Anak dalam suatu keluarga merupakan buah cinta kasih dari orang tua sebagai penerus keturunan, merupakan karunia dan sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, sebagai manusia yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keturunan. Selain itu, anak pada hakekatnya seorang yang berada pada satu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa. Setiap orangtua berharap memiliki anak yang sehat, baik fisik maupun mental, akan tetapi tidak semua pasangan dikaruniai anak sehat, sebagian anak ada yang terlahir dalam keadaan yang kurang sempurna, dalam hal ini disebut dengan anak penyandang disabilitas. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak- anak yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Istilah anak-anak dengan kebutuhan khusus tidak mengacu pada sebutan untuk anak-anak penyandang cacat, tetapi mengacu pada layanan khusus yang dibutuhkan anak- anak dengan kebutuhan khusus. Ada berbagai jenis kategori dalam lingkup jangka waktu anak-anak dengan kebutuhan khusus Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, anak-anak dengan kebutuhan khusus dikategorikan dalam hal anak-anak tunanetra, anak-anak tuna rungu, anak-anak dengan kecacatan intelektual, anak-anak penyandang cacat motorik, anak-anak dengan gangguan emosi sosial, dan anak-anak dengan bakat cerdas dan khusus. Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik berbeda dari satu ke yang lain. Selain itu, setiap anak dengan kebutuhan khusus juga membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik mereka. Penting untuk melaksanakan kegiatan identifikasi dan penilaian untuk mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan mereka. Hal ini dianggap penting untuk mendapatkan layanan yang tepat sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan kemampuannya. Pemenuhan hak-hak anak berkebutuhan khusus dilakukan agar para penyandang disabilitas dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. HAK-HAK YANG DIMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Pemenuhan hak-hak anak berkebutuhan khusus dalam perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, yaitu; 1. Hak kesehatan 2. Hak pendidikan 3. Hak bebas dari diskriminasi Hak kesehatan
O Pemerintah telah memberikan fasilitas khusus,
yaitu menyediakan antrian tersendiri bagi penyandang disabilitas, memberikan pelayanan gratis, layanan konsultasi gizi, memberikan alat bantu, dan informasi tentang penyandang disabilitas mental maupun fisik. Hak pendidikan
O Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 Tentang Penyandang Disabilitas disebutkan bahwa: “Hak pendidikan bagi penyandang disabilitas yaitu mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus.” Hak bebas dari diskriminasi
O , Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 Tentang Penyandang Disabilitas disebutkan bahwa: “Hak bebas dari diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi yaitu mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual KONSEP LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS O Anak berkebutuhan khusus sering dikucilkan atau termaginalkan dari lingkungan sekitar. Anak-anak berkebutuhan khusus sering menerima perlakuan yang diskriminatif dari orang lain. Bahkan untuk menerima pendidikan saja mereka sulit. Beberapa sekolah regular tidak mau menerima mereka sebagai siswa. Alasannya guru di sekolah tersebut tidak memiliki kualifikasi yang memadai untuk membimbing anak berkebutuhan khusus. Terkadang sekolah khusus letaknya jauh dari rumah mereka, sehingga banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak mengenyam pendidikan. O Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu disediakan berbagai layanan pendidikan atau sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, baik menyangkut sistem pembelajaran, fasilitas yang mendukung, maupun peran guru yang sangat penting untuk memberikan motivasi dan arahan yang bersifat membangun. O KONSEP LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu: 1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa, sehingga anak ini tidak dapat belajar. 1. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal serta akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan iteraksi- komunikasi, gangguan emosi, sosial dan tingkah laku. Dengan kata lain, anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen sama artinya dengan anak penyandang kecacatan (difabel). JENIS-JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN LAYANAN PENDIDIKAN Tunanetra
Anak tunanetra membutuhkan latihan khusus yang meliputi, latihan
membaca dan menulis huruf braille, penggunaan tongkat, orientasi dan mobilitas, serta melakukan latihan visual atau fungsional pada penglihatannya. Layanan pendidikan bagi anak tunanetra dapat dilaksanakan melalui sistem segregasi, yaitu suatu sistem yang terpisah dari anak yang masih memilki penglihatan yang masih bagus dan integrasi atau terpadu dengan normal di sekolahan umum lainnya. Tempat pendidikan dengan sistem segregasi meliputi sekolah khusus, yaitu SLB-A, SLB-B dan lainnya. Tunarungu
O Layanan bagi anak yang tunarungu adalah sekolah yang di
dalamnya menyertakan guru pendamping yang berlatarbelakang Pendidik Luar Biasa (PLB), berempati terhadap anak tunarungu agar pembelajaran yang diberikan dapat dipahami dengan mudah, lingkup sekolah inklusi harus kondusif dan sarana prasarana yang mendukung bagi ABK. Pembelajaran yang paling penting terhadap anak yang tunarungu adalah pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa dapat diperoleh melalui percakapan. Tunagrahita O Layanan pendidikan bagi tunagrahita diantaranya mendapatkan kelas transisi yaitu salah satu kelas persiapan dan pengenalan pengajaran, memerlukan sekolah khusus/SLB dan dengan tenaga pendidikan khusus, dan mendapatkan pendidikan terpadu serta panti rehabilitasi. Tunadaksa
O Model pelayanan bagi tunadaksa dibagi menjadi dua kategori,
yaitu "sekolah khusus" dan "sekolah terpadu". Sekolah khusus dipergunakan bagi anak yang mengalami masalah intelektualnya, seperti retardasi mental/kesulitan gerakan dan emosinya. Sedangkan sekolah terpadu dipergunakan bagi anak tunadaksa yang memiliki intensitas masalah yang relatif ringan dan tidak disertai problem penyerta. Dengan kata lain, pelayanannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolah reguler. Tunalaras O Pengembangan pendidikan sebaiknya paralel atau dikaitkan dengan mengintensifkan usaha bimbingan penyuluhan di sekolah reguler. Caranya dengan pendidikan jasmani adaptif, yaitu suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Autisme O Suasana belajar yang tepat bagi anak autis adalah sesuai dengan kemampuan anak dan gaga belajar. Pada umumnya anak antis akan mendapatkan hasil yang baik apabila dibaurkan dengan anak-anak normal maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus lainnya. Materi yang diajarkan untuk anak autis adalah seperti latihan untuk berkomunikasi (bahasa ekspresif dan reseptif), keterampilan bantu diri, keterampilan berperilaku di depan umum, setelah itu dapat diajarkan hal lain yang disesuaikan dengan usia dan kematangan anak, serta tingkat intelegensi pada setiap anak. Down syndrome O Pada dasarnya layanan pendidikan bagi mereka adalah menimbulkan semangat dalam belajar. Mereka juga harus mendapatkan pembelajaran akademis dari anak- anak yang lain, misalkan membaca dan menulis. Jadi, setiap anak yang termasuk dalam anak berkebutuhan khusus hams mendapatkan perhatian yang lebih dari keluarga, sekolah dan masyarakat. BENTUK-BENTUK LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS O Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi dari model segregasi ke model mainstreaming bentuk- bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu: Bentuk Layanan Pendidikan Segregrasi O Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menangah Atas Luar Biasa. Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan yang paling tua. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu atau Terintegrasi O Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap. Sistem pendidikan integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu, yaitu sistem pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagaian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi. LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF Inklusi atau pendidikan inklusif bukanlah istilah lain dari pendidikan khusus. Konsep pendidikan inklusif mempunyai banyak kesamaan dengan konsep yang mendasari pendidikan untuk semua (education for all) dan konsep tentang perbaikan sekolah (schools improvement). Dalam seminar Agra tahun 1998 telah dirumuskan bahwa esensi pendidikan inklusi hakekatnya, adalah: 1. Pendidikan yang lebih luas daripada pendidikan formal, mencakup pendidikan di rumah, masyarakat, sistem nonformal dan informal. 2. Suatu pendidikan yang mengakui bahwa semua anak dapat belajar. 3. Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan memenuhi kebutuhan semua anak. 4. Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak, yaitu perbedaan usia, gender, etnik, bahasa, ketunaan, status kesehatan, dan kemampuan. 5. Merupakan proses yang dinamis yang senantiasa berkembang sesuai dengan budaya dan konteksnya. 6. Merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempromosikan masyarakat yang inklusif. O Definisi di atas menggambarkan sebuah model pendidikan inklusif yang mendasarkan konsep- konsep tentang, yang terdiri dari anak, sistem pendidikan, keragaman dan diskriminasi, proses memajukan inklusi, dan konsep tentang sumber daya. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: Konsep tentang Anak
a) Hak semua anak untuk memperoleh pendidikan di
dalam masyarakatnya sendiri b) Semua anak dapat belajar dan anak dapat mengalami kesulitan dalam belajar c) Semua anak membutuhkan dukungan dalam belajar d) Pembelajar berpusat pada anak menguntungkan semua anak Konsep tentang Sistem Pendidikan dan Sekolah
a) Pendidikan lebih luas daripada pendidikan formal di
sekolah (formal schooling) b) Fleksibel, sistem pendidikan bersifat responsif c) Lingkungan pendidikan ramah terhadap anak d) Perbaikan mutu sekolah dan sekolah yang efektif e) Pendekatan yang menyeluruh dan kolaborasi dengan mitra kerja Konsep tentang Keberagaman dan Diskriminasi a) Menghilangkan diskriminasi dan pengucilan (exclusion) b) Memandang keragaman sebagai sumber daya, bukan sebagai masalah c) Pendidikan inklusif menyiapkan siswa yang dapat menghargai perbedaan- perbedaan Konsep tentang Proses Memajukan Inklusi
a) Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam
inklusi b) Meningkatkan partisipasi nyata dari semua pihak c) Kolaborasi dan kemitraan d) Metodologi partisipatori, penelitian tindakan dan kolaboratif inkuairi Konsep tentang Sumberdaya
a) Memanfaatkan sumber daya loakal yang tersedia
(local resources) b) Mendistribusikan sumber daya yang tersedia c) Memandang manusia (anak, orang tua, guru, kelompok orang yang termarginalkan) sebagai sumberdaya kunci …SEKIAN DAN TERIMA KASIH…