Anda di halaman 1dari 41

AGD

dr. Rapto Hardian, Sp.An


• Arterial blood gas (ABG)
test darah yang menggunakan darah arteri,
seringnya dilakukan pada
arteri radialis pada pergelangan tangan
arteri femoralis
Pada monitoring yang lebih maju, darah dapat diambil melalui kateter
arteri.
• Tes ini digunakan untuk menentukan
– pH darah,
– sebagian tekanan karbondioksida dan oksigen
– serta kadar bikarbonat.
– Namun terdapat juga mesin yang lebih canggih yang dapat
memeriksa juga kadar laktate, hemoglobin, dan beberapa
elektrolit.
• Tes ABG terutama digunakan dibidang
pulmonologi, untuk menentukan tingkat
pertukaran gas yang berhubungan dengan
fungsi paru, namun empunyai peranan
juga dalam bidang medikasi yang lain.
• Kombinasi kelainan bisa sangat rumit dan
sulit diinterpretasi, oleh karena itu
kalkulator, alogaritme dan cara2 lainnya
banyak digunakan.
Pengambilan Gas Darah Arteri
• ALAT YANG DIPERLUKAN :
► Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin
► Kapas alcohol dan kassa steril
► Tutup jarum dari karet
► Kain pengalas
► Tempat berisi es batu
► Formulir permintaan
Prosedur Pengambilan Gas Darah Arteri

• Cara pengambilan darah arteri :


- siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan
heparin steril
- tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah
terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena
- bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis
dengan alkohol 70 %
- dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi
arteri tersebut
- kemudian lakukan tusukan / pungsi tegak lurus
( karena letaknya dalam) sampai terkena arteri tersebut
- bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang
akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam
semprit yang telah mengandung heparin. Cabut
semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga
tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga
darah tercampur rata dan tidak membeku.
- tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak
tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan
vena karena dengan vena lebih mudah membeku
daripada arteri.
- Segera kirim ke laboratorium ( sito )
• PELAKSANAAN
Tentukan tempat yang akan dilakukan penusukan.
– Siapkanspuit yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin
(pengisian dilakukan dengan menghisap 2 cc heparin,
kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc
dalam spuit).

– Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan


menggunakan kapas alkohol.
– Tusukkanjarum (450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri
femoralis), ketika jarum mengenai arteri, tidak diperlukan
aspirasi karena darah akan keluar dengan sendirinya.

– Setelah sampel darah cukup, cabut jarumdan lakukan


penekanan pada tempat penusukan.
– Penekanan dilakukan selama 5 menit untuk arteri radialis dan 10
menit untuk arteri femoralis.
Segerasetelah dicabut, cek kemungkinan adanya udara yang
terperangkap dalam spuit, bila ada cepat keluarkan.

– Putar-putar spuit diantara kedua telapak tangan agar tercampur


merata dengan heparin.

– Segera jarumditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat


dari karet, simpan sampel darah pada tempat yang diisi es batu
dan segera kirimkan ke laboratorium.

– Formulir pengiriman harus lengkap, jangan lupa mencantumkan


suhu tubuh klien saat pengambilan sampel darah.
KESEIMBANGAN ASAM – BASA
I. HENDERSON – HASSELBALCH.
Untuk interpretasi gangguan asam-basa adalah
pH darah yang diatur oleh PaCO2 dan
konsentrasi bikarbonat, menurut persamaan
Henderson – Hasselbalch.
pH rata-rata darah dan cairan extracellular
adalah 7,4.
pH darah normal = 7,35 – 7,45
• Sistem penyangga (buffer) utama tubuh yang
memelihara agar pH tetap konstan adalah:
1.Bicarbonat atau carbonic acid
Merupakan buffer terbesar dalam tubuh dan bekerja
pada ECF
2.Phosphate (Na H2PO4 dan Na2 HPO4)
Penting didalam erythrocyte dan sel lain, terutama
tubulus renalis yang memungkinkan ginjal
membuang ion hydrogen.
3.Protein (Pr – atau H Pr)
Predominan dalam sel, juga bekerja dalam plasma.
4.Erythrocyt (HbO2 atau H HbO2)
• pH yang konstan dipelihara secara bersama oleh
system buffer tubuh, paru-paru dan ginjal.
• Respons segera (dalam beberapa detik) terhadap ion
H + adalah buffer kimiawi dari H +, baik ICF maupun
ECF.
• Usaha kedua berupa pengendalian oleh paru-paru
terhadap CO2 melalui ventilasi alveolar (beberapa
menit).
• Usaha terakhir oleh ginjal terhadap HCO3– (sampai
beberapa hari).
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + + HCO3 –

•Sisi kiri adalah komponen respirasi, sisi kanan


adalah komponen metabolic-ginjal.
•Ginjal berperan dalam keseimbangan asam-basa
dengan mengatur HCO3 – plasma, dengan cara:
 Reabsorbsi HCO3 – yang terfiltrasi dan mencegah
kehilangan melalui urine
 Ekskresi kelebihan H + sehari-hari sebagai
kelebihan metabolisme
Dengan demikian dapat menahan atau membuang
HCO3 – sesuai kebutuhan, baik dengan Na +, K + atau
menukarnya dengan Cl -
Persamaan Henderson-Hasselbalch:
• pH darah tergantung rasio
bicarbonate/carbonic acid = 20/1 dan pH = 7,4
didalam plasma dan ECF.
• pH = HCO3 - / PaCO2
• pH normal = 7,35 – 7,45
• pH < 7,35 disebut asidosis dan pH > 7,45
disebut alkalosis
• Ketidak seimbangan metabolic terjadi bila gangguan
primer pada konsentrasi bikarbonat.
• Karena bikarbonat sebagai pembilang, maka
peningkatan bikarbonat akan meningkatkan pH,
disebut alkalosis metabolic.
• Sedangkan penurunan bikarbonat akan menurunkan
pH, disebut asidosis metabolic.
• Ketidak seimbangan respiratoric terjadi bila
gangguan primer pada konsentrasi CO2.
• Karena CO2 sebagai penyebut, maka peningkatan
CO2 akan menurunkan pH, disebut asidosis
respiratorik.
• Sedangkan penurunan CO2 akan meningkatkan pH
disebut alkalosis respiratorik.
Ada 3 respons kompensatorik:
1. Respons ECF dan ICF
2. Respons pernafasan terhadap CO2
3. Respons ginjal terhadap HCO3 – dan H +
Interpretasi
• Ada tiga langkah dalam melakukan
interpretasi ABG

• Langkah 1
Asidosis < 7,35 – 7,45 < alkalosis
• Langkah 2
Setelah ditentukan alkalosis atau asidosis
maka kita tentukan penyebab primer, metabolic
atau respiratorik
Untuk itu lihat PaCO2 bila pH turun maka
PaCO2 normalnya naik dan berlaku sebaliknya
pH dan PaCO2 beda arah  penyebab
primer respiratorik
• langkah 3
lihat HCO3 , normalnya bila pH naik maka
HCO3 akan naik juga dan berlaku sebaliknya
pH dan HCO3 sama arah  penyebab
primer metabolik
soal
• Langkah 1  asidosis
• Langkah 2  PaCO2 naik  primer
respiratorik
• Langkah 3  nilai bikarbonat normal (22-26)

 asidosis respiratorik
soal
• Langkah 1  alkalosis
• Langkah 2  normal ( 35 – 45)
• Langkah 3  bikarbonat naik  primer
metabolik

 alkalosis metabolik
soal
• Langkah 1  < 7,4  asidosis
• Langkah 2  turun  seharusnya bila pH
turun PaCO2 naik  sekunder/kompensasi
• Langkah 3  turun  primer metabolik

 asidosis metabolik terkompensasi


sebagian
soal
• Langkah 1  normal tapi < 7,4  asidosis
• Langkah 2  naik  primer respiratorik
• Langkah 3  naik  normalnya bila pH turun
maka bikarbonat turun 
sekunder/kompensasi

 asidosis respiratorik terkompensasi


sempurna
soal
• Langkah 1  normal tapi < 7,4  asidosis
• Langkah 2  naik  primer respiratorik
• Langkah 3  naik  normalnya bila pH turun
maka bikarbonat turun 
sekunder/kompensasi

 asidosis respiratorik terkompensasi


sebagian
soal
• Langkah 1  normal tapi > 7,4  alkalosis
• Langkah 2  naik  normalnya bila pH naik
maka PaCO2 turun  sekunder/kompensasi
• Langkah 3  naik  primer metabolik

 alkalosis metabolik terkompensasi


sempurna
1. ASIDOSIS – METABOLIK.
Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi
HCO3 plasma turun.
Gejala:
▪ Gangguan kardiovaskuler: vasodilatasi
perifer, kontraksi myocard terganggu
(pH < 7,1)
▪ Gangguan neurologist: kelelahan,
coma.
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: menahan HCO3 -, ekskresi garam-garam asam,
produksi ammonia meningkat
• ECF: menurunkan ion H +  H + masuk ke intrasel,
diikuti K + keluar dari intrasel hiperkalemia.
• Pernafasan: membuang CO2  hiperventilasi
• Laboratorium: pH < 7,35 HCO3 - < 22 mEq/L PaCO2
= 40 mmHg
Terapi:
• Infus Lactate Ringer’s (Na laktat di hepar dirubah jadi
Na bikarbonat)
• Bikarbonas natrikus (Na HCO3 ): BE x BW x 0,3 =
mEq/L
Blind: 1 mEq/kg, berikan 50 % dulu  dipakai bila pH
<7,1
2. ALKALOSIS – METABOLIK.
Terjadi peningkatan pH akibat
konsentrasi HCO3- plasma
meningkat.
Sering disertai berkurangnya volume
ECF dan hipokalemia
Gejala : pusing, disorientasi, kejang,
koma, kelemahan otot, mual muntah
dll
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: ekskresi HCO3 -, retensi garam-garam asam,
produksi ammonia turun
• ECF: meningkatkankan ion H +  H + keluar dari
intrasel, diikuti K + masuk ke intrasel hipokalemia.
• Pernafasan: menahan CO2  hipoventilasi

Terapi:
• Responsif Chloride : larutan garam isotonic + KCL
• Alkalosis berat : larutan HC
3. ASIDOSIS – RESPIRATORIK.
Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi
CO2 meningkat.
Gejala : somnolens, stupor, coma (PaCO2
>60 mmHg), TIK meningkat
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: menahan HCO3 -
• ECF: meningkatkankan ion H +  H +
keluar dari intrasel, diikuti K + masuk
ke intrasel
• Pernafasan: membuang CO2 
hiperventilasi

Terapi:
• kausatif
3. ALKALOSIS – RESPIRATORIK.
Terjadi penigkatan pH akibat konsentrasi
CO2 menurun.
Gejala : nafas pendek, kepala ringan, palpitasi,
syncope
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: membuang HCO3 -
• ECF: membuang ion H +  H + masuk ke
intrasel, diikuti K + keluar dari intrasel
• Pernafasan: menahan CO2  hipoventilasi

Terapi:
• kausatif

Anda mungkin juga menyukai