Slide Hukum Acara Perdata 2022 Okey Pkpa September 22

MODUL
HUKUM ACARA PERDATA
EDITOR
WIBISONO OEDOYO, SH., MH.
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PERDATA
BAHAN KULIAH PKPA ANGKATAN XV
PADA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
September 2022
KATA PENGANTAR
BERACARA DIMUKA PENGADILAN TIDAKLAH SEMUDAH DALAM TEORINYA, KARENA MEMERLUKAN KEAHLIAN TERSENDIRI YANG HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH MEREKA YANG
MENGUASAI HUKUM ACARA PERDATA DENGAN BAIK. BUKU-BUKU MENGENAI HUKUM ACARA PERDATA YANG MENGAJARKAN SECARA TEORITIS BAGAIMANA MEMAHAMI ACARA
PERDATA TELAH BANYAK BEREDAR.
NAMUN MODUL/DIKTAT INI TIDAK HANYA MEMBERI-KAN TEORI BAGI PARA PEMAKAINYA, AKAN TETAPI MEMBERIKAN TUNTUNAN/PANDUAN BAGAIMANA CARA
MENGIMPLEMENTASIKAN PASAL-PASAL YANG BERSANGKUTAN DALAM PRAKTEKNYA.
DENGAN DIKUTIPNYA PASAL YANG PENTING DALAM SUATU PROSES ACARA PERDATA, MAKA DIHARAPKAN PARA PEMAKAI MODUL / DIKTAT INI AKAN DAPAT
MENGIMPLEMENTASIKAN PASAL-PASAL YANG BERSANGKUTAN DALAM KASUS, DENGAN BAIK.
MENGINTERPRETASIKAN SUATU PASAL MEMERLUKAN SUTU KEAHLIAN TERSENDIRI, AGAR PENAFSIRANNYA MENJADI TEPAT, OLEH KARENA ITU MODUL/DIKTAT INI DILENGKAPI
DENGAN JURISPRUDENSI MAHKAMAH AGUNG YANG DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI BAHAN PERBANDINGAN DALAM MEMPERGUNAKAN PASAL-PASAL BERSANGKUTAN.
MISALNYA GUGATAN SUATU PERKARA HUTANG PIUTANG BERLANGSUNG DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN, SEDANGKAN CONSERVATOIR BESLAG ATAS KEKAYAAN
TERGUGAT YANG BERADA DI WILAYAH BOGOR, PERSOALANNYA ADALAH KE-MANAKAH VERZET HARUS DIAJUKAN
PROBLEM TERSEBUT HARUS MENDAPAT JAWABAN SE-MOGA DENGAN ADANYA DIKTAT/MODUL INI DAPAT MENJADI PANDUAN BAGI PARA PEMBACA MAUPUN PARA PENCARI
KEADILAN.
MANUSIA PADA DASARNYA SELALU INGIN HIDUP BERKELOMPOK/ZOON POLITICON, MAKA UNTUK MEME-NUHI KEBUTUHANNYA / ZOON ECONOMICON DALAM RANGKA
MEMPERTAHANKAN KEPENTINGANNYA (HAK DAN KEWAJIBAN) AKAN TERJADI BENTURAN KEPENTINGAN DIANTARA SESAMA ANGGOTA MASYARAKAT. SALAH SATU BENTUK
BENTURAN KEPENTINGAN TER-SEBUT ADALAH MENYANGKUT ASPEK HUKUM PERDATA. OLEH KARENA ITU AGAR TERCIPTA KETERTIBAN DALAM RANGKA MENGANTISIPASI
PERTENTANGAN KEPENTINGAN TERMAKSUD MAKA DIPERLUKAN SUATU KAEDAH, NORMA TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA PERTENTANGAN KEPENTINGAN TERMAKSUD
DISELESAIKAN MENURUT PROSEDUR HUKUM. OLEH KARENA ITU HUKUM ACARA PERDATA YANG MERUPAKAN HUKUM PERDATA DALAM ARTI FORMIL, ADALAH HIMPUNAN KAEDAH
HUKUM TENTANG BAGAIMANA TATA CARA MELAKSANAKAN HAK-HAK DAN KEWAJIBAN PERDATA YANG TELAH DIATUR DALAM HUKUM PERDATA MATERIL.
HUBUNGAN HUKUM ANTARA HUKUM ACARA PERDATA DENGAN HUKUM PERDATA MATERIL, ADALAH BAHWA-SANYA HUKUM ACARA PERDATA MERUPAKAN SALAH SATU
ASPEK/AKIBAT DARI HUKUM PERDATA MATERIL.

PENULIS, JANUARI 2020
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
SURAT KUASA KHUSUS
SURAT GUGATAN
PERLAWANAN – VERZET ATAS PUTUSAN VERSTEK
EKSEPSI - TANGKISAN
GUGATAN REKONPENSI
Daftar Isi GUGATAN INTERVENSI
KOMULASI-PENGGABUNGAN GUGATAN
PENYITAAN
PERDAMAIAN - DADING
PEMBUKTIAN
ALAT-ALAT BUKTI
KEPUTUSAN HAKIM
UPAYA HUKUM BIASA
PEMERIKSAAN BANDING
PEMERIKSAAN KASASI
EKSEKUSI
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
PENINJAUAN KEMBALI 3
UPAYA PAKSA BADAN – GIJZELING
ARBITRASE
1. UNDANG-UNDANG POKOK KEKUASAAN KE-HAKIMAN, UU
NO. 14 TAHUN 1970
2. UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UU
POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN, UU NO. 48 TAHUN 2009.
3. UNDANG-UNDANG TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA UU NO. 30 TAHUN 1999.
SUMBER 4. UNDANG - UNDANG TENTANG MAHKAMAH AGUNG, UU
HUKUM NO. 5 TAHUN 2004.

5. HET HERZEINE INDONESICH REGLEMENT (H.I.R) UNTUK
ACARA DAERAH JAWA DAN MADURA
6. RECHTS REGELMENT BUITEN GEWESTEN (R.B.G) UNTUK
PERDATA DAERAH DI LUAR JAWA DAN MADURA.
7. BURGERLIJK WET BOEK (B.W) BUKU KE IV.
8. REGLEMENT CATATAN SIPIL
9. REGLEMENT OP DE RECHTSVORDNING
4
10. SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG R. I.
1. PEMERIKSAAN DILAKUKAN OLEH MAJELIS HAKIM ATAU
HAKIM TUNGGAL;
2. DENGAN KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN SBB:
PERADILAN a. PENGGUGAT HADIR, AKAN TETAPI TERGUGAT TIDAK
TINGKAT HADIR (TELAH DIPANGGIL SECARA PATUT), MAKA
GUGATAN DAPAT DIKABULKAN DENGAN VERSTEK.
PERTAMA OLEH TERHADAP KEPUTUSAN VERSTEK TERSEBUT TERGUGAT
DAPAT MELAKUKAN PERLAWANAN/ VERZET ATAUPUN
PENGADILAN UPAYA HUKUM BANDING.
b. TERGUGAT HADIR, TETAPI PENGGUGAT TIDAK HADIR
NEGERI (TELAH DIPANGGIL SECARA PATUT), MAKA GUGATAN
DAPAT DINYATAKAN GUGUR, DALAM HAL GUGATAN
DINYATAKAN GUGUR, PENGGUGAT DAPAT MENGAJUKAN
GUGATAN BARU LAGI.
5
c. PENGGUGAT DAN TERGUGAT HADIR, HAKIM TERLEBIH
DAHULU BERUSAHA UNTUK MENDAMAIKAN KEDUA
BELAH PIHAK:
PERADILAN • JIKA TERCAPAI PERDAMAIAN, MAKA DIPUTUS DALAM

BENTUK AKTA PERDAMAIAN/DADING.
TINGKAT • JIKA TIDAK TERCAPAI PERDAMAIAN,

PEMERIKSAAN PERKARA DITERUSKAN.
MAKA
PERTAMA OLEH • TERGUGAT MENGAJUKAN JAWABAN ATAS GUGATAN,

PENGADILAN DAN ATAU GUGATAN BALIK/ REKONPENSI.
• PENGGUGAT DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN
NEGERI SITA JAMINAN.
• DIMUNGKINKAN ADANYA GUGATAN INTERVENSI OLEH
PIHAK KETIGA.
6
1. MENGAJUKAN GUGATAN BAIK LISAN MAUPUN TERTULIS
2. GUGATAN MEMUAT POSITA/FUNDAMENTUM PETENDI,
BUKTI-BUKTI PENDUKUNG GUGATAN DAN
HAL-HAL YANG TUNTUTAN/PETITUM SERTA PERMOHONAN SITA

JAMINAN
HARUS 3. MENDAFTARKAN
NEGERI……..
GUGATAN KE PENGADILAN
DILAKUKAN 4. DIAJUKAN SENDIRI ATAU

OLEH 5. OLEH KUASA HUKUM
PENGGUGAT 6. SURAT KUASA
7
1. MENGAJUKAN JAWABAN YANG MELIPUTI:
a. JAWABAN,
b. EKSEPSI,
- GUGATAN REKONPENSI DILENGKAPI DENGAN
c. BUKTI-BUKTI PENDUKUNG
d. PERMOHONAN SITA JAMINAN
TERGUGAT 2. DIAJUKAN SENDIRI ATAU
3. OLEH KUASA HUKUM
4. SURAT KUASA
8
KUASA HUKUM
A. KUASA KHUSUS
B. KUASA INSIDENSIL
C. KUASA SUBSTITUSI
1. PENETAPAN MAJELIS HAKIM
2. PEMANGGILAN SIDANG
3. ACARA ISTIMEWA
4. MENGUSULKAN AGAR PARA PIHAK
BERDAMAI
5. MENETAPKAN PUTUSAN SELA ATAS
PENGADILAN
EKSEPSI PROVISIONAL DAN ATAU
GUGATAN INTERVENSI
6. ACARA BIASA
7. PENETAPAN SITA JAMINAN
8. ACARA JAWAB-MENJAWAB
(JAWABAN, REPLIK, DUPLIEK)
9. PEMBUKTIAN
10. KESIMPULAN
11. KEPUTUSAN
PIHAK KETIGA
1. MENGAJUKAN GUGATAN
INTERVENSI
2. MENGAJUKAN BUKTI-BUKTI
PENDUKUNG HAK
3. MENGAJUKAN VERZET (DERDEN
VERZET)
4. DIAJUKAN SENDIRI ATAU
5. OLEH KUASA HUKUM
6. SURAT KUASA
• Gugatan dikabulkan • Gugatan ditolak,
seluruhnya atau
PUTUSAN
• Gugatan dikabulkan PENGADILAN • Gugatan dinyatakan
untuk sebagian NEGERI, DENGAN tidak dapat diterima.
KEMUNGKINAN
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
TERSEBUT, DENGAN KEMUNGKINAN:
▪ Penggugat Dan Tergugat Menerima Ke-putusan Tersebut, Keputusannya
Menjadi Tetap/Inkracht
▪ Pihak Yang Menang Dapat Mengajukan Permohonan Pelaksanaan / Eksekusi
Keputusan Tersebut Kepada Pengadilan Negeri
▪ Penggugat Dan Atau Tergugat Dapat Pula Mengajukan Banding
(Permohonan Dan Memorie Serta Contra Memorie Banding) Kepengadilan
Tinggi Melalui Penitera Urusan Banding Dipengadilan Negeri Dimana Pokok
Perkaranya Diperiksa.
SURAT KUASA
YANG BERTANDATANGAN DI BAWAH INI:
ARMANDO BUSTAMANTE, AKTOR, BERTEMPAT TINGGAL DI JAKARTA, JALAN GUNUNG NONA NOMOR 007, MENTENG JAKARTA PUSAT.
DENGAN INI MEMBERI KUASA PENUH KEPADA KANTOR “HAKIM & REKAN LAW FIRM”, JALAN KRAMAT RAYA NOMOR 23F JAKARTA
PUSAT, BAIK BERSAMA-SAMA MAUPUN SENDIRI-SENDIRI:
1. ABDUL HAKIM, SH., MH., CN.

2. ……………………………………………..
3. ……………………………………………..
--------------------------------------------------- KHUSUS ------------------------------------------------
*** BERTINDAK SELAKU KUASA DARI DAN OLEH KARENA ITU SAH MEWAKILI PEMBERI KUASA, SELAKU PENGGUGAT UNTUK
MENGAJUKAN GUGATAN WAN PRESTASI TERHADAP NONA SIANG-SIANGMA LING SENG, PARTIKELIR, BERTEMPAT TINGGAL DI JAKARTA,
JALAN KOENTAK-KOENTAK NOMOR 234, JAKARTA PUSAT, SELAKU TERGUGAT MELALUI PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT.
*** MELAKUKAN SEGALA TINDAKAN SERTA UAPAYA HUKUM YANG DIANGGAP PERLU MENURUT UNDANG-UNDANG DALAM RANGKA
MEMBELA KEPENTINGAN PEMBERI KUASA DALAM KASUS AQUO.
*** KUASA INI DIBERIKAN DENGAN HAK RETENSI MENURUT PASAL 1812 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SERTA HAK
SUBSTITUSI DAN HAK-HAK LAINNYA MENURUT HUKUM.
JAKARTA, ……………………..
PENERIMA KUASA, PEMBERI KUASA,

Meterai
Rp. 6.000
ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. ARMANDO BUSTAMANTE
SURAT KUASA
SIANG-SIANGMA LING SENG, PATIKELIR, BERTEMPAT TINGGAL DI JAKARTA, JALAN KOENTAK-KOENTAK NOMOR 234, JAKARTA PUSAT .
PUSAT, BAIK BERSAMA-SAMA MAUPUN SENDIRI-SENDIRI :
ABDUL HAKIM, SH., MH., CN.
……………………………………………..
……………………………………………..
----------------------------------------------------- KHUSUS ----------------------------------------------
*** BERTINDAK SELAKU KUASA DARI DAN OLEH KARENA ITU UNTUK DAN ATAS NAMA PEMBERI KUASA, SELAKU TERGUGAT DALAM
PERKARA PERDATA NOMOR: 001/PDT.G/2001/PN.JK.PST., ATAS GUGATAN WAN PRESTASI YANG DIAJUKAN OLEH PENGGUGAT TUAN
ARMANDO BUSTAMANTE DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT.
*** MELAKUKAN SEGALA TINDAKAN SERTA UAPAYA HUKUM YANG DIANGGAP PERLU MENURUT UNDANG-UNDANG UNTUK MEMBELA
KEPENTINGAN PEMBERI KUASA DALAM KASUS AQUO.
*** KUASA INI DIBERIKAN DENGAN HAK RETENS MENURUT PASAL 1812 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SERTA HAK
SUBSTITUSII DAN HAK-HAK LAINNYA MENURUT HUKUM.
JAKARTA, …………………………
Meterai
Rp. 6.000
ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. SIANG-SIANGMA LING SENG

SURAT KUASA
TUAN BO KEK NIYE, AKTOR, BERTEMPAT TINGGAL DI JAKARTA, JALAN GUNUNG NONA NOMOR 007, MENTENG JAKARTA PUSAT.
……………………………………………
……………………………………………
------------------------------------------------------------------------------ KHUSUS --------------------------------------------------------------------------
*** BERTINDAK SELAKU KUASA DARI DAN OLEH KARENA ITU SAH MEWAKILI PEMBERI KUASA, SELAKU PENGGUGAT UNTUK
MENGAJUKAN GUGATAN WAN PRESTASI TERHADAP NONA CRISMONIA, PARTIKELIR, BERTEMPAT TINGGAL DI JAKARTA, JALAN KOENTAK-
KOENTAK NOMOR 234, JAKARTA PUSAT, SELAKU TERGUGAT MELALUI PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT.
*** MELAKUKAN SEGALA TINDAKAN SERTA UAPAYA HUKUM YANG DIANGGAP PERLU MENURUT UNDANG-UNDANG DALAM RANGKA
MEMBELA KEPENTINGAN PEMBERI KUASA DALAM KASUS AQUO.
JAKARTA, ………………….
Meterai
Rp. 6.000
ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. TUAN BO KEK NIYE

SURAT KUASA
NONA CRISMONIA MBA, PATIKELIR, BERTEMPAT TINGGAL DI JAKARTA, JALAN KOENTAK-KOENTAK NOMOR 234, JAKARTA PUSAT.

……………………………………………
……………………………………………
------------------------------------------------------------------------------ KHUSUS -------------------------------------------------------------------------
*** BERTINDAK SELAKU KUASA DARI DAN OLEH KARENA ITU UNTUK DAN ATAS NAMA PEMBERI KUASA, SELAKU TERGUGAT DALAM
PERKARA PERDATA NOMOR: 001/PDT.G/2001/PN.JK.PST., ATAS GUGATAN WAN PRESTASI YANG DIAJUKAN OLEH PENGGUGAT TUAN BO KEK
NIYE DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT.

*** MELAKUKAN SEGALA TINDAKAN SERTA UAPAYA HUKUM YANG DIANGGAP PERLU MENURUT UNDANG-UNDANG UNTUK MEMBELA
KEPENTINGAN PEMBERI KUASA DALAM KASUS AQUO.

JAKARTA, ………………….
Meterai
Rp. 6.000
ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. NONA CRISMONIA

HAL PENTING DALAM SURAT KUASA
A. IDENTITAS: Pemberi kuasa dan penerima kuasa

B. KHUSUS: Pokok Perkara-subyek– Obyek Yurisdictie.
C. KEWENANGAN:
Mengajukan Gugatan Rekonpensi, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali,
Menghadap Pejabat Berwenang, Menan-datangani Dokumen, Melakukan
Segala Upaya Hukum Menurut Undang-undang Demi Kepentingan Pemberi
Kuasa, Menggunakan Hak Substitusi Dalam Rangka Perkara Aquo.
D. TANDA TANGAN – METERAI.
• Kuasa khusus biasa
• Kuasa khusus substitusi
• Kuasa khusus insidensii
KUASA MENURUT PENGERTIAN B.W.
PASAL 1792
• PEMBERIAN KUASA ADALAH SUATU PERSETUJU-AN DENGAN MANA SESEORANG MEMBERIKAN KEKUASAAN
KEPADA SEORANG LAIN, YANG ME-NERIMANYA, UNTUK ATAS NAMANYA MENYELENGGARAKAN SUATU
URUSAN.
PASAL 1793
• KUASA DAPAT DIBERIKAN DAN DITERIMA DALAM SUATU AKTA UMUM, DALAM SUATU TULISAN DI BAWAH
TANGAN DALAM SEPUCUK SURAT ATAU-PUN DENGAN LISAN.
• PENERIMAAN SUATU KUASA DAPAT PULA TERJADI SECARA DIAM - DIAM DAN DISIMPULKAN DARI
PELAKSANAAN SESUATU OLEH SI KUASA
PASAL 1799
• SI PEMBERI KUASA DAPAT MENGGUGAT SECARA LANGSUNG ORANG DENGAN SIAPA SI KUASA
TELAH BERTINDAK DALAM KEDUDUKANNYA, DAN MENUNTUT DARI PADANYA PEMENUHAN
PERSETUJUANNYA.
PASAL 1813
• PEMBERIAN KUASA BERAKHIR: DENGAN DITARIKNYA KEMBALI KUASANYA SI KUASA; DENGAN
PEMBERITAHUAN PENGHENTIAN KUASANYA OLEH SI KUASA; DENGAN MENINGGALNYA,
PENGAMPUANNYA, ATAU PAILITNYA SI PEMBERI KUASA MAUPUN SI KUASA; DENGAN
PERKAWINANNYA SI PEREMPUAN YANG MEMBERIKAN ATAU MENERIMA KUASA.
PASAL 1814
• SI PEMBERI KUASA DAPAT MENARIK KEMBALI KUASANYA MANA KALA ITU DIKEHENDAKINYA,
DAN JIKA ADA ALASAN UNTUK ITU, MEMAKSA SI KUASA UNTUK MENGEMBALIKAN KUASA
UNTUK MENGEMBALIKAN KUASA YANG DIPEGANGNYA.
PASAL 1815
• Penarikan kembali yang hanya diberitahukan kepada si kuasa,

tidak dapat dimajukan terhadap orang-orang pihak ketiga, yang
karena tidak mengetahui tentang penarikan kembali itu, telah
mengadakan suatu persetujuan dengan si kuasa; ini tidak
mengurangi tuntutan si pemberi kuasa kepada si kuasa.
SURAT KUASA (MENURUT HIR.)
PASAL 123 (1)

JIKA DIKEHENDAKINYA MAKA KEDUA BELAH PIHAK ITU BOLEH DIBANTU ATAU DIWAKILI OLEH KUASA,
YANG DIKUASAKANNYA UNTUK MELAKUKAN ITU DENGAN SURAT YANG TER-ISTIMEWA, KECUALI APABILA
ORANG YANG MEMBERI KUASA ITU ADA HADIR SENDIRI.
SI PENGGUGAT DAPAT JUGA MEMBERI KUASA ITU PADA SURAT PERMINTAAN YANG DITANDA
TANGANINYA DAN DIMASUKKAN MENURUT AYAT (1) PASAL 118 ATAU TUNTUTAN YANG DILAKUKAN
DENGAN LISAN MENURUT PASAL 120; DALAM HAL YANG TERSEBUT KEMUDIAN INI YANG DEMIKIAN ITU
DISEBUTKAN DALAM CATATAN YANG DIBUAT TENTANG TUNTUAN ITU.
PASAL 123 (2)
Pegawai negara yang karena peraturan
umum, menjalankan perkara untuk
pemerintah republik indonesia sebagai
wakil negara tidak perlu memakai surat
kuasa yang teristimewa itu.
PASAL 123 (3)
Pengadilan negeri berkuasa memberi perintah, supaya
kedua belah pihak yang oleh juru kuasanya pada
persidangan, datang menghadap sendiri. kekuasaan itu
tidak berlaku buat presiden (118, 254).
Mewakili seseorang di muka pengadilan bukan

merupakan suatu hal yang sederhana, karena
memerlukan pengetahuan hukum yang cukup banyak. di
indonesia tidak dikenal apa yang disebut “verplichte
procureur stelling” artinya harus beracara di pengadilan
dengan perantaraan pengacara atau advokat
sebagaimana berlaku di negeri belanda.
Sungguhpun demikian karena beracara dalam suatu
kasus perdata harus paling sedikit menguasai hukum
acara perdata, para pencari keadilan baik sebagai
penggugat atau sebagai tergugat kini pada umumnya
menggunakan jasa pengacara atau advokat untuk
mewakili serta membela hak-hak dan kepentingannya
dengan sebaik-baiknya.
Agar pengacara atau advokat dapat bertindak sebagai

kuasa seseorang di muka pengadilan, diperlukan
adanya surat kuasa khusus dari seorang yang ingin
supaya ia diwakili di pengadilan.
Mengenai surat kuasa ini telah diatur dalam pasal
123 ayat (1, 2, dan 3) jo peraturan tentang bea
meterai yang perlu mendapat penjelasan lebih lanjut.
Dalam pasal 123 ayat (1) tidak disebutkan

persyaratan tertentu untuk bisa bertindak sebagai
kuasa seseorang, oleh karenanya siapapun dapat
bertindak sebagai kuasa seseorang di muka
pengadilan asalkan ia mempunyai pengetahuan yang
luas baik mengenai hukum acara perdata maupun
mengenai hukum perdatanya.
Hanya mereka yang berprofesi sebagai pengacara
atau advokat dapat membela kepentingan-
kepentingan para pencari keadilan dengan sebaik-
baiknya meskipun suatu surat kuasa adalah “vormvry”
artinya tidak mempunyai bentuk tertentu namun surat
kuasa untuk beracara di muka pengadilan harus
merupakan suatu surat kuasa khusus. surat kuasa
yang diterbitkan di indonesia cukup dibuat di bawah
tangan tanpa ditandatangani oleh saksi-saksi. namun
karena untuk kepentingan/bukti di pengadilan, maka
surat kuasa demikian harus diberi meterai cukup,
sesuai ketentuan yang berlaku tentang bea meterai.
Apabila suatu surat kuasa khusus diterbitkan
di luar negeri, dalam bahasa asing, maka
surat kuasa tersebut harus di buat secara
notariil, dan di mohonkan legalisi pada
kedutaan / konsul indonesia setempat, dan
atas surat kuasa demikian harus
diterjemahkan terlebih dahulu oleh seorang
sworn translater atau penterjemah resmi.
SURAT KUASA KHUSUS
SEYOGYANYA SEBAGAI BERIKUT:
1. Harus disebutkan dengan jelas nama dan alamat

yang memberi kuasa dan yang menerima kuasa.
2. Harus menguraikan secara ringkas hal yang
menjadi pokok persoalan, misalnya karena a telah
ingkar janji karena tidak membayar hutangnya
kepada b sebagai penggugat.
3. Harus dicantumkan pengadilan yang termasuk
jurisdiksi pihak yang digugat.
4. Harus dibuat di atas kertas bermeterai atau
dilekati materai rp. 6.000,- memenuhi ketentuan
undang-undang. (vide uu bea meterai)
MENGENAI SURAT KUASA INI DALAM
SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NO.
2/1959 TANGGAL 29 JANUARI 1959
DAPAT DIBACA SEBAGAI BERIKUT:
“SURAT KUASA KHUSUS YANG DIBERIKAN

OLEH YANG BERKEPENTINGAN DALAM
PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA ATAU
PERDATA HARUS BERSIFAT KHUSUS YANG
PADA POKOKNYA SECARA SINGKAT HARUS
MENYEBUT DENGAN KONKRIT SIAPA-SIAPA
MENJADI PIHAK-PIHAK DAN APA YANG
MENJADI PERSELISIHAN ATAU
PERSENGKETAAN ANTARA KEDUA BELAH
PIHAK YANG BERPERKARA”.
Tanpa dipenuhinya syarat-syarat di atas,
maka surat kuasa yang demikian dapat
dikategorikan obscuur atau dapat menjadi
surat kuasa umum.
YURISPRUDENSI MAHMAKAH
AGUNG R. I. TENTANG SURAT KUASA:
1.Keputusan mahkamah agung no. 38/k/sip/ 1955, tanggal

6 agustus 1957
“dimana dalam undang - undang dikehendaki surat kuasa
khusus, surat kuasa ini pada umumnya selalu dapat diganti
dengan surat kuasa noboriil yang mengenai seluruh
perbuatan hukum majalah hukum no. 3/4 tahun 1958”.
2.Keputusan mahkamah agung no. 202/k/ sip/1953, tanggal
6 juli 1955
“suatu surat kuasa yang berisikan penguasaan
menggunakan segala upaya hukum (het zich bedienen van
alle rechts middelen) dapat dianggap juga pemberian kuasa
untuk mohon banding dari suatu putusan hakim”.
3.Keputusan m.a. no. 661/k/sip/1981, tanggal 10
desember 1981
“apabila dalam surat kuasa tercantum untuk
menyatakan banding dan kasasi tidak perlu lagi dibuat
surat kuasa khusus untuk banding, dan kasasi”.
Berdasarkan yurisprudensi di atas, maka
suatu surat kuasa khusus selalu dapat
dipergunakan dalam tiga tingkatan, yakni
pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan
mahkamah agung. Seorang kepala bagian
hukum suatu instansi pemerintah dapat hadir
di pengadilan mewakili instansinya tanpa
diperlukan adanya suatu surat kuasa khusus
dari atasannya [pasal 123 ayat (2)].
SURAT KUASA UNTUK
MENGAJUKAN GUGATAN
1. Pertimbangan pengadilan tinggi yang

dibenarkan mahkamah agung
2. Surat kuasa yang diketahui dan disyahkan
oleh camat bukanlah surat kuasa yang
dikehendaki oleh pasal 147rbg., maka
gugatan harus dinyatakan tidak dapat
diterima.
3. Putusan mahkamah agung tanggal 11 juni
1973 no. 106k /sip/1973
SURAT KUASA UNTUK BANDING
1. Surat kuasa yang bersangkutan ternyata

menyebutkan wewenang untuk mengajukan
banding dan kasasi, dan walaupun dalam
surat kuasa tersebut tidak disebut perkara -
perkara pokoknya (obyek gugatan), tetapi
pihak kuasa penggugat asal itu sejak tingkat
pengadilan negeri sudah mewakili
penggugat asal dalam perkara tersebut, jadi
sudah memenuhi syarat-syarat seperti yang
dimaksud oleh pasal 199 rbg.
PERTIMBANGAN PENGADILAN
TINGGI
• Surat kuasa yang berisikan penguasaan untuk menggunakan
segala upaya hukum (het zich bedienen van alle recht-smidelen),
dapat dianggap berisi juga penguasaan untuk mengajukan
banding.
Putusan mahkamah agung tangal 6 juli 1955 no. 202k/ sip/1953
• Karena dalam surat kuasa yang telah digunakan dalam peradilan
tingkat per-tama tercantum tambahan pemberian kuasa untuk
perbuatan hukum yang lain;
Surat kuasa tersebut juga meliputi we-wenang untuk meminta
peradilan banding.
(i.c. Oleh pengadilan tinggi tidak dianggap sebagai surat kuasa
khusus untuk mengajukan banding).
Putusan mahkamah agung tanggal 19 november 1973 no.
857k/sip/1973.
TINGGI
2. Surat kuasa yang berisikan penguasaan untuk menggunakan
segala upaya hukum (het zich bedienen van alle recht-smidelen),
dapat dianggap berisi juga penguasaan untuk mengajukan
banding. putusan mahkamah agung tangal 6 juli 1955 no. 202k/
sip/1953
3. Karena dalam surat kuasa yang telah digunakan dalam peradilan
tingkat per-tama tercantum tambahan pemberian kuasa untuk
perbuatan hukum yang lain;
surat kuasa tersebut juga meliputi we-wenang untuk meminta
peradilan banding.
(i.c. oleh pengadilan tinggi tidak dianggap sebagai surat kuasa
khusus untuk mengajukan banding).
putusan mahkamah agung tanggal 19 november 1973 no.
857k/sip/1973.
TINGGI
4. Karena kasasi dinyatakan langsung oleh

pemohon kasasi, sementara memorie kasasi
dibuat dan disampaikan oleh kuasanya, padahal
kuasa tidak menyebutkan kewenangan tersebut,
maka kasasi dinyatakan tidak dapat diterima
Putusan mahkamah agung nomor 475
k/sip/1981, tertanggal 30 september 1981.
5. Karena gugatan dalam rekonpensi diajukan oleh
kuasa, padahal kuasa tersebut tidak diberikan
hak untuk mengajukan gugatan rekonpensi,
maka gugatan dinyatakan tidak dapat diterima.
TINGGI
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 226

K/SIP /1972, TERTANGGAL 5 AGUSTUS 1972.
SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG
SURAT KUASA KHUSUS:
1. SURAT EDARAN NOMOR: 31/P/169/M/1959
TERTANGGAL 19 DJANUARI 1959.
2. SURAT EDARAN NOMOR: 1406/P/3120/M/1962
TERTANGGAL 20 DJULI 1962.
3. SURAT EDARAN NOMOR: 01/M.A/PEMB./166/71
TERTANGGAL 23 DJANUARI 1971.
PEMBATALAN PERJANJIAN
PASAL 1266 BW.
PEMBATALAN SUATU PERJANJIAN HARUS DIMINTAKAN KEPADA HAKIM, WALAUPUN SYARAT
BATAL DALAM PERJANJIAN TELAH TERPENUHI, SEANDAINYA SYARAT BATAL TIDAK
DIPERJANJIKAN, MAKA HAKIM DAPAT MENUNDA/MEMPERPANJANG JANGKA WKTU PERJANJIAN
UNTUK WAKTU PALING LAMA SATU BULAN LAGI

PASAL 1267 BW.
TUNTUTAN PEMBATALAN SUATU PERJANJIAN DAPAT DISERTAI DENGAN TUNTUTAN
PENGGANTIAN BIAYA, KERUGIAN DAN BUNGA.

ATAU MEMAKSAKAN PIHAK YANG MELAKUKAN WAN PRESTASI AGAR MEMENUHI PRESTASINYA
SESUAI DENGAN APA YANG TELAH DISEPAKATI DALAM PERJANJIAN.
WAN PRESTASI: DIDASARKAN PADA SUATU PERJANJIAN.

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM: TIDAK DIDASARKAN PADA SUATU PERJANJIAN AKAN TETAPI
PADA SUATU PERBUATAN (PASAL 1365 BW).
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BEA
METERAI DI INDONESIA ( UU NO.13/1985 )
PASAL 2
(1)DIKENAKAN BEA METERAI ATAS DOKUMEN YANG BERBENTUK:
a. YANG MEMUAT JUMLAH UANG LEBIH DARI RP. 1.000.000,- SURAT PERJANJIAN DAN SURAT-
SURAT LAINNYA YANG DIBUAT DENGAN TUJUAN UNTUK DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT
PEMBUKTIAN MENGENAI PERBUATAN, KENYATAAN ATAU KEADAAN YANG BERSIFAT
PERDATA;
b. AKTA-AKTA NOTARIS TERMASUK SALINANNYA;
c. AKTA-AKTA YANG DIBUAT OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH TERMASUK RANGKAP-
RANGKAPANNYA;
d. SURAT (SATU JUTA RUPIAH);
• YANG MENYEBUTKAN PENERIMAAN UANG;
• YANG MENYATAKAN PEMBUKUAN UANG ATAU PENYIMPANAN UANG DALAM RE-KENING DI
BANK.
• YANG BERISI PEMBERITAHUAN SALDO REKENING DI BANK;
• YANG BERISI PENGAKUAN BAHWA HUTANG UANG SELURUHNYA ATAU SEBAGIANNYA
TELAH DILUNASI ATAU DIPERHITUNGKAN;
e. SURAT BERHARGA SEPERTI WESEL, PROMES, AKSEP,

DAN CEK YANG BERHARGA NOMINALNYA LEBIH DARI
RP. 1.000.000,- (SATU JUTA RUPIAH).
f. EFEK DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN,
SEPANJANG HARGA NOMINALNYA LEBIH DARI RP.
1.000.000,- (SATU JUTA RUPIAH).
(2) TERHADAP DOKUMEN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1) HURUF A, B, C, D, E,
DAN HURUF F DIKENAKAN BEA METERAI DENGAN TARIF SEBESAR RP. 1.000,- (SERIBU
RUPIAH).
DIKENAKAN PULA BEA METERAI SEBESAR RP. 6.000,-1 (ENAMRIBU RUPIAH) ATAS DOKUMEN
YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN DI MUKA PENGADILAN.2
a. SURAT-SURAT BIASA DAN SURAT-SURAT KERUMAH TANGGAAN;
b. SURAT-SURAT YANG SEMULA TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI BERDASARKAN
TUJUANNYA, JIKA DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN LAIN ATAU DIGUNAKAN OLEH ORANG
LAIN, LAIN DARI MAKSUD SEMULA;3
1) PP NO.7/1995, 16 MEI 1995 TENTANG TARIF BEA METERAI, JO KEPMENKEU RI.
NO.182/KMK-04/1995, 1 MEI 1995 TENTANG PELAKSANAAN PP.NO.7/1995, SERTA PP
NO.24 /2000, 1 MEI 2000. TENTANG PERUBAHAN TARIF BEA METERAI.
2) DIKENAKAN DENDA ADMINISTRASI 200% ATAS KEKURANGAN-TERHUTANG BEA METERAI
DENGAN CARA PEMETERAIAN ULANG (NAZEGELING).
3) DOKUMEN DARI LUAR NEGERI DIBERI METERAI BILA AKAN DIGUNAKAN DI INDONESIA,,
(PASAL 8 AYAT 1-2 UU NO. 13/1985 )
SURAT PERMOHONAN - GUGATAN
1. KEWENANGAN KOMPETENSI PENGADILAN MENGADILI SUATU PERKARA

2. KEWENANGAN-KOMPETENSI ABSOLUTE
MENYANGKUT WEWENANG KEKUASAAN-KOMPETENSI BADAN-BADAN PERADILAN (YANG BERBEDA)
a. PERADILAN UMUM
b. PERADILAN AGAMA
c. PERADILAN MILITER
d. PERADILAN TUN
e. PERADILAN NIAGA, DAN LAIN-LAIN.
3. KEWENANGAN-KOMPENTENSI RELATIF
MENYANGKUT WILAYAH PERADILAN YANG BERWENANG MENGADILI (ANTAR PERADILAN YANG SERUPA)
a. JAKARTA (PUSAT - BARAT – TIMUR - UTARA-SELATAN)
b. BANDUNG
c. SURABAYA; DAN LAIN-LAIN
DALAM BAHASA BELANDA DISEBUT DISTRIBUTIE
VAN RECHTSMACHT ATAU DALAM BAHASA LATIN
DISEBUT ACTOR SEQUITUR FORUM REI
Pada azasnya yang berwenang (relatif) mengadili suatu
perkara perdata adalah Pengadilan Negeri DI WILAYAH
HUKUM TEMPAT TINGGAL TERGUGAT*
*HIR mengenal istilah tempat tinggal (KTP) dan atau tempat
kediaman (tempat peristirahatan-villa)
PASAL 17 BW.
Tempat tinggal seseorang adalah suatu tempat dimana
seseorang BERDIAM sesungguhnya, terdaftar sebagai
penduduk (sesuai KTP)
KECUALI MENURUT PASAL 118 HIR:
1. TEMPAT KEDIAMAN TERGUGAT, BILA TEMPAT TINGGAL TERGUGAT TIDAK DIKETAHUI.
2. TEMPAT TINGGAL SALAH SEORANG TER-GUGAT, BILA TERGUGAT LEBIH DARI SATU.
3. JIKA TERGUGAT ADALAH SI BERHUTANG DAN PENJAMIN, BERARTI TEMPAT TINGGAL SI
BERHUTANG YANG DIJADIKAN ALAMAT GUGATAN-TERGUGAT.
4. TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT KEDIAMAN TERGUGAT TIDAK DIKENAL, MAKA
PENGADILAN YANG BERWENANG ADALAH PENGADILAN TEMPAT TINGGAL PENGGUGAT
5. TENTANG BARANG TETAP, MAKA PENGADILAN NEGERI YANG BERWENANG MENGADILI
ADALAH PENGADILAN NEGERI DI WILAYAH BARANG TETAP BERADA/TERLETAK
6. CHOICE OF LAW, TERSERAH PADA PENGGUGAT, IA DAPAT MENGAJUKAN GUGATAN DI
TEMPAT TINGGAL TERGUGAT ATAU SESUAI PILIHAN HUKUM.
7. JIKA SESEORANG PINDAH ALAMAT DAN TIDAK DIKETAHUI LAGI ALAMATNYA, MAKA
GUGATAN DIAJUKAN KE PENGADILAN NEGERI DITEMPAT TERAKHIR TERGUGAT.
PENGECUALIAN AZAS ACTOR SEQUITUR FORUM REI MENURUT
B.W. R.V. UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974.
• Jika Tergugat tidak cakap, maka gugatan diajukan pada Pengadilan Negeri di
tempat tinggal orang tua–wali (Buku Ke Satu Bab III 21 BW)
• Pegawai Negeri: yang mengadili adalah Pengadilan Negeri di wilayah

Tergugat bekerja (Buku Ke Satu Bab III 20 BW)
• Pekerja yang menginap di tempat majikannya, yaitu di Pengadilan Negeri

tempat tinggal majikannya Buku Ke Satu Bab III 22 BW)
Kepailitan Pengadilan Niaga 
Absolut
• Penjaminan – vrijwaring di Pengadilan Negeri yang

mengadili kasus hutang-piutangnya
• Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Negeri dimana

perkawinan dilangsungkan.
• Perceraian diajukan ke Pengadilan Negeri di tempat

tinggal suami (bisa Penggugat)
• Perceraian, jika Tergugat bertempat tinggal di luar

negeri (Pengadilan Negeri –Pengadilan Agama Jakarta
Pusat) yang mengadili perkaranya
• Penggugat adalah seseorang yang “merasa” bahwa
haknya dilanggar.
• Tergugat adalah seorang yang ditarik kedepan hakim
sebagai pihak (Tergugat) oleh Penggugat, karena
“dirasa” telah melanggar haknya Penggugat, dalam
suatu perkara.
• Turut Tergugat adalah pihak yang diikutsertakan demi
kelengkapan.
Misalnya: BPN yang diperintahkan oleh
Pengadilan untuk membatalkan serta mencabut
sertifikat tanah sengketa (tanah dalam
penguasaan Tergugat, padahal BPN pihak yang
berperkara, namun harus tunduk pada putusan
pengadilan selaku Turut Tergugat tidak
menguasai barang sengketa)
• “Merasa” dirugikan
Gugatan anak angkat terhadap pamannya atas
harta peninggalan orang tua angkat yang dikuasai
oleh pamannya padahal menurut hukum (Adat–
Islam) anak angkat tidak mewaris dari orang tua
angkat.
PERATURAN PEMERINTAH NO. 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN
RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK.
PASAL 24
”PENYELESAIAN SENGKETA PENGHUNIAN OLEH
BUKAN PEMILIK, DILAKUKAN MELALUI
PENGADILAN NEGERI“
ACARA PERDATA ISTIMEWA
• HAKIM DAPAT MEMUTUS PERKARA KARENA KE-TIDAK HADIRAN PIHAK YANG BERPERKARA, APABILA
PENGGUGAT ATAU TERGUGAT TIDAK HADIR DI PERSIDANGAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN
WALAUPUN TELAH DIPANGGIL SE-CARA PATUT MENURUT UNDANG - UNDANG. (KEPUTUSAN
CONTRADICTOIR)
PASAL 124 HIR

• JIKA PENGGUGAT WALAUPUN TELAH DIPANGGIL DENGAN PATUT TIDAK MENGHADAP DI PENG-ADILAN
PADA WAKTU YANG DITENTUKAN ITU, DAN TIDAK JUGA MENYURUH SEORANG LAIN MENGHADAP SELAKU
WAKILNYA, MAKA GUGATANNYA DINYATAKAN GUGUR.
• PENGGUGAT DIHUKUM MEMBAYAR BIAYA PERKARA.
• SESUDAH MEMBAYAR BIAYA PERKARA, PENG-GUGAT DAPAT MENGAJUKAN GUGATANNYA SATU KALI LAGI.
PASAL 125 HIR
Jika tergugat tidak hadir dipersidangan pada waktu yang ditentukan, walaupun telah
dipanggil secara patut, maka perkara tersebut diputus secara verstek (karena ketidak
hadiran) yang berakibat gugatan penggugat dikabulkan seluruhnya dengan syarat-
syarat:
1. Terguggat tidak hadir pada hari sidang yang telah ditentukan (pada sidang i s/d
iii)
2. Tidak mengirimkan kuasa atau wakilnya yang sah untuk menghadiri per-sidangan.
3. Telah dipanggil dengan patut.
4. Petitum gugatan tidak melawan hukum.
5. Petitum didukung dengan alasan dan bukti-bukti yang kuat.

PASAL 26 HIR
MEMBERI KEBEBASAN-KEWENANGAN PADA HAKIM UNTUK MENUNDA PERSIDANGAN
APABILA PENGGUGAT DAN ATAU TERGUGAT TIDAK HADIR PADA SIDANG PERTAMA.
PASAL 27 HIR
APABILA PADA SIDANG PERTAMA SALAH SEORANG TERGUGAT TIDAK HADIR, HAKIM
HENDAKNYA MENUNDA SIDANG.
DIPANGGIL SECARA PATUT
PASAL 122 HIR

• YANG DIMAKSUD TELAH DIPANGGIL DENGAN PATUT ADALAH TELAH
DIBERITAHU DENGAN RELAS PANGGILAN UNTUK MENGHADIRI SIDANG, AGAR
YANG BERSANGKUTAN DATANG/ MENGHADIRI PERSIDANGANNYA.
• JANGKA WAKTU PEMANGGILAN SIDANG TERMAKSUD SEKURANG KURANGNYA

3 (TIGA) HARI SEBELUM SIDANG DILANGSUNGKAN, PARA PIHAK TELAH
MENERIMA DAN MENANDATANGNI SURAT BERITA ACARA PEMANGGILAN
SIDANG/ RELAS PANGGILAN SIDANG YANG DIMAKSUD.
PERLAWANAN ATAS PUTUSAN VERSTEK
PASAL 129 (1) HIR

• TERGUGAT YANG DIHUKUM DENGAN PUTUSAN TIDAK HADIR DAN TIDAK DAPAT MENERIMA
KEPUTUSAN HAKIM ITU, BOLEH MENGAJUKAN PERLAWANAN ATAS KEPUTUSAN ITU, 14 HARI
SETELAH KEPUTUSAN DISAMPAIKAN KEPADA PIHAK YANG BERSANGKUTAN (Pasal 125).
• DAPAT PULA MENGAJUKAN BANDING, NAMUN IA KEHILANGAN HAKNYA UNTUK MENGAJUKAN

VERZET-PERLAWANANNYA (VIDE YURISPRUDEN-SI M.A. NO.38K/SIP/ 1953 TTG. 18 MEI 1953.
PASAL 129 (2) HIR

• JIKA PUTUSAN TERSEBUT TIDAK DIBERITAHU-AN KEPADA PIHAK YANG KALAH, MAKA PERLAWANAN
DAPAT DITERIMA SELAMBAT-LAMBATNYA PADA HARI KEDELAPAN SETELAH DIADAKAN TEGURAN.
PASAL 129 (3) HIR.
TUNTUTAN PERLAWANAN DIPERIKSA DENGAN CARA SEBAGAIMANA DIATUR BAGI
PERKARA SIPIL.
PASAL 129 (4) HIR.

DENGAN ADANYA TUNTUTAN PERLAWANAN, MAKA TERTUNDA PULA PELAKSANAAN
PUTUSAN HAKIM TERMAKSUD, KECUALI ATAS PUTUSAN UIT VOERBAAR BIJ
VOORRAAD.

PASAL 129 (5) HIR.
JIKA DIJATUHKAN PUTUSAN TIDAK HADIR UNTUK KEDUA KALINYA, MAKA ATAS
PUTUSAN TERSEBUT TIDAK DAPAT DIAJUKAN PERLAWANAN KEMBALI.
SEMA NO. 9 TH. 1964 TGL. 13 APRIL 1964
PEMERIKSAAN ATAS PERKARA VERZET PERLAWANAN SEBAGAIMANA
HALNYA PEMERIKSAAN PERKARA BIASA, NAMUN BEBANKEWAJIBAN
UNTUK MELAKUKAN PEMBUKTIAN ATAS DALIL-DALIL DIBERIKAN TERLEBIH
DAHULU PADA PIHAK TERLAWAN (PENGGUGAT ASAL )
PUTUSAN M.A. NO. 524K/SIP/1975, TGL. 7 FEBRUARI 1980

MENYATAKAN BAHWASANYA VERZET HANYA DAPAT DIAJUKAN OLEH
PIHAK YANG BERPERKARA, SEDANGKAN PIHAK KETIGA TIDAK
DIPERKENANKAN MENGAJUKAN VERZET.
PASAL 29 H.I.R. PERLAWANAN OLEH
PIHAK YANG BUTA HURUF
• Diajukan 14 hari setelah keputusan diberitahukan kepada pihak yang

dikalahkan,
• Hari ke delapan setelah yang bersangkutan diberi teguran sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 196 hir. (namun yang bersangkutan datang
waktu diberi teguran)
• Hari kedelapan setelah dilakukan sita eksekutorial (yang bersangkutan
tidak datang walaupun sudah ditegur – somasi)
EKSEPSI/TANGKISAN
Eksepsi adalah merupakan jawaban dari tergugat yang tidak langsung menyangkut pokok perkara.
H.I.R hanya mengenal eksepsi suatu mengenai kewenangnya dari badan peradilan mengadili suatu
perkara karena alasan:
Kompetensi absolut
PASAL 134 HIR
Forum peradilan manakah yang harus/ berwenang mengadili suatu perkara.
Peradilan umum,
Atau peradilan agama,
Atau peradilan militer,
Atau peradilan tata usaha negara, atau peradilan hak asasi manusia, atau peradilan tataniaga, atau panitia
penyelesaian perburuhan, atau forum arbitrase.
PASAL 136 HIR.
Eksepsi/perlawanan hendak dikemukakan oleh tergugat, kecuali tentang kom-petensi absolut, dipertimbangkan
dan diputus bersamaan dengan pokok perekara.

KOMPETENSI RELATIF
Pengadilan dalam yurisdiksi hukum manakah yang berwenang mengadili suatu perkara:
• Pengadilan negeri jakarta pusat,
• Atau pengadilan negeri jakarta barat,
• Atau pengadilan negeri jakarta selatan,
• atau pengadilan negeri jakarta utara,
• atau pengadilan jakarta timur, dst.
Pasal 133 hir

Mengatur tentang kompetensi relatip di pengadilan negeri jakarta selatan, jakarta pusat
atau jakarta barat atau jakarta utara atau jakarta timur.

• Bahwa atas perkara yang sama telah ada keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
NEBIS IN
tetap.
• Atau atas perkara yang sama sedang diperiksa di
pengadilan lain dan belum ada keputusan yang
IDEM mempunyai kekuatan tetap.
EKSEPSI ATAS Eksepsi ini menyangkut mengenai suatu gugatan yang
SUATU mengandung cacad secara yuridis/kabur dan tidak jelas.
OBSCUUR Misalnya:
LIEBEL Gugatan error inpersona
SUATU Artinya gugatan tersebut salah orang, seharusnya tuan ali

selaku pihak yang berhutang, tetapi yang digugat adalah tuan
GUGATAN badu selaku penjamin.
Gugatan error in obyekta

Artinya guagatan tersebut salah alamat obyeknya,
seharusnya mengenai tanah dan bangunan setempat dikenal
dengan jalan borobudur nomor 27, tetapi yang di-gugat
adalah tanah dan bangunan yang terletak dijalan mendut
nomor 27.
EKSEPSI ATAS SUATU OBSCUUR LIEBEL
SUATU GUGATAN
Misalnya:
Eksepsi ini Gugatan error inpersona
menyangkut Artinya gugatan tersebut salah orang, seharusnya tuan ali
selaku pihak yang berhutang, tetapi yang digugat adalah
mengenai suatu tuan badu selaku penjamin.
gugatan yang
mengandung Gugatan error in obyekta
cacad secara Artinya guagatan tersebut salah alamat obyeknya,
yuridis/kabur seharusnya mengenai tanah dan bangunan setempat
dan tidak jelas. dikenal dengan jalan borobudur nomor 27, tetapi yang di-
gugat adalah tanah dan bangunan yang terletak dijalan
mendut nomor 27.
• ARTINYA TUNTUTAN DALAM SUATU
GUGATAN TIDAK DIDASARI DENGAN
DENGAN SUATU LATAR BELAKANG
MENURUT HUKUM.
POSITA NON MISALNYA:
PETITUM • MENUNTUT PEMBAGIAN DAN PEMISAHAN
SUATU HARTA WARISAN TANPA
TERLEBIH DAHULU MEMOHON
DITETAPKAN SEBAGAI AHLI WARIS DARI
PEWARIS.
GUGATAN REKONPENSI
PASAL 132A (1) HIR.
DALAM SUATU PERKARA, TERGUGAT BERHAK UNTUK MELAKUKAN GUGATAN PERLAWANAN ATAU
GUGAT BALIK (REKOMPENSI), MISAL NYA:
• GUGATAN KOMPENSASI ATAS PERBUATAN WAN PRESTASI, PEMBAYARAN GANTI KERUGIAN,
BIAYA.
• PEMBATALAN DARI PERJANJIAN TIMBAL BALIK, DISERTAI DENGAN TUNTUTAN GANTI
KERUGIAN.
• DALAM PROSES PECERAIAN MENUNTUT BIAYA ALIMENTASI, PERWALIAN ANAK
KECUALI
• Gugatan asal mengenai suatu sifat/ kwaliteit (misalnya wan prestasi), se-dangkan rekonpensi
mengenai hutang piutang ).
• Pengadilan tidak berwenang/kompetensi memeriksa gugatan rekonpensi tersebut (misalnya
gugatan asal mengenai wan prestasi atasan terhadap bawahan, se-dangkan rekonpensi untuk
melakukan pemutusan hubungan kerja sang bawahan tersebut oleh atasannya.
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
GUGATAN REKONPENSI
Perselisihan tentang eksekusi, karena eksekusi adalah dalam
rangka penyelenggaraan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap,
Tentang eksepsi pada tingkat banding, padahal pada tingkat
pertama tidak mengajukan eksepsi.
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PERDAMAIAN
PASAL 130 HIR
HAKIM DIHARUSKAN PADA SIDANG PERTAMA MENGUPAYAKAN

AGAR PARA PIHAK MENGADAKAN PERDAMAIAN, SEBELUM
PERKARA DILANJUTKAN PEMERIKSAANNYA, PERDAMAIAN DAPAT
SAJA DITEMPUH SELAMA PROSES PERKARA, SEPANJANG HAKIM
BELUM MEMBACA KEPUTUSANNYA (VONNIS).
KEPUTUSAN PERDAMAIAN MEMILIKI ARTI YANG SANGAT
PENTING, BAGI PIHAK-PIHAK YANG BERSENGKETA, BAGI PARA
PENCARI KEADILAN (JUSTIABELEN), KARENA:
1. Penyelesaian perkara menjadi lebih cepat ketimbang harus
menunggu ke-putusan hakim.
2. Biaya perkara lebih murah, karena tidak diperlukan biaya relas
panggilan lanjutannya.
3. Berakhirnya permusuhan pihak yang bersengketa.
4. Kedua belah pihak mentaati isi keputusan perdamaiannya yang
dituangkan dalam bentuk keputusan hakim (akta perdamaian –
dading)
5. Akta perdamaian sama kekuatannya dengan keputusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde)
6. terhadap keputusan dading tidak lagi diperkkenankan untuk
mengadakan upaya banding, karena para pihak yang
bersengketa dalam perkara termaksud telah sepakat untuk
mengakhiri per-sengketaannya secara damai (pasal 130 (3)
hir).
Misal: disepakati secara damai bahwa pihak yang berhutang

melunasi hutangnya pada kreditur dengan cara pembayaran secara
cicilan sebanyak 10 (sepuluh) kali cicilan.
TIADA HUTANG TANPA JAMINAN
PASAL 1131 K.U.H. PERDATA
• Segala kebendaan si berhutang baik yang bergerak maupun
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan
ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya.
PASAL 1132 K.U.H. PERDATA
• Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi
semua orang yang meng-utangkan kepadanya, pendapatan
penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan,
yaitu menurut besar atau kecilnya piutang masing-masing,
kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan
yang sah untuk didahulukan.
• *** namun demikian ada pula jaminan yang ditetapkan secara
khusus dalam perjanji-an penjaminan, sebagai accesoir
daripada perjanjian pokok/perjanjian kredit, seperti jaminan
atas hak tanggungan dan kedudukannya prefilege terhadap
piutang lainnya.
PEMERIKSAAN ACARA PERDATA BIASA
PASAL 127 HIR
APABILA SALAH SEORANG TERGUGAT TIDAK HADIR PADA
SIDANG YANG TELAH DITENTUKAN, MAKA HAKIM DAPAT
MENUNDA PERSIDANGAN.
PASAL 126 HIR

PENUNDAAN PELAKSANAAN PERSIDANGAN HANYA BERLANGSUNG
UNTUK 3 (TIGA) KALI, LALU PIHAK YANG TIDAK HADIR
DIANGGAP TIDAK MENGGUNAKAN HAKNYA (DITINGGAL).
PASAL 130 HIR

PADA AWAL PERSIDANGAN, HAKIM HARUS BERUPAYA AGAR PARA
PIHAK YANG BERSELISIH PENGGUGAT DAN TERGUGAT
MENGADAKAN PERDAMAIAN.
PEMERIKSAAN ACARA PERDATA BIASA
PASAL 338 HIR.
• PEMANGGILAN SIDANG DILAKUKAN DENGAN MENYAMPAIKAN
PANGGILAN UNTUK MENGHADAP PERSIDANGAN OLEH JURU SITA DAN
ATAU PETUGAS YANG DITUNJUK UNTUK ITU.
• ATAU SESEORANG YANG DIANGGAP PATUT DAN DIPERCAYA UNTUK
ITU.
PASAL 390 HIR

• PANGGILAN WAJIB DISAMPAIKAN LANGSUNG KEPADA PIHAK YANG
BERSANGKUTAN, APABILA YANG BERSANGKUTAN/TERGUGAT TIDAK
ADA, MAKA PANGGILAN SIDANG DI-SAMPAIKAN MELALUI KEPALA DESA
SE-TEMPAT AGAR DISAMPAIKAN KEPADA YANG BERSANGKUTAN.
• PANGGILAN DAPAT DITUJUKAN PADA AHLI WARIS, APABILA YANG
BERSANGKUTAN MENINGGAL DUNIA.
• APABILA ALAMAT TERAKHIR PIHAK YANG BERSANGKUTAN TIDAK
DIKETEHUI LAGI, MAKA PANGGILAN SIDANG DISAMPAIKAN ATAU
DIUMUMKAN MELALUI KANTOR WALIKOTA SETEMPAT, ATAU DI
TEMPEL PADA PINTU-PINTU RUANG SIDANG DI PENGADILAN NEGERI
YANG BERSANGKUTAN.
JAWABAN ATAS GUGATAN PENGGUGAT
DAPAT BERUPA:
A. TANGKISAN/EKSEPSI
Yaitu karena gugatan penggugat menurut tergugat mengandung suatu
obscuur liebel, ketidak jelasan, kabur, ketidak sempurnaan.
Error in personna: tergugatnya tidak lengkap atau salah
Error in obyekta: obyek yang menjadi dasar gugatan salah alamat
Delatoir eksepsi: gugatan penggugat adalah kabur–obscuur, karena
ternyata sebelum-nya penggugat telah menyetujui pe-nundaan pembayaran
hutang kepada penggugat oleh tergugat.
Paremtoir eksepsi gugatan penggugat adalah kabur, karena ternyata
hutang yang menjadi pokok perkara dalam gugatan-nya telah lampau
waktu, daluwarsa, dihapuskan.
PROVISIONIL EKSEPSI
Gugatan seharusnya dinyatakan tidak dapat

diterima, karena:
• Atas perkara yang sama telah pernah
memperoleh keputusan tetap/inkracht
• Atas perkara yang sama saat bersamaan sedang
diperiksa di pengadilan yang berbeda,
• Serta mengenai kewenangan kompetensi relatif-
absolut.
1. Kompentensi absolut
• Seharusnya perkara tersebut diajukan pada pengadilan agama, militer,
tata usaha negara bukan pengadilan negeri.
• Perkara seharusnya diajukan pada badan arbitrase, sesuai dengan
EKSEPSI TENTANG kesepakatan dalam arbitration clause (1338 bw), sehingga tidak boleh
diadili di pengadilan negeri.
KOMPETENSI • Eksepsi atas kompetensi absolut ini dapat diajukan setiap saat dalam
PENGADILAN proses perkara saat proses perkara berlangsung.
UNTUK MENGADILI
PERKARA 2. Kompetensi relatif
TERSEBUT: • Seharusnya gugatan diajukan pada pengadilan negeri jakarta pusat

bukan pada pengadilan negeri jakarta barat. (pasal 136 hir).
• Terhadap hal ini eksepsi hanya dapat diajukan pada awal persidangan
saat tergugat mengajukan jawabannya.
Adalah merupakan hak istimewa yang diberikan pada tergugat untuk
menggugat penggugat dalam perkara yang sama (gugatan asal).
Karena seharusnya diajukan dalam gugatan tersendiri dalam perkara ter-
sendiri, sehingga gugatan rekonpensi lebih menguntungkan tergugat dari
segi:
• Penghematan biaya perkara
• Mempermudah pemeriksaan
B. GUGATAN • Mempercepat penyelesaian sengketa
REKONPENSI • Menghindarkan keputusan yang saling bertentangan.
Misalnya:
Di samping tergugat berhutang pada penggugat, penggugat juga mempunyai
hutang kepada tergugat.
Kecuali:
Menyangkut kwalitas, kompetensi dan eksekusi.

Misalnya, semula gugatan adalah ganti kerugian, yang
didasarkan atas suatu wan prestasi, lalu diubah menjadi
gugatan agar tergugat melaksanakan isi perjanjian.
Gugatan perceraian yang semula didasarkan atas
pertengkaran yang tidak dapat didamaikan, lalu karena
keputusan pidana tentang perzinahan telah mempunyai
C. PERUBAHAN kekuatan hukum yang tetap, maka gugatan diubah atas
GUGATAN dasar perzinahan, overspelt.
PENGGUGAT Perubahan gugatan ini seyogyanya dilakukan sebelum
tergugat mengaju-kan jawabannya atas perkara yang
bersangkutan. Hal ini berhubungan dengan surat kuasa
bersifat khusus.
Perubahan gugatan ini sangat tergantung pada sikap /
kesediaan tergugat, lagipula perubahan seyogyanya tidak
menyangkut pokok perkara (wanpres-tasi diubah menjadi
perbuatan melanggar hukum)
Artinya dalam perkara yang sama sedang diperiksa,
tergugat menarik pihak ketiga sebagai tergugat se-hubungan
dengan gugatan penggugat terhadap tergugat.
Misal: tuan b membeli mobil dari tuan c tiga bulan lalu,
mobil tersebut dijual oleh tuan b kepada tuan a. Tuan a
menggugat tuan b karena atas mobil tersebut terdapat cacat
D.PENGIKUT tersembunyi yang sebelumnya tidak diketahui oleh tuan b,
SERTAAN PIHAK maka tuan c ditarik sebagai tergugat sekaligus dalam perkara
tersebut.
KETIGA
Terhadap gugatan tuan b pada tuan c, tersebut harus
diputus terlebih dahulu dalam putusan sela – insidentil.
Masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara, dalam rangka
membela kepentingan salah satu pihak yang sedang
bersengketa, ataupun dalam rangka membela kepentingan
sendiri.
Voeging (penyertaan)
Dalam hal ini pihak ketiga ikut serta dalam suatu sengketa
yang sedang berlangsung, baik dalam rangka membela
INTERVENTIE kepentingan penggugat maupun untuk membela kepentingan
tergugat, misalnya selaku penjamin (borogtocht ).
Tussenkomst
Dalam hal ini pihak ketiga masuk/ikut serta ( membenahi )
dalam suatu perkara serta menuntut haknya sendiri. Karena
apa yang sedang disengketakan adalah milik daripada
intervenient.
Apabila permohonan intervensi dikabulkan, maka hakim akan
menerbitkan putus-an sela (acara istimewa), sehingga
intervenien dapat turut berperkara.
Komulasi gugatan dalam satu perkara,
dimana komulasi gugatan ter-maksud
harus didasarkan atas suatu fakta
hukum yang kuat yang menjadi dasar
E. KOMULASI gugatannya atas satu masalah.
GUGATAN (tergugat - penggugatnya lebih dari
satu orang )
F. PENGGABUNGAN Misal: tuan A disamping menggugat tuan B, C, D,
menguasai tanah milik tuan A secara melanggar
GUGATAN, ATAS hukum, tuan A juga menggugat tuan B, C, D untuk
SUATU GUGATAN membayar hutang pada tuan A.
DIAJUKAN
Tetapi dalam gugatan perbuatan melanggar hukum
GUGATAN LAIN yang dilakukan oleh tuan X terhadap tuan A, B, C,
ATAS PIHAK-PIHAK lalu tuan A mengajukan pula gugatan terhadap
YANG SAMA, AKAN tuan X, agar membayar hutang kepada tuan A, hal
TETAPI ini tidak diperkenankan, karena pihak dalam
MENYANGKUT perkara menjadi tidak sama lagi (dalam kasus asal
penggugat adalah A, B, C, sedangkan dalam kasus
BEBERAPA
berikutnya penggugat hanya tuan A saja).
PERMASALAHAN
PENGGABUNGAN ADA DALAM KENYATAAN-PRAKTEK
(M.A. 10/ MKI/1968-TTG. 24-1-1969)
YANG MENGANDUNG ASPEK-ASPEK:
1. Memudahkan dalam proses.

2. Menghindarkan keputusan yang saling bertentangan
3. Bermanfaat dari segi acara (proces-sueel doelmatig)
4. Diserahkan pada pertimbangan hakim atas suatu kenyataan
(een feitelijke vraag)
Hal-hal yang dilarang dalam suatu penggabungan gugatan
adalah:
Tunduk pada hukum acara yang berbeda atas dua atau lebih
perkara yang saling berhubungan erat, namun tunduk pada
hukum acara yang berbeda.
Misal:
A. Kasus merek tunduk pada UU NO. 15 TAHUN 2001 (tidak dapat digabung dengan
perbuatan melanggar hukum yang didasarkan pada pasal 1365 bw ).
• Jangka waktu 6 bulan
• Tidak ada upaya banding
• Tidak dapat dijalankan lebih dahulu jadi NON UIT VOERBAAR BIJ VOORAAD
B. Gugatan perbuatan melangar hukum atas ( kasus pemalsuan merek )
• Harus diajukan setelah gugatan merek inkracht
• Dimungkinkan adanya upaya hukum banding
• Jangka waktu tidak dibatasi
• Dapat dimintakan UIT VOERBAAR BIJ VOORAAD sebagaimana ditur dalam PSL
180 (1) JO PSL 128 H.I.R.
KEPEMILIKAN OBYEK SENGKETA BERBEDA
tidak ada hubungan antara kasus yang satu dengan kasus yang lainnya. (M.A.
20/K/SIP/1974-TTG. 28-1-1976).
BERTINDAK DALAM DUA KWALITAS,
misalnya disamping bertindak selaku wali dari anak yang masih dibawah umur
(gugatan ganti kerugian atas kerusakan barang milik anak oleh b), dan selaku diri
pribadi (gugatan pi-utang pada b)
dan atau sebaliknya tidak ada hubungan koneksitas, misalnya beberapa peng-
gugat menggugat beberapa tergugat untuk sejumlah piutang masing-masing
penggugat.
TERHADAP BESLAG
perlawanan terhadap pembeslahan-penyitaan
GUGAT CERAI DENGAN GUGAT GONO-GINI
penggabungan antara gugatan per-ceraian dengan gugatan harta kekayaan
bersama (M.A. 913K/SIP/1982-TTG. 21-5-83)
TATA CARA PENGAJUAN GUGATAN KOMULASI
(M.A. 10/ MKI/1968-TTG. 24-1-1969)
YANG MENGANDUNG ASPEK-ASPEK:
DALAM SATU GUGATAN,

Pada saat mengajukan gugatan
DALAM GUGATAN KEDUA,
Apabila subyek adalah sama, maka permohonan komulasi diajukan pada waktu mengajukan
gugatan kedua, dan dalam hal ini hakim menjatuhkan keputusan sela/insidensil tentang
di-terima atau tidaknya permohonan penggabungan termaksud.
Sedangkan yang dimaksud dengan concursus-samenloop van rechtsvorderingen adalah jika
seseorang mem-punyai lebih daripada satu tuntutan (aanspraak) ditujukan pada satu
tujuan yang sama, apabila salah satu tuntutan dikabulkan, maka itu berarti dikabul-kan
gugatan secara concursus.
Komulasi (samen voegingcommulatire van rechts vorderingen) itu sendiri terdiri dari:
SUBYEKTIF
Dimana dalam satu gugatan terdapat beberapa orang tergugat dan beberapa orang penggugat
(pihaknya)
OBYEKTIF
Dalam satu gugatan penggugat mengajukan beberapa gugatan pada seorang tergugat
PENYITAAN
Sita jaminan dimaksudkan agar apabila nanti gugatannya
dikabulkan oleh pengadilan, tuntutan/gugatan dapat dilaksanakan
maka penggugat seyogyanya dimohonkan sita jaminan dalam
gugatannya, sehingga barang yang dijadikan obyek sengketa yang
berada ditangan pihak yg dikalahkan dapat dijual melalui eksekusi
lelang agar dapat dipenuhinya tuntutan penggugat.
Namun karena biasanya atas keputusan pengadilan negeri dapat
diajukan upaya hukum banding, kasasi, peninjauan kembali yang
memakan waktu cukup lama, maka penggugat dalam hal tersebut
dapat memohonkan kepada pengadilan negeri, agar terhadap
gugatannya keputusannya kelak dapat dijalankan lebih dahulu,
walaupun pihak yang kalah mengajukan banding, kasasi,
peninjauan kembali:
PASAL 226 (1) HIR
▣ PENYITAAN ATAS BARANG BERGERAK DITEMPAT DIAM ATAU TEMPAT
TINGGAL ORANG YANG MEMILIKI BARANG TERSEBUT.
PASAL 226 (2) HIR

▣ BARANG YANG HENDAK DISITA HARUS TERTENTU DALAM
PERMOHONAN SITA TERMAKSUD.

PASAL 226 (3) HIR
▣ PENYITAAN HARUS DILAKUKAN BERDASARKAN KETETAPAN KETUA
PENGADILAN NEGERI DIMANA PERMOHONAN DIAJUKAN, DAN
DILAKSANAKAN BERDARSARKAN KETENTUAN PASAL 197.
PASAL 226 (4) HIR

▣ PEMBERITAHUAN KEPADA PEMOHON SITA UNTUK HADIR DAN
MENETAPKAN PERMOHONANNYA PADA SIDANG PERTAMA
PASAL 226 (5) HIR

▣ PIHAK YANG MENGUASAI OBYEK SITA JUGA HARUS DIBERITAHUKAN
AKAN ADANYA PENYITAAN TERMAKSUD DAN MENGHADAP
KEPERSIDANGAN.
PASAL 226 (6) HIR
▣ PADA HARI YANG DITENTUKAN PERKARA DIPERIKSA DAN
DIPUTUSKAN TENTANG PERMOHONAN SITA TERMAKSUD.
PASAL 226 (7) HIR

▣ JIKA GUGATAN DITERIMA, MAKA SITA JAMINAN DINYATAKAN
SAH DAN BERHARGA, APABILA GUGATAN DITOLAK ATAU
DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA, MAKA SITA HARUS
DIANGKAT ATAU DICABUT.
PASAL 227 (1) HIR

▣ JIKA ADA DUGAAN PIHAK YANG BERHUTANG (TERGUGAT)
AKAN MENGALIHKAN, BARANG-BARANG BERGERAK MAUPUN
BARANG TIDAK BERGERAK MILIKNYA, MAKA PENGGUGAT
DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENYITAAN ATAS
BARANG-BARANG TERMAKSUD, DAN PIHAK TERGUGAT
DIBERITAHUKAN AKAN ADANYA PENYITAAN TERMAKSUD.
CONSERVATOIR BESLAG
• Agar barang-barang milik tergugat baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak tidak dialihkan, diperjual belikan
atau dipindah tangankan kepada orang lain (conservatoir
beslag) pasal 227 hir.
• Ada sangkaan tergugat akan menggelapkan, mengalih kan
barang sengketa.
• Barang yang disita harus milik yang terkena sita
• Permohonan sita dengan surat tertulis.
• Diajukan pada pengadilan negeri yang memeriksa perkara
• Atas barang tetap ataupun barang-barang tidak tetap.
REVINDICATOIR BESLAG
PENYITAAN ATAS BARANG-BARANG MILIK PENG-GUGAT SENDIRI YANG BERADA DALAM
KEKUASAAN TERGUGAT, DAPAT PULA DILETAKKAN SITA JAMINAN/REVINDICATOIR BESLAG,
MISAL-NYA OBYEK LEASING DAN.
PASAL 226 HIR

a. HARUS BERUPA BARANG BERGERAK;
b. MILIK PENGGUGAT YANG BERADA DALAM PENGUASAAN TERGUGAT (BEZITTER);
c. PERMOHONAN DIAJUKAN PADA KETUA PENGADILAN NEGERI YANG MEMERIKSA PERKARA;
d. DAPAT DIAJUKAN BAIK SECARA TERTULIS MAUPUN LISAN;
e. BARANG TERSEBUT HARUSLAH TERTENTU, SEKSAMA, TERPERINCI.
MISAL: SEDAN TOYOTA COROLA TAHUN 1995, WARNA SILVER, NOMOR POLISI B 463 RO
CONTOH: OBYEK LEASING
• HARUS UNTUK MENJAMIN TERLAKSANANYA GUGATAN YANG AKAN MUNGKIN DIKABULKAN

DIKEMUDIAN HARI.
• BILA GUGATAN DIKABULKAN SITA DAPAT DINYATAKAN SAH DAN BERHARGA.
• BILA GUGATAN DITOLAK ATAU DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA MAKA SITA HARUS
DIANGKAT.
PAND BESLAG
PENYITAAN BARANG-BARANG PERABOT MILIK PENYEWA, AGAR ADA JAMINAN
KELAK BILA GUGATAN DIKABULKAN PENYEWA MEMBAYAR UANG SEWA KEPADA
PEMILIK RUMAH, SITA INI ATAS PERMOHONAN DARI PIHAK PENGGUGAT (YANG
MENYEWAKAN RUMAH) PASAL 151 HIR

TATACARA PELAKSANAAN PENYITAAN
PASAL 197, 198, 199 HIR
1. PENYITAAN DILAKUKAN OLEH PANITERA JURU SITA PENGADILAN.
2. ATAU PANITERA YANG DITUNJUK OLEH PENGADILAN.
3. DIBUATKAN BERITA ACARA PELAKSANAAN PENYITAAN
4. DISAKSIKAN OLEH DUA ORANG SAKSI YANG TURUT MENANDATANGANI
BERITA ACARA (IDENTITAS JELAS)
5. SAKSI BIASANYA PEGAWAI PENGADILAN
6. TIDAK BOLEH DILAKUKAN PENYITAAN ATAS BARANG-BARANG YANG
DIGUNAKAN UNTUK MENCARI NAFKAH YANG MENGAKIBATKAN ORANG
TERSEBUT TIDAK DAPAT MENJALANKAN USAHANYA.
PEMBUKTIAN
• PEMBUKTIAN ADALAH DALAM UPAYA UNTUK MENGETAHUI APAKAH BENAR ADA
HUBUNGAN HUKUM, ANTARA DALIL DENGAN ALAT BUKTI, YANG MENJADI DASAR SUATU
YANG DIPERKARAKAN DI PENGADILAN.
• PENGGUGAT HARUS MEMBUKTIKAN KEBENARAN DALIL-DALILNYA, UNTUK MEMPERKUAT

DALIL-DALIL GUGATANNYA.
• TIDAK PERLU MEMBUKTIKAN HAL-HAL YANG TIDAK DISANGKAL, ATAU DIAKUI OLEH
TERGUGAT.
• TIDAK PERLU MEMBUKTIKAN HAL-HAL YANG TELAH DIKETAHUI OLEH UMUM NOTOIRE
FEITEN.
MISAL:
• PADA WAKTU MUSIM HUJAN JAKARTA-KAMPUNG MELAYU (KALI CILIWUNG) BANJIR.
• PADA WAKTU MALAM HARI TOKO-TOKO DI JAKARTA ADALAH TUTUP SEMUA.
TEORI BEBAN PEMBUKTIAN BEWIJS LAST LEER
1. DIANUT OLEH RAAD VAN JUSTISI, DIMANA HAKIM BERSIFAT PASIF.

2. YANG DIANUT OLEH PENGADILAN NEGERI, DIMANA HAKIM BERSIFAT AKTIF
TUGAS HAKIM:
▣ MENYELIDIKI HUBUNGAN ANTARA BUKTI DENGAN APA YANG MENJADI POKOK
PERKARA, BEBAN/KEWAJIBAN UNTUK MELAKUKAN PEMBUKTIAN
PASAL 163 HIR
◼ BARANG SIAPA MENGAKU MEMPUNYAI HAK, ATAU MEMAJUKAN SESUATU PERISTIWA UNTUK
MENGUATKAN PENGAKUANNYA, ATAU BAGI PIHAK YANG MENYANGKAL HAK ORANG LAIN TERSEBUT,
MAKA KEBENARAN ADANYA PERISTIWA TERSEBUT HARUSLAH DIBUKTIKAN.
◼ RISIKO PEMBUKTIAN HARUS DIBEBANKAN KE-PADA SIAPA, HARUS DITENTUKAN SECARA BIJAK
DENGAN TIDAK MEMIHAK OLEH HAKIM.
BEBAN PEMBUKTIAN ADA PADA PENGGUGAT APABILA PENGGUGAT MENDALILKAN

SESUATU.
BEBAN PEMBUKTIAN ADA PADA TERGUGGAT APABILA TERGUGAT MENYANGKAL DALIL-
DALIL PENGGUGAT.
BEBAN PEMBUKTIAN ADA PADA PENGGUGAT DAN TERGUGAT, BILA TERJADI PERBEDAAN
PERSEPSI.
MISAL: TERGUGAT MENYATAKAN PERISTIWA HUKUM YANG TERJADI ADALAH HUTANG-PIUTANG
DENGAN JAMINAN, SEDANGKAN MENURUT PENGGUGAT YANG TER-JADI ADALAH JUAL-BELI.
SEHINGGA PEMBUKTIAN ADALAH MERUPAKAN SUATU CARA UNTUK MEYAKINKAN HAKIM AKAN
KEBENARAN DALIL-DALIL YANG DISAMPAIKAN (DIKEMUKAKAN) YANG MENJADI DASAR
GUGATAN, ATAU DALIL-DALIL UNTUK MENYANGKAL DALIL-DALIL YANG DIKEMUKAKAN OLEH
LAWAN.
HAL HAL YANG TIDAK PERLU DIBUKTIKAN
▣SUATU FAKTA YANG TIDAK DISANGKAL OLEH PIHAK LAWAN.
▣SUATU FAKTA YANG SUDAH DIKETAHUI OLEH UMUM, ATAU NOTOIR FEITEN.
BEBAN PEMBUKTIAN ADA PADA PENGGUGAT APABILA PENGGUGAT MENDALILKAN

SESUATU.
BEBAN PEMBUKTIAN ADA PADA TERGUGGAT APABILA TERGUGAT MENYANGKAL DALIL-
DALIL PENGGUGAT.
BEBAN PEMBUKTIAN ADA PADA PENGGUGAT DAN TERGUGAT, BILA TERJADI PERBEDAAN
PERSEPSI.
MISAL: TERGUGAT MENYATAKAN PERISTIWA HUKUM YANG TERJADI ADALAH HUTANG-PIUTANG
DENGAN JAMINAN, SEDANGKAN MENURUT PENGGUGAT YANG TER-JADI ADALAH JUAL-BELI.
SEHINGGA PEMBUKTIAN ADALAH MERUPAKAN SUATU CARA UNTUK MEYAKINKAN HAKIM AKAN
KEBENARAN DALIL-DALIL YANG DISAMPAIKAN (DIKEMUKAKAN) YANG MENJADI DASAR
GUGATAN, ATAU DALIL-DALIL UNTUK MENYANGKAL DALIL-DALIL YANG DIKEMUKAKAN OLEH
LAWAN.
HAL HAL YANG TIDAK PERLU DIBUKTIKAN
▣SUATU FAKTA YANG TIDAK DISANGKAL OLEH PIHAK LAWAN.
▣SUATU FAKTA YANG SUDAH DIKETAHUI OLEH UMUM, ATAU NOTOIR FEITEN.
YURISPRUDENSI MAHKAMAH AGUNG R.I. NOMOR 213 K/SIP/1955 TERTANGGAL
10 APRIL 1957, JO PASAL 138 (1), PASAL 164 HIR.
• “TIDAK ADA KEHARUSAN BAGI HAKIM UNTUK MENDENGAR PENERANGAN

SEORANG AHLI“
• DALAM KASUS PERDATA, HAKIM DAPAT ME-MUTUS PERKARA APABILA SUDAH ADA
BUKTI-BUKTI YANG SAH, JADI TIDAK MEMERLUKAN KETERANGAN SAKSI AHLI.
• DALAM KASUS PIDANA, HAKIM HARUS MEMUTUS PERKARA BERDASARKAN BUKTI
YANG SAH DAN KEYAKINAN HAKIM, MAKA DALAM KASUS TERTENTU DIPERLUKAN
KETERANGAN SAKSI AHLI.
• PENGETAHUAN HAKIM DAPAT DIJADIKAN BUKTI
• APABILA PENGETAHUAN HAKIM TERSEBUT SEHUBUNGAN DENGAN KASUS YANG
SEDANG DI-ADILINYA, MISALNYA PADA WAKTU MENGADA-KAN SIDANG DITEMPAT,
HAKIM MELIHAT SEN-DIRI KERUSAKAN YANG TERJADI PADA RUMAH PENGGUGAT
AKIBAT PERBUATAN TERGUGAT, DAN HAKIM MELIHAT SENDIRI SEBERAPA JAUH
KERUSAKANNYA.
• ( KASUS I MADE SUDJANA – I MADE RAMA )
ALAT – ALAT BUKTI
PASAL 164 HIR

LIMA (5) MACAM ALAT BUKTI, YAITU:
1. BUKTI SURAT
A. AKTA OTENTIK, PASAL 1868 BW KEKUATAN PEMBUKTIAN.*)
1. FORMIL : MENGUATKAN BUKTI AKAN ADANYA SUATU PER JANJIAN
2. MATERIIL : PARA PIHAK MENGAKUI TENTANG APA YANG DITUANGKAN DALAM
PERJANJIAN (ISI PERJANJIAN) BENAR TELAH TERJADI.
3. MENGIKAT : MENGIKAT PARA PIHAK MAUPUN PIHAK KETIGA, KARENA DIBUAT
DIHADAPAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBUATNYA
MISAL: JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PPAT
) Retnowuland Sutanto dan Iskanadar Oeripkartawianta. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek ,
*
hlm. 64.
B. AKTA DIBAWAH TANGAN DIBUAT ATAS DASAR PASAL 1338 BW OLEH PARA PIHAK
TETAPI TIDAK DIHADAPAN PEJABAT BERWENANG
MISALNYA: PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH.
C. SURAT-SURAT LAINNYA YANG PADA DASARNYA DIBUAT BUKAN DENGAN MAKSUD
DIJADIKAN SEBAGAI ALAT BUKTI (DIBUAT SEPIHAK).
MISAL: - SURAT CINTA
■ KORESPONDENSI DAGANG
■ PENAWARAN
■ PENERIMAAN PENAWARAN
▣ A, B SENGAJA DIBUAT UNTUK DIJADIKAN ALAT BUKTI DIKEMUDIAN HARI, C
DIBUAT TIDAK SENGAJA UNTUK DIJADIKAN ALAT BUKTI DIKEMUDIAN HARI,
HANYA SEBAGAI KELENGKAPAN
AKTA OTENTIK
PASAL 1868 BW.

▣ SUATU AKTA OTENTIK IALAH SUATU AKTA
1. YANG DIBUAT DALAM BENTUK YANG DITENTUKAN MENURUT
UNDANG-UNDANG,
2. DIBUAT OLEH ATAU DIHADAPAN PEGAWAI/PEJABAT UMUM
YANG BERWENANG UNTUK ITU,
3. PEJABAT TERSEBUT BERWENANG DITEMPAT DIMANA AKTA ITU
DIBUAT.
PEJABAT UMUM
I. PERATURAN JABATAN NOTARIS DI INDONESIA (ORD. STBL.
1860 NO. 3 MULAI BERLAKU TANGGAL 1 JULI 1860) TENTANG
MENJALANKAN JABATAN DAN DAERAH KERJA PARA NOTARIS
PASAL 1
• NOTARIS ADALAH PEJABAT UMUM YANG SATU-SATUNYA
BERWENANG UNTUK MEMBUAT AKTA OTENTIK MENGENAI SEMUA
PERBUATAN, PERJANJIAN DAN PENETAPAN YANG DIHARUSKAN
OLEH SUATU PERATURAN UMUM ATAU OLEH YANG
BERKEPENTINGAN DIKEHENDAKI UNTUK DINYATAKAN DALAM
SUATU AKTA OTENTIK, MENJAMIN KEPASTIAN TANGGALNYA,
MENYIMPAN AKTANYA DAN MEMBERIKAN GROSSE, SALINAN DAN
KUTIPANNYA.
• SEMUANYA SEPANJANG PEMBUATAN AKTA ITU OLEH SUATU
PERATURAN UMUM TIDAK JUGA DITUGASKAN ATAU
DIKECUALIKAN KEPADA PEJABAT ATAU ORANG LAIN.
II. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN
1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
PASAL 1
YANG DIMAKSUD PEJABAT UMUM DALAM PERA TURAN INI ADALAH:
1. PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH, SELANJUTNYA DISEBUT PPAT,
ADALAH PEJABAT UMUM YANG DIBERI KEWENANGAN UNTUK
MEMBUAT AKTA-AKTA OTENTIK MENGENAI PERBUATAN HUKUM
TERTENTU MENGENAI HAK ATAS TANAH ATAU HAK MILIK ATAS
SATUAN RUMAH SUSUN.
2. PPAT SEMENTARA ADALAH PEJABAT PEMERINTAH YANG
DITUNJUK KARENA JABATANNYA UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS
PPAT DENGAN MEMBUAT AKTA PPAT DI DAERAH YANG BELUM
CUKUP TERDAPAT PPAT.
3. PPAT KHUSUS ADALAH PEJABAT BADAN PERANAHAN NASIONAL
YANG DITUNJUK KARENA JABATANNYA UNTUK MELAKSANAKAN
TUGAS PPAT DENGAN MEMBUAT AKTA PPAT TERTENTU KHUSUS
DALAM RANGKA PELAKSANA-AN PROGRAM ATAU TUGAS
PEMERINTAH TERTENTU.
III. PEJABAT KANTOR CATATAN SIPIL
IV. PEJABAT KANTOR LELANG NEGARA
Kekuatan pembuktian akta otentik

I. Kekuatan pembuktian lahiriah (uit wendige bewijs kracht)
a. Kemampuan dari akta itu sendiri untuk membuktikan bahwa
dirinya adalah akta otentik, sehingga dengan demikian akta otentik
tersebut mampu membuktikan keabsahannya atau “acta publica
probant sese ipsa “
b. Penyangkalan atas keabsahan akta tersebut hanya dapat
dilakukan, melalui pembuktian surat-bescheiden, saksi-saksi
getuigen, ahli-ahli/deskundigen
c. Baik terhadap akta pejabat mau pun partij akta vide pasal 150 hir,
1869, 1872 bw.
Berbeda dengan akta di bawah tangan, karena keabsahan dari akta
dibawah tangan sangat tergantung pada peng-akuan pihak-pihak yang
menandatangani akta tersebut.
Lumban tobing, ghs. Peraturan jabatan notaris, hlm., 55-63.

KEKUATAN PEMBUKTIAN YANG FORMAL FORMELE BEWIJS
KRACHT
Akta ini membuktikan mengenai kebenaran dari apa yang disaksikan,
dilihat, didengar dan dilakukan sendiri oleh notaris sebagai pejabat
umum dalam menjalankan jabatannya.
KEKUATAN PEMBUKTIAN MATERIL MATERIELE BEWIJS
KRACHT
isi daripada akta dinyatakan benar dan dibuktikan sebagai benar baik
bagi para pihak yang menandatangani akta, maupun ahli waris, jadi
akta itu me-ngandung pembuktian tentang apa yang tercantum dalam
akta itu.
TESTIMONIUN DE AUDITU
Kesaksian atas apa yang didengar dari orang lain.
Misal: x mendengar dari kakeknya bahwa tanah kakeknya tersebut telah dijual kepada penggugat
(terggugat).
Pada dasarnya kesaksian itu mengenai:
• Apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang diketahui
• Tidak dapat didengar sebagai saksi:
PASAL 145 (1) HIR
a. KELUARGA SEDARAH-SEMENDA
b. SUAMI ISTERI (MANTAN)
b. ANAK-ANAK DI BAWAH UMUR
c. ORANG GILA (KADANG-KADANG GILA).
BUKTI PERSANGKAAN - PERSANGKAAN HAKIM
Merupakan kesimpulan hakim yang didasarkan pada serangkaian peristiwa yang telah dianggap terbukti yang dikenal, kearah
suatu peristiwa yang belum dikenal.
Misal: pengangkatan anak
• DIBESARKAN,
• DIKHITANKAN,
• DIKAWINKAN
Oleh tuan a dan nyonya b, memanggil, mama, papa kepada tuan a dan nyonya b, maka hakim menyimpulkan bahwa x adalah
anak angkat dari tuan a dengan nyonya b.
Y + 2, = Bukan suami isteri berada di dalam kamar hotel berduaan saja, patut di-sangka telah melakukan perzinahan me-nurut
persangkaan hakim.
PERSANGKAAN MENURUT UNDANG-UNDANG.
1. SUATU PERISTIWA HUKUM ADALAH BATAL DALAM HAL TERJADI SUATU PENYELUNDUPAN HUKUM, JUAL BELI PADA HAL
HUTANG DENGAN JAMINAN
2. PEMBERIAN HAK MILIK, PEMBEBASAN ATAS HUTANG DALAM KEADAAN TERTENTU
• RECHTS VERWERKING
• VERJAARING
• FORCE MAJEUR
3. KEPUTUSAN HAKIM YANG TELAH TETAP (MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG PASTI)

4. PENGAKUAN, SUMPAH SALAH SATU PIHAK MENURUT UNDANG-UNDANG.

5. BUKTI PENGAKUAN
a. PENGAKUAN MURNI
DIDEPAN SIDANG TENTANG ISI GUGATAN MERUPAKAN BUKTI YANG KUAT DAN SEMPURNA DAN KEBENARANNYA TIDAK
DAPAT DIBANTAH LAGI
DI LUAR PERSIDANGAN TERGANTUNG PADA PENILAIAN HAKIM KEKUATAN PEMBUKTIANNYA DAN BILA DIANGGAP
PERLU DIPERLUKAN TAMBAHAN KESAKSIAN.
b. PENGAKUAN DENGAN KLAUSULA
BENAR SAYA BERHUTANG AKAN TETAPI HUTANG TERSEBUT TELAH SAYA BAYAR. (BERSIFAT MEMBEBASKAN).
c. PENGAKUAN DENGAN KWALIFIKASI
BENAR SAYA MEMBELI BARANG TERSEBUT, TETAPI SAYA BARU SETUJU SETELAH MENCOBANYA (MISAL: DUREN).
6. BUKTI SUMPAH
• Sumpah pemutus (litis decisoir)
• Dilakukan di muka hakim, tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkara.
• Mengandung muatan magis religius, akan ada rasa takut bila berbohong
(sanksi agama–karma)
• Dilakukan apabila terjadi pertentangan pengakuan yang tidak dapat
diputuskan mengenai dalil-dalil para pihak yang bersengketa, atau tidak
adanya bukti surat.
• Sumpah penambah (suppletoir eed) se-bagai penambah bukti yang belum
cukup.
• Sumpah penaksir (aestimotoire eed) untuk menentukan besarnya jumlah
kerugian.
• Kebakaran yang disebabkan oleh anak tergugat, yang memusnahkan barang-
barang milik penggugat.
SUMPAH
• Atas perintah hakim, atau…
• atas permohonan pihak lawan
• decisoir:
“saya bersumpah bahwa saya tidak pernah meminjam uang kepada penggugat”.
• daluwarsa
• ekstinctieve verjaring
• Daluwarsa yang menyebabkan gugurnya suatu tuntutan terhadap seseorang dan
menyebabkan dibebaskannya seseorang dari suatu kewajiban.
• acquisitieve verjaring
• Daluwarsa menyebabkan seseorang menurut hukum menjadi memperoleh hak,
apabila hal tersebut dilakukan dengan itikad baik.
RECHTS VERWERKING
Batas waktu kadaluwarsa, seseorang ke-hilangan haknya untuk menuntut hak atas tanah yang
diterlantarkan adalah 5 (lima) tahun sejak tidak adanya keberat-an dari pihak lain atas penguasaan tanah
tersebut tanpa hubungan hukum.

Lampau waktu
Lampau waktu dapat terjadi atas suatu hutang yang untuk jangka waktu lama di-biarkan tanpa ada upaya
menagih hutang tersebut, sehingga pihak ahli waris dari siberpiutang tidak dapat lagi menagih pi-utang
tersebut kepada si berhutang.
Lampau waktu dianggap telah menghilangkan suatu fakta hukum.

Sehingga dalam gugatan yang demikian, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima.
Misalnya:
Daluwarsa berlakunya suatu checque adalah 6 (enam) bulan sejak checque ter-sebut ditandatangani.
Sedangkan jangka waktu pemberitahuan tentang ketiadaan dana tersebut adalah 70 (tujuh puluh) hari
sejak diketahui ketiadaan dana tersebut.
KEPUTUSAN HAKIM
PASAL 178 HIR, PUTUSAN HARUS:
1. HAKIM HARUS MEMBERI ALASAN YANG CUKUP SECARA HUKUM (MEMBERI MOTIVASI YANG JELAS)
ATAS APA YANG DIMUAT DALAM PUTUSAN TERSEBUT, AGAR MENJADI TERANG.
2. HAKIM WAJIB MEMERIKSA GUGATAN SECARA KESELURUHAN (GUGATAN, JAWABAN, REPLIK,
DUPLIK, BUKTI, SAKSI-SAKSI)
3. TIDAK BOLEH MELAMPAUI APA YANG DIGUGAT/DIMOHONKAN OLEH PENGGUGAT.
NOTE:
LALU BAGAIMANA DENGAN PERMOHONAN EX AEQUO ET BONO, KARENA DENGAN DALIH ADANYA,
PERMOHONAN PUTUSAN ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO, SEOLAH-OLAH HAKIM DAPAT MEMUTUS
PERKARA MELAMPAUI TUNTUTAN PARA PIHAK YANG BERSENGKETA.
ISI MINIMAL SUATU KEPUTUSAN
PASAL 184 HIR
• KEPALA KEPUTUSAN YANG MEMUAT IRAH-IRAH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA
• RINGKASAN YANG JELAS TENTANG GUGATAN DAN JAWABAN-JAWABAN.
• ALASAN YANG JADI DASAR PUTUSAN HAKIM
• PUTUSAN MENGENAI POKOK PERKARA
• PUTUSAN TENTANG BIAYA PERKARA
• TENTANG KEHADIRAN PIHAK-PIHAK PADA SAAT PUTUSAN DIBACAKAN.
• MENYEBUTKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENJADI DASAR PUTUSAN.

PASAL 185 HIR
• DIUCAPKAN DALAM SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM (UITSPRAAK–KEPUTUSAN HAKIM) ;
• DIBUAT BERITA ACARA ;
• BERITA ACARA/SALINAN DISAMPAIKAN KEPADA PARA PIHAK (VONNIS-KEPUTUSAN PENGADILAN).
JENIS/GOLONGAN KEPUTUSAN
A. GOLONGAN PUTUSAN SELA PROVISIONAL (KOMPETENSI), NEBIS IN IDEM, SEDANG DIPERIKSA PENGADILAN
NEGERI LAIN. MELIPUTI:
1. KEPUTUSAN SELA PREPARATOIR
KEPUTUSAN UNTUK MEMPERSIAPKAN PERKARA, MISALNYA KEPUTUSAN TENTANG GUGATAN KOMULASI.
2. KEPUTUSAN SELA INTERLOCUTOIR
KEPUTUSAN TENTANG PENYELIDIKAN SETEMPAT (SIDANG DITEMPAT) UNTUK MEMBUKTIKAN SESUATU.
3. KEPUTUSAN SELA INSIDENSIIL
KEPUTUSAN TENTANG GUGATAN INTERVENSI DITERIMA ATAU TIDAK
4. KEPUTUSAN SELA PROVISIONAL
KEPUTUSAN MENGENAI TINDAKAN-TINDAKAN PENDAHULUAN SEHUBUNGAN DENGAN TUNTUTAN POKOK PERKARA
YANG BERSIFAT UIT VOERBAAR BIJ VOORRAAD (PASAL 180 JO PASAL 128 HIR). MENGABULKAN SITA JAMINAN
( C.B. ) DAN ATAU :
MISAL: MENGHUKUM AGAR PENYEWA YANG MERUSAK RUMAH SEWAANNYA SEGERA MEMPERBAIKI RUMAH
TERSEBUT WALAUPUN PERKARANYA BELUM SELESAI DIPERIKSA.

MENGABULKAN PERMOHONAN ISTERI UNTUK MENINGGALKAN TEMPAT TINGGAL BERSAMA DALAM KASUS GUGATAN
PERCERAIAN.
B. GOLONGAN PUTUSAN AKHIR
VONNIS (PENGADILAN) DAN UIT SPRAAK

Adalah suatu keputusan dimana hakim telah menemukan hukumnya atas suatu
perkara yang diperiksanya, akan tetapi keputusan tersebut belum tetap-inkraacht,
masih dimungkinkan adanya upaya hukum: banding, kasasi.
GEWIJSDE
Adalah Keputusan Hakim Yang Telah Mempunyai Kekuatan Hukum
Tetap-Pasti/Inkraacht, Sehingga Satu-Satunya Upaya Hukum Yang Dapat
Digunakan Adalah Peninjauan Kembali

EKSEKUSI
Putusan memuat tentang suatu peng-hukuman:

• Membayar hutang 1 milyar
• Melaksanakan isi perjanjian, bayar bunga, biaya, ganti rugi.
jadi hanya terhadap keputusan yang bersifat condemnatoir dapat dilaksanakan (dieksekusi) setelah
keputusan tersebut mempuyai kekuatan hukum tetap.
sedangkan terhadap putusan declaratoir konstitutif tidak selalu dapat dieksekusi.
Contradictoir
Yaitu suatu keputusan dimana pada bagian akhir keputusan akhir, hakim menyebut-kan tentang
ketidak hadiran salah seorang atau beberapa orang tergugat, namun tidak dalam bentuk keputusan
verstek.
CONDEMNATOIR (DAPAT DIEKSEKUSI)
Putusan memuat tentang suatu peng-hukuman:

1. Membayar hutang 1 milyar
2. Melaksanakan isi perjanjian, bayar bunga, biaya, ganti rugi.
Jadi hanya terhadap keputusan yang bersifat condemnatoir dapat dilaksanakan (dieksekusi) setelah
keputusan tersebut mempuyai kekuatan hukum tetap.
Sedangkan terhadap putusan declaratoir konstitutif tidak selalu dapat dieksekusi.
Contradictoir
Yaitu suatu keputusan dimana pada bagian akhir keputusan akhir, hakim menyebut-kan tentang
ketidak hadiran salah seorang atau beberapa orang tergugat, namun tidak dalam bentuk keputusan
verstek.

KEKUATAN SUATU KEPUTUSAN
1. BINDENDE KRACHT/KEKUATAN YANG MENGIKAT

2. BEWIJZENDE KRACHT/KEKUATAN BUKTI
3. EXECUTORIALE KRACHT/KEKUATAN EKSE-KUTORIAL
Dapatlah dikatakan bahwasanya res judi cata pro veritate habetur, artinya putus-an yang pasti
dengan sendirinya mempunyai kekuatan yang mengikat (apa yang diputuskan oleh hakim, adalah
dianggap benar)
Secara teoritis kekuatan mengikat suatu keputusan hakim dapat dikategorikan dalam:
1. TEORIE HUKUM MATERIEL.
2. TEORIE HUKUM FORMEEL.
3. TEORIE HUKUM MENGIKAT
4. TEORIE HUKUM KEPASTIAN
5. TEORIE HUKUM KEKUATAN PEMBUKTIAN.
6. TEORIE HUKUM KEKUATAN EKSEKUSI.
UPAYA HUKUM
1. UPAYA HUKUM BIASA :

Apabila dalam rangka pelaksanaan suatu keputusan, maka upaya hukum di-maksudkan
[(verzet sebagai bentuk perlawanan atas keputusan verstek), banding, kasasi] untuk
menunda eksekusi, kecuali atas putusan uit voerbaar bij voorraad.
2. UPAYA HUKUM LUAR BIASA

Upaya hukum luar biasa ini (peninjauan kembali) tidak menunda eksekusi.
Berbeda halnya dengan upaya hukum dalam bentuk verzet (derden verzet), dimana
keberatan / bantahanan pihak ketiga tersebut harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan eksekusi, karena barang yang disita bukan milik pihak yang kalah dalam
perkara, melainkan milik dari pihak ketiga tersebut. jika verzet – bantahan pihak ketiga itu
dinyatakan benar, diterima, maka sita jaminan, sita eksekusi harus dicabut. bantahannya
diajukan pada pengadilan negeri di wilayah suatu obyek seng-keta berada (pengadilan
negeri di wilayah hukum obyek sita berada) ek-sekusi dilaksanakan.

BANDING
1. ATAS SETIAP KEPUTUSAN DI PENGADILAN NEGERI BAGI PARA PIHAK YANG MERASA
TIDAK PUAS DENGAN KEPUTUSAN TERSEBUT DAPAT MENGAJUKAN BANDING KEPADA
PENGADILAN TINGGI, MELALUI PENGADILAN NEGERI YANG MEMERIKSA POKOK
PERKARANYA.
2. PERNYATAAN ATAU PERMINTAAN BANDING TERSEBUT HARUS DIAJUKAN DALAM
TENGGANG WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI SESUDAH KE-PUTUSAN DIBACAKAN ATAU
KEPUTUSAN DIBERITAHUKAN KEPADA PARA PIHAK.
3. APABILA LEWAT TENGGANG WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI TERSEBUT, PIHAK YANG
MERASA TIDAK PUAS TIDAK PULA MENGAJUKAN BANDING, MAKA KEPUTUSAN
PENGADILAN NEGERI YANG BERSANGKUTAN MENJADI INKRACHT-MEMPUNYAI
KEKUATAN HUKUM TETAP.
4. MENGENAI BANDING ATAU ULANGAN TERMAKSUD DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 27 TAHUN 1947 TENTANG PENGADILAN PERADILAN PENGULANGAN, YAITU:
BANDING (BAB III)
PASAL 6
ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TENTANG PERKARA PERDATA, PARA PIHAK
(PARTIJEN) DAPAT MEMINTA PEMERIKSAAN ULANG ATAS PERKARA TERSEBUT OLEH
PENGADILAN TINGGI YANG BERWENANG DIWILAYAH HUKUMNYA MASING -MASING
PENGADILAN TINGGI.
PASAL 7 (1)
PERMOHONAN PEMERIKSAAN ULANG DAPAT DI-AJUKAN BAIK SECARA TERTULIS MAUPUN
LISAN, KEPADA PANITERA PENGADILAN NEGERI YANG MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM
TENGGANG WAKTU EMPAT BELAS HARI TERHITUNG MULAI BERIKUTNYA PENGUMUMAN
PUTUSAN PENG-ADILAN NEGERI KEPADA YANG BERSANGKUTAN.
PASAL 7 (2)
BAGI PEMOHON BANDING YANG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DIWILAYAH HUKUM
PENGADILAN NEGERI DIMANA PERSIDANGAN DILAKUKAN, MAKA LAMANYA TEMPO UNTUK
MEMINTA PEMERIKSAAN BANDING/ULANGAN DIJADIKAN 30 (TIGAPULUH) HARI.
PASAL 8 (1)
ATAS PUTUSAN TIDAK HADIR/VERSTEK TIDAK DAPAT DIMINTAKAN PEMERIKSAAN
ULANGAN, MELAINKAN HANYA DIPERKENANKAN MENGAJUKAN PERLAWANAN/VERZET
DALAM PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA, JIKA PENGGUGAT MENGAJUKAN
PEMERIKSAAN ULANGAN MAKA IA KEHILANGAN HAKNYA UNTUK MENGAJUKAN
PERLAWANAN.
PASAL 8 (2)
JIKA TERGUGAT TIDAK MEMPERGUNAKAN HAK PERLAWANANNYA DALAM PEMERIKSAAN
TINGKAT PERTAMA, TERGUGAT BOLEH MEMINTA PEMERIKSAAN ULANGAN (PASAL 189
HIR)
PASAL 9 (1)
TERHADAP PUTUSAN SELA, HANYA DAPAT DIMINTAKAN PEMERIKSAAN ULANGAN
BERSAMA-SAMA DENGAN PUTUSAN AKHIR.
PASAL 9 (2)
PUTUSAN TENTANG PENGADILAN NEGERI YANG MENGANGGAP DIRINYA TIDAK
BERWENANG MEMERIKSA PERKARANYA, DIANGGAP SEBAGAI PUTUSAN AKHIR.
PASAL 10 (1)
PERMINTAAN PEMERIKSAAN ULANGAN DICATAT OLEH PANITERA PENGADILAN NEGERI DI DALAM
DAFTAR PEMERIKSAAN ULANGAN.
PASAL 10 (2)
PANITERA MEMBERITAHUKAN HAL ITU KEPADA PIHAK LAWAN YANG MINTA PEMERIKSAAN DI
ULANG/ULANGAN.
PASAL 11 (1)
EMPAT BELAS HARI SETELAH PERMINTAAN PEMERIKSAAN ULANG DITERIMA, PANITERA
MEMBERITAHUKAN PADA PARA PIHAK UNTUK MEMERIKSA KELENGKAPAN BERKAS DALAM WAKTU
EMPAT BELAS HARI.
PASAL 11 (2)
BERKAS-BERKAS TERMAKSUD DIKIRIM PADA PENGADILAN TINGGI SELAMBAT-LAMBATNYA DALAM
WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI SETELAH MENERIMA PERMINTAAN PEMERIKSAAN ULANG.
PASAL 11 (3)
PARA PIHAK DAPAT MENAMBAHKAN BERKAS ATAU SAKSI-SAKSI KEPADA PANITERA PENGADILAN
NEGERI ATAU PENGADILAN TINGGI DENGAN MEMBERITAHUKAN PULA HAL TER-SEBUT PADA PIHAK
LAWAN, DENGAN PERANTARAAN PEGAWAI PENGADILAN NEGERI YANG DITUNJUK OLEH KETUA
PENGADILAN NEGERI ITU.
PASAL 12 (1)
PASAL INI MENGATUR TENTANG DIMUNGKINKANNYA PERMINTAAN PEMERIKSAAN
ULANGAN TANPA DIBEBANI BIAYA, PERMOHONAN DIAJUKAN KEPADA PENGADILAN
NEGERI YANG MEMUTUS PERKARANYA.
PASAL 13
SURAT PEMERIKSAAN TERMAKSUD HARUS DIKIRIM KEPADA PENGADILAN TINGGI YANG
BER-HAK MEMUTUS PERKARANYA DALAM PEMERIKSAAN TINGKAT KEDUA, SELAMBAT-
LAMBATNYA TUJUH HARI SESUDAH PEMERIKSAAN BERKAS SELESAI.
PASAL 14
PENGADILAN TINGGI MEMBERI PUTUSAN ATAS PERMINTAAN TERSEBUT, DAN
MEMBERITAHUKAN PUTUSAN TERSEBUT PADA PENGADILAN NEGERI YANG
BERSANGKUTAN SELEKAS MUNGKIN.
PASAL 15 (1)
PENGADILAN TINGGI DALAM PEMERIKSAAN ULANGAN MEMUTUS PERKARA DALAM
MAJELIS HAKIM, JIKA DIPANDANG PERLU DENGAN MENDENGAR SENDIRI KETERANGAN
PARA PIHAK DAN ATAU SAKSI-SAKSI.
PASAL 15 (2)
JIKA PENGADILAN NEGERI MEMUTUSKAN TIDAK BERWENANG MEMERIKSA PERKARANYA,
NAMUN PENGADILAN TINGGI BERPENDAPAT LAIN, MAKA PENGADILAN TINGGI DAPAT
MEMERINTAHKAN PENGADILAN NEGERI MEMUTUSKAN PERKARANYA ATAU MEMUTUS
SENDIRI PERKARANYA.
PASAL 15 (3)
PANITERA PENGADILAN TINGGI MENGIRIMKAN BERKAS PERKARA BERIKUT KEPUTUSAN
PENGADILAN TINGGI KEPADA PENGADILAN NEGERI YANG MEMERIKSA PERKARA TINGKAT
PER-TAMA.
PASAL 15 (4)
TATACARA MENJALANKAN PUTUSAN INI SAMA DENGAN TATACARA MENJALANKAN
PUTUSAN HAKIM DALAM PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA.
KASASI UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985
TENTANG MAHKAMAH AGUNG
PASAL 43 (1)
PERMOHONAN KASASI DAPAT DIAJUKAN HANYA JIKA PEMOHON TERHADAP PERKARANYA
TELAH MENGGUNAKAN UPAYA HUKUM BANDING, KECUALI DITENTUKAN LAIN OLEH
UNDANG-UNDANG.

PASAL 43 (2)
PERMOHONAN KASASI HANYA DAPAT DIAJUKAN 1 (SATU) KALI.
PASAL 44 (1)
PERMOHONAN KASASI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 43 DAPAT DIAJUKAN
OLEH:
PIHAK YANG BERPERKARA ATAU DIWAKILI OLEH KUASANYA UNTUK ITU DALAM PERKARA
PERDATA YANG DIPUTUS OLEH PENGADILAN TINGKAT BANDING DILINGKUNGAN
PERADILAN-UMUM, AGAMA, TATA USAHA NEGARA.
PASAL 46 (1)
PERMOHONAN KASASI DISAMPAIKAN DALAM WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI SESUDAH
PUTUSAN ATAU PENETAPAN PENGADILAN YANG DIMAKSUDKAN DIBERITAHUKAN KEPADA
PEMOHON (MELALUI PENGADILAN NEGERI YANG TELAH MEMUTUS PERKARANYA).
PASAL 46 (2)
PIHAK YANG BERPERKARA DIANGGAP MENERIMA KEPUTUSAN PENGADILAN TINGGI
APABILA DALAM WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI TIDAK MENGAJUKAN PERMOHONAN
KASASI.
PASAL 46 (3)
PANITERA TERSEBUT PADA AYAT (1) MENCATAT PERMOHONAN KASASI DALAM DAFTAR
YANG TERSEDIA UNTUK ITU SERTA MEMBUAT AKTA PERMOHONAN KASASI YANG
DILAMPIRKAN DALAM BERKAS PERKARA.

PASAL 46 (4)
PANITERA TERSEBUT WAJIB MEMBERITAHUKAN KEPADA PIHAK LAWAN AKAN ADANYA
PER-MOHONAN KASASI TERSEBUT DALAM WAKTU 7 (TUJUH) HARI SETELAH
PERMOHONAN KASASI DI DAFTAR.

PASAL 47 (1)
PEMOHON KASASI WAJIB PULA MENYAMPAIKAN MEMORIE KASASI YANG MEMUAT
ALASAN-ALASANNYA DALAM TENGGANG WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI SETELAH
PERMOHONAN KASASI DICATAT DALAM DAFTAR KASASI.
PASAL 47 (2)
PANITERA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA YANG MEMUTUS PERKARA, MEMBERIKAN TANDA
TERIMA ATAS PENERIMAAN MEMORIE KASASI DAN MENYAMPAIKAN SALINAN MEMORIE KASASI
TERSEBUT PADA PIHAK LAWAN DALAM PERKARA YANG DIMAKSUD SELAMBAT-LAMBATNYA 30
(TIGA PULUH) HARI, SEJAK DITERIMANYA MEMORIE KASASI TERSEBUT.
PASAL 47 (3)
PIHAK LAWAN BERHAK PULA MENGAJUKAN KONTRA MEMORIE KASASI MELALUI PANITERA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1), DALAM TENGGANG WAKTU 14 (EMPAT BELAS)
HARI SEJAK TANGGAL DITERIMANYA SALINAN MEMORIE KASASI.
PASAL 48 (1)
DALAM WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI SETELAH MENERIMA MEMORIE KASASI, KONTRA
MEMORIE KASASI, MAKA PANITERA YANG MENERIMA BERKAS PERMOHONAN TERMAKSUD
HARUS MENGIRIMKAN BERKAS-BERKAS PERKARA TERSEBUT KEPADA MAHKAMAH AGUNG.
PASAL 48 (2)
PANITERA MAHKAMAH AGUNG MENCATAT PERMOHONAN KASASI TERSEBUT DALAM BUKU
DAFTAR YANG TERSEDIA UNTUK ITU, DENGAN MEMBUBUHKAN NOMOR URUT DAN TANGGAL
PENERIMAANNYA, MEMBUAT CATATAN RINGKAS ISINYA.
PASAL 49 (1)
PERMOHONAN KASASI TERSEBUT DAPAT PULA DICABUT OLEH PEMOHON KASASINYA, SEBELUM
MAHKAMAH AGUNG MEMUTUS PERKARA KASASINYA. DENGAN DEMIKIAN TIDAK DIPERKENANKAN
UNTUK MENGAJUKAN KASASI ULANG ATAS PERKARA ITU, MESKIPUN WAKTU UNTUK KASASI BELUM
LEWAT.

PASAL 49 (2)
BERKAS PERKARA TIDAK DIKIRIM PADA MAH-KAMAH AGUNG, APABILA PENCABUTAN KEMBALI KASASI
TERMAKSUD DALAM AYAT (1) DILAKU-KAN SEBELUM BERKAS DIKIRIMKAN PADA MAH-KAMAH AGUNG.
PASAL 50 (1)
JIKA DIPANDANG PERLU, MAKA MAHKAMAH AGUNG DAPAT MENDENGAR LANGSUNG KETE-RANGAN
PARA PIHAK YANG BERSANGKUTAN MAUPUN SAKSI-SAKSI, ATAU MEMERINTAHKAN PADA
PENGADILAN TINGKAT PERTAMA UNTUK MELAKUKAN HAL YANG SAMA.
PASAL 50 (2)
MAHKAMAH AGUNG MEMAKAI HUKUM PEM-BUKTIAN YANG BERLAKU BAGI PENGADILAN TINGKAT
PERTAMA, APABILA MAHKAMAH AGUNG MEMBATALKAN PUTUSAN PENGADILAN DAN MEMUTUS
SENDIRI PERKARANYA.
PASAL 51 (1)
MAHKAMAH AGUNG DAPAT MEMERINTAHKAN AGAR PERKARA TERSEBUT DIPERIKSA OLEH PENGADILAN YANG BERWENANG MEMUTUS PER-
KARANYA (KOMPETENSI)
PASAL 51 (2)
MAHKAMAH AGUNG DAPAT MEMUTUS SENDIRI PERKARANYA YANG DIMOHONKAN KASASI.
PASAL 52
DALAM MEMUTUS PERKARA MAHKAMAH AGUNG TIDAK TERIKAT PADA ALASAN-ALASAN YANG DI-AJUKAN OLEH PEMOHON KASASI DAN DAPAT ME-
MAKAI ALASAN HUKUM LAIN.
PASAL 53 (1)
SALINAN PUTUSAN DIKIRIM PADA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA YANG MEMUTUS PERKARA TERSEBUT.
PASAL 53 (2)
PUTUSAN TERSEBUT OLEH PENGADILAN TINGKAT PERTAMA DIBERITAHUKAN KEPADA KEDUA PIHAK SELAMBAT-LAMBATNYA 30 (TIGA PULUH)
HARI SETELAH PUTUSAN DAN BERKAS DITERIMA OLEH PENGADILAN TINGKAT PERTAMA.
ADAPUN ALASAN-ALASAN UNTUK MENGAJUKAN KASASI SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM PASAL 18 UU NOMOR 1 TAHUN 1950, ADALAH:
JUDEX FACTIE TIDAK MELAKSANAKAN PER-ATURAN HUKUM, ATAU JUDEX FACTIE SALAH DALAM MENERAPKAN HUKUM YANG BERLAKU.
JUDEX FACTIE TIDAK MELAKSANAKAN TATA CARA PERADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG YANG SEHARUSNYA DITURUTI.
KASASI TANPA MENYEBUTKAN KEBERATAN-KEBERATAN
SECARA TERPERINCI ATAS PUTUSAN JUDEX FACTIE TIDAK
DAPAT DIBENARKAN
PENINJAUAN KEMBALI (MA) UPAYA HUKUM LUAR BIASA
EKSEKUSI → DERDEN VERZET, PN EKSEKUTOR
KASASI (MA) VIA PN YANG BERSANGKUTAN
BANDING (PT) VIA PN YANG BERSANGKUTAN
SPRAAK (DIBACAKAN HAKIM)

KEPUTUSAN AKHIR
KEPUTUSAN PENGADILAN (SALINAN)
ACARA PERDATA BIASA
KOMULASI – GABUNGAN
INTERVENSI
CB
KOMPETENSI (ABSOLUT – RELATIF)
PUTUSAN SELA
VERSTEK – GUGUR – VERZET, GUGATAN BARU – PN YBS.
ACARA PERDATA ISTIMEWA
ACTOR SEQUITUR FORUM REI

PENGECUALIAN
PS. 118 HIR
D.L.L
MACAM-MACAM EKSEKUSI
Eksekusi atas keputusan hakim yang telah mempunyai kekutan hukum tetap misalnya ata suatu gugatan
hutang piutang yang disertai dengan permohonan sita jaminan atau conservatoir beslaag.
Eksekusi atas suatu grosse akta, grosse akta sama dengan keputusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, karena kepala aktanya memuat irah-irah, atau kalimat “demi keadilan berdasarkan
ketuhanan yang maha esa”
PASAL 196 HIR

Eksekusi atas putusan yang menghukum seseorang untuk bayar sejumlah uang
PASAL 225 HIR
Eksekusi atas putusan yang menghukum seseorang untuk laksanakan suatu perbuatan – memenuhi isi
perjanjian.
PASAL 1033 RV
Eksekusi yang tidak diatur dalam hir yaitu eksekusi riil, pelaksanaan pengosongan tanah, bangunan.

PASAL 200 AYAT (11) HIR, 218 AYAT (2) RBG
• EKSEKUSI TENTANG PELAKSANAAN LELANG, TATA CARA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 200 HIR.
• LELANG DI BAWAH TANGAN (ADA KESEPAKATAN PARA PIHAK, JANGKA WAKTU 1 (SATU) BULAN SETELAH
SOMASI, DIUMUMKAN DALAM DUA SURAT KABAR)
• LELANG UMUM ADALAH LELANG YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT LELANG NEGARA

E. PASAL 1155 BW.
• PARATE EKSEKUSI, YAITU APABILA KREDITUR MENJUAL SENDIRI BARANG-BARANG TERTENTU MILIK
DEBITUR TANPA MEMPUNYAI TITEL EKSEKUTORIAL.
• MELAKSANAKAN SENDIRI ISI PERJANJIAN/ PUTUSAN HAKIM
• GROSSE AKTA TELAH MEMUAT IRAH-IRAH “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA“
• MENGUNTUNGKAN KEDUABELAH PIHAK. KARENA AKAN DIPEROLEH HARGA YANG LEBIH BAIK DARIPADA
MELALUI LELANG UMUM.
EKSEKUSI (LELANG DIMUKA UMUM) BARU DAPAT DILAKSANAKAN SETELAH DILAKUKAN SITA EKSEKUSI:
BILA DIDAHULUI DENGAN SITA JAMINAN, MAKA APABILA GUGATAN DIKABULKAN DAN KEPUTUSAN TELAH
MEMPUNYAI KEKUTAN HUKUM TETAP (INKRAACHT) MAKA SITA JAMINAN DAPAT DIMINTAKAN MENJADI
MENJADI SITA EKSEKUTORIAL
JIKA TIDAK DIDAHULUI DENGAN SITA JAMINAN MAKA HARUS DIMINTAKAN SITA EKSEKUTORIAL TERLEBIH
DAHULU, APABILA HENDAK DILAKUKAN EKSEKUSI BERUPA LELANG DIMUKA UMUM, MISALNYA ATAS HAK
TANGGUNGAN
PASAL 195 (1) HIR

MENJALANKAN KEPUTUSAN PENGADILAN NEGERI DALAM PERKARA YANG PADA TINGKAT PERTAMA
DIPERIKSA OLEH PENGADILAN NEGERI, ADALAH ATAS PERINTAH DAN DENGAN PIMPINAN KETUA
PENGADILAN NEGERI YANG PADA TINGKAT PERTAMA MEMERIKSA PERKARA ITU, MENURUT CARA-CARA YANG
DIATUR DALAM PASAL-PASAL BERIKUT INI.
PASAL 195 (2) HIR
JIKA HAL ITU HARUS DILAKUKAN SEKALIGUS ATAU SEBAGIAN DILUAR DAERAH HUKUM PENGADILAN NEGERI
YANG TERSEBUT DIATAS, MAKA KETUA PENGADILANNYA MEMINTA BANTUAN KEPADA KETUA PENGADILAN YANG
BERHAK DENGAN SURAT DELEGASI DEMIKIAN JUGA HALNYA DI LUAR JAWA MADURA.
PASAL 195 (3) HIR
KETUA PENGADILAN NEGERI YANG DIMINTAKAN BANTUANNYA, BERLAKU SEBAGAI DITENTUKAN PADA AYAT
DIATAS INI JUGA, JIKA NYATA PADANYA, BAHWA MENJALANKAN KEPUTUSAN ITU HARUS TERJADI SEKALIGUS
ATAU SEBAGIAN DILUAR DAERAH HUKUMNYA PULA. BAGI KETUA PENGADILAN NEGERI YANG DIMINTA
BANTUANNYA OLEH REKANNYA DARI LUAR JAWA DAN MADURA, BERLAKU PERATURAN DALAM BAGIAN ITU,
TENTANG SEGALA PERBUATAN YANG AKAN DILAKUKAN DISEBABKAN PERINTAH INI.
PASAL 195 (4) HIR
KETUA PENGADILAN YANG DIMINTA BANTUANNYA ITU, MEMBERITAHUKAN DALAM DUA KALI DUA PULUH EMPAT
JAM, SEGALA DAYA UPAYA YANG TELAH DIPERINTAHKAN DAN TENTANG KESUDAHANNYA KEPADA KETUA
PENGADILAN NEGERI YANG PADA TINGKAT PERTAMA MEMERIKSA PERKARA ITU.
PASAL 195 (5) HIR
PERLAWANAN TERHADAP KEPUTUSAN JUGA DARI ORANG LAIN (PIHAK KETIGA) YANG ME-NYATAKAN BAHWA BARANG
YANG DISITA ADALAH MILIKNYA, DIHADAPAN SERTA DIADILI SEPERTI SEGALA PERSELISIHAN TENTANG UPAYA PAKSA
YANG DIPERIN TAHKAN OLEH PENGADILAN NEGERI YANG DALAM DAERAH HUKUMNYA EKSEKUSI ITU HARUS
DILAKSANAKAN.
PASAL 196 HIR

JIKA PIHAK YANG DIKALAHKAN TIDAK MAU ATAU LALAI MEMENUHI ISI KEPUTUSAN ITU DENGAN DAMAI (SUKARELA),
MAKA PIHAK YANG MENANG MEMASUKKAN PERMINTAAN, BAIK DENGAN LISAN MAUPUN DENGAN SURAT, KEPADA KETUA
PENGADILAN NEGERI YANG TERSEBUT PADA AYAT PERTAMA PADA PASAL 195, UNTUK MENJALANKAN KEPUTUSAN ITU.
KETUA MENYURUH MEMANGGIL PIHAK YANG DI-KALAHKAN ITU SERTA MEMPERINGATKAN SUPAYA IA MEMENUHI
KEPUTUSAN ITU DALAM TEMPO JANGKA WAKTU YANG DITENTUKAN OLEH KETUA PALING LAMA UNTUK WAKTU 8
(DELAPAN) HARI.
APABILA YANG BERSANGKUTAN MENOLAK PE-LAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN SECARA SUKARELA, MAKA PIHAK YANG
DIMENANGKAN DAPAT MEMINTA BANTUAN PENGADILAN AGAR KEPUTUSAN DILAKSANAKAN SECARA PAKSA YANG
DINAMAKAN EKSEKUSI
UPAYA HUKUM LUAR BIASA (PENINJAUAN KEMBALI)
DI SAMPING UPAYA-UPAYA HUKUM BIASA, SE-PERTI BANDING, KASASI DUNIA

PERADILAN DI INDONESIA MENGENAL JUGA UPAYA-UPAYA HUKUM LUAR BIASA
YAITU PENINJAUAN KEMBALI KARENA ADANYA NOVUM (BUKTI BARU)
PENINJAUAN KEMBALI ATAS KEPUTUSAN MAH-KAMAH AGUNG DIATUR DALAM

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.

PENINJAUAN KEMBALI INI BUKAN MERUPAKAN PERADILAN TINGKAT IV (EMPAT)
DAN PENINJAU-AN KEMBALI TIDAK DAPAT MENUNDA PE- LAKSANAAN EKSEKUSI
ATAS KEPUTUSAN HAKIM YANG TELAH MEPUNYAI KEKUATAN TETAP.
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 / 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG R.I.
PASAL 66 (1)
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI DAPAT DIAJUKAN HANYA SATUKALI.
PASAL 66 (2)
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TIDAK MENANGGUH ATAU MENGHENTIKAN PELAKSANAAN
PUTUSAN PENGADILAN.

PASAL 66 (3)
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI DAPAT DI-CABUT SELAMA BELUM DIPUTUS, DAN DALAM HAL
SUDAH DICABUT PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI ITU TIDAK DAPAT DIAJUKAN KEM-BALI.
PASAL 67
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PERKARA PERDATA YANG TELAH MEMPEROLEH
KEKUATAN HUKUM TETAP DAPAT DIAJUKAN HANYA BERDASARKAN ALASAN-ALASAN SE-BAGAI
BERIKUT:
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 / 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG R.I.
PASAL 67 (A)
APABILA PUTUSAN DIDASARKAN PADA SUATU KEBOHONGAN ATAU TIPU MUSLIHAT PIHAK LAWAN YANG DIKETAHUI
SETELAH PERKARANYA DIPUTUS ATAU DIDASARKAN PADA BUKTI-BUKTI YANG KEMUDIAN OLEH HAKIM PIDANA DINYA-
TAKAN PALSU;
PASAL 67 (B)
APABILA SETELAH PERKARA DIPUTUS, DITEMUKAN SURAT-SURAT BUKTI YANG BERSIFAT MENENTUKAN YANG PADA
WAKTU PERKARA DIPERIKSA TIDAK DAPAT DITEMUKAN/NOVUM.
PASAL 67 (C)
APABILA TELAH DIKABULKAN SUATU HAL YANG TIDAK DITUNTUT ATAU LEBIH DARI PADA YANG DITUNTUT;
PASAL 67 (D)
APABILA MENGENAI SESUATU BAGIAN DARI TUNTUTAN DIPUTUS TANPA DIPERTIMBANGKAN SEBAB-SEBABNYA;
PASAL 67 (E)
APABILA ANTARA PIHAK-PIHAK YANG SAMA MENGENAI SUATU SOAL YANG SAMA ATAU DASAR YANG SAMA OLEH
PENGADILAN YANG SAMA ATAU SAMA TINGKATNYA TELAH DIBERIKAN PUTUSAN YANG BERTENTANGAN SATU DENGAN
YANG LAIN;
PASAL 67 (F)
APABILA DALAM SUATU PUTUSAN TERDAPAT SUATU KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU
KEKELIRUAN YANG NYATA.
PASAL 68 (1)
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI HARUS DIAJUKAN SENDIRI OLEH PARA PIHAK YANG
BERPERKARA, ATAU AHLI WARISNYA ATAU SEORANG WAKILNYA YANG SECARA KHUSUS
DIKUASAKAN UNTUK ITU.

PASAL 68 (2)
APABILA SELAMA PROSES PENINJAUAN KEMBALI PEMOHON MENINGGAL DUNIA, PERMOHONAN
TERSEBUT DAPAT DILANJUTKAN OLEH AHLI WARISNYA.
PASAL 69
TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI YANG DIDASARKAN ATAS
ALASAN SEBAGAIMANA DIMAKSUDKAN DALAM PASAL 67 ADALAH 180 (SERATUS DELAPAN PULUH)
HARI UNTUK:

PASAL 69 (A)
YANG DISEBUT PADA HURUF A SEJAK DIKETAHUI KEBOHONGAN ATAU TIPU MUSLIHAT ATAU
SEJAK PUTUSAN HAKIM PIDANA MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP, DAN TELAH DIBERI-
TAHUKAN KEPADA PARA PIHAK YANG BERPERKARA;
PASAL 69 (B)
YANG DISEBUT PADA HURUF B SEJAK DITEMUKAN SURAT-SURAT BUKTI, YANG HARI SERTA TANGGAL
DITEMUKANNYA HARUS DINYATAKAN DI BAWAH SUMPAH DAN DISAHKAN OLEH PEJABAT YANG BERWENANG;
PASAL 69 (C)
YANG DISEBUT PADA HURUF C, D, DAN F SEJAK PUTUSAN MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP DAN TELAH
DIBERITAHUKAN KEPADA PARA PIHAK YANG BERPERKARA;
PASAL 69 (D)
YANG TERSEBUT PADA HURUF E SEJAK PUTUSAN YANG TERAKHIR DAN BERTENTANGAN ITU MEM-PEROLEH
KEKUATAN HUKUM TETAP DAN TELAH DIBERITAHUKAN KEPADA PIHAK YANG BERPER-KARA.
PASAL 70 (1)
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI DIAJUKAN OLEH PEMOHON KEPADA MAHKAMAH AGUNG MELALUI KETUA
PENGADILAN NEGERI YANG ME-MUTUS PERKARA DALAM TINGKAT PERTAMA DENGAN MEMBAYAR BIAYA
PERKARA YANG DIPERLUKAN;
PASAL 70 (2)
MAHKAMAH AGUNG MEMUTUS PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI PADA TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR.
PASAL 71 (1)
PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI DIAJUKAN OLEH PEMOHON SECARA TERTULIS DENGAN ME-NYEBUTKAN
SEJELAS-JELASNYA ALASAN YANG DIJADIKAN DASAR PERMOHONAN ITU DAN DI-MASUKKAN DI KEPANITERAAN
PENGADILAN NEGERI YANG MEMUTUS PERKARA DALAM TINGKAT PERTAMA.
PASAL 71 (2)
APABILA PEMOHON TIDAK DAPAT MENULIS, MAKA IA MENGURAIKAN PERMOHONANNYA SE-CARA
LISAN DIHADAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI YANG MEMUTUS PERKARA DALAM TINGKAT
PERTAMA ATAU HAKIM YANG DITUNJUK OLEH KETUA PENGADILAN YANG AKAN MEMBUAT
CATATAN TENTANG PERMOHONAN TERSEBUT.
PASAL 72 (1)
SETELAH KETUA PENGADILAN NEGERI YANG MEMUTUS PERKARA DALAM TINGKAT PERTAMA
MENERIMA PERMOHONAN PENINJAUAN KEM-BALI, MAKA PANITERA BERKEWAJIBAN UNTUK
SELAMBAT-LAMBATNYA DALAM WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI MEMBERIKAN ATAU
MENGIRIMKAN SALINAN PERMOHONAN TERSEBUT KEPADA PIHAK LAWAN PEMOHON, DENGAN
MAKSUD:
1. DALAM HAL PERMOHONAN PENINJAUAN KEM-BALI DIDASARKAN ATAS ALASAN

SEBAGAIMANA DIMAKSUDKAN PASAL 67 HURUF A ATAU HURUF B AGAR PIHAK LAWAN
MEMPUNYAI KESEMPATAN UNTUK MENGAJUKAN JAWABANNYA;
2. DALAM HAL PERMOHONAN PENINJAUAN KEM-BALI DIDASARKAN ATAS SALAH SATU ALASAN
YANG TERSEBUT PASAL 67 C SAMPAI DENGAN HURUF F AGAR DAPAT DIKETAHUI.
PASAL 72 (2)
TENGGANG WAKTU BAGI PIHAK LAWAN UNTUK MENGAJUKAN JAWABANNYA SEBAGAIMANA DI-
MAKSUDKAN AYAT (1) HURUF A ADALAH 30 (TIGA PULUH) HARI SETELAH TANGGAL DITERIMANYA
SALINAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI.
PASAL 72 (3)
SURAT JAWABAN DISERAHKAN ATAU DIKIRIMKAN KEPADA PENGADILAN YANG MEMUTUSKAN
PERKARA DALAM TINGKAT PERTAMA DAN PADA SURAT JAWABAN ITU OLEH PANITERA DIBUBUHI
CAP, HARI SERTA TANGGAL DITERIMANYA JAWABAN TERSEBUT, YANG SALINANNYA DISAMPAIKAN
ATAU DIKIRIMKAN KEPADA PIHAK PEMOHON UNTUK DIKETAHUI.
PASAL 72 (4)
PERMOHONAN TERSEBUT LENGKAP DENGAN BERKAS PERKARA BESERTA BIAYANYA OLEH
PANITERA DIKIRIM KEPADA MAHKAMAH AGUNG SELAMBAT-LAMBATNYA DALAM JANGKA WAKTU 30
(TIGA PULUH) HARI.
PASAL 72 (5)
UNTUK PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TIDAK DIADAKAN SURAT MENYURAT ANTARA
PEMOHON DAN/ATAU PIHAK LAIN DENGAN MAHKAMAH AGUNG.
PASAL 73 (1)
MAHKAMAH AGUNG BERWENANG MEMERINTAHKAN PENGADILAN NEGERI YANG MEMERIKSA
PERKARA DALAM TINGKAT PERTAMA ATAU/ PENGADILAN TINGKAT BANDING MENGADAKAN
PEMERIKSAAN TAMBAHAN, ATAU PENGADILAN TINGKAT BANDING MENGADAKAN PEMERIKSAAN
TAMBAHAN, ATAU MEMINTA SEGALA KETERANGAN SERTA PERTIMBANGAN DARI PENGADILAN
YANG DIMAKSUD.
PASAL 73 (2)
MAHKAMAH AGUNG DAPAT MEMINTA KETE-RANGAN DARI JAKSA AGUNG ATAU DARI PE-JABAT
LAIN YANG DISERTAI TUGAS PENYIDIKAN APABILA DIPERLUKAN.
PASAL 73 (3)
PENGADILAN YANG DIMAKSUDKAN AYAT (1), SETELAH MELAKSANAKAN PERINTAH MAH-KAMAH
AGUNG TERSEBUT SEGERA MENGIRIMKAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN TAMBAHAN SERTA
PERTIMBANGAN SEBAGAIMANA DIMAK-SUDKAN AYAT (1), KEPADA MAHKAMAH AGUNG.

PASAL 74 (1)
DALAM HAL MAHKAMAH AGUNG MENGABULKAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI, MAH-
KAMAH AGUNG MEMBATALKAN PUTUSAN YANG DIMOHONKAN PENINJAUAN KEMBALI TERSEBUT
DAN SELANJUTNYA MEMERIKSA SERTA MEMUTUS SENDIRI PERKARANYA.
PASAL 74 (2)
MAHKAMAH AGUNG MENOLAK PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI, DALAM HAL MAHKAMAH AGUNG
BERPENDAPAT BAHWA PERMOHONAN ITU TIDAK BERALASAN.
PASAL 74 (3)
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG SEBAGAIMANA DI-MAKSUDKAN AYAT (1) DAN AYAT (2) DISERTAI
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN.

PASAL 75
MAHKAMAH AGUNG MENGIRIMKAN SALINAN PUTUSAN ATAS PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI
KEPADA PENGADILAN NEGERI YANG MEMUTUS PERKARA DALAM TINGKAT PERTAMA DAN
SELANJUTNYA PANITERA PENGADILAN NEGERI YANG BERSANGKUTAN MENYAMPAIKAN SALINAN
PUTUSAN ITU KEPADA PEMOHON SERTA MEMBERITAHUKAN PUTUSAN ITU KEPADA PIHAK LAWAN
DENGAN MEMBERIKAN SALINANNYA, SELAMBAT-LAMBATNYA DALAM WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI.
PASAL 76
DALAM PEMERIKSAAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI PERKARA PIDANA YANG TELAH MEMPEROLEH
KEKUATAN HUKUM TETAP DIGUNAKAN ACARA PENINJAUAN KEMBALI SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA.
PENINJAUAN KEMBALI MERUPAKAN SUATU UPAYA HUKUM YANG LUAR BIASA BERBEDA DENGAN UPAYA-UPAYA
HUKUM BIASA SEPERTI BANDING, KASASI.
DINAMAKAN SUATU UPAYA HUKUM LUAR BIASA IALAH KARENA DENGAN SUATU PENINJAUAN KEMBALI SUATU
PERKARA YANG TELAH SELESAI DIPERIKSA DAN DIPUTUS SECARA TUNTAS, KEMUDIAN DAPAT “DIHIDUPKAN”
KEMBALI.
BAGAIMANA IMPLEMENTASI LEMBAGA PENINJAUAN KEMBALI DALAM PRAKTEK?
SEMENJAK BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 14/1985 PADA TANGGAL 30 DESEMBER 1985 MAKA TERHADAP
HAMPIR SETIAP KEPUTUSAN MAHMAKAH AGUNG SELALU DIAJUKAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI,
MESKIPUN SIPEMOHON MENGETAHUI BAHWA PERMOHONANNYA ITU SANGAT KECIL KEMUNGKINAN AKAN
BERHASIL.
ADAPUN ALASAN UTAMA DIAJUKANNYA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI IALAH AGAR SUPAYA EKSEKUSI
PUTUSAN MAHMAKAH AGUNG YANG BERSANGKUTAN DAPAT DITUNDA, OLEH KARENANYA PERMOHONAN
PENINJAUAN KEMBALI DISERTAI SUATU PERMOHONAN PENUNDAAN EKSEKUSI

BERDASARKAN KETENTUAN PASAL 66 AYAT (2) MAKA SUATU PERMOHONAN PENINJAUAN KEM-BALI TIDAK
MENANGGUHKAN ATAU MENGHENTI-KAN PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN.
BAGAIMANA DALAM PRAKTEKNYA DI MAHKAMAH AGUNG BERULANG KALI MELANGGAR KETENTUAN TERSEBUT DI
ATAS DENGAN MEME-RINTAHKAN KEPADA PENGADILAN NEGERI UNTUK MENUNDA SUATU EKSEKUSI PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG DENGAN ALASAN ADANYA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI DENGAN ADANYA HAL-HAL
YANG BERSIFAT EKSEPSIONAL.
DENGAN ADANYA SIKAP MAHKAMAH AGUNG YANG MENURUT PENULIS INKONSISTENSI MAKA DAPAT DIMENGERTI
MENGAPA TERHADAP SE-TIAP KEPUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DIAJUKAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI
DISERTAI PERMOHONAN PENUNDAAN EKSEKUSI, QUO-VADIS KEPASTIAN HUKUM DI INDONESIA.
GIJZELING
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA PAKSA BADAN

LEMBAGA PAKSA BADAN ATAU GIJZELING INI SEBENARNYA SUDAH DIKENAL DALAM HUKUM ACARA PERDATA DI
INDONESIA SEJAK LAMA, YAITU SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 209 SAMPAI DENGAN PASAL 224 HIR, SERTA
PASAL 242 SAMPAI DENGAN PASAL 258 RBG (HUKUM ACARA PERDATA UNTUK LUAR DAERAN JAWA DAN MADURA)
BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM ACARA SEBAGAIMANA DIMAKSUDKAN DIATAS, GIJZELING DITERAPKAN

TERHADAP DEBITUR YANG SUDAH TIDAK MAMPU UNTUK MELUNASI HUTANGNYA KEPADA KREDITUR, JADI
KONDISINYA SUDAH BOLEH DIKATEGORIKAN PAILIT, SEHINGGA PENERAPAN GIJZELING PADA DEBITUR YANG
DEMIKIAN LEBIH CENDERUNG MERUPAKAN PROSES PEMELARATAN DEBITUR, SAMA SEKALI MENGABAIKAN AZAS
KEADILANNYA.
OLEH KARENA ITU MELALUI SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 1964 DAN NOMOR 4 TAHUN
1975, DIINSTRUKSIKAN KEPADA SEMUA KETUA PENGADILAN NEGERI DAN HAKIM UNTUK TIDAK MEMPERGUNAKAN
LAGI PERATURAN PERATURAN MENGENAI LEMBAGA GIJZELING.
HAL TERSEBUT DILAKUKAN OLEH MAHKAMAH AGUNG, KARENA LEMBAGA GIJZELING DI-ANGGAP TIDAK SESUAI
DENGAN AZAS KEADILAN ATAS DASAR KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, KARENA LEMBAGA GIJZELING
MERAMPAS KEMERDEKAAN SESEORANG.
NAMUN SAAT INI DIRASAKAN PERLU UNTUK MENGHIDUPKAN LEMBAGA GIJZELING KEMBALI TERHADAP DEBITUR
NAKAL, KARENA SEBENAR-NYA AKTIVA YANG DIMILIKINYA MASIH MUNG-KINKAN UNTUK MELUNASI HUTANGNYA
PADA KREDITUR, HANYA SAJA DEBITUR MEMANG TIDAK ADA KEHENDAK MEMBAYAR HUTANGNYA KEPADA
KREDITUR.
SEHINGGA TERHADAP DEBITUR YANG CENDE-RUNG NAKAL TERSEBUT ADALAH TIDAK ADIL APABILA DIBIARKAN
BEGITU SAJA, MAKA AGAR DEBITUR TERSEBUT MAU MELUNASI HUTANGNYA PADA KREDITUR, SUDAH SELAYAKNYA
TERHADAP DEBITUR DEMIKIAN ITU PERLU DIKENAKAN GIJZELING.
JADI FILOSOFINYA SEKARANG BERBEDA DENGAN PENERAPAN LEMBAGA GIJZELING MENURUT KE-TENTUAN DALAM
HIR DAN RBG, YANG CENDERUNG MERUPAKAN PROSES PEMELARATAN, SAAT INI SEDANGKAN PENERAPAN
LEMBAGA GIJ-ZELING BERDASARKAN DENGAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI. NOMOR 1 DILAKSANAKAN
SECARA SELEKTIF,
GIJZELING HANYA DITERAPKAN PADA DEBITUR NAKAL YANG DENGAN SENGAJA TIDAK BERKEHENDAK MEMBAYAR
HUTANGNYA PADA KREDITUR.

WALAUPUN SENYATANYA DEBITUR TERSEBUT MASIH MEMILIKI ASET YANG CUKUP BAHKAN LEBIH BESAR
DARIPADA JUMLAH HUTANGNYA PADA KREDITUR. UNTUK SELAJUTNYA DAPAT DILIHAT KETENTUANNYA SEBAGAI
BERIKUT:
PASAL 1 (A)
PAKSA BADAN ADALAH UPAYA PAKSA TIDAK LANGSUNG DENGAN MEMASUKKAN SESEORANG DEBITUR YANG
BERITIKAD TIDAK BAIK KE DALAM RUMAH TAHANAN NEGARA YANG DITETAPKAN OLEH PENGADILAN, UNTUK
MEMAKSA YANG BERSANGKUTAN MEMENUHI KEWAJIBANNYA.
PASAL 1 (B)
DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK, DEBITUR, PENANGGUNG ATAU PENJAMIN HUTANG YANG MAMPU TETAPI
TIDAK MAU MEMENUHI KEWAJIBANNYA UNTUK MEMBAYAR HUTANG HUTANGNYA.
PASAL 2
PELAKSANAAN PAKSA BADAN TERHADAP DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK DIJALANKAN BERDASARKAN KETENTUAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 209 SAMPAI PASAL 224 HIR DAN PASAL 242 SAMPAI PASAL 258 RBG, KECUALI DALAM HAL
YANG DIATUR SECARA KHUSUS DALAM PERATURAN MAHKAMAH AGUNG INI

PASAL 3 (1)
PAKSA BADAN TIDAK DAPAT DIKENAKAN TERHADAP DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK YANG TELAH BERUSIA 75 TAHUN.

PASAL 3 ( 2 )
PAKSA BADAN DAPAT DIKENAKAN TERHADAP AHLI WARIS YANG TELAH MENERIMA WARISAN DARI DEBITUR YANG BERITIKAD
TIDAK BAIK.
PASAL 4
PAKSA BADAN HANYA DAPAT DIKENAKAN PADA DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK YANG MEMPUNYAI HUTANG SEKURANG
KURANGNYA RP.1.000.000.000,- (SATU MILYAR RUPIAH).
PASAL 5
PAKSA BADAN DITETAPKAN UNTUK 6 (ENAM) BULAN LAMANYA, DAN DAPAT DIPERPANJANG SETIAP 6 (ENAM) BULAN DENGAN
KESELURUHAN MAKSIMUM SELAMA 3 (TIGA) TAHUN.
PASAL 8
PELAKSANAAN PAKSA BADAN DILAKUKAN OLEH PANITERA/ JURUSITA ATAS PERINTAH KETUA PENGADILAN NEGERI, BILAMANA
PERLU DENGAN BANTUAN ALAT NEGARA.
PASAL 9 (1)
BIAYA SELAMA DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK MENJALANI PAKSA BADAN, DIBEBANKAN KEPADA PEMOHON PAKSA BADAN.
PASAL 9 (2)
SELAMA MENJALANI PAKSA BADAN DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK DAPAT MEMPER-BAIKI KEHIDUPANNYA DENGAN BIAYA
SENDIRI.
PASAL 10
DENGAN TELAH DITETAPKANNYA DAN DIBERLAKUKANNYA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG INI, MAKA SURAT EDARAN MAHKAMAH
AGUNG NOMOR 2 TAHUN 1964 TERTANGGAL 22 JANUARI 1964 DAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 4 TAHUN 1975
TERTANGGAL 1 DESEMBER 1975 DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI.
PASAL 11
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA INI MULAI BERLAKU PADA TANGGAL DITETAPKAN.

DITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 30 JUNI 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 14 TA HUN 1970.

PASAL 11
BADAN PERADILAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 10 (1) SECARA ORGANISATORIS ADMINISTRATIF DAN
FINANSIAL BERADA DIBAWAH KEKUASAAN MAHKAMAH AGUNG. DAN DITETAPKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
SESUAI KEKHUSUSAN LINGKUNGAN PERADILAN MASING MASING.
PASAL 11 A
PENGALIHAN ORGANISASI, ADMINISTRATIF DAN FINASIAL TERMAKSUD DALAM PASAL 11 DILAK-SANAKAN SECARA
BERTAHAP SELAMBAT-LAMBATNYA 5 (LIMA) TAHUN TERHITUNG SEJAK BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG INI.
PASAL 22
TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN BERSAMA-SAMA OLEH MEREKA YANG TERMASUK DALAM LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM DAN PERADIL AN MILITER DIPERIKSA DAN DIADILI DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM,
KECUALI OLEH MAHKAKAH AGUNG DITETAPKAN DIPERIKSA DI PERADILAN MILITER.
KEBEBASAN BERKONTRAK
PASAL 1338 BW
SEMUA PERJANJIAN YANG DIBUAT SECARA SAH BERLAKU SEBAGAI UNDANG-UNDANG BAGI MEREKA YANG
MEMBUAT.
PERJANJIAN-PERJANJIAN ITU TIDAK DAPAT DITARIK KEMBALI SELAIN DENGAN SEPAKAT KE-DUA BELAH PIHAK.
ATAU KARENA ALASAN-ALASAN YANG OLEH UNDANG-UNDANG DINYATAKAN CUKUP UNTUK ITU.
PERJANJIAN HARUS DILAKSANAKAN DENGAN ITIKAD BAIK. MISALNYA PARA PIHAK ME-LAKUKAN PILIHAN HUKUM
CHOICE OF LAW DALAM BENTUK ARBITRATION CLAUSE, ATAU ARBITRATION AGREEMENT.
PASAL 1320 BW
1. UNTUK SAHNYA PERJANJIAN-PERJANJIAN DIPERLUKAN 4 SYARAT, YAITU:
2. SEPAKAT MEREKA YANG MENGIKAT DIRINYA.
3. KECAKAPAN UNTUK MEMBUAT PERIKATAN,
4. MENGENAI SUATU HAL TERTENTU.
5. MENGENAI SUATU SEBAB YANG TIDAK MELAWAN HUKUM.
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE
DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
• HUBUNGAN ANTARA UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999 DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 14
TAHUN 1970
• UNDANG-UNDANG NO. 14 TAHUN 1970, MERUPAKAN SALAH SATU DASAR PEMBENTUKAN

UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999 (DIKTUM MENGINGAT POINT 2).
• UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999 MERUPAKAN PENGATURAN KHUSUS TENTANG ARBITRASE

SEBAGAIMANA DISEBUT DALAM UNDANG-UNDANG NO. 14 TAHUN 1970.
PENGERTIAN UMUM ARBITRASE

PASAL 1 (1)
ARBITRASE ADALAH CARA PENYELESAIAN SUATU SENGKETA PERDATA DILUAR PERADILAN UMUM,
YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN ARBITRASE YANG DIBUAT SECARA TERTULIS PARA PIHAK
YANG BERSENGKETA.
PENULIS
Arbitration clause merupakan salah satu bentuk penerapan azas kebebasan berkontrak sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 1338 jo 1320 bw, dalam bentuk:
1. Arbitration clause
Dicantumkan pada perjanjian pokoknya (loan agreementnya)
2. Arbitration agreement
Dibuat kemudian setelah atau sebelum terjadi wanprestasi atas perjanjian pokok.

Arbiter – wasit
Wasit–arbiter, adalah seorang atau lebih pihak (wasit) yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa.
Satu wasit dipilih oleh pihak pemohon arbitrase
Satu wasit dipilih oleh pihak termohon arbitrase
Satu wasit sebagai ketua dipilih oleh wasit-wasit yang telah dipilih para pihak.
Wasit dapat dipilih oleh ketua pengadilan negeri (wilayah hukum termohon), apabila para pihak tidak
berhasil memilih wasit/ arbiternya masing-masing.

MACAM-MACAM ARBITRASE
1. INSTITUTIONAL ARBITRATION
• YAITU ARBITRASE YANG SUDAH MEMILIKI LEMBAGA YANG TETAP (SEPERTI BADAN
ARBITRASE NASIONAL INDONESIA, INTERNATIONAL CHAMBER CENTER LONDON,
ICSID DAN SETERUSNYA).
• MEMILIKI RULE TERSENDIRI;
• MEMILIKI SEKRETARIAT TETAP;
• MEMILIKI ANGGOTA ARBITER
• MEMILIKI SARANA–FASILITAS UNTUK KEGIATAN ARBITRASE

2. AD HOC ARBITRATION
▪ ARBITRASE YANG BERSIFAT SEMENTARA/ TEMPORARY, KASUISTIK:
▪ TIDAK MEMILIKI SEKRETARIAT
▪ TIDAK MEMILIKI RULE
▪ TIDAK MEMILIKI ARBITER TETAP
▪ TIDAK MEMILIKI SARANA KHUSUS
▪ PERKARA SELESAI, ARBITER BUBAR (DIMUNG-KINKAN HANYA OLEH PARA
LAWYER YANG BERTINDAK SEBAGAI ARBITER).
KEUNTUNGAN ARBITRASE
• Biaya perkara murah, karena pemeriksaan cepat, tidak

diperkenankan banding atau kasasi, hanya diperkenankan
permohonan koreksi saja atas suatu jumlah.
• Proses perkara cepat, karena dibatasi oleh jangka waktu 180
(seratus delapan puluh) hari walau dapat diperpanjang atas
kesepakatan tertulis pihak yang bersengketa.
• Ditangani oleh pihak yang ahli di bidangnya (pengalaman minimal
15 tahun di bidang keahliannya).
• Proses pemeriksaan dan keputusannya bersifat tertutup untuk
umum.
• Sengketa khusus di bidang perdagangan.
• Keputusan bersifat final dan mengikat.
KOMPENTENSI ABSOLUT
PASAL 3
• PENGADILAN NEGERI TIDAK BERWENANG MENGADILI SENGKETA PARA PIHAK
YANG TELAH MEMILIH TERIKAT DALAM PERJANJIAN ARBITRASE
• KEPUTUSAN PENGADILAN DAN PROSES PER-SIDANGAN TERBUKA UNTUK

UMUM, HAL TER-SEBUT SANGAT TIDAK MENGUNTUNGKAN DARI SEGI
KREDIBILITAS PIHAK YANG BERSENGKETA, TERUTAMA PIHAK YANG KALAH,
MAKA PADA UMUMNYA KALANGAN BISNIS MEMILIH ARBITRASE SEBAGAI
SUATU CARA PENYELESAIAN SENGKETA DI ANTARA MEREKA.
• DALAM HAL DEMIKIAN PENGADILAN NEGERI WAJIB MENOLAK PERKARA YANG

TELAH DISEPAKATI UNTUK DISELESAIKAN MELALUI ARBITRASE.
KOMPENTENSI ABSOLUT
PASAL 3
• PENGADILAN NEGERI TIDAK BERWENANG MENGADILI SENGKETA PARA PIHAK
YANG TELAH MEMILIH TERIKAT DALAM PERJANJIAN ARBITRASE
• KEPUTUSAN PENGADILAN DAN PROSES PER-SIDANGAN TERBUKA UNTUK

UMUM, HAL TER-SEBUT SANGAT TIDAK MENGUNTUNGKAN DARI SEGI
KREDIBILITAS PIHAK YANG BERSENGKETA, TERUTAMA PIHAK YANG KALAH,
MAKA PADA UMUMNYA KALANGAN BISNIS MEMILIH ARBITRASE SEBAGAI
SUATU CARA PENYELESAIAN SENGKETA DI ANTARA MEREKA.
• DALAM HAL DEMIKIAN PENGADILAN NEGERI WAJIB MENOLAK PERKARA YANG

TELAH DISEPAKATI UNTUK DISELESAIKAN MELALUI ARBITRASE.
ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
Alternatif penyeelsaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa, atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan negeri dengan cara :
1. Konsultasi
2. negosiasi
3. mediasi
4. konsiliasi
5. penilaian para ahli
6. Arbitrase
Mengenyampingkan litigasi, dengan good faith
Waktu penyelesaian 14 hari (negoisasi)
Waktu penyelesaian melalui mediasi 14 hari
Mohon pelajari pasal 6 uu no. 30 tahun 1999.
Pasal 6 undang-undang no. 30 tahun 1999
Ayat (1)
• Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak me-lalui alternatif
penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian
secara litigasi di pengadilan negeri.
AYAT (2)
PENYELESAIAN SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT MELALUI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1) DISELESAIKAN DALAM PERTEMUAN LANGSUNG OLEH
PARA PIHAK DALAM WAKTU PALING LAMA 14 (EMPAT BELAS) HARI DAN HASILNYA DITUANGKAN
DALAM SUATU KESEPAKATAN TERTULIS.

AYAT (3)
DALAM HAL SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT SEBAGAIMANA DIMAKSUD AYAT (2) TIDAK DAPAT
DISELESAIKAN, MAKA ATAS KESEPAKATAN TER-TULIS PARA PIHAK, SENGKETA ATAU BEDA PEN-DAPAT
DISELESAIKAN MELALUI BANTUAN SEORANG ATAU LEBIH PENASIHAT AHLI MAUPUN MELALUI
SEORANG MEDIATOR.
AYAT (4)
APABILA PARA PIHAK TERSEBUT DALAM WAKTU PALING LAMA 14 (EMPAT BELAS) HARI DENGAN
BANTUAN SEORANG ATAU LEBIH PENASEHAT AHLI MAUPUN MELALUI SEORANG MEDIATOR TIDAK
BERHASIL MENCAPAI KATA SEPAKAT, ATAU MEDIATOR TIDAK BERHASIL MEMPERTEMUKAN KEDUA
BELAH PIHAK, MAKA PARA PIHAK DAPAT MENGHUBUNGI SEBUAH LEMBAGA ARBITRASE ATAU
LEMBAGA ALTERNATIF PENYE-LESAIAN SENGKETA UNTUK MENUNJUK SEORANG MEDIATOR.
AYAT (5)
SETELAH PENUNJUKAN MEDIATOR OLEH LEMBAGA ARBITRASE ATAU LEMBAGA ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA, DALAM WAKTU PALING LAMA 7 (TUJUH) HARI USAHA MEDIASI HARUS
SUDAH DAPAT DIMULAI.
AYAT (6)
USAHA PENYELESAIAN SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT MELALUI MEDIATOR SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM AYAT 5 (LIMA) DENGAN ME-MEGANG TEGUH KERAHASIAAN, DALAM WAKTU
PALING LAMA 30 (TIGA PULUH) HARI HARUS DI-TANDA TANGANI OLEH SEMUA PIHAK YANG TER-
KAIT.

AYAT (7)
KESEPAKATAN PENYELESAIAN SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT SECARA TERTULIS ADALAH FINAL
DAN MENGIKAT PARA PIHAK UNTUK DILAKSANAKAN DENGAN ITIKAD BAIK SERTA WAJIB
DIDAFTARKAN DI PENGADILAN NEGERI DALAM WAKTU PALING LAMA 30 (TIGA PULUH) HARI SEJAK
PENANDATANGANAN.
AYAT (8)
KESEPAKATAN PENYELESAIAN SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (7)
WAJIB SELESAI DILAKSANAKAN DALAM WAKTU PALING LAMA 30 (TIGA PULUH) HARI SEJAK PENDAFTARAN.

AYAT (9)
APABILA USAHA PERDAMAIAN SEBAGAIMANA DI-MAKSUD DALAM AYAT (1) SAMPAI DENGAN AYAT (6) TIDAK
DAPAT DICAPAI, MAKA PARA PIHAK BERDASARKAN KESEPAKATAN SECARA TERTULIS DAPAT MENGAJUKAN
USAHA PENYELESAI-AN MELALUI LEMBAGA ARBITRASE/ AD-HOC.
ARBITER – MAJELIS ARBITRASE
PASAL 12 (1)
SYARAT-SYARAT UNTUK DAPAT DIANGKAT SE-BAGAI WASIT:
• CAKAP UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN MENURUT HUKUM
• TELAH BERUMUR 35 TAHUN (PALING RENDAH).
• TIDAK MEMPUNYAI AFILIASI/HUBUNGAN KELUARGA (SEDARAH– SEMENDA) DENGAN PIHAK YANG
BERSENGKETA.
• TIDAK MEMPUNYAI KEPENTINGAN FINANSIAL ATAU KEPENTINGAN LAIN ATAS KEPUTUSAN ARBITRASE.
• MEMILIKI PENGALAMAN SERTA MENGUASAI SECARA AKTIF KEAHLIAN DIBIDANGNYA SEKURANG-
KURANGNYA 15 TAHUN.
PASAL 27
PEMERIKSAAN SENGKETA OLEH ARBITER ATAU MAJELIS ARBITRASE DILAKUKAN SECARA TERTUTUP.

PENULIS
1. PIHAK YANG BERSENGKETA DAPAT DIWAKILI KEHADIRANNYA MELALUI KUASA YANG BERSIFAT KHUSUS.
2. KETIDAK HADIRAN PEMOHON PADA PEME-RIKSAAN SENGKETA BERAKIBAT PERMOHONAN MENJADI
GUGUR, PADA HARI PERTAMA, SETELAH DIPANGGIL SECARA PATUT.
3. DAPAT MENARIK PIHAK KETIGA YANG SANGAT ERAT KAITANNYA DENGAN SENGKETA.
4. TATA CARA PEMERIKSAAN SAKSI SAMA DENGAN KETENTUAN HUKUM ACARA PERDATA [PASAL 37 AYAT
(1)]
5. HAK TERMOHON UNTUK MENJAWAB TUN-TUTAN ADALAH 14 HARI SETELAH TUNTUTAN PEMOHON
DISAMPAIKAN ARBITER KEPADA TERMOHON [PASAL 30]
6. MAJELIS ARBITRASE MEMERINTAHKAN PARA PIHAK YANG BERSENGKETA PALING LAMBAT 14 HARI SEJAK
DIKELUARKAN PERINTAH UNTUK MENGHADIRI PEMERIKSAAN SENGKETA OLEH KETUA MAJELIS.
PASAL 48
Pemeriksaan atas sengketa harus selesai dalam waktu
180 hari sejak terbentuknya arbiter atau majelis
arbitrase tersebut.
JANGKA
WAKTU PENULIS
Atas Kesepakatan Tertulis Dari Para Pihak Yang
PEMERIKSAAN Bersengketa, Maka Waktu Penyelesaian Sengketa
Oleh Arbiter Atau Majelis Arbitrase Dapat
Diperpanjang:
1. Mengoreksi hal-hal yang bersifat khusus,
putusan sela profisionil masuk-nya pihak
ketigapemeriksaan saksi ahli.
2. Dianggap perlu oleh arbiter
PASAL 54 (1)
PUTUSAN ARBITRASE HARUS MEMUAT
1. KEPALA PUTUSAN YANG MEMUAT “DEMI KEADILAN
PUTUSAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
2. NAMA LENGKAP DAN ALAMAT PARA PIHAK
3. URAIAN RINGKAS, SINGKAT SENGKETA
ARBITRASE 4. PENDIRIAN PARA PIHAK
5. NAMA LENGKAP DAN ALAMAT ARBITER
6. PERTIMBANGAN DAN KESIMPULAN ARBITER/ MAJELIS
ARBITRASE MENGENAI KESELURUH-AN SENGKETA
7. PENDAPAT MASING-MASING ARBITER DALAM HAL TERDAPAT
PERBEDAAN PENDAPAT DALAM MAJELIS ARBITRASE.
PASAL 54 (2)
TIDAK DITANDATANGANINYA PUTUSAN ARBITRASE OLEH SALAH
SEORANG ABRITRER DENGAN ALASAN SAKIT ATAU MENINGGAL
DUNIA TIDAK MEMPENGARUHI KEKUATAN BERLAKUNYA
PUTUSAN.
PASAL 54 (3)
ALASAN TENTANG TIDAK ADANYA TANDA TANGAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM AYAT (2) HARUS DICANTUMKAN DALAM PUTUSAN.
PUTUSAN PASAL 54 (4)

DALAM PUTUSAN DITETAPKAN SUATU JANGKA WAKTU PUTUSAN TERSEBUT
HARUS DILAKSANAKAN.
ARBITRASE PASAL 56 (1)
ARBITER ATAU MAJELIS ARBITRASE MENGAMBIL PUTUSAN BERDASARKAN
KETENTUAN HUKUM ATAU BERDASARKAN KEADILAN DAN KEPATUTAN.

PENULIS
DALAM PUTUSAN ARBITRASE ASING, PARA PIHAK DAPAT MENOLAK PUTUSAN
ATAS DASAR KEADILAN DAN KEPATUTAN “EXAEQUO ET BONO, PUTUSAN
HANYA SEMATA-MATA BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM. (PASAL 42 AYAT 3
KONVENSI ICSID)

PASAL 57
PUTUSAN DIUCAPKAN DALAM WAKTU PALING LAMA 30 (TIGA PULUH) HARI
SEJAK PEMERIKSAAN DITUTUP.
PELAKSANAAN
1. Putusan (asli) didaftarkan pada pengadilan negeri oleh arbiter atau
PUTUSAN kuasanya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
ARBITRASE putusan dibacakan.
2. Akta pendaftaran putusan termaksud dicatat pada pinggir asli dari
pada putusan tersebut.
3. Lampiran berupa lembar asli dari akta pengangkatan para arbiter.
4. Apabila point 1 tidak dipenuhi maka putusan tidak dapat dilaksanakan
(liwat waktu).
5. Putusan bersifat final dan binding.
6. Putusan dapat dijalankan atas dasar sukarela atau atas perintah
hakim.
7. Jika dengan perintah pengadilan maka terlebih dahulu di mintakan
permohonan eksekusi/eksekuatur, dan perintah pengadilan dijalankan
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan eksekusi
didaftarkan.
PELAKSANAAN
8. Dalam pelaksanaan eksekusi ketua pengadilan tidak memeriksa
PUTUSAN lagi pokok perkaranya.
ARBITRASE
9. Pelaksanaan putusan sama dengan pelaksanaan putusan
perkara perdata yang telah “in kracht”.
10.Pelaksanaan keputusan sebagaimana dimaksud dalam point 9,
dapat didelegasikan pada pengadilan negeri yang secara relatif
berwenang melaksanakannya, (letak obyek).
11.Penyitaan atas kekayaan milik termohon eksekusi, dengan
mengacu pada hukum acara perdata [pasal 69 ayat (3)]
PEMBATALAN
Putusan arbitrase hanya dapat dimohonkan pembatalannya
TUGAS apabila:
ARBITER
1. Dokumen-dokumen yang diajukan sebagai berkas dalam
pemeriksaan adalah palsu atau dipalsukan (identitas salah satu
pihak palsu).
2. Ditemukannya dokumen yang menentukan disembunyikan
pihak lawan. “performance bond”, jaminan telah dicairkan oleh
pihak lawan.
3. Tidak dilaksanakannya secara fair due process of law, tetapi
atas dasar suatu kecurangan salah satu pihak.
4. Permohonan pembatalan harus diaju-kan pada pengadilan
negeri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan putusan arbitrase didaftar.
BERAKHIRNYA
Tugas berakhir karena:
TUGAS
ARBITER 1. Telah diambil putusan mengenai sengketa
2. Jangka waktu yang diperjanjikan dan atau yang telah
diperpanjang telah liwat–lampau waktu.
3. Penunjukkan arbiter secara sepakat ditarik kembali oleh para
pihak.
KEPUTUSAN
DASAR HUKUM
ARBITRASE
ASING 1. Conventie new york 1958. Conventie on the recoqnition and
enforcement of foreign arbitral award
(INTERNATIONAL
2. Keputusan presiden nomor 34 tahun 1981, tentang
) pengesahan-ratifikasi dari conventie new york 1958.
3. Surat edaran mahkamah agung republik indonesia nomor 1
tahun 1990 tentang cara pelaksanaan putusan arbitrase asing.
4. Pasal 65 sampai dengan 69 undang-undang no.: 30 tahun
1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa.
TATA CARA
Dimohonkan eksekuatur terlebih dahulu kepada mahkamah agung
PELAKSANAAN RI, melalui pengadilan negeri jakarta pusat.
PUTUSAN
Mahkamah agung RI., melimpahkan kewenangan menerbitkan
ARBITRASE eksekuatur kepada pengadilan negeri jakarta pusat.
ASING ▪ Berkas-berkas yang harus disampaikan untuk memperoleh
eksekuatur
▪ Asli akta pengangkatan dari para arbiter
▪ Asli keputusan arbitrase internasional
▪ Asli perjanjian yang menjadi dasar putusan arbitrase.
▪ Permohonan tertulis.
Eksekusi dapat dilaksanakan dengan pelimpahan
kewenangan/delegasi oleh pengadilan negeri jakarta pusat, pada
pengadilan negeri di wilayah mana obyek termohon berada secara
nyata “feitelijke”.
PUTUSAN
1. Bertentangan dengan azas ketertiban umum di negara tempat
ARBITRASE putusan akan dilaksanakan
ASING TIDAK
2. Slaverij
DAPAT DI-
3. Kedewasaan para pihak (indonesia 21 tahun, di negara lain 17
LAKSANAKAN tahun dianggap dewasa)
MENURUT 4. Salah satu pihak tidak diberi kesempat an membela diri due
HUKUM, process of law.
APABILA: 5. Salah satu pihak telah mencairkan uang jaminan pelaksanaan
perjanjian atau performance bond
6. Keputusan mengenai hal yang tidak boleh diambil
keputusannya oleh badan arbitrase seperti kasus perceraian,
adopsi, pailit.
PASAL 436
REGLEMENT OP DE RECHTSVORDERING
MENYATAKAN BAHWA PUTUSAN PENGADILAN NEGARA ASING TIDAK KEPUTUSAN
DAPAT DILAKSANAKAN SERTA MERTA DI INDONESIA (AZAS
KEDAULATAN NEGARA “SOVERIEGNITAS”). PENGADILAN
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI ASING HANYA DAPAT DIJADIKAN NEGARA
SEBAGAI ALAT BUKTI, DALAM RANGKA PROSES PERKARA DI
PENGADILAN DI DALAM NEGERI. LAIN/ ASING
TERUTAMA KEPUTUSAN YANG BERSIFAT MENGHUKUM SESEORANG
(CONDEMNATOIR).
MISAL: MENGHUKUM TUAN A, MEMBAYAR UTANG KEPADA TUAN

B SEBESAR 1 MILYAR
ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI ASING YANG BERSIFAT:
KEPUTUSAN
1. DECLARATOR
PUTUSAN MANA HANYA BERISIKAN PERNYATAAN BELAKA;
PENGADILAN
PEWARGANEGARAAN, KEPEMILIKAN, FATWA WARIS.

NEGARA
2. CONSTITUTIF
PUTUSAN MANA HANYA BERISIKAN TENTANG KEADAAN YANG
LAIN /ASING
BARU MENJADI ADA, ATAU MENJADI TIDAK ADA, SEPERTI:
PAILISEMENT, DIVORCE, ADOPTION

DAPAT DIAKUI DI INDONESIA, KARENA TIDAK MEMERLUKAN
PELAKSANAAN HANYA MENCIPTAKAN KEADAAN YANG BARU
BELAKA.
DAFTAR • SOEPOMO, R. HUKUM ACARA PERDATA PENGADILAN NEGERI.
JAKARTA: PRADNYA PARAMITA, 2000.
• SUBEKTI, R. HUKUM ACARA PERDATA. BANDUNG: BINA CIPTA,
1977.
PUSTAKA • SUBEKTI, R. DAN TJITROSUBENO, R. KITAB UNDANG-UNDANG

HUKUM PERDATA, JAKARTA: PRADNYA PARAMITA, 1998.
• SUTANTO, RETNOWULAN DAN ISKANDAR OERIPKARTAWINATA.
HUKUM ACARA PERDATA DALAM TEORI DAN PRAKTEK, BANDUNG
MANDAR MAJU, 1997.
• TRESNA, R. KOMENTAR H.I.R. JAKARTA: PRADNYA PARAMITA,
1987.
• AMIN, S.M. HUKUM ATJARA PERADILAN NEGERI, CETAKAN KEDUA. DJAKARTA: PRADNYA PARAMITA, 1971.
• AZHAR, A.R. KUSUMABRATA, HUKUM ACARA PERDATA DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI. BANDUNG: PENGADILAN TINGGI, 1987.
• GANDA SUBRATA, PURWOTO S. RANGKUMAN YURISPRUDENSI MAH-KAMAH AGUNG INDONESIA, EDISI II HUKUM PERDATA DE-NGAN ACARA
PERDATA, JAKARTA: MAHKAMAH AGUNG R.I. 1977.
• HARAHAP, YAHYA. HUKUM ACARA PERDATA PERMASALAHAN DAN PENERAPAN CONSERVATOIR BESLAG (SITA JAMINAN), JAKARTA: PRADNYA
PARAMITA, 1987.
• MERTOKUSUMO, SUDIKNO, HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA. YOGYAKARTA: LIBERTY, 1988.
REPUBLIK
INDONESIA
• UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009, TENTANG POKOK-POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN.
• UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG MAHKAMAH AGUNG R.I.
• UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA.
• UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TENTANG PERUBAHAN UNDANG UNDANG NOMOR 14 TAHUN

1970.
• MAHKAMAH AGUNG R.I.
• PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBAGA PAKSA BADAN.
Thank you
HUKUM ACARA PERDATA
WIBISONO OEDOYO, SH., MH.

Slide Hukum Acara Perdata 2022 Okey Pkpa September 22

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Slide Hukum Acara Perdata 2022 Okey Pkpa September 22

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

MODUL

HUKUM ACARA PERDATA

HUKUM NO. 5 TAHUN 2004.

PERADILAN • JIKA TERCAPAI PERDAMAIAN, MAKA DIPUTUS DALAM

TINGKAT • JIKA TIDAK TERCAPAI PERDAMAIAN,

PERTAMA OLEH • TERGUGAT MENGAJUKAN JAWABAN ATAS GUGATAN,

HAL-HAL YANG TUNTUTAN/PETITUM SERTA PERMOHONAN SITA

DILAKUKAN 4. DIAJUKAN SENDIRI ATAU

PENGGUGAT 6. SURAT KUASA

1. ABDUL HAKIM, SH., MH., CN.

--------------------------------------------------- KHUSUS ------------------------------------------------

PENERIMA KUASA, PEMBERI KUASA,

ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. SIANG-SIANGMA LING SENG

ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. TUAN BO KEK NIYE

------------------------------------------------------------------------------ KHUSUS -------------------------------------------------------------------------

ABDUL HAKIM, SH., MH., CN. NONA CRISMONIA

A. IDENTITAS: Pemberi kuasa dan penerima kuasa

• Penarikan kembali yang hanya diberitahukan kepada si kuasa,

PASAL 123 (1)

Mewakili seseorang di muka pengadilan bukan

Agar pengacara atau advokat dapat bertindak sebagai

Dalam pasal 123 ayat (1) tidak disebutkan

1. Harus disebutkan dengan jelas nama dan alamat

“SURAT KUASA KHUSUS YANG DIBERIKAN

1.Keputusan mahkamah agung no. 38/k/sip/ 1955, tanggal

1. Pertimbangan pengadilan tinggi yang

1. Surat kuasa yang bersangkutan ternyata

4. Karena kasasi dinyatakan langsung oleh

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 226

e. SURAT BERHARGA SEPERTI WESEL, PROMES, AKSEP,

1. KEWENANGAN KOMPETENSI PENGADILAN MENGADILI SUATU PERKARA

• Pegawai Negeri: yang mengadili adalah Pengadilan Negeri di wilayah

• Pekerja yang menginap di tempat majikannya, yaitu di Pengadilan Negeri

• Penjaminan – vrijwaring di Pengadilan Negeri yang

• Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Negeri dimana

• Perceraian diajukan ke Pengadilan Negeri di tempat

• Perceraian, jika Tergugat bertempat tinggal di luar

PASAL 124 HIR

• PENGGUGAT DIHUKUM MEMBAYAR BIAYA PERKARA.

PASAL 122 HIR

• JANGKA WAKTU PEMANGGILAN SIDANG TERMAKSUD SEKURANG KURANGNYA

PASAL 129 (1) HIR

• DAPAT PULA MENGAJUKAN BANDING, NAMUN IA KEHILANGAN HAKNYA UNTUK MENGAJUKAN

PASAL 129 (2) HIR

PASAL 129 (4) HIR.

PUTUSAN M.A. NO. 524K/SIP/1975, TGL. 7 FEBRUARI 1980

• Diajukan 14 hari setelah keputusan diberitahukan kepada pihak yang

Pasal 133 hir

LIEBEL Gugatan error inpersona

SUATU Artinya gugatan tersebut salah orang, seharusnya tuan ali

Gugatan error in obyekta

HAKIM DIHARUSKAN PADA SIDANG PERTAMA MENGUPAYAKAN

Misal: disepakati secara damai bahwa pihak yang berhutang

PASAL 126 HIR

PASAL 130 HIR

PASAL 390 HIR

Gugatan seharusnya dinyatakan tidak dapat

TERSEBUT: • Seharusnya gugatan diajukan pada pengadilan negeri jakarta pusat

1. Memudahkan dalam proses.

DALAM SATU GUGATAN,

PASAL 226 (2) HIR

PASAL 226 (4) HIR

PASAL 226 (5) HIR