Anda di halaman 1dari 66

Laporan kasus

G4P1A2H1 GRAVID 37-38 MINGGU, INPARTU KALA 1


FASE LATEN + PEB JTHIU LETAK LINTANG

Oleh:
Kepaniteraan Klinik Junior Obstetri dan Ginekologi
Periode 9-14 Maret 2020

Pembimbing:
dr. Ruza P. Rustam, Sp.OG

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Pekanbaru 2020
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LAPORAN KASUS
OUTLINE BAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara berkembang masih
tinggi yaitu 1 dari 11 perempuan meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan.
 Pada tahun 2015 SDKI mencatat peningkatan AKI yang
signifikan yaitu 228359 kematian ibu per 100.000
kelahiran ibu
 Tiga penyebab utama kematian ibu, yaitu :
1. Perdarahan (30%)
2. Hipertensi dalam kehamilan (25%)
3. Ineksi (12%)
BAB 2 LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Desi Nilaswati Nama Suami : Tn. Mahendra
Umur : 35 tahun Umur : 31 tahun
Pendidikan: SMA Pendidikan: SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Alamat : Jl. Hang Tuah Alamat : Jl.Jl. Hang Tuah
Gg. Mangga Pekanbaru Gg.ManggaPekanbaru
No. MR : 01038372
ANAMNESIS
Seorang pasien masuk kamar bersalin RSUD AA pada tanggal 09 maret
pukul 10:00 WIB kiriman RSIA Zainab dengan riwayat sesak napas.

 Primary Survey
Airway : Clear
Breathing : RR 20 x/menit, SpO2 98%, diberikan nasal canul 4 liter
Circulation : TD 160/100 mmHg, diberikan nifedipin MAP 20%,
MgSO4 dosis maintanance (gram/jam)
Disability : GCS 15, kejang (-)
Exposure: inspeksi vulva dan uretra tenang
ANAMNESIS

 Keluhan Utama

Sesak dan nyeri pinggang


ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke VK IGD RSUD AA rujukan dari RS Zainab dengan keluhan


sesak 1 jam SMRS, pasien sedang dalam tatalaksana di RS Zainab. Pasien
diberi MgSO4 karna saat dalam pemeriksaan, tekanan darah sistolik
pasien 160, protein urin +2. Riwayat hipertensi dalam kehamilan 2 bulan
terakhir, riwayat HT sebelum kehamilan sebelumnya negatif. Sesak saat
aktifitas (-) batuk (+) 3 hari, demam (-). Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
(-), keluar air-air dari jalan lahir (-), lendir campur darah (-), keluar darah
dari jalan lahir (-). Pasien langsung dirujuk ke RSUD Arifin Achmad atas
indikasi G4P1A2H1 Gravid 37-38 minggu + PEB + letak lintang.
ANAMNESIS
 Riwayat Hamil Muda
Mual (-), muntah (-), Preeklamsi Berat (-)
 Riwayat Hamil Tua
Mual (+), muntah (-), Preeklamsia Berat (+) dalam kehamilan 2 bulan terakhir
 Riwayat ANC
Rutin selalu mengontrol kehamilan setiap bulan sebanyak 2 kali ke bidan, 5
kali ke dokter umum dan 3 kali ke dokter Sp.OG
 Riwayat Makan Obat
Pasien pernah mengkonsumsi obat anti hipertensi sebelum kehamilan.
ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Dahulu

PEB (+), Hipertensi (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), penyakit hati
(-), penyakit ginjal (-), DM(-), Alergi(-), riwayat operasi(-)

 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit menular seksual (-), Riwayat penyakit turunan (-),


Riwayat penyakit kejiwaan(-)
ANAMNESIS
 Riwayat Haid

Menarche usia 14 tahun, siklus teratur 28 hari, lama haid 5-6 hari, ganti pembalut 2-3 kali per
hari, nyeri haid (-), HPHT 27 juli 2019

 Riwayat Perkawinan
1 kali,
 Riwayat Kehamilan
a. 2009/Perempuan/3900/aterem/pervaginam/bidan/klinik
b. 2014/Abortus/19 minggu/ kuret/Sp.OG/petala bumi
c. 2015/Abortus/19 minggu/kuret/Sp.OG/RS Zainab
d. Hamil saat ini
 Riwayat KB
KB suntik sejak 4 tahun yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda vital
•Tekanan darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 94 x/menit
 Suhu : 36,7˚C
 Pernafasan : 20 x/menit
 Gizi
◦ BBSH : 86 kg
◦ BBH : 101 kg
◦ TB : 160 cm
◦ IMT : 34
PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Kaku kuduk (-)
THT : Pembengkakan kelenjar tiroid (-), pembengkakan KGB (-)
Dada/Paru : Vesikuler (+/+), rhonki(-/-), wheezing(-/-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen : Status lokalis
Genetalia : Status lokalis
Ekstremitas :Akral hangat, edema (+/+), CRT<2 detik
PEMERIKSAAN FISIK
Status Obstetrikus

Muka : Hiperemis gravidarum (+)


Mammae : Areola menghitam, kelenjar montgomery (+), puting tidak retraksi
Abdomen:
Inspeksi: Perut tampak membuncit, sesuai kehamilan preterm.
Palpasi:
◦L1 : TFU teraba pada 2 jari di bawah proceccus xypoideus, teraba massa kurang bulat dan lunak.
◦L2 : Teraba bagian bulat, keras, melenting pada sisi kanan ibu, tidak melenting pada sisi kiri ibu.
◦L3 : Teraba tahanan memanjang
◦L4 : Konvergen 5/5
◦ TFU : 31 cm
◦HIS : (-)
Auskultasi: DJJ = 150 dpm, regular.
PEMERIKSAAN FISIK
 Status Obstetrikus
Genitalia Eksterna
Inspeksi / Palpasi : Vulva dan urethra tampak tenang

Genitalia Interna
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG: Laboratorium (09 maret 2020)
 Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,4 g/dl (normal: 12-16 g/dl)
Leukosit : 12,75 x 103/ul (normal: 4,8-10,8 x 103/ul)
Trombosit : 173 x 103/ul (normal: 150-450 x 103/ul)
Eritrosit : 3,41 x 106/ul (normal: 150-450 x 106/ul)
Hematokrit : 27,9% (normal: 37-47%)

 Faal Hemostatik
PT : 13,1 detik (normal: 11,6-14,5 detik)
APTT : 31,1 detik (normal: 28,6-42,2 detik)
PEMERIKSAAN PENUNJANG: Laboratorium (09 maret 2020
 Kimia Darah
Albumin : 3,0 g/dl (normal: 3,4-4,8 g/dl)
AST : 18 u/l (normal: 10-40 u/l)
ALT : 15 u/l (normal: 10-4- u/l)
GDS : 97 mg/dl (normal: <100 mg/dl)
 Imunologi
HbsAg kualitatif: Non reaktif (normal: non reaktif)
HIV kualitatif : Non reaktif (normal: non reaktif)
 Urine
Protein : + 2 (Normal: negatif)
PEMERIKSAAN PENUNJANG: USG (9 maret 2020)

 Janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala


 FM (+), FHR (+)
 Biometri :
• BPD : 8.85 cm
 AC : 28.37 cm
 FL : 67.04 cm
 EFW : 2443 gram
 Kesan : janin tunggal hidup intra uterin presentasi punggung, gravid 37-38
minggu sesuai biometri
PEMERIKSAAN PENUNJANG: USG (09 maret 2020)
DIAGNOSIS

G4P1A2H1 gravid 37-38 minggu inpartu, kala I fase laten + PEB JTHIU
letak lintang.

DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi kronik
PENATALAKSANAAN
1. IVFD RL Drip MgSO4 40% 2 gr/jam 33 tpm (24 jam pos sc)
2. Paracetamol tab 3 x 500 mg
3. Metildopa tab 3 x 500 mg
4. Hemofort tab 1 x 1
5. Cek DPL post OP 6 jam
6. Mobilisasi bertahap
7. Rawat teratai 1
RENCANA TINDAKAN
Terminasi kehamilan periabdominam (SC cito), konsul ke dokter
spesialis anastesi, konsul ke dokter spesialis anak.
LAPORAN TINDAKAN
TANGGAL DAN WAKTU RUANG KELAS
9 Maret 2020, Pukul: 00.00- OK IGD
01.00 WIB
DIAGNOSIS PRA OPERASI :
G4P1A2H2 gravid 37-38 minggu, inpartu kala 1 fase laten, PEB + STHIV, letak lintang

DIAGNOSIS PASCA OPERASI :


P2A2H2 post SCTPP a/i inpartu kala 1 fase laten + PEB

JARINGAN YANG DIEKSISI/ INSISI : Uterus


DIKIRIM UNTUK PEMERIKSAAN : Tidak
NAMA JENIS OPERASI : SC TPP cito
TANGGAL OPERASI JAM OPERASI LAMA ANESTESI
09 Maret 2020 16.40 WIB s/d BERLANGSUNG
17.35 WIB 55 menit
LAPORAN TINDAKAN
1. Pasien terlentang di meja operasi dalam general anestesi
2. Asepsis dan antisepsis daerah operasi
3. Daerah operasi diperkecil dengan menutupkan duk steril.
4. Di lakukan insisi pfanensteil pada dinding abdomen dibuka lapis demi lapis
5. Saat peritonium dibuka, Tampak uterus gravidarus
6. Diameter brghost melingkar kea rah vesica
7. Insisi semilunar SBR disayat, air ketuban sisa jernih
8. Dengan ekstraksi kaki, Lahir bayi laki-laki dengan BB: 2900 gr PB : 47 cm A/S: 8/9
Ballard score : 36 -38 minggu
9. Plasenta dikeluarkan dengan tarikan ringan, sisa plasenta dibersihkan, berat plasenta
470 gr, pre 35 cm,
10.kavum uterus dibersihkan dari sisa selaput,
LAPORAN TINDAKAN
11. Dilakukan penjahitan lapisan miometrium 1 lapis
12. Diyakini hemostasis baik, kedua tuba dan ovarium dalam batas normal
13. Rongga abdomen dibersihkan dari darah
14. Diyakini kontraksi uterus baik, dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
15. Tindakan selesai
16. Perdarahan intra operatif 200cc (selama operasi)

Telah lahir bayi laki-laki dengan berat 2900 gram, PB 47 cm, AS 8/9,
Ballard score: 36-38. Placenta dikeluarkan dengan lengkap dengan berat
470 gram.
INSTRUKSI PERAWATAN PASCA OPERASI
1. IUVD RL drip MgSO4 40% 2 gr/jam 33 tpm (sampai 24 jam post SC)
2. Drip oksitosin 10 IU selama 24 jam
3. Paracetamol tab 3 x 500 mg
4. Metildopa tab 3 x 500 mg
5. Hemafort tab 1 x 1
6. Mobilisasi bertahap
OBSERVASI KALA IV
Pukul TD N RR T TFU Kontraksi Perdarahan Input/output

17.45 120/80 70 20 36,7 Setinggi pusat Baik -


Setinggi pusat Baik
18.00 125/90 80 20 36,7 -
Setinggi pusat Baik
18.15 120/70 70 20 36,7 -
Setinggi pusat Baik
18.30 120/69 64 20 36,7 -
Setinggi pusat Baik
18.45 130/90 71 20 36,7 - 450cc
Setinggi pusat Baik
19.00 120/90 80 20 36,7 -
Setinggi pusat Baik
19.15 135/80 75 20 36,6 -
Setinggi pusat Baik
19.30 140/78 80 20 36,6 -
Setinggi pusat Baik
19.45 138/73 70 20 36,6 - 500 cc
Setinggi pusat Baik
20.15 138/80 70 20 36,7 sedikit
Setinggi pusat Baik
20.45 141/82 75 20 36,7 sedikit
Setinggi pusat Baik
21.15 138/81 70 20 36,8 sedikit
Setinggi pusat Baik
21.45 143/84 70 20 36,7 sedikit
FOLLOW UP
Tanggal Jam Perjalanan Penyakit Instruksi
PPA
10/03/2020 06.00 S : nyeri bekas luka operasi, pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), 06.00 nyeri kepala (-)
O : KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 130/88 mmHg
HR : 86 x / menit
RR : 30 x / menit
T : 36,6°C
B : ASI (-)
U : Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat
B : BAK (-)
B : BAK (-)
L : Lokhia (+)
E : Luka bekas operasi tertutup perban
M : Mobilisasi bertahap
A : P2A2H2 post SCTPP ai inpartu kala I fase laten + PEB
P : - IVFD RL drip MGSO4 40% 2 gr/jam 33 tpm (sampai 24 jam post sc
- drip oksitosin 10 IU selama 24 jam
- paracetamol tablet 3 x 500 mg
- metildopa tab 3 x 500 mg
- hemafort tab 1 x 1
- mobilisasi bertahap
- cek DPL lengkap post op 6 jam
FOLLOW
Tanggal Jam
UP PerjalananPenyakit Instruksi
PPA
10/03/20 14.00 S : nyeri bekas luka operasi, pandangan kabur (-), nyeri kepala (-), nyeri ulu
20 hati (-)
O : KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmenits
TD : 150/80
HR : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 37,0C
B : ASI (+)
U : TFU 2 jari di bawah pusat
B : BAK (+)
B : BAB (-)
L : Lokhia (+)
E : luka bekas operasi ditutup perban
M : mobilisasi bertahap
A :- IVFD RL drip MGSO4 40% 2 gr/jam 33 tpm (sampai 24 jam post sc)
- drip oksitosin 10 IU selama 24 jam
- paracetamol tab 3 x 500 mg
- metildopa tab 3 x 500 mg
- hemafort tab 1 x 1
- mobilisasi bertahap
FOLLOW UP
Tanggal Jam Perjalanan Penyakit Instruksi
PPA
11/03/20 06.00 S : nyeri bekas op (+), pandangan kabur (-), pandangan kabur (-), nyeri
20 kepala (-), nyeri ulu hati (-)
O : KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
TD : 148/90 mmHg
RR : 86 x/menit
T : 36,9°C
B : ASI (+)
U : Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat
B : BAK (+)
B : BAB (-)
L :
E : Luka operasi ditutup perban
M : mobilisasi bertahap
A : P2A2H2 post SCTPP ai inpartu kala I fase laten + PEB + POD II
P : - IVFD RL 20 tpm
- paracetamol 3 x 500
- metildopa 3 x 500
- hemafort 1 x 1
TINJAUAN
BAB 3 PUSTAKA
PREEKLAMSI : Definisi

Preeklampsia merupakan penyakit yang ditandai dengan


adanya hipertensi, edema dan proteinurin yang timbul
akibat kehamilan dengan penyebab pasti belum
diketahui. Preeklampsia juga diartikan sebagai hipertensi
yang terjadi setelah 20 minggu usia kehamilan yang
disertai dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam atau ≥+1
dengan uji dipstik.3
PREEKLAMSI : Etiologi

Penyebab preeklampsia paling banyak karena


iskemik plasenta.
PREEKLAMSI : Faktor Risiko

1. Nullipara
2. Gemelli
3. Usia <20 tahun atau >35 tahun
4. Riwayat keturunan dan obesitas.
PREEKLAMSI : Patofisiologi

 Patofisiologi
Teori:
Invasi Trofoblas yang Abnormal
Aktivasi Sel Endotel
Intoleransi Imunologik Ibu dan Janin
Faktor Genetik
Faktor Nutrisi
PREEKLAMSI : Diagnosis dan Gambaran klinis
PREEKLAMSI : Tatalaksana
Sikap Terhadap Penyakit (Medikamentosa)
Sikap Terhadap Kehamilannya
PREEKLAMSI : Tatalaksana
Syarat-syarat pemberian MgSO4.
a. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit.
b. Refleks patella (+) kuat.
c. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres
napas.
MgSO4 dihentikan bila:
d. Ada tanda-tanda intoksikasi.
e. Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
f. Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah
satu obat berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam,
atau fenitoin.
PREEKLAMSI : Komplikasi
1. kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah
2. gangguan ginjal
3. gangguan hematologis
4. gangguan kardiovaskular
5. gangguan hati, gangguan pernafasan
6. sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet
count),
7. gangguan pada janin seperti pertumbuhan terhambat,
prematuritas hingga kematian dalam rahim
PREEKLAMSI : Prognosis
Gejala perbaikan setelah persalinan akan semakin tampak 
jika penanganan tepat dan cepat
Persalinan dengan Letak Lintang : Klasifikasi Letak
Lintang

Klasifikasi letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi


berdasarkan:
Letak kepala
•Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu.
•Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.
Letak Punggung
•Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior.
•Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-
posterior.
•Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior.
•Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior.
Persalinan dengan Letak Lintang : Definisi
letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam
uterus dengan sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus
pada sumbu panjang ibu.
Persalinan dengan Letak Lintang : Etiologi
•Multiparitas
•Fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD
•Hidrosefalus
•Pertumbuhan janiun terhambat atau janin mati
•Kehamilan premature
•Kehamilan kembar
•Panggul sempit
•Tumor di daerah panggul
•Kelainan bentuk rahim
•Kandung kemih serta rektum yang penuh
•Plasenta Previa
Persalinan dengan Letak Lintang : Patofisiologi
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung
menyebabkan uterus beralih ke depan, sehingga
menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi
sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau
melintang
Persalinan dengan Letak Lintang : Diagnosis
Pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, pemeriksaan dalam:
1) Inspeksi
fundus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai
dengan umur kehamilannya.
2) Palpasi
•fundus uteri kosong
•bagian yang bulat, keras, dan melenting berada di samping
•di atas simfisis juga kosong, kecuali jika bahu sudah turun ke dalam
panggul atau sudah masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP)
•kepala teraba di kanan atau di kiri.
Persalinan dengan Letak Lintang : Diagnosis
3) Auskultasi
denyut jantung janin di temukan di sekitar umbilicus atau setinggi pusat.

Pemeriksaan Dalam
•Teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan,
teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri
•bila kepala di kiri ketiak menutup di kiri
• letak punggung di tentukan dengan adanya scapula, letak dada, klavikula,

Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau foto rontgen dengan diperoleh hasil
kepala janin berada di samping.
Persalinan dengan Letak Lintang : Mekanisme Persalinan
Janin hanya dapat lahir spontan bila kecil ( premature), sudah mati,
dan menjadi lembek, atau bila panggul luas. Beberapa cara janin
letak lintang lahir spontan yaitu:

1. Evolutio Spontanea
Variasi Mekanisme lahirnya janin dengan letak lintang akibat fleksi lateral yang
maksimal dari tubuh janin ada dua cara yaitu :
•Menurut DENMAN
Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
•Menurut DOUGLAS
Bahu masuk ke dalam rongga panggul kemudian di lewati oleh bokong dan kaki,
sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya
Persalinan dengan Letak Lintang : Mekanisme Persalinan
2. Conduplicatio Corpore
Kepala tertekan ke dalam perut anak dan seterusnya anak lahir dalam keadaan
terlipat. Yang paling dulu tampak dalam vulva ialah daerah dada dibawah bahu,
kepala, toraks melalui rongga panggul bersamaan.
Persalinan dengan Letak Lintang : Penanganan Letak Lintang
1. Sewaktu Hamil
Usahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar
2. Sewaktu Partus
•Pada permulaan persalinan diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi
presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum
pecah
•Pada seseorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera
dilakukan seksio sesaria
•Pada multipara dapat ditunggu dan di awasi sampai pembukaan serviks lengkap
untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Apabila ketuban pecah sebelum
pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio
sesarea
Seksio Sesaria : Definisi
Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500
gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Seksio Sesaria : Indikasi
1. Ibu :
• Disproporsi kepala panggul/CPD
• Disfungsi uterus
• Distosia jaringan lunak
• Plasenta previa
2. Anak
• Janin besar
• Gawat janin
• Letak lintang
BAB 4 PEMBAHASAN
DAFTAR MASALAH

1. Bagaimana menegakkan diagnosis PEB?


2. Apakah faktor resiko terjadinya PEB?
3. Apakah tatalaksana PEB pada kasus ini sudah tepat?
4. Apakah edukasi yang diberikan kepada pasien PEB?
5. Bagaimanakah cara menegakan diagnosis pasien dengan kehamilan
letak lintang?
6. Apakah faktor resiko terjadinya kehamilan dengan letak lintang?
7. Apakah tatalaksana kehamilan dengan letak lintang pada kasus ini
sudah tepat?
8. Apakah edukasi yang diberikan kepada pasien dengan kehamilan letak
lintang?
Bagaimana Menegakkan Diagnosis PEB?

Berdasarkan data-data yang diambil dari anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis kerja pasien:

G4P1A2H1 gravid 37-38 minggu, inpartu kala I fase laten preeklampsia


berat janin tunggal hidup intrauterine letak lintang
Apakah Faktor Resiko Terjadinya PEB?

Pada pasien ini terdapat risiko bahwa pasien mengalami obesitas


sehingga pada kehamilan memiliki faktor risiko terjadinya
preeklamsia berat.
Apakah Tatalaksana Kasus Ini Sudah Tepat?

Telah tepat. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjung maka pasien ini memenuhi beberapa indikasi untuk
dilakukannya terminasi pada pasien dengan PEB.
Apakah Edukasi yang Diberikan Kepada Pasien?

pasien harus diedukasikan perihal pemakaian alat kontrasepsi


atau pada kehamilan berikutnya pasien harus melakukan
pemantauan yang lebih terhadap tekanan darah selama
kehamilan dan melakukan antenatal care lengkap. Antenatal
care minimal dilakukan 4 kali dengan rincian 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada
trimester ketiga.
Bagaimanakah cara menegakan diagnosis pasien dengan kehamilan letak lintang?

Pada pasien ini dari pemeriksaan fisik abdomen, saat dilakukan


leopold didapatkan, leopold I TFU teraba 2 jari dibawah proceccus
xypodeus, dan teraba bagian kecil. Lepolod II teraba bagian bulat,
keras dan melenting pada sisi kanan ibu dan pada sisi kiri ibu teraba
massa, kurang bulat dan lunak.Leopold III teraba tahanan
memanjang dan leopold IV konvergen 5/5.Pada pemeriksaan dalam
(VT) diperoleh hasil portio lunak, arah posterior, ketuban (+), OUE
terbuka 2cm, bagian terbawah sulit dinilai.Dari pemeriksaan
penunjang yaitu USG diperoleh kesan janin tunggal hidup intra uterin
letak lintang, gravid 37-38 sesuai biometri.
Apakah faktor resiko terjadinyakehamilan dengan letak lintang?

1. Faktor risiko janin letak lintang adalah :


2. Multiparitas dengan dinding uterus lembek
3. Panggul sempit
4. Hidrosefalus
5. Pertumbuhan janin terhambat atau janin mati
6. Kehamilan prematur
7. Kehamilan kembar
8. Tumor di daerah pinggul
9. Kelainan bentuk rahim
10. Kandung kemih dan rektum yang penuh
11. Plasenta previa
Pada pasien ini didapati salah satu faktor risiko diatas yaitu
multiparitas
Apakah tatalaksanakehamilan dengan letak lintang padakasus ini sudah tepat?

Adapun tatalaksana yang diberikan kepada pasien ini telah


sesuai karena telah dilakukan tindakan terminasi
kehamilan periabdominam atau seksio sesaria cito.
Apakah edukasi yang diberikan kepada pasien dengan kehamilan letak lintang?

Sewaktu hamil usahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan


versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan
teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta
previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil,
janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar
kembali ibu dianjurkan untuk menggunakan korset, dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
SIMPULAN
BAB 5 DAN
SARAN
SIMPULAN
Faktor risiko preeklamsia diantaranya adalah nullipara, gemelli,
obesitas, usia<20 tahun atau>35 tahun serta riwayat keturunan
preeklampsia.

Tujuan utama tatalaksana preeclampsia adalah untuk


mencegah kejang, perdarahan intrakranial, gangguan fungsi
organ vital dan melahirkan bayi sehat.

Letak lintang adalah suatu keadaan janin melintang didalam


uterus dengan sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper
tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
SIMPULAN
 Penyebab letak lintang adalah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek, plasenta previa, hidrosefalus,
pertumbuhan janin terhambat atau janin mati, kehamilan
prematur, kehamilan kembar, panggul sempit, tumor di daerah
panggul, kelainan bentuk rahim (uterus arkuatus atau uterus
subseptus), kandung kemih serta rektum yang penuh.
SARAN
Pemberian edukasi terhadap pasien bahwa pasien disarankan
untuk tidak hamil lagi karena beresiko untuk terjadi pre eklamsi
berulang.
Jika pasien hamil kembali disarankan untuk ANC secara teratur
dan pasien diberikan aspirin dosis rendah 75 mg/hari serta
suplemen kalsium.
TERIMA KASIH
MOHON BIMBINGAN DAN
SARAN

Anda mungkin juga menyukai