Anda di halaman 1dari 67

PERUBAHAN PERILAKU PETANI

 PENGENDALIAN PERIODIK
 PESTISIDA ASURANSI TUK SER. OPT
 OPT DIPERLAKUKAN TERPISAH
 PENDEKATAN LAHAN KE LAHAN
 PERENCANAAN POLA TANAM DIABAIKAN
 BENIH BERDASARKAN SELERA TIDAK
SESUAI KETAHANAN
 MENGABAIKAN KESUBURAN TANAH
 PUPUK ANORGANIK JAMINAN PRODUKSI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI

Lingkungan

Budidaya PRODUKSI OPT

SDM
Pelaku perlindungan
SALAH SATU SUBSISTEM YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI
SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DALAM MENGEMBANGKAN
PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR

BUDIDAYA / ONFARM
HULU : • PENGAMATAN OPT HILIR
DAN FAKTOR IKLIM • PEMASARAN
• SARANA
• PERAMALAN / • KUALITAS
• IRIGASI PERINGATAN DINI PRODUK
• SDM BERKUALITAS • PENGENDALIAN OPT DAN RESIDU
PESTISIDA
• PENANGANAN
DAMPAK FENOMENA
IKLIM
Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi
pestisida di lapangan

kesesuaian &
1. SASARAN kepekaan 2. PESTISIDA

TEKNIK APLIKASI

3. WAKTU 4. TAKARAN
5. CARA/METODA APLIKASI
TAKTIK – STRATEGI PTT

• .Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam


untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang
sesuai bagi kehidupan OPT (pengolahan tanah,
penutupan mulsa, pemupuk-
an/organik, jarak tanam,tanaman perangkap,pola
tanam)
• Pemanfaatan proses pengendalian alami

 Pengendalian fisik dan mekanis


• Pemanfaatan musuh alami

 Penggunaan pestisida
bijaksana
Penyebaran di seluruh sentra produksi padi
Merusak semua fase tanaman padi
Tanaman menjadi puso

Ada 6 jenis penggerek batang padi yang


menyebabkan kerusakan dan kahilangan hasil.

Penggerek batang padi kuning ( gbr. 1 )


Penggerek batang padi putih ( gbr. 2 )
Penggerek batang padi bergaris ( gbr. 3 )
Penggerek batang padi kepala hitam ( gbr. 4 )
Penggerek batang padi berkilat ( gbr. 5 )
Penggerek batang padi merah jambu ( gbr. 6 )

PHT padi ( Bedali ) 25-8-04


Serangan pada tanaman muda
atau fase vegetatif
menimbulkan gejala sundep

Serangan pada tanaman tua /


fase generatif / anakan
maksimum menimbulkan gejala
beluk

Siklus hidup penggerek


batang padi
Fase persemaian
 Larva yang baru keluar dengan mudah menembus batang padi dan
masuk kedalamnya.
 Larva memakan bagian dalam batang dan menimbulkan gejakla
sundep

Fase pertumbuhan anakan


 Terbentuknya tunas - tunas baru sehingga memudahkan larva untuk
menggerek.
 Larva penggerek akan bertahan di dalam batang hingga menjadi pupa

Fase bunting dan berbunga


 Batang padi menjadi lunak dan manis sehingga larva dengan mudah
menggereknya
 Gejala kerusakan yang timbul pada fase ini berupa beluk.
Pratanam :
1. Pengolahan tanah dan pesemaian bersamaan agar ulat PBPP yang
berdiapouse dapat terbunuh
2. Penundaan waktu sebar benih ( untuk PBPP ) , minimal 10 hr
setelah puncak penerbangan ngengat.
3. Pemotongan jerami ‹ 5 cm dari permukaan tanah

Pesemaian :
1. Pengumpulan dan inkubasi kelompok telur agar parasitoid yang
muncul dapat dilepaskan kembali.
2. Pemasangan perangkap lampu untuk penangkapan ngengat
3. Pemasangan pias parasitoid Trichogramma sp di pesemaian.
vsfsdf
Tanaman muda ( tan. s/d anakan masiumum )
1. Pengumpulan dan pemeliharaan kelompok telur untuk pelepasan
parasitoid
2. Pemasangan pias parasitoid Trichogrmma sp
3. Penggunaan insektisida efektif yg diijinkan apabila serangan sundep ≥ 6
%

Tanaman tua ( premordia s/d berbunga )


1. Pencabutan beluk segar sampai bagian bawah malai
2. Penggunaan insektisida yg diijinkan bila gejala serangan beluk ≥ 10 %
PENYAKIT BLAS

o Blas merupakan penyakit penting tanaman


padi karena mengakibatkan kehilangan hasil
hingga 50 %.
o Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Pyricularia oryzae
o Penularan melalui spora cendawan
o Infeksi dpt terjadi dari pembibitan hingga
panen
o Salah satu strategi pengendalian penyakit ini
ialah dengan menanam varietas tahan
GEJALA PENYAKIT :
• BERUPA BECAK
ATAU LUKA
DENGAN BENTUK
MEMANJANG DAN
RUNCING PADA
KEDUA UJUNGNYA
(SEPERTI
KUMPARAN) PADA
DAUN, BUKU,
MALAI SERTA BIJI
BEBERAPA FAKTOR YANG
MENGUNTUNGKAN PERKEMBANGAN
SERTA KAPARAHAN BLAS ANTARA LAIN
1) Pemberian N dalam jumlah besar,
2) Udara berawan, sering hujan dan
gerimis,
3) Kerusakan yang parah akibat penyakit
ini banyak dijumpai pada padi gogo
CARA PENGENDALIAN
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi
2. Penanaman varietas tahan
3. Perbaikan cara bercocok tanam
- Pembenaman jerami sakit sebagai kompos
- Pengaturan jarak tanam
- Pemakaian pupuk secara berimbang
- Perbaikan sistem irigasi
- Penyiangan
4. Perlakuan benih dengan fungisida yang
diizinkan
5. Penyemprotan tanaman dengan fungisida
yang diizinkan
PENYAKIT TUNGRO

PERTANAMAN PADI YANG TERSERANG


TUNGRO
GEJALA
• PERTUMBUHAN TANAMAN TERHAMBAT DAN KERDIL
• JUMLAH ANAKAN BERKURANG
• DAUN MENGUNING SAMPAI JINGGA DIMULAI DARI PUCUK DAUN KE
ARAH PANGKAL.
• PADA DAUN MUDA SERING TERLIHAT MOTTLE, SEDANGKAN PADA
DAUN TUA TERLIHAT BINTIK-BINTIK COKLAT BEKAS TUSUKAN
SERANGGA PENULAR / VEKTOR.
• MASA PEMBUNGAAN TERTUNDA DAN MALAI YANG DAPAT
DIHASILKAN LEBIH KECIL DAN TIDAK DAPAT KELUAR DENGAN
SEMPURNA
SERANGGA VEKTOR

WERENG HIJAU :
1. Nephotetix virecens,
2. Nephotetix
nigropictus,
3. N. Parvus
4. N. Malayanus.

N. Virescens
1. PENGATURAN POLA TANAM

• PERGILIRAN TANAMAN,
• TANAM SEREMPAK PADA PERIODE BULAN BERCURAH HUJAN
TINGGI,
• PERGILIRAN VARIETAS TOLERAN DENGAN MEMPERHATIKAN
TETUANYA.

2. PENANAMAN VARIETAS TOLERAN TERHADAP SERANG -GA PENULAR

3. ERADIKASI TANAMAN SAKIT.

4. PENGENDALIAN SERANGGA PENULAR.


PESEMAIAN :
1. Hindari penggunaan bibit dari daerah terserang
2. Musnahkan bibit yg terserang
3. Bila perlu gunakan kabofuran sblm sebar benih secara soil
incorporation ( benamkan kedalam tanah ) dengan dosis 5
kg/500m2
4. Atur pesemaian secara berkelompok

TAN. MUDA ( TANAM S/D ANAKAN MAX :


1. MUSNAHKAN TAN. YG TERSERANG VIRUS
SECARA SELEKTIF
2. KENDALIKAN SERANGGA VEKTOR DENGAN
INSEKTISIDA YG DIIJINKAN DAN EFEKTIF

KUNCI SUKSES :
• Tanam serempak
• Pergiliran varietas
• Pergiliran tanaman
• Pengamatan dan pengendalian pada saat fase tanaman peka
PRATANAM :
1. Sanitasi tanaman inang
2. Pemilihan varietas tahan sesuai sebaran
RAS

PESEMAIAN :
1. Penggunaan benih sehat
2. Sanitasi inang pada saluran irigasi
3. Hindari penggenangan terlalu dalam

TANAMAN MUDA ( TANAM S/D ANAKAN MAX :


1.Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat
2.Pemusnahan rerumputan sumber patogen
3.Pengeringan lahan secara berkala yaitu 1 hari diairi
dan 3-4 hari dikeringkan terutama pada daerah
endemik serangan penyakit
DIKEMBANGKAN BAKTERI ANTAGONIS
PENYAKIT HAWAR BAKTERI
CORYNEBACTERIUM

APLIKASI EFEKTIF 3 TINGKAT PENGHAMBATAN


KALI YAITU : 90,6 %. DENGAN APLIKASI
1. PERLAKUAN 3 KALI DAN DOSIS 5 CC PER
BENIH LITER, DENGAN KEPADATAN
POPULASI BAKTERI 106
2. 28 HST
Cfu / cc
3. 42 HST

MENGHAMBAT KEMUNCULAN AWAL PENYAKIT


HDB DAN SELANJUTNYA MENGHAMBAT
PERKEMBANGAN INFEKSINYA
JENIS HAMA UMUR TANAMAN
<10 11-30 31-50 51-70 >70

Ophiomyia phaseoli ( lalat kacang ) +++ +


Melanogromyza sojae ( pgr batang ) + +
M. dolichostigma ( lalat pucuk ) + +
Agrotis spp ( ulat tanah ) ++ +
Longitarsus suturellinis ( kumb tnh kuning ) + + +
Aphis glycines ( kutu daun ) +++ ++ ++
Bemisia tabaci ( kutu kebul ) +++ +++ ++
Phaedonia inclusa ( kumbang kedelai ) ++ +++ +++ ++
Spodoptera litura ( ulat grayak ) + +++ +++
Chrysodeixis chalsites ( ulat jengkal ) ++ +++ ++
Lamprosema indicata ( penggulung daun ) ++ +++ ++
Helicoverpa armigera ( ulat polong ) +++ +++ +++
Etiella spp. ( penggerek polong ) ++ +++ ++
Riptortus linearis ( penghisap polong ) ++ +++ ++
Nezara viridula ( kepik hijau ) ++ +++ ++
Piezodorus hypnery ( kepik ) ++ +++ ++
25
LALAT BIBIT KACANG
Ophiomyia phaseoli

Imago lalat bibit


Ambang Kendali
1 imago/5m baris atau 1 ekor/50 rumpun pada
umur 6-10 hari

Komponen Pengendalian :
- Tanam serempak, tidak lebih 10 hari
- Rotasi tanaman bukan inang
- Varietas toleran (Galunggung, Kerinci, tidar)
- Pemberian mulsa jerami 5 t/ha
- Daerah endemis perlakuan benih dengan Insektisida
Kepompong - Penggunaan insektisida efektif
lalat bibit
26
PENGGEREK BATANG
(Melanagromyza sojae Zehnt)

 Imago meletakkan telur secara


terpisah pada permukaan bawah
daun, stadium telur 2-3 hari

 Larva segera menggerek masuk


jaringan daun – tulang daun –
tangkai daun – batang, stadium
larva 8-10 hari

 Gejala serangan : ada bekas


tusukan ovipositor berupa
bintik-bintik putih, lebih lanjut
pucuk tanaman layu dan
mengering, biasanya terlihat
pada sekitar 4-6 MST.

27
KUTU DAUN Aphis
glycine

Ambang kendali :
Gejala daun keriting, kelompok kutu pada daun
muda umur 15 – 45 hari

Komponen pengendalian :
- Tanam serempak tidak lebih 10 hari
- Pergiliran tanman dengan tanaman bukan inang
- Pemantauan lahan dan populasi hama secara rutin
- Penggunaan insektisida apabila populasi tinggi

28
ULAT GRAYAK / Spodoptera litura

Pengendalian Kimiawi Ambang


pengendalian
Populasi satu kelompok ulat
yang baru menetas atau 150 ekor
larva instar 2 atau 80 ekor larva
instar 3 per 50 tanaman atau
intensitas serangan 25 %
Ambang
pengendalian :
Intensitas serangan
polong mencapai
lebih besar atau
sama dengan 2 %
pada tanaman umur
50 – 70 hst
KEPIK / Piezodorus hybneri &
KEPIK HIJAU / Nezara viridula
Ambang
pengendalian :
Populasi lebih besar
atau sama dengan 2
ekor imago per 10
rumpun pada umur
tanaman 45 -50 hst
JENIS HAMA UMUR TANAMAN
<10 15-42 43-70 71-98 >98

Agrotis spp ( ulat tanah ) + ++


Atherigona spp ( lalat bibit ) + ++
Phyllophaga ( lundi ) + ++
Dactylispa balyi ( kumbang landak ) ++ +
Sesamia inferens ( penggerek batang ) ++ +++ ++ +
Ostrinia furnacalis ( penggerek batang ) ++ ++ + +
Spodoptera sp. ( ulat grayak ) ++ +
Helicoverpa armigera ( penggerek tongkol ) + ++ ++ +
Peregrinus maydis ( wereng daun jagung ) ++ +
Peronosclerospora maydis ( Bulai ) +++ +++
Helminthosporium maydis ( bercak daun ) + ++
Rhizoctonia solani ( hawar pelepah ) + ++ +++
H. turcicum ( hawar daun ) ++ ++
Pseudomonas solanacearum ( layu bakteri ) + ++
Fusarium sp., Aspergillus ( busuk tongkol ) + +
HAMA PENTING
TANAMAN JAGUNG

 Lalat Bibit (Atherigona exigua)


 Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
 Ulat Daun (Prodenia litura)
 Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis / Pyrausta
nubilalis)
 Penggerek Tongkol (Heliothis armigera)
KOMPONEN PENGENDALIAN

LALAT BIBIT ULAT TANAH


 Pergiran tanaman  Pergiliran tanaman
 Tanam serempak  Tanam serempak
 Perlakuan benih  Pengolahan tnh dan pengairan
 Pengumpulan larva sekitar tan
 Umpan beracun
 Penggunaan pest
KOMPONEN PENGENDALIAN

LUNDI PENGGEREK TONGKOL

 Pergiliran tanaman  Pergiliran tanaman


 Pengol tnh  Pembungaan serempak
 Tanam serempak saat awal MH  Mekanis
 Lampu perangkap  Agens Hayati
 Trichograma
 Ha NPV
 Penggunan pest
Penggerek batang Wereng Jagung

 Agens Hayati Trichograma sp  Tanam serempak


 Pergiliran tanaman  Penggunaan AH; Beauveria sp/
 Pemangkasan bunga jantan Metharizium Sp
yang baru muncul 25 %  Pergiliran tanaman
 Saat panen potong tepat diatas  Penggunaan insektisida
tanah
 Aplikasi insektisida efektif
PENYAKIT PENTING
TANAMAN JAGUNG
 Bulai (Peronosclerospora maydis)
 Hawar daun (Helminthosporium maydis)
 Hawar pelepah dan busuk tongkol (Rhizoktonia zeae)
 BusUk tongkol Fusarium
 Busuk tongkol merah
Komponen PHT yang diterapkan

1. PENANAMAN VARIETAS TOLERAN DI DAERAH


ENDEMIS SERANGAN PENYAKIT.
2. PERBAIKAN POLA TANAM :
* PERGILIRAN TANAMAN
* TANAM SEREMPAK PADA SATU HAMPARAN
3. ERADIKASI TANAMAN SAKIT
4. TIDAK MENANAM BENIH YANG BERASAL DARI
TANAMAN SAKIT
5. PERAWATAN BENIH DENGAN FUNGISIDA
METALAKSIL.
1. HAMA THRIPS
(Trips parvipinus karny)
o Kutu kecil panjang berwarna
kuning/hitam bergerak aktif
o Gejala serangan :
 Langsung
Muharam Permukaan daun berwarna
Trips parvipinus k keperakan, dan mengeriting,
keriput
 Tidak Langsung
merupakan vektor penyakit
virus mozaik dan virus
keriting
 Serangan lanjut / berat daun ,
pucuk dan tunas
menggulung kedalam dan
timbul benjolan seperti
A. S. Duriat tumor,
Gejala Serangan Hama Trips pertumbuhan terhambat,
kerdil, pucuk mati.
UPAYA PENGENDALIAN HAMA TRIPS
o Mulsa jerami / plastik hitam perak
o Rotasi tanaman selain bawang-bawangan dan cabai
o Tanam kultivar tahan antara lain tangerang, serang
o Pemanfaatan agens antagonis
 konsentrasi 2 cc / lt
 kerapatan spora 106 spora/cc, 1 lt/ha
o Pemanfaatan pestisida nabati
 Daun sirsak, 50 – 100 lbr
 Ditambah sabun diterjen / colek 15 g
 Air 5 lt
 Semua bahan dicampur. Endapkan semalam lalu saring
tiap satu lt hasil saringan diencerkan dengan 10 -15 lt air
o Tindakan korektif
AP : intensitas serangan 10 % atau 5 ekor nimfa/pucuk
2. KUTU DAUN
(Myzus persicae sulzer)
o Tanaman terserang menjadi
keriput, kerdil, warna daun
kekuningan, terpuntir, layu
dan akhirnya mati
o Kutu biasanya di bawah
permukaan daun.
CAB
o Secara tidak langsung International

merupakan vektor penyakit


Myzus persicae sulzer
virus, terutama CMV, PVY

UPAYA PENGENDALIAN
o Pemanfaatan agens antagonis
 konsentrasi 2 cc/lt kerapatan spora 106 spora/cc, dosis 1 lt/ha
o Pengendalian korektif penggunaan pestisida bijaksana
AP : 35 ekor nimfa/10 daun atau 15 % kerusakan tanaman
3. LALAT BUAH
(Bactrocera sp)
o Ditandai adanya lubang titik
hitam pada bagian pangkal
Doc. Pokja Lalat buah
o Buah yang terserang (Siwi)
Bactrocera umbrosus
terdapat bercak-bercak
bulat, busuk, Doc. Pokja Lalat buah
(Siwi)

dan berlubang kecil,


didalamnya terdapat larva /
belatung
o Buah terserang rontok dan
rusak Bactrocera papayae
Stadia telur. Telur
Stadia dewasa umur ditusukkan oleh
1-3 bln,serangga serangga Betina ke
Betina menyebabkan dlm kulit buah. Telur
kerusakan buah Menetas pd 24 -48 jam,
suhu 250 C

Stadia kepompong/
pupa. Masa pupa Stadia larva. Larva
5-25 hr di Dalam Makan Isi buah
tanah (7-10 hr) Sumber : Dow agrosciences

TANAMAN INANG
o Semua buah - buahan dan sayuran antara lain mangga, pisang ,
belimbing, sawo, jeruk, nangka, dll
UPAYA PENGENDALIAN
o Sanitasi kebun
 pengumpulan buah yang jatuh/rontok,
dengan cara dibenamkan
ke tanah atau dibakar
 Rotasi tanaman bukan inang
 Pengasapan
- bakar jerami
- pengasapan di sekitar pohon
mengusir lalat buah efektif
3 hari
L. Prabaningrum
- penggunaan tanaman perangkap
Contoh Pamasangan
- selasih Perangkap ME
- lampes
- Melaleuca brachteata
 Penggunaan perangkap / antraktan
- Metil eugenol
- 40 perangkap/ha atau 2 buah per
500 m2
o Pengendalian korektif, dgn menggunakan
. PENYAKIT FUSARIUM (Fusarium oxysporum sp)
Gejala Serangan :
o Gejala muncul pada lahan yang terlalu becek atau udara
lembab
o Tanaman terserang mejadi layu, mulai daun bagian bawah,
anak tulang daun menguning
o Tanaman menjadi kerdil

UPAYA PENGENDALIAN
o Kompos plus
o Perbaikan drainase
o Pemanfaatan pestisida nabati
 Serbuk daun cengkeh (50 – 100 gr daun cengkeh dihancurkan
 Benamkan sekitar perakaran
o Pengaturan jarak tanam
o Tindakan korektif
AP : Intensitas serangan > 2,5 %
5. PENYAKIT BERCAK BUAH ANTRAKNOSA
( Colletotrichum capsici)
Gejala Serangan :
o Serangan awal berupa bercak
coklat kehitaman pd permukaan
buah seperti busuk lunak bagian
tengah bercak terdapat
kumpulan titik
o Serangan pada buah muda
lebih cepat rontok karn infeksi
o Serangan berat buah keriput
dan mengering Gejala Serangan Penyakit Antraknosa

UPAYA PENGENDALIAN
o Budidaya tanaman sehat, penggunaan benih sehat
o Pengeturan jarak tanamn
o Rotasi tanaman
o Tempat pesemaian jauh dari lahan terserang
o Pengendalian dengan pestisida secara bijaksana
AP : 1 bercak / 10 tan
PENYAKIT VIRUS KUNING
Gejala Serangan :
o Klorosis atau kuning pucat
antara vena daun, daun menguning
cerah, daun melekuk keatas/
kebawah, menyempit
o Tanaman kerdil, pertumbuhan daun
muda yang kecil – kecil banyak, Gejala Serangan Virus Kuning
bungan rontok, tanaman tinggal
ranting dan batang saja

EKOLOGI PENYAKIT
o Serangan diketahui pada
ketinggian , 100 m – 1000 m dpl
o Infeksi terjadi pada berbagai fase
tumbuh dari pembibitan --- Atje Hikmat

tanaman tua --, dilapangan


PENULARAN VIRUS
o Vektor, kutu kebul / kutu putih
(Bemisia tabaci)
o Satu ekor kutu kebul mampu
menularkan virus, dan laju
penyebarannya bertambah
seiring dengan peningkatan
populasi vektor
o Penyebaran virus tidak bisa
terjadi hanya dengan kontak
langsung antar tanaman
o Virus tidak dapat ditularkan
Vektor Virus Kuning
secara mekanik dan tidak Bemisia tabaci (Kutu Kebul)
ditularkan melalui biji
o Kutu putih betina lebih efisien
menularkan virus
o Virus ditularkan secara
persisten sepanjang hidup vektor
UPAYA PENGENDALIAN
 PENGGUNAAN BIBIT SEHAT
• Pembibitan dikerodong menggunakan kain kerodong/jaring/kelambu
 Luas 500 m2, diperlukan 8 m atau ( 20 m2/Ha )
 Digunakan 10 kali
• Tempat pesemaian terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit
 MENGHILANGKAN /MENGURANGI SUMBER INOKULUM VIRUS
• Eradikasi tanaman sakit dengan cara mencabut dan membenamkan
ke dalam tanah atau dibakar
• Apabila yang menguning hanya ranting teratas,dapat dilakukan pemotongan
pada bagian tersebut
• Sanitasi lingkungan, terutama gulma yang dapat berperan sebagai inang
alternatif bagi virus / vektor
 MENGATUR WAKTU TANAM
• Menghindari tingginya populasi serangga vektor bersamaan dengan saat
pemindahan bibit ke lapangan
• Tanaman muda pada umumnya lebih rentan daripada tanaman yang tua
semakin muda tanaman terinfeksi, semakin besar kerugian yang diakibatkan
LANJUTAN

 MENGATUR JARAK TANAM


• Jarak tanam yang terlalu rapat akan meningkat kan intensitas serangan virus,
karena kutu putih dapat dengan mudah terbang dari satu tanaman ke tanaman
lain

 POLA PERGILIRAN TANAMAN


• Pergiliran tanaman selain inang virus, terutama bukan dari family Solanaceae
(tomat, kentang, tembakau0 dan family cucurbitaceae
• Tanaman untuk pergiliran juga bukan inang bagi serangga vektor, a.l. :
family solanaceae, bunga potong, ubi jalar, kedelai, mentimun,
family liar yang disukai babadotan (Agentum sp)
 TANAMAN BARIER ATAU TANAMAN PERANGKAP
• Tanaman barier, menghalangi masuknya kutu putih ke lahan
• Tanaman perangkap adalah tanaman yang disukai oleh kutu putih misal :
ketela pohon, ketela rambat, cucurbitaceae, kubis bunga, dsb. Ditanam
dipinggir lahan pertanaman cabai. Pengendalian dilakukan pada tanaman
perangkap ini.
 TANAMAN TAHAN ATAU TOLERAN
• Belum ada varetas tahan
• varietas toleran antara lain : Tanjung dan Hot Beauty
 PEMANFAATAN AGENS HAYATI
• Verticillium
 Kerapatan spora : 108 spora/cc
 Dosis : 2 cc/lt, 1 lt/Ha
 Waktu Aplikasi : Pagi Hari
: (Jam 08.00 – 09.00)
 PENGENDALIAN KOREKTIF
• Pengendalian sebaiknya didahului dengan monitoring keberadaan kutu putih
di lahan dengan cara pengamatan langsungdatau dengan perangkap warna
kuning berperekat
• Pengendalian dengan white oil atau insektisida berbahan aktif imidacloporid
dilaporkan mampu menekan populasi kutu putih
• Penyemprotan terhadap kutu putih dilapangan sebaiknya dilakukan pada pagi
hari ( 06.00 – 10.00 WIB ) sesuai dengan aktifitas penerbangan
• Penyemprotan dilakukan dari sisi bawah daun karna kutu putih pada umumnya
hinggap dan menghisap cairan tanaman dari sisi bawah
• penggunaan pestisida harus sesuai dosis anjuran
CONTOH PENGERODONGAN PD
PEMBIBITAN
TELUR :
NIMFA:
 Bentuk lonjong,
 Tiga instar
lengkung spt pisang
 Instar satu  bulat telur,
 Warna kuning
 Diletakan di bawah
TELUR NIMFA pipih Instar 2 dan 3 
permukaan bentuk oval, terdapat
daun/pucuk pd bagian bawah daun
 umur ± 5.8 hari  lama stadia ± 9.2 hari

IMAGO
IMAGO :
 Ukuran kecil (1-1.5 mm)
 Warna putih, sayap jernih, ditutupi lapisan lilin
 Siklus hidup tergantung inang, rata2 21 hari, suhu 250 C
 Serangga dewasa biasanya berkelompok dlm jm yg banyak
 Pada tanaman cabai :
• Jarang ditemui membentuk koloni
• Kutu putih ada sejak pertanaman dan mencapai puncak pd fase
pembungaan dan buah
 Populasi kutu putih diperkirakan meningkat pd MK,
waktu penerbangan kutu putih dewasa antara pkl 6 – 10 pagi
GEJALA SERANGAN
o Kerusakan langsung, dengan cara menghisap cairan daun,
daun menjadi klorosis, daun gugur, tanaman kerdil
o Secara tidak langsung embun madu yang dikeluarkan
dapat menimbulkan serangan embun jelaga  hitam
o Vektor virus, merupakan vektor penting penyakit virus

PENGENDALIAN
o Kultur teknis
 Menanam pinggiran lahan dgn jagung/barier
 Rotasi tanaman dgn tanaman bukan inang virus
 Sanitasi lingkungan
o Pemanfaatan agens antagonis
 Verticillium
 Dosis 2 cc/lt, 1 lt/Ha
o Pemesangan kerodong / kelambu di pembibitan
o Pengendalian dengan pestisida secara bijakasana

Anda mungkin juga menyukai