Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kasus Etik dalam

Pelayanan Kesehatan

dr.Risna - dr.Anita - dr.Ridho


PPDS Kedokteran Kelautan
Pendahuluan

Isu moral, etika dan hukum

Individu

Keluarga
Malpraktik Medis
Masyarakat
Dokter Pasien
Dokter
Pergeseran Paradigma
Deskripsi Kasus
5 Agustus 2015, Nona A datang
dengan keluhan sakit leher berat yang
kronis, sakit pinggang, pundak yang
sangat kaku, dan telinga berdenging
--> Konsultasi & terapi oleh dr. R

6 Agustus 2015, Terapi adjustment


dilakukan 2 kali sekaligus dalam sehari,
pukul 13.00 WIB dan 18.30 WIB.

6 Agustus 2015, tengah malam,


Nona A mengeluh nyeri hebat 
UGD RS PI

7 Agustus 2015, Nona A meninggal


pada pukul 06.15 WIB
Hasil Otopsi
13 Januari 2016
Ditemukan pendarahan di leher
Ditemukan resapan darah bagian atas yaitu, di servikal I-II
pada otot-otot dan jaringan
lunak di daerah leher depan
ke bawah

Resapan itu sampai ke cekungan


tulang selangka, kemudian ke
Ditemukan resapan darah arah kiri sampai ke leher
pada otot dada sebelah belakang mulai setinggi dasar
kanan, mulai tulang selangka tengkorak yaitu servikal I dan
sampai tulang iga ke tujuh, tulang leher II sampai batas
dari depan ke samping bawah leher
Identifikasi dan Pembahasan Etik
Isu Pembahasan
KODEKI Pasal 6 : Bijak Dalam Penemuan Baru. dr. R dapat melanggar pasal 6 KODEKI
 menerapkan suatu teknik pengobatan yang belum
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam diuji kebenarannya atau belum terdaftar sebagai suatu
mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan terapi yang diakui di Indonesia.
tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.

KODEKI Pasal 8 : Profesionalisme. dr. R juga dapat melanggar pasal 8 KODEKI


 memberikan pelayanan tidak secara kompeten.
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, Kompetensi  kompetensi yang diakui oleh KKI dan
memberikan pelayanan secara berkompeten dengan yang bersangkutan juga harus memiliki sertifikat
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai kompetensi dari kolegium terkait dan juga surat tanda
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan registrasi dari KKI.
atas martabat manusia.
Identifikasi dan Pembahasan Moral
Isu
Beneficence

Non-maleficence

melakukan suatu tindakan


yang memperburuk kondisi
pasien bahkan berujung
pada kematian  Harm
Identifikasi dan Pembahasan Hukum
Isu Pembahasan
Pasal 191 Undang-undang nomor 36 tahun 2009 dr. R tidak memiliki izin praktik sebagai
tentang Kesehatan Chiropractor di Indonesia

Pasal 83 Undang-undang nomor 36 tahun 2014 dr. R belum melakukan penyetaraan sebagai
tentang Tenaga Kesehatan dokter di Indonesia

Pasal 84 ayat 2 Undang-undang nomor 36 tahun diduga dr. R telah melakukan tindakan yang
2014 tentang Tenaga Kesehatan menyebabkan kematian pada pasien Nona A

Pasal 73 ayat 2 Undang-undang nomor 29 tahun dr. R melakukan praktik chiropractic kepada nona
2004 tentang praktik kedokteran A walaupun belum memiliki surat tanda registrasi
dan/atau surat izin praktik
Pasal 77 Undang-undang nomor 29 tahun 2004 dr. R menggunakan status dokternya di Indonesia
tentang praktik kedokteran yang mana seharusnya dokter tersebut terlebih
dahulu melakukan proses penyetaraan
Kesimpulan

dr. R  WNA bertentangan dengan prinsip


Serkom (-) , SIP (-) Izin Praktik/ Operasional (-) etika, moral dan hukum yang
berlaku di Indonesia
Etika

Moral Hukum

Anda mungkin juga menyukai