, penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak,
droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
Edukasi Pasien
◦ Etika batuk dan bersin Petugas, pasien dan
pengunjung dengan gejala infeksi saluran
napas harus menerapkan etika batuk.
◦ Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui
media /secara langsung oleh petugas.
◦ Disamping itu bagi pengunjung/pasien harus
menggunakan masker sesuai ketentuan yang
berlaku
Penyuntikan yang aman
◦ 6) Penyuntikan yang aman. Terdapat 7 (tujuh) langkah menuju penyuntikan yang aman yaitu:
◦ a. Ruangan yang bersih
◦ b. Kebersihan tangan petugas saat tindakan penyuntikan
◦ c. Jarum suntik aman yang steril
◦ d. Wadah steril untuk obat dan pelarut
◦ e. Pembersih dan antisepsis kulit yang benar
◦ f. Pengambilan benda tajam yang benar
◦ g. Pembuangan limbah benda tajam yang benar
Pengolahan Limbah
◦ 7) Pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan. Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labelling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan dan pemusnahan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Dekontaminasi
◦ 8) Dekontaminasi peralatan pelayanan/perawatan pasien.
◦ Proses dekontaminasi peralatan pelayanan/perawatan pasien dilaksanakan dengan prinsip yang tepat dan benar sesuai dengan
alur dekontaminasi peralatan pelayanan/perawatan pasien.
Penanganan Linen
◦ 9) Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman. Klinik harus membuat SOP penatalaksanaan, prosedur
penanganan, pengangkutan dan distribusi linen yang jelas, aman dan memenuhi kebutuhan pelayanan.
Keselamatan Petugas
◦ 10) Perlindungan kesehatan petugas.
◦ a. Semua petugas kesehatan menggunakan APD saat berisiko terjadi paparan darah, produk darah, cairan tubuh, bahan
infeksius atau bahan berbahaya
◦ b. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap semua petugas terutama pada area risiko tinggi
◦ c. Tersedia tata laksana kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum/ benda tajam bekas pakai pasien. d. Tata laksana paska pajanan.
Peran Serta Klinik Praktek Dokter
◦ Pemilik Klinik 1. Memastikan bahwa seluruh kegiatan dan sumber daya yang dimiliki oleh Klinik dapat menjamin
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang aman, baik dan bermutu bagi masyarakat tanpa melupakan keamanan dan keselamatan
seluruh petugas yang bekerja di Klinik.
◦ 2. Dapat berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan atau Asosiasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau organisasi profesi
terkait dalam rangka peningkatan kemampuan petugas dan saling tukar pengetahuan (transfer of knowledge) agar petugas
dapat melaksanakan pelayanan kesehatan lebih baik lagi di masa adaptasi kebiasaan baru.
◦ 3. Memastikan bahwa penanggungjawab Klinik sudah melakukan fungsi sebagai manajer Klinik yang baik, dan dapat
membantu memberi solusi dan arahan kepada penanggungjawab Klinik apabila diperlukan.
◦ 4. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan secara berkala termasuk skrining terhadap COVID-19 kepada seluruh petugas di
Klinik
Pencatatan dan Pelaporan Praktek dokter
◦ Klinik melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit rutin dan pelayanan kesehatan esensial yang selama ini sudah
dilakukan.

◦ Termasuk pencatatan pada buku kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mencatatkan hasil pelayanan ibu hamil dan balita serta
pencatatan di buku kesehatan lansia untuk mencatat hasil pelayanan lansia. Pencatatan kasus COVID-19 mengacu pada
format dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Disease (COVID-19) pada revisi 5/terakhir atau format
pencatatan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah melalui sistem yang digunakan di Satuan Tugas Penanganan COVID-19
untuk pelaporan COVID-19.
◦ Penyampaian laporan rutin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di Klinik yang disampaikan secara berjenjang mulai
dari Puskesmas yang wilayah kerjanya dimana terdapat Klinik tersebut dan selanjutnya akan disampaikan ke Dinas kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai ketentuan yang berlaku.

◦ Untuk pelaporan kasus COVID-19, Klinik menggunakan formulir khusus yang ada di Petunjuk teknis Pencegahan dan
Pengendalian COVID-19 revisi 5/ terakhir yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, sesuai dengan jenis pelaporan yang
akan dilakukan
TERIMAKASIH SALAM SEHAT

Anda mungkin juga menyukai