Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran
Sosial Emosional
Tujuan khusus
Penggerak memahami konsep dan penerapan kompetensi
pembelajaran sosial emosional.
Motor: berdua
Becak: bertiga
Mobil: berempat
Delman: berlima
Kereta api: bersepuluh
Refleksi:
1. Apakah Anda menemukan gambaran diri sendiri?
2. Apakah Anda mengetahui gambaran diri peserta lain di kelompok?
3. Apa hal baru yang Anda peroleh?
Refleksi
5. Adakah peserta yang berhasil memengaruhi peserta lain?
6. Apa saja yang dilakukan peserta untuk dapat memengaruhi? Adakah pendekatan personal yang
dilakukan?
7. Apa pelajaran yang dapat diambil dari permainan ini terkait dengan pengambilan keputusan?
Refleksi:
4. Adakah peserta yang sama sekali tidak pernah maju? Siapakah yang
paling banyak maju?
5. Adakah peserta yang hanya bertemu dengan satu orang yang sama untuk
beberapa pertanyaan?
6. Adakah kesamaan-kesamaan yang dapat menyatukan semua peserta?
7. Apa dapat Anda pelajari dari permainan ini terkait komunitas belajar?
2
rutin baik komunitas belajar khusus per mapel maupun komunitas
belajar yang umum (menyangkut kompetensi). Terdapat situasi
yang dihadapi kepala sekolah sebagai penggerak komunitas di
sekolah ini. Guru-guru senior yang sudah bekerja selama lebih dari
25 tahun tidak tergerak untuk aktif mengikuti komunitas belajar itu
berkebalikan dengan guru-guru muda (junior) yang sangat
bersemangat untuk belajar bersama. Kondisi ini membuat proses
belajar tidak berjalan dengan baik karena guru-guru senior
cenderung pasif atau menghindari kegiatan komunitas belajar.
Akibatnya perubahan strategi pembelajaran hanya terjadi di kelas
yang diampu oleh guru-guru junior.
3 dilakukan dalam kegiatan belajar bersama. Oleh karena itu, beberapa guru
Permata Bunda sering diikutkan dalam pelatihan maupun kegiatan belajar
bersama di komunitas belajar antarsekolah. Kebanyakan guru yang ikut dalam
pelatihan dan kegiatan tersebut adalah guru-guru muda yang menguasai
keterampilan penggunaan gawai karena salah satu sumber belajar yang
digunakan memanfaatkan PMM. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, mereka
membagikan materi pada guru-guru lainnya. Saat berbagi mereka menghadapi
sikap skeptis guru-guru yang lebih senior atau lebih lama mengajar. Guru-guru
itu tidak memercayai apa yang disampaikan oleh juniornya karena merasa
memiliki pengalaman lebih. Akibatnya mereka tidak mau mempelajari apalagi
menerapkan praktik baik yang diperoleh guru-guru junior tersebut.
4
belajar di sekolahnya. Beliau mempelajari segala hal terkait komunitas
belajar baik melalui PMM, webinar, maupun sumber-sumber belajar
lainnya. Komunitas belajar antarsekolah baik yang ada di PMM maupun di
kecamatan dan kabupaten juga diikutinya. Setiap minggu, kepala sekolah
mengumpulkan guru-guru untuk berkegiatan belajar bersama. Dalam forum
itu, beliau banyak membagikan hal-hal yang sudah dipelajarinya. Beliau
banyak berbicara, menjelaskan, dan cenderung menjadi ‘pembicara tunggal’.
Pada awal kegiatan komunitas belajar ini dilakukan, guru-guru bersemangat
mengikutinya. Namun, belakangan mereka terlihat enggan bahkan mulai ada
yang menghindari kegiatan ini. Diduga penyebabnya adalah mereka merasa
bosan dengan metode yang dilakukan kepala sekolah yang berupa
penyampaian materi satu arah.
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/catatan-gp/pe
mbelajaran-sosial-emosional-2/
https://www.cfchildren.org/what-is-social-emotional-learning/#:~:text=Soci
al%2Demotional%20learning%20(SEL),academically%2C%20professiona
lly%2C%20and%20socially
https://dpi.wi.gov/sspw/mental-health/social-emotional-learning/theory-of-a
ction