Anda di halaman 1dari 9

CARA MERAGA SUKMA

Tuesday, April 9, 2013 | 0 comments

Ass .wr. wb.

Memang indah bisa meraga sukma,mampu menyaksikan keindahan,diluar alam nyata. inilah yg sy
amalkan.

BISSMILLAHIRRAHMAN…..

SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM.ALLAHUMA QULHUALLAH,DZAT GUMILANG TANPA


SANGKAN,LIYEP,CUT PRUCUT,SUKMANINGSUN METU SAKA RAGA,GAMPANG SAKA SARINING
GAMPANG SAK NIATKU,LAN SLAMET KERSANING ALLAH.

(LAILAHAILLALLAH MUHAMMADUROSULULLAH.3X)

LA ILAHA ILLALLAH.10.000X.

AMA LA N A S MA K KURUNG::selubung Nur Illahi


Saturday, March 2, 20 1 3 | 3comments
KI KALACAKRA
ki_kalacakra@ovi.com
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Dinamakan Asma’ Kurung krn menurut para Ahli
Hikmah, barangsiapa y g mengamalkan dgn ikhlas dan istiqomah, maka dirinya
akan “dikurung” atau dilindungi oleh selubung cahaya Illahiyah atau dsbt jg sbg
Nur Illahi. Brkt ini tatacaranya:
a).Amalkan 4 ayat dibwh ini setiap usai sholat subuh & ashar:
“BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM.
> H A S B U N A L L A A H WA NI’MAL WAKIIL. 100X.
> L A A ILAAHA ILAA ANTA SU BHA ANAKA INNII KUNTU
MI N A A DZ ZHOLIMIIN. 100X.
>FA’ASALLAAH AYYA’TIYA BIL FATHI AUU AMRIM MIN INDIHI FAYUSBIHU ALAA
MA’ASARRU FII ANFUSIHIM NADIMIIN. 100X.
> W A UFAWWIDU AMRI ILALLAAH INNALLAAHA BASHIIRUM BIL ‘IBAD”. 100X.
b).Disamping itu anda hrs melkkn puasa disetiap hari kelahiran (puasa weton).
c).Amalkan dgn istiqomah.
Insya Allah dgn adanya selubung Nur Illahi trsbt, maka meskipun seluruh jin &
manusia y g ada di muka bumi ini berkumpul semuanya utk mencelakakan
pengamal ilmu ini pasti tdk akan bs melkknnya, mereka semua tdk akan bs
mencelakai anda berkat amalan ilmu Asma’ Kurung trsbt. Wassalamu’alaikum
Wr.Wb. @ @ @
ILMU HAWA AYAT KURSI
KI KALACAKRA
ki_kalacakra@ovi.com
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Apabila anda, keluarga, atau teman anda yg
dikhawatirkan akan terkena serangan santet, sihir, guna2 atau apapun serangan
ilmu hitam lainnya, maka lkkn amalan Ilmu Hawa Ayat Kursi brkt ini agar dpt
terhindar dr serangan gaib:
a).Siapkan 1 gelas air putih.
b).Lkkn sholat Hajat 2 roka’at pd tengah mlm.
c).Stlh salam, bacalah Ayat Kursi sebnyk 3x sambil tahan nafas.
Jika sanggup, baca sebnyk 3x dlm 1 tarikan nafas.
Namun jika tdk sanggup, cukup baca 1x 1 tarikan nafas diulangi
sampai 3x.
d).Stlh itu lngsng ditiupkan dgn keras lwt mulut sambil menekankan di bagian
perut, sambil ucapkan brkt ini dlm hati:
“JAD ILAH ENGKAU KEKUATAN BAGI TUBUHKU”.
e).Ulangi teknik trsbt beberapa kali sampai anda merasa sempurna, kemudian
baca brkt ini:
“Bismillaahirrohmaanirrohiim.
HAWA AYAT KURSI BANGKITLAH DA L A M BATANG TUBUHKU D A N BERUBAH
MENJADI KEKUATANKU”.
f).Tiupkan 3x pd air trsbt dan lngsng diminum sampai habis.
Apabila anda sungguh2 dlm melkknnya, maka anda akan mendapatkan kekuatan
dr apa y g dsbt dgn “HAWA AYAT KURSI”.
D g n amalan ini, mata batin anda akan lbh peka dan semakin tajam.
Apabila ada jin atau kekuatan jahat y g berniat mengganggu, maka secara
otomatis akan binasa krn pengaruh dr “HAWA AYAT KURSI” y g anda amalkan.
NB:-Jika anda melkkn amalan ini hingga 99x, maka tubuh anda akan dibentengi
oleh kekuatan gaib y g sangat dahsyat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. @ @ @

Amalan Doa Pengawal 1 0 0 0 Malaikat


Amalan D oa Pengawal 1 0 0 0 Malaikat
EMPU TASBIH
Banyak cara Untuk Mencari Pengawal Goib, Seperti Pengawal Seribu Malaikat,
Pengawal Atau Jin Pendamping Da n Sebagai Nya, Nah disini Kita akan
Membahas amalan Pengawal Seribu Malaikat.
Guna amalan Pengawal Seribu Malaikat ini adalah Memiliki pengawal 1000
malaikat pelindung dari Berbagai serangan Musuh Yang Zalim, Anda Berminat
Dengan amalan Pengawal Seribu Malaikat ini?.. Ikuti Caranya Berikut ini :

Bacalah do’a di bawah ini > > Dibaca 7 Kali Setiap Selesai Sholat lima waktu

AIlahumma ma’ allaahi naashirun a’daa – un sarhun Qadirun aamiinun ya rabbal


aalamiin, washallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa-aalihi washahbihi
ajma’iin birahmatika ya arhamar-rahimiin

Insya allah Setiap yang mengamalkan Doa amalan Pengawal Seribu Malaikat
akan terjaga dan dilindungi dari gangguan yang tidak kita ingin kan !...

AMALAN GURU SEJATI


Tuesday, April 16, 2013 | 0 comments

Amalan ini juga disebut BEGALAN GEDE, sebab saat akan pulang ke Rahmatullah, yang dinamakan “Makdum
Sarpin” atau banyak disebut sedulur/saudara manusia tidak mau ketinggalan. Harus ikut pulang ke alam
kelanggengan juga. Sehingga dengan mengamalkan ini maka jalan kematian akan mudah dan kehidupan
setelah alam kematian akan semakin terang. Amalan ini oleh sebab itu juga untuk menjawab apa dan
bagaimana sebenarnya rupa guru sejati atau RUH kita sendiri. Manfaat lain amalan ini: APA SAJA YANG KITA
INGINKAN AKAN TERKABUL. Misalnya, kita ingin menghilang. Atau kita bisa mecah raga seperti dasamuka
yang memiliki banyak badan wadag dalam waktu yang bersamaan.
Lakunya puasa mutih tujuh hari, (berbuka dengan hanya memakan nasi putih dan air putih), selanjutnya pati
geni (tidak menyalakan api dan tidak melihat api, kita bertapa di dalam kamar atau gua yang gelap) dan tidak
tidur semalaman. Mantra dibaca saat sore hari dan saat pagi hari. Mantranya sebagai berikut:
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMI SANG GURU PUTIH NU HERANG NU LENGGANG MUGA KATONA SANG
RUPA MAYA PUTIH.
KUN DZAT KUN AJA ANGALINGI IN DZAT, SUKSMA ATAPA SAJRONING WEWAYANGAN, RAHSA SUKSMA
ANGEMBAN WEWAYANGAN, SIRA METUWA INGSUN AREP WERUH SEJATINING URIP.
Ini mantra untuk mengeluarkan guru sejati (ruh) yang merupakan bayangan
manusia. SANG REKA MAYA RUPA MAYA ASIH
Ini mantra menyayangi guru sejati
BUR CAHYA RUPA CAHYA RUPA SAPALINGGIHANING CAHYA BUR DZAT SANG KALETER PUTIH, DZAT SA
DZAT LES
RUPA CAHYA SANG NGINDEL PUTIH MULYA KANG LANGGENG CAHYA SAMPURNA, IYA INGSUN
SAJATINING TAJALLULLAH KANG LUWIH SAMPURNA, SAH DZAT SAH SIFATE SADEGE SALINGGIHE
SAOSIKI, HU WA IYA ALLAH
SI WELLADA ANAKE TAN ANA NDELENG SIRIK, DHEWEK HAHAK LANGAK YA AKI KASUMARAN
BISMILLAHIRRAHMANIRROHIM, BUR CAHYA RUPA CAHYA SAPALUNGGUHANING CAHYA SANG
PELATUK PUTIH BUR DZAT LAR DZAT LES HU
BUR TAN ANA PUTIH DZAT SUCINE LAGI ANA ING SUCI, BUR PUTIH NU GUMETER PUTIH BALA PUTIH
IDER PUTIH LES PUTIH
SUKSMA MULYA CAHYA PUTIH ALINGANA INGSUN, YA INGSUN REKSANEN KANG ABECIK, SIRA
ANGREKSA INGSUN
SUKSMA MULYA CENGENG ALINGANA INGSUN, REREKSANIRA DEN ABECIK, SIRA NGREKSA INGSUN
MAKDUM SARPIN, ALINGANA INGSUN, INGSUN REREKSANIRA, DEN ABECIK SIRA ANGREKSA INGSUN.

CARA RADEN SYAHID MENCARI GURU S EJATI


Tuesday, April 16, 2 0 1 3 | 0 comments

Di antara para wali yang lain, Kanjeng Sunan Kalijaga bisa dikatakan satu-
satunya wali yang menggunakan pendekatan yang pas yaitu budaya Jawa. Dia
sadar, tidak mungkin menggunakan budaya lain untuk menyampaikan ajaran
sangkan paraning dumadi secara tepat. Budaya arab tidak cocok diterapkan di
Jawa karena manusia Jawa sudah hidup sekian ratus tahun dengan budayanya
yang sudah mendarah daging. Bahkan, setelah “dilantik” menjadi wali, dia
mengganti jubahnya dengan pakaian Jawa memakai blangkon atau udeng.

Na ma mudanya Raden Syahid, putra adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta


dan Dewi Nawangrum. Kadpiaten Tuban sebagaimana Kadipaten yang lain harus
tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. N am a lain Tumenggung
Wilatikta adalah Ario Tejo IV, keturunan Ario Tejo III, II dan I. Arti Tejo I adalah
putra Ario Adikoro atau Ronggolawe, salah seorang pendiri Kerajaan Majapahit.
Jadi bila ditarik dari silsilah ini, Raden Syahid sebenarnya adalah anak turun
pendiri kerajaan Majapahit.
Raden Syahid lahir di Tuban saat Majapahit mengalami kemunduran karena
kebijakan yang salah kaprah, pajak dan upeti dari masing-masing kadipaten
ya ng harus disetor ke Kerajaan Majapahit sangat besar sehingga membuat
miskin rakyat jelata. Suatu ketika, Tuban dilanda kemarau panjang, rakyat hidup
semakin sengsara hingga suatu hari Raden Syahid bertanya ke ayahnya: “Bapa,
kenapa rakyat kadipaten Tuban semakin sengsara ini dibuat lebih menderita oleh
Majapahit?”. S a n g ayah tentu saja diam sambil membenarkan pertanyaan
anaknya yang kritis ini.

Raden Syahid yang melihat nasib rakyatnya merana, terpanggil untuk berjuang
dengan caranya sendiri. Cara yang khas anak muda ya ng penuh semangat juang
namun belum diakui eksistensinya; menjadi “Maling Cluring”, yaitu pencuri yang
baik karena hasil curiannya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin yang
menderita. Tidak hanya mencuri, melainkan juga merampok orang-orang kaya
dan kaum bangsawan yang hidupnya berkecukupan.

Suatu ketika, perbuatan mulia namun tidak lazim itu diketahui oleh s ang ayah
dan sa ng ayah tanpa ampun mengusir Raden Syahid karena dianggap
mencoreng moreng kehormatan keluarga adipati. Pengusiran tidak hanya
dilakukan sekali namun beberapa kali. Saat diusir Raden Syahid kembali
melakukan perampokan namun sialnya dia tertangkap pengawal kadipaten
hingga s ang ayah kehabisan akal sehat. “Syahid anakku, kini sudah waktunya
kamu memilih, kau yang suka merampok itu pergi dari wilayah Tuban atau kau
harus tewas di tangan anak buahku”. Syahid tahu dia saat itu harus benar-benar
pergi dari wilayah Tuban dan akhirnya, dia pun dengan hati gundah pergi tanpa
arah tujuan yang jelas. Suatu hari dalam perjalanannya di hutan Jati Wangi, dia
bertemu lelaki tua yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Sunan
Bonang. Sunan Bonang adalah putra dan murid Sunan Ampel yang
berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.

Syahid yang ingin merampok Sunan Bonang akhirnya harus bertekuk lutut dan
Syahid akhirnya berguru pada Sunan Bonang. Oleh Bonang yang saat itu sudah
jadi guru spiritual ini, Syahid diminta duduk diam bersila di pinggir sungai. Posisi
duduk diam meneng ini di kalangan para yogi dikenal dengan posisi meditasi.
Syahid saat itu telah bertekad untuk mengubah orientasi hidupnya secara total
seratus delapan puluh derajat. Yang awalnya dia berjuang dalam bentuk fisik,
menjadi perjuangan dalam bentuk batin (metafisik). Dia telah meninggalkan
syariat masuk ke ruang hakekat untuk mereguk nikmatnya makrifat. Namun
syarat yang diajarkan Sunan Bonang cuma satu: duduk, diam, meneng,
mengalahkan diri/ego dan patuh pada s an g guru sejati (kesadaran ruh). Untuk
menghidupkan kesadaran guru sejati (ruh) yang sekian lama terkubur dan
tertimbun nafsu dan ego ini, Bonang menguji tekad Raden Syahid dengan
menyuruhnya untuk diam di pinggir kali.
Ya, perintahnya hanya diminta untuk diam tok, tidak diminta untuk dzikir atau
ritual apapun. Cukup diam atau meneng di tempat. Dia tidak diminta memikirkan
tentang Tuhan, atau Dzat Yang Adikodrati yang menguasai alam semesta. Tidak,
Sunan Bonang hanya meminta agar s a ng murid untuk patuh, yaitu DIAM,
MENENG, HENING, PASRAH, SUMARAH, SUMELEH. Awalnya, orang diam
pikirannya kemana-mana. Namun sekian waktu diam di tempat, akal dan
keinginannya akhirnya melemas dan akhirnya benar-benar tidak memiliki daya
lagi untuk berpikir, energi keinginan duniawinya lepas landas dan lenyap. Raden
Syahir mengalami suwung total, fana total karena telah hilang sa ng diri/ego.

“BADANKU BA DA N ROKHANI, KANG SIFAT LANGGENG WASESA, KANG S U K S MA


PURBA WASESA, KUMEBUL TANPA GENI, WANGI TANPA GANDA, AKU S AJATINE
R OH SAKALIR, TEKA NEMBAH, LUNGO NEMBAH, W O N G SAKETI PADA MATI, WONG
S A L E K SA PADA WUTA, W O N G S E W U PADA TURU, A MO N G AKU ORA TURU,
PINANGERAN YITNA KABEH….”

Demikian gambaran kesadaran ruh Raden Syahid kala itu. Berapa lama Raden
Syahid diam di pinggir sungai? Tidak ada catatan sejarah yang pasti. Namun
dalam salah satu hikayat dipaparkan bahwa sa ng sunan bertapa hingga
rerumputan menutupi tubuhnya selama lima tahu. Setelah dianggap selesai
mengalami penyucian diri dengan bangunnya kesadaran ruh, Sunan Bonang
menggembleng muridnya dengan kawruh ilmu-ilmu agama. Dianjurkan juga oleh
Bonang agar Raden Syahid berguru ke para wali yang sepuh yaitu Sunan Ampel
di Surabaya dan Sunan Giri di Gresik. Raden Syahid yang kemudian disebut
Sunan Kalijaga ini menggantikan Syekh Subakir gigih berdakwah hingga
Semenanjung Malaya hingga Thailand sehingga dia juga diberi gelar Syekh
Malaya.

Malaya berasal dari kata ma-laya yang artinya mematikan diri. Jadi orang yang
telah mengalami “mati sajroning urip” atau orang yang telah berhasil mematikan
diri/ego hingga mam pu menghidupkan diri-sejati yang merupakan guru sejati-
NYA. Sebab tanpa berhasil mematikan diri, manusia hanya hidup di dunia
fatamorgana, dunia apus-apus, dunia kulit. Dia tidak ma mp u untuk masuk ke
dunia isi, dan menyelam di lautan hakikat dan sampai di palung makrifatullah.

Salah satu ajaran Sunan Kalijaga yang didapat dari guru spiritualnya, Sunan
Bonang, adalah ajaran hakikat shalat sebagaimana yang ada di dalam SULUK
WUJIL: UTAMANING SARIRA PUNIKI, ANGRAWUHANA JATINING SALAT, S EMB A H
LAWAN PUJINE, JATINING SALAT IKU, D U D U NGI SA TUWIN MAGERIB, S E MBA H
ARANEKA, WEN A N GE PUNIKU, LA MU N ARANANA SALAT, PAN MINANGKA
KEKEMBANGING S A L A M DAIM, INGARAN TATA KRAMA. (Unggulnya diri itu
mengetahui HAKIKAT SALAT, sembah dan pujian. Salat yang sesungguhnya
bukanlah mengerjakan salat Isya atau maghrib. Itu namanya sembahyang.
Apabila disebut salat, maka itu hanya hiasan dari SALAT DAIM, hanya tata
krama).
Di sini, kita tahu bahwa salat sejati adalah tidak hanya mengerjakan sembah
raga atau tataran syariat mengerjakan sholat lima waktu. Salat sejati adalah
SALAT DAIM, yaitu bersatunya semua indera dan tubuh kita untuk selalu memuji-
Nya dengan kalimat penyaksian bahwa yang suci di dunia ini hanya Tuhan: HU-
ALLAH, DIA ALLAH. Hu saat menarik nafas dan Allah saat mengeluarkan nafas.
Sebagaimana yang ada di dalam Suluk Wujil: PANGABEKTINE INGKANG UTAMI,
NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA, PUNIKA MAN GKA S E MB A H E ME N E N G MUNI
PUNIKU, S A S OL A H E RAGANIREKI, TAN SIMPANG DA DI SEMBAH, TEKENG
WULUNIPUN, TINJA TURAS DADI SEMBAH, IKU INGKANG NIYAT KANG S EJATI,
PUJI
TAN PAPEGETAN. (Berbakti yang utama tidak mengenal waktu. Se mua tingkah
lakunya itulah menyembah. Diam, bicara, dan semua gerakan tubuh merupakan
kegiatan menyembah. Wudhu, berak dan kencing pun juga kegiatan
menyembah. Itulah niat sejati. Pujian yang tidak pernah berakhir)

Jadi hakikat yang disebut Sholat Daim nafas kehidupan yang telah manunggaling
kawulo lan gusti, yang manifestasinya adalah semua tingkah laku dan perilaku
manusia yang diniatkan untuk menyembah-Nya. Selalu awas, eling dan waspada
bahwa apapun yang kita pikirkan, apapun yang kita kehendaki, apapun yang kita
lakukan ini adalah bentuk yang dintuntun oleh AKU S EJATI, GURU S EJATI YANG
SELALU MENYUARAKAN KESA DAR AN HOLISTIK BAHWA DIRI KITA INI ADALAH DIRI-
NYA, A DA KITA INI ADALAH ADA-NYA, KITA TIDAK ADA, HANYA DIA YANG ADA.

Sholat daim ini juga disebut dalam SULUK LING LUNG karya Sunan Kalijaga:
SALAT DAIM TAN KALAWAN, MET TOYA WULU KADASI, SALAT BATIN SEBENERE,
MA N G A N TURU SAHWAT NGISING. (Jadi sholat daim itu tanpa menggunakan
syariat wudhu untuk menghilangkan hadats atau kotoran. Sebab kotoran yang
sebenarnya tidak hanya kotoran badan melainkan kotoran batin. Salat daim
boleh dilakukan saat apapun, misalnya makan, tidur, bersenggama maupun saat
membuang kotoran.)

Ajaran makrifat lain Sunan Kalijaga adalah IBADAH HAJI. Tertera dalam Suluk
Linglung suatu ketika Sunan Kalijaga bertekad pergi ke Mekkah untuk
melaksanakan ibadah haji. Di tengah perjalanan dia dihentikan oleh Nabi Khidir.
Sunan dinasehati agar tidak pergi sebelum tahu hakikat ibadah haji agar tidak
tersesat dan tidak mendapatkan apa-apa selain capek. Mekah yang ada di Saudi
Arabia itu hanya simbol dan MEKAH YANG S EJATI A DA DI DA L AM DIRI. Dalam
suluk wujil disebutkan sebagai berikut:
NORANA WERU H ING MEKAH IKI, ALIT MILA TEKA ING AWAYAH, M A N G TEKAENG
PRANE YEN ANA SANGUNIPUN, TEKENG MEKAH TUR DADI WALI, SANGUNIPUN
ALARANG, DAHAT DENING EWUH, D U D U SREPI D U D U DINAR, SANGUNIPUN KANG
SURA LEGAWENG PATI, S A B A R LILA ING DUNYA.
M ES JID ING MEKAH TULYA NGIDERI, KABATOLLAH PINIKANENG TENGAH,
GUMANTUNG TAN PACACANTHEL, DINULU SAKING LUHUR, LANGIT KATON ING
NGAN DH AP IKI, DINULU SAKING NGANDHAP, BUMI ANE NG LUHUR, TINON KULON
KATON WETAN, TINON WETAN KATON KULON IKU SINGGIH TINGALNYA
AWELASAN.

(Tidak tahu Mekah yang sesugguhnya. Sejak muda hingga tua, seseorang tidak
akan mencapai tujuannya. Saat ada orang yang membawa bekal sampai di
Mekah dan menjadi wali, maka sungguh mahal bekalnya dan sulit dicapai.
Padahal, bekal sesungguhnya bukan uang melainkan KE SABAR AN DAN
KESANGGUPAN UNTUK MATI. S ES A B A R A N D A N KERELAAN HIDUP DI DUNIA.
Masjid di Mekah itu melingkar dengan Kabah berada di tengahnya. Bergantung
tanpa pengait, maka dilihat dari atas tampak langit di bawah, dilihat dari bawah
tampak bumi di atas. Melihat yang barat terlihat timur dan sebalinya. Itu
pengelihatan yang terbalik).

Maksudnya, bahwa ibadah haji yang hakiki adalah bukanlah pergi ke Mekah saja.
Namun lebih mendalam dari penghayatan yang seperti itu. Ibadah yang sejati
adalah pergi ke KIBLAT YANG A DA DI D A L A M DIRI S EJATI. Yang tidak bisa
terlaksana dengan bekal harta, benda, kedudukan, tahta apapun juga. Namun
sebaliknya, harus meletakkan semua itu untuk kemudian meneng, diam, dan
mematikan seluruh ego/aku dan berkeliling ke kiblat AKU S EJATI. Inilah Mekah
ya ng metafisik dan batiniah. M em an g pemahaman ini seperti terbalik, JAGAD
WALIKAN. Sebab apa ya ng selama ini kita anggap sebagai KEBENARAN DAN
KEBAIKAN MASIHLAH PEMAHA MAN YANG DANGKAL. APA YANG KITA ANGGAP
TERBAIK, TERTINGGI SEPERTI LANGIT D A N PALING BERH ARGA DI DUNIA
TERNYATA TIDAK A DA APA-APANYA D A N SANGAT R EN D AH NILAINYA.

Apa bekal agar sukses menempuh ibadah haji makrifat untuk menziarahi diri
sejati? Bekalnya adalah kesabaran dan keikhlasan. Sabar berjuang dan memiliki
iman yang teguh dalam memilih jalan yang barangkali dianggap orang lain
sebagai jalan yang sesat. Ibadah haji metafisik ini akan mengajarkan kepada kita
bahwa episentrum atau pusat spiritual manusia adalah BERTAWAF. Berkeliling ke
R U MA H TUHAN, berkeliling bahkan masuk ke AKU S EJATI dengan kondisi yang
paling suci dan bersimpuh di KAKI-NYA YANG MULIA. Tujuan haji terakhir adalah
untuk mencapai INSAN KAMIL, yaitu manusia sempurna yang merupakan kaca
benggala kesempurnaan-Nya.

Sunan Kalijaga adalah manusia yang telah mencapai tahap perjalanan spiritual
tertinggi yang juga telah didaki oleh Syekh Siti Jenar. Berbeda dengan Syekh Siti
Jenar yang berjuang di tengah rakyat jelata, Sunan Kalijaga karena dilahirkan
dari kerabat bangsawan maka dia berjuang di dekat wilayah kekuasaan. Di
bidang politik, jasanya terlihat saat akan mendirikan kerajaan Demak, Pajang
dan Mataram. Sunan Kalijaga berperan menasehati Raden Patah (penguasa
Demak) agar tidak menyerang Brawijaya V (ayahnya) karena beliau tidak pernah
berlawanan dengan ajaran akidah. Sunan Kalijaga juga mendukung Jaka Tingkir
menjadi Adipati Pajang dan menyarankan agar ibukota dipindah dari Demak ke
Pajang (karena Dema k dianggap telah kehilangan kultur Jawa.

Pajang yang terletak di pedalaman cocok untuk memahami Islam secara lebih
mendalam dengan jalur Tasawuf. Sementara kota pelabuhan jalurnya syariat.
Jasa lain Sunan Kalijaga adalah mendorong Jaka Tingkir (Pajang) agar memenuhi
janjinya memberikan tanah Mataram kepada Pemanahan serta menasehati anak
Pemanahan, yaitu Panembahan Senopati agar tidak hanya mengandalkan
kekuatan batin melalui tapa brata, tapi juga menggalang kekuatan fisik dengan
membangun tembok istana dan menggalang dukungan dari wilayah sekeliling.
Bahkan Sunan Kalijaga juga mewariskan pada Panembahan Senopati baju rompi
Antakusuma atau Kyai Gondhil yang bila dipakai akan kebal senjata apapun.

Anda mungkin juga menyukai