Anda di halaman 1dari 22

KONSEP KELUARGA

DEFINISI KELUARGA
 Bailon dan Maglaya (1978)
“Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing–masing
dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya”
 Menurut BKKBN (1999)
“Keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan
materil yang layak, bertakwa
kepada Tuhan, memiliki
hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
 Menurut Departemen Kesehatan (1988)
“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling bergantungan”.
 Menurut Friedman (1998)

“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga”
TIPE / BENTUK KELUARGA (SUDIHARTO,
2007)
 Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari
suami, istri, dan anak–anak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
 Keluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit
keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
 Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti
ditambah keluarga yang lain ( karena hubungan darah ),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu.
 Keluarga berantai (social
family) adalah keluarga yang
terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan suatu
keluarga inti.
 Keluarga duda atau janda,
adalah keluarga yang terbentuk
karena perceraian dan / atau
kematian pasangan yang
dicintai.
 Keluarga komposit (composite family), adalah keluarga
dari perkawinan poligami dan hidup bersama
 Keluarga kohabitasi ( cohabitation), adalah dua orang
menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki
anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak
lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun,
lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat
diterima.
 Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan
berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional
diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga
nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
 Keluarga inses ( incest family), seiring
dengan masuknya nilai–nilai global dan
pengaruh informasi yang sangat
dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang
tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya,
ayah menikah dengan anak perempuan
tirinya. Walaupun tidak lazim dan
melanggar nilai-nilai budaya, jumlah
keluarga inses semakin hari semakin
besar. Hal tersebut dapat kita cermati
melalui pemberitaan dari berbagai
media cetak dan elektronik.
PERAN KELUARGA ( FRIEDMAN, 1998)
1. Peran formal
a. Peran parenteral dan perkawinan Nyc dan Gecas (1976)
mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami–ayah dan ibu–istri :
 Peran sebagai provider (penyedia)

 Peran sebagai pengatur rumah tangga

 Peran perawatan anak

 Peran sosialisasi anak

 Peran rekreasi

 Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan


keluarga paternal dan maternal)
 Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)

 Peran seksual
b. Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu
hubungan perkawinan yang kokoh. Anak–anak terutama
dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang
memuaskan menciptakan situasi dimana suami-istri
membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu
hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas
perkembangan yang vital dari keluarga.
2. Peran informal
 Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.
 Inisiater–kontributor : Mengemukakan dan mengajukan ide–ide
baru atau cara–cara mengingat masalah–masalah atau tujuan–
tujuan kelompok.
 Pendamai (Compromiser) : Merupakan salah satu bagian
dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan
kesalahan posisi danmengakui kesalahannya atau
menawarkan penyelesaian.
 Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat
dan mengasuh anggota keluarga lain yang
membutuhkannya.
 Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan
merencanakan kegiatan–kegiatan keluarga yang berfungsi
mengangkat keterikatan atau keakraban.
FUNGSI KELUARGA ( FRIEDMAN, 1998 )
 Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan psiko social fungsi
efektif ini merupakan sumber energy kebahagiaan
keluarga
 Fungsi sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan


perkembangan individu dan keluarga di capai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi
dalam keluarga.
 Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan
sumberdaya manusia.
 Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh


keluarga sepertikebutuh makan, minum, pakaian, dan tempat
tinggal, dll.
 Fungsi keperawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan
kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :
 Keluarga mengenal masalah kesehatan

 Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat


untuk mengatasi masalah kesehatan.
 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan
 Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan
mempertahankan suasana rumah yang sehat.
 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat.
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
 adalah serangkaian kegiatan yang
merupakan implementasi dari ilmu
kebidanan yang diberikan melalui
praktik kebidanan dengan sasaran
keluarga dan ditujukan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan
pendekatan asuhan kebidanan
PERANAN BIDAN DALAM ASUHAN
KEBIDANAN KELUARGA
 Health Monitor, mengenal masalah kesehatan terutama yang terkait dengan
ilmu kebidanan dengan menganalisa data secara obyektif, serta berpera untuk
membuat keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam perkembangan
keluarga.
 Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit dengan memberikan
asuhan kebidanan kepada anggota keluarga yang memerlukan.
 Koordinator pelayanan kesehatan keluarga khususnya masalah kesehatan
yang terkait dengan praktik kebidanan.
 Sebagai Fasilitator, yaitu mampu menjadikan pelayanan kesehatan khususnya
dalam lingkup kebidanan itu mudah dijangkau oleh keluarga serta mampu
mencarikan cara pemecahan masalahnya.
 Pendidik kesehatan, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku
yang kurang/tidak sehat menjadi perilaku sehat.
 Penyuluh dan konsultan yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang
asuhan kebidanan dasar dalam keluarga.
TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
 Memberikan Asuhan/Pelayanan secara Langsung.
 Pendokumentasian Proses Asuhan Kebidanan

 Koordinasi dengan Tim Pelayanan Kesehatan lain dan


Manajemen Kasus
 Menentukan Frekuensi dan Lamanya Asuhan/Pelayanan
Kebidanan
TUJUAN ASUHAN KELUARGA
TUJUAN UMUM
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga
dalam meningkatkan, mencegah, dan memelihara kesehatan
mereka sehingga status kesehatannya semakin meningkat serta
mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif
TUJUAN KHUSUS
 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi khusunya yang berkaitan
dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA).
 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan yang tepat.
 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
pelayanan terhadap anggota keluarga yang sakit.
 Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka
meningkatkan mutu hidup keluarga
LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBERIKAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
 Membina hubungan yang baik dengan
seluruh anggota keluarga
 Melaksanakan pengkajian untuk menentukan
adanya masalah kesehatan keluarga.
 Menganalisa data untuk menentukan masalah
kesehatan keluarga, dengan melakukan
pengelompokan data.
 Merumuskan masalah dan mengelompokkan
masalah dengan mengacu kepada tipologi
dan sifat masalah kesehatan keluarganggota
keluarga
 Menentukan sifat dan luasnya masalah dan
kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas-
tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
 Menentukan Skala Priotitas Masalah kesehatan
keluarga dengan mempertimbangkan :
 Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan Keluarga
sesuai dengan urutan prioritas masalah yang telah
disusun dengan langkah-langkah
 Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan
kebidanan keluarga sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
 Melaksanakan Evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
 Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang
belum teratasi dan merumuskan kembali Rencana
Asuhan Kebidanan yang baru.
 Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai