Anda di halaman 1dari 17

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MINYAK BUMI

SECARA BIOLOGI AEROB PROSES BATCH

NAMA JURNAL Jurnal Teknik Kimia

VOLUME DAN HALAMAN Vol 11 No. 2 dan 37-41

TAHUN PUBLISH 2017

PENULIS JURNAL Lucky Intrati Utami, Wigig Wihandhita, Syafitri Marsela,


Kindriari Nurma Wahyusi
LATAR BELAKANG

• Limbah cair minyak bumi sangatlah berbahaya jika langsung dibuang ke laut atau ke sungai karena banyak mengandung zat - zat kimia
yang berbahaya dan beracun.
• Limbah cair sebelum dibuang harus menyesuaikan baku mutu air limbah. Dalam Pergub Jawa Timur No. 7 Tahun 2013 Baku Mutu Air
Limbah Fasilitas Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas Bumi Darat adalah untuk parameter COD 200 mg/l dan BOD 100 mg/l.
• Secara biologi aerob dapat menurunkan kandungan minyak pada limbah cair dan dapat memisahkan minyak yang terakumulasi di dalam
limbah cair sehingga minyak terdispersi ke atas.
• Perlakuan aerasi juga dapat menurunkan nilai BOD dan COD karena dengan pemberian oksigen ke dalam limbah cair akan dapat
memenuhi kebutuhan oksigen mikrooragnisme pengurai untuk oksidasi bahan – bahan kimia yang ada pada limbah cair serta
menghilangkan bau.
• Aerasi dapat dilakukan secara alami maupun difusi dengan menggunakan proses aerasi secara biologi dapat menurunkan COD sampai
90% (Anonim, 2015).
• Mikroba aerob akan mengoksidasi senyawa organik membentuk sel – sel baru dan bentuk yang lebih stabil disamping menghasilkan CO 2,

NH3 dan H2O.


• . Proses katalis dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti suhu, pH dan lain sebagainya (Artikazzani, 2010).
METODE PENELITIAN

• Bahan baku yang digunakan adalah limbah cair minyak bumi dengan konsentrasi COD 1264,03 mg/l dan BOD 538,88
mg/l sedangkan mikroorganisme yang digunakan adalah lumpur aktif dari PT Sier Surabaya.
• Peralatan yang digunakan adalah tangki aerob, beker gelas, corong, kertas saring, oven, cawan porselin, compressor dan
flow meter udara.
• Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tetap : volume limbah 2 liter, sedangkan variabel berubah
adalah waktu aerasi 2 jam, 4 jam, 6 jam 8 jam dan 10 jam dan konsentrasi mikroorganisme 500 mg/l, 700 mg/l, 1000
mg/l, 1300 mg/l dan 1600 mg/l. Laju alir yang digunakan 51/menit.
Cara penelitian adalah limbah cair minyak bumi yang baru diambil dari pabrik dianalisis terlebih dahulu COD dan BOD
nya. Sebelum melakukan penelitian langkah awal adalah tahap aklimatisasi yaitu tahap mengkondisikan
mikroorganisme agar dapat hidup dan melakukan adaptasi. Mikroorganisme dimasukkan ke dalam aerator tank
sebanyak 2000 mg/l kemudian masukkan limbah cair minyak bumi 2000 mg/l. kemudian diaerasi selama 2 jam dengan
bantuan oksigen. Setelah 2 jam mikroorganisme yang telah bercampur dengan limbah cair minyak bumi tersebut
diendapkan sisa air dibuang dan sisa mikroorganisme digunakan untuk proses penelitian. Setelah tahap aklimatisasi
selesai bisa dimulai penelitian untuk semua variabel. Masukkan 1000 mg/l mikroorganisme dari sisa tahap aklimatisasi
dan volume limbah cair minyak bumi ke dalam aerator tank sebanyak 1000 mg/l selama 2 jam. Dengan bantuan
oksigen pada proses aerasinya dengan laju alir udara 51/menit. Setelah 2 jam diambil sampel kemudian diendapkan
dan disaring kemudian siap dianalisis COD dan BOD nya. Untuk memulai penelitian selanjutnya dengan semua variabel
konsentrasi mikroorganisme , waktu aerasi, volume limbah cair minyak bumi disesuaikan dengan variabel berubah.
Untuk volume limbah cair minyak bumi selalu diganti dengan limbah yang baru.
HASIL PENELITIAN

Penurunan COD kondisi konsentrasi mikroorganisme sebesar 1600 mg/l dengan waktu aerasi 2 jam setelah diproses pengolahan
COD turun menjadi 172,52 mg/l dengan persentase penurunan sebesar 86,35% dan BOD nya 86,26 mg/l dengan persentase
83,99%. Pada konsentrasi mikroorganisme 1300 mg/l dengan aerasi 2 jam persentase penurunan sebesar 78,15%. Pada
konsentrasi mikroorganisme 1000 mg/l denga waktu aerasi 2 jam persentase penurunan 72,25%. Pada konsentrasi 1300 mg/l
waktu aerasi 8 jam penurunan COD sebesar 193,76 mg/l dengan persentase penurunan 84,67%. Pada konsentrasi mikroorganisme
1600 mg/l dengan waktu aerasi 10 jam penurunan BOD sebesar 52,36 mg/l dengan persentase 90,28%. Pada konsentrasi 1300
mg/l dan 1000 mg/l dengan waktu aerasi 2 jam diperoleh konsentrasi BOD sebesar 138,09 mg/l dengan persentase penurunan
74,37% dan 175,39 mg/l dengan persentase penurunan 67,45% maka konsentrasi BOD keduanya masih di atas baku mutu limbah
cair. Pada konsentrasi mikroorganisme 1300 mg/l dengan waktu aerasi 8 jam penurunan BOD sebesar 96,88 mg/l dengan
persentase penurunan 82,02% dengan demikian hasil ini sudah berada di bawah ambang batas baku mutu limbah cair minyak
bumi. Secara efisiensi tenaga, waktu dan biaya sesuai dengan baku mutu limbah cair minyak bumi maka waktu aerasi terbaik
adalah 2 jam dengan konsentrasi mikroorganisme 1600 mg/l, COD yang diperoleh sebesar 172,52 mg/l dengan persentase
penurunan 86,35% dan BOD sebesar 86,26 mg/l dengan persentase penurunan 83,99%.
Gambar 1. Hubungan antara waktu aerasi (jam) dengan Gambar 2. Hubungan antara waktu aerasi (jam) dengan
persentase penurunan COD (%) persentase penurunan BOD (%)
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan semakin besar konsentrasi dan lamanya waktu aerasi dapat menurunkan
konsentrasi COD dan BOD cukup besar akan tetapi untuk mengefisienkan tenaga, waktu dan biaya maka sebisa mungkin
mengambil opsi konsentrasi mikroorganisme yang lebih kecil dan waktu aerasi yang singkat dalam penurunan COD dan
BOD hingga berada di bawah baku mutu limbah cair minyak bumi. Waktu aerasi terbaik adalah 2 jam dengan konsentrasi
mikroorganisme 1600 mg/l, COD yang diperoleh sebesar 172,52 mg/l dengan persentase penurunan 86,35% dan BOD
sebesar 86,26 mg/l dengan persentase penurunan 83,99%.

SARAN
Pengolahan limbah cair kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi secara biologi aerob dapat diaplikasikan
dalam skala industri karena penelitian ini sangat simpel dan tidak memakan waktu. Akan tetapi memakan biaya yang
lebih besar dibandingkan dengan pengolahan limbah secara kimia dan fisika.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KEGIATAN EKSPLORASI MINYAK DAN
GAS BUMI DENGAN METODE COMPREHENSIVE SOLUTION
(BIOREMEDIASI, BIOTREATMENT DAN BIOFILTRASI

NAMA JURNAL Dinamika Penelitian BIPA

VOLUME DAN HALAMAN Vol 21 No. 37 dan 19-27

TAHUN PUBLISH 2010

PENULIS JURNAL Chasri Nurhayati


LATAR BELAKANG

• Salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi adalah limbah cair. Limbah ini
berasal dari pemisahan crude oil dan air.
• Sebelum dibuang ke lingkungan limbah harus diolah terlebih dahulu supaya komponen yang dapat mencemari lingkungan dapat
diminimalisasi.
• Polutan industri minyak bumi akan menyebabkan terancamnya kehidupan biota pada lingkungan, polutan ini mengandung senyawa
hidrokarbon alifatik dan aromatik yang mempunyai molekul rendah sampai tinggi (Udiharto,1992).
• Fenol dalam limbah cair minyak bumi merupakan turunan dari hidrokarbon aromatik yang mengandung gugus OH jika terurai ke
lingkungan dapat membahayakan biota yang hidup di lingkungan tersebut (Komar dan Irianto, 2000).
• Fenol merupakan senyawa organik yang sering ditemukan dalam limbah cair sehingga perlu dilakukan pemantauan (Fatimah, 2005).
• Amoniak dalam air limbah eksplorasi minyak dan gas bumi dapat berasal dari hasil degradasi baik secara aerobik maupun anaerobik
bahan yang mengandung unsur nitrogen, seperti protein. Adanya amoniak yang terkandung dalam air dapat menimbulkan bau. Batas
yang diperbolehkan dalam air permukaan adalah 8 mg/l (PP Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2007).
• Teknik penurunan kandungan amoniak dalam air limbah dapat dilakukan dengan cara optimalisasi, efisiensi dan peningkatan kualitas
lingkungan dengan menurunkan konsentrasi bahan pencemar (Suratno, 2000).
HASIL PENELITIAN

Hasil Pengujian pH dan pengukuran suhu sebagai faktor pendukung pertumbuhan pada perlakuan
penambahan bakteri maupun kontrol berkisar 8,45 sampai 9,7 CFU/ml dimana kondisi tersebut dapat
digunakan untuk perkembangbiakan bakteri. Hasil perhitungan bakteri pada perlakuan berkisar antara 3,1 x
106 s/d 8,7 x 109. Jumlah bakteri ini memungkinkan terjadinya bioremediasi oleh bakteri karena persyaratan
minimum adalah 8,5 x 106 CFU/ml. Hasil perhitungan angka lempeng total pada sampling T1 sampai T8 pada
kontrol berkisar antara 4,0 x 103 sampai 4,5 x 105 sedangkan hasil perhitungan angka lempeng total pada
perlakuan berkisar antara 3,1 x 108 sampai 1,4 x 1010. Hasil pengujian kimia limbah sebelum proses
bioremediasi pada sampling T0 sampai T8 adalah H2S : 0,144 - 0,015 mg/l, fenol 1,6537 - 0,405 mg/l, pH 9,07-
9,13, COD 9372 - 1132 mg/l, minyak lemak 52 – 471 mg/l dan amoniak 3,713 – 0,1373 mg/l. sedangkan hasil
uji kimia setelah proses bioremediasi adalah H2S : 0,160 – 0,014 mg/l, fenol 0,0529 – 0,0105 mg/l, pH 8,45 –
9,70, COD 7613,76 – 2332,76, minyak lemak 752 – 256 mg/l dan amoniak 3,713 – 0,110 mg/l.
SARAN

Hasil penelitian pengolahan limbah cair kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi dengan metode
comprehensive solution (bioremediasi, biotreatment dan biofiltrasi) skala mikrokosmos perlu diaplikasikan ke skala
lapangan (unit pengolahan limbah skala industri).
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MINYAK BUMI PADA JOB PERTAMINA – MEDCO E & P
TOMORI SULAWESI KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH

NAMA JURNAL Jurnal Geomine

VOLUME DAN HALAMAN Vol 04 No. 2 dan 28-32

TAHUN PUBLISH 2016

PENULIS JURNAL Nindy Wulandri Igirisa, Jamal Rauf Husain dan Hasbi
Bakri
LATAR BELAKANG

• Job Pertamina – Medco E & P Tomori Sulawesi adalah perusahaan pemerintah yang bergerak dibidang eksplorasi dan
eksploitasi minyak bumi.
• Cakupan eksploitasi adalah mulai dari evaluasi kandungan reservoir (eksplorasi) hingga kegiatan produksinya dari dalam
bumi.
• Limbah yang dihasilkan JOB Pertamina – Medco E & P Tomori Sulawesi berupa limbah cair, padat dan gas.
• Limbah cair berupa air dan fluida berminyak. Proses pengolahan limbah di lapangan menggunakan Waste Water
Treatment Plant (WWTP) portable dengan sistem Dissolved Air Flotation (DAF) yang berfungsi menghilangkan materi
tersuspensi seperti minyak, lemak, gemuk atau padatan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu prosedur penelitian, metode pengambilan data,
tahap analisis data dan pengolahan data, serta tahap laporan. Sistem DAF ini memanfaatkan udara yang dilarutkan ke
dalam air atau limbah dibawah tekanan dan kemudian melepaskan udara pada tekanan atmosfer dalam tangka flotasi.
Proses pengolahan limbah pada JOB Pertamina – Medco E & P Tomori Sulawesi secara beruntun : Kepala sumur (well
head), Pipa salur (Flow Line), Sambungan (manifold), separator, pembakaran (flare), skimming Pit I, tabung mixing, filter
tank dan skimming Pit 2.
Pengolahan air limbah secara kimia dengan penambahan bahan kimia koagulan dan flokulan ke dalam air limbah.
Bahan kimia yang digunakan pada lapangan dalam proses koagulasi adalah Aluminium Sulfat (Al 2SO4)3.18 H2O berat

molekul 666,7 gr/mol, Ferri Sulfat Fe(SO4).7H2O berat molekul 278 gr/mol, Kapur/kalsium hidroksida Ca(OH)2 berat

molekul 56 gr/mol, Ferri Klorida (FeCl3) berat molekul 162,1 dan Ferri Sulfat Fe2(SO4)3 berat molekul 400 gr/mol.
Paremeter perancangan sedimentasi untuk koagulasi berdasarkan jenis koagulan yang dapat digunakan adalah
Aluminium dengan laju alir limpahan 500-800 Gallon/hari-ft2 dan waktu tinggal 2-8 jam, Besi dengan laju alir limpahan
700-1000 Gallon/hari-ft2 dan waktu tinggal 2-8 jam dan Kapur – Soda dengan laju limpahan 700 – 1500 Gallon/hari-ft 2 dan
HASIL PENELITIAN

Dari data hasil penelitian pengolahan air limbah Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan sistem Dissolved Air
Flotation (DAF) yang berfungsi menghilangkan materi tersuspensi seperti minyak, lemak, gemuk dan padatan.
Pengolahan air limbah secara kimia (koagulasi dan flokulasi) dapat menurunkan padatan tersuspensi, penurunan COD
dan penurunan BOD. BOD sebelum diolah kadar konsentrasinya 100 mg/l turun menjadi 80 mg/l dan sudah sesuai
dengan Standar Baku Mutu. COD sebelum diolah kadar konsentrasinya 300 mg/l turun menjadi 160 mg/l dan sudah
sesuai dengan Standar Baku Mutu. Konsentrasi minyak dan lemak sebesar 35 mg/l setelah diolah turun menjadi 10
mg/l dan sudah sesuai dengan Standar Baku Mutu. Konsentrasi sulfida terlarut sebesar 3 mg/l setelah diolah turun
menjadi 0,5 mg/l dan sudah sesuai dengan Standar Baku Mutu.
SARAN

Pengolahan air limbah Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan sistem Dissolved Air Flotation (DAF) secara
Koagulasi dan Flokulasi ini sangat baik diterapkan dalam skala industri untuk pengolahan air limbah karena lebih praktis
dan biayanya juga lebih murah dibandingkan dengan pengolahan air limbah secara mikrobiologi.

Anda mungkin juga menyukai