Anda di halaman 1dari 60

LOGBOOK DK2P1

Nama : Adinda Nurul


NIM: 41211396100054
Fasil : ibu yuli, M.Biomed
Pemicu
Dokter SA adalah dokter spesialis Bedah Digestif Anak di sebuah RS Swasta (syariah) di Jakarta. Saat
bertugas, datang seorang ibu, membawa anak laki-lakinya bernama DA berusia 7 tahun (BB 12 kg) dengan
keluhan utama luka operasi usus buntu yang terbuka dan mengeluarkan nanah sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan ditemukan kondisi pasien sangat lemah, gelisah, keluar cairan dari lukanya, suhu 390 C, nadi
120 x/menit, Hb 8 g/dL, leukosit 12.000/mm3, dan albumin 2,7 g/dL. Dokter SA segera memutuskan An.
DA dirawat di ICU untuk stabilisasi. Setelah menjalani perawatan selama 7 hari dan kondisinya cukup stabil,
dilakukan operasi ulang (ke-4 kalinya) untuk membersihkan luka secara luas. Sebelumnya An. DA telah
menjalani 3 kali operasi Appendiktomi di RS yang sama, namun selalu gagal dalam penyembuhan karena
kondisi anemia dan malnutrisi berat yang menyertainya. Tiga hari pasca operasi ke-4, muncul bercak
merah di seluruh badannya. Dokter SA segera memberikan obat-obatan anti koagulan, namun kondisinya
semakin memburuk. Pasien dinyatakan meninggal dunia setelah dilakukan resusitasi jantung paru, namun
tidak ada respon. Melihat kenyataan tersebut, orang tua pasien marah dan menuntut tanggung jawab
Dokter SA di pengadilan karena pasien adalah anak satu-satunya yang sangat dicintai.
Selanjutnya pihak RS melakukan advokasi dan pendekatan komunikasi pada keluarga pasien untuk
menjelaskan kronologis penyakit serta tindakan responsif yang telah dilakukan tim medis RS. Menyadari
bahwa selama anaknya dalam perawatan, mereka selalu mendapatkan pelayanan yang baik, dukungan
moril serta pendampingan spiritual dari rohaniawan, akhirnya kasus tersebut dapat diselesaikan secara
damai dan kekeluargaan. Orang tua pasien bisa menerima takdir dan ketentuan dari Allah dengan hati
lapang dan ikhlas.
Identifikasi Masalah
• Seorang anak laki-laki (7 tahun) dibawa oleh ibu pasien ke dokter bedah
digestif anak dengan keluhan luka operasi usus buntu terbuka dan
mengeluarkan nanah sejak 2 hari yang lalu
• Pasien dirawat selama 7 hari untuk stabilisasi, dilakukan operasi ke empat
untuk membersihkan luka secara luas
• Sudah dilakukan operasi appendektomi sebanyak 3 kali dan gagal dalam
penyembuhan, karena anemia dan malnutrisi berat
• 3 hari pasca operasi, muncul bercak merah di seluruh tubuh. Pasien diberikan
antikoagulan oleh dokter, dan kondisi pasien semakin memburuk
• Pasien meninggal dunia setelah dilakukan resusitasi jantung paru
• Orang tua pasien marah dan menuntut tanggung jawab dr SA
• pihak RS melakukan advokasi dengan pendekatan komunikasi
• orang tua menerima apa yang sudah terjadi
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan sebagai dokter muslim secara medikolegal
dan bioetik terkait kasus pasien meninggal setelah tindakan medis?
2. Bagaimana tindakan yang seharusnya yang dilakukan oleh pihak RS
Syariah terhadap kasus ini?
Hipotesis
1. Sebagai dokter diperlukan untuk menghargai hak pasien untuk
mendapatkan inform consent terkait kondisi pasien, tatacara
tindakan medis, risiko serta komplikasi yang akan dilakukan. Sebagai
dokter muslim harus memberikan breaking bad news terkait kondisi
pasien pasca tindakan dan memberikan pemahaman terhadap
keluarga pasien bahwa tindakan yang dilakukan merupakan salah
satu ikhtiar dalam proses penyembuhan
2. Sebagai RS Syariah memberikan pendampingan rohani selama
perawatan hingga kondisi terburuk pasien dan melakukan evaluasi
terkait pelayanan kesehatan berbasis syariat islam
Analisis Masalah
Learning Issues
1. Bagaimana hak dan kewajiban pasien sesuai undang-undang KODEKI pasal 17 dan
PERMENKES no 3 tahun 2020
2. Bagaimana kolaborasi dokter dengan nakes lain terkait kasus ini
3. Bagaimana prinsip komunikasi efektif dokter dengan pasien secara medis dan keislaman
4. Bagaimana indikator standar mutu pelayanan dari RS Syariah terhadap kasus ini, dan sikap
RS terhadap kasus ini ( mukosidus syariah)
5. Bagaimana perbedaan Pelayanan RS Syariah dengan RS Konvensional
6. Bagaimana pihak RS memberikan dukungan terhadap keluarga pasien ( breaking bad news)
7. Bagaimana prinsip bioetik kedokteran dan islam, medikolegal dan profesionalisme seorang
dokter
8. Bagaimana evaluasi tatalaksana medis yang diberikan pada pasien ini dan bagaimana
prosedur hukum apabila terdapat kelalaian dalam kasus ini (kaidah 4D)
9. Bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapi musibah ( konsep ikhlas)
10. Bagaimana program pemerintah terhadap penanganan Gizi Buruk
1. Hak pasien dan kewajiban dokter dalam
KODEKI dan PERMENKES No.3 tahun 2020
1. Hak pasien dan kewajiban dokter dalam KODEKI dan PERMENKES No.3 tahun 2020
Hak pasien dalam KODEKI tahun 2012 :Memperoleh pelayanan medis dan perawatan (acces to medical care),Bebas
memilih dokter, konsultan, rumah sakit dan kelas perawatan (free choice of physician, consultant and
hospital),Memperoleh penjelasan secukupnya (adequate information),Mengambil keputusan untuk persetujuan atau
penolakan, setelah memahami informasi yang diberikan (informed consent), Menolak tindakan pemeriksaan dan
pengobatan (refusal of treatment), Memperoleh alih dan kesinambungan pelayanan medis (transfer and continuity of
care),Mengetahui identitas pemberi pelayanan medis (identity of medical care providers), Berhubungan bebas dengan
siapa pun (privacy and free communication), Memperoleh kepribadian, kesendirian yang tidak terganggu dan kerahasiaan (
privacy and confidentiality), Memperoleh keselamatan dan perlindungan hukun (personal safety and legal protection),
Mengetahui biaya pelayanan bagi dirinya (charges), Memperoleh pendapat medis kedua ( second opinion), Menghentikan
pelayanan di rumah sakit atas tanggung jawab sendiri setelah mendapat penjelasan termination of hospital care),Melihat
isi rekam medis (inzage rech),Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur,Memperoleh pelayanan medis yang
bermutu sesuai dengan standar pelayanan medis dan tanpa diskriminasi,Memperoleh perawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan,Dirawat oleh dokter yang bebas menentukan pendapat etisnya tanpa campur tangan pihak luar,
Menjalankan ibadah sesuai dengan agaman atau kepercayaan yang dianutnya selama tidak mengganggu pasien
lainnya,Mengajukan saran usul perbaikan atas perlakukan rumah sakit terhadap dirinya, Menerima atau menolak
bimbingan moral maupun spiritual, Memperoleh perlindungan sewaktu diadakan penelitian kesehatan, Memutuskan
tentang penghentian kehamilannya, Memperoleh perlindungan karena terpaksa dirawat di RS Jiwa, dan mendapatkan
upah untuk pekerjaan yang dilakukan,Penghapusan rekam medis mengenai dirinya setelah tidak dirawat lagi,Mengetahui
keterbatasan dan kemampuan rumah sakit, dan peraturan mengenai sikap dan tindakan di rumah sakit, Memutus
hubungan dengan dokter di rumah sakit, menerima bantuan hukum dan ganti rugi, dan Menolak mendapatkan informasi
(hak waiver).
UU DAN PERMENKES
MENGENAI HAK
PASIEN
• Cakupan Pasal:
• 1. Seorang dokter wajib memberikan akses kepada pasien dan mengobatinya tanpa
prasangka terhadap ras, agama, suku, kedudukan sosial, kondisi kecacatan tubuh dan
status kemampuan membayarnya.
• 2. Seorang dokter dalam mengobati pasien wajib senantiasa menghormati, melindungi
dan/atau memenuhi hak-hak pasien sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam bidang
kesehatan.
• 3. Seorang dokter wajib berperilaku berwibawa, tutur kata sopan, perilaku santun,
menghormati hak-hak pasien, sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
• 4. Seorang dokter wajib memberikan informasi yang jelas dan memadai serta
menghormati pendapat atau tanggapan pasien atas penjelasan dokter.
• 5. Seorang dokter seharusnya tidak menyembunyikan informasi yang dibutuhkan
pasien, kecuali dokter berpendapat hal tersebut untuk kepentingan pasien, dalam hal ini
dokter dapat menyampaikan informasi ini kepada pihak keluarga atau wali pasien.
• 6. Seorang dokter dilarang merokok dan minum minuman keras di depan pasiennya.
• Setiap pasien mempunyai hak:
• a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
• b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
• c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
• d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
• e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
• f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
• g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
• h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP)
baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
• i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
• j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
• k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya;

• UU RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


• l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
• m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
• n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
• o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
• p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
• q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
• r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
• Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, Pasien mempunyai kewajiban:
• a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
• b. menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
• c. menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di Rumah Sakit ;
• d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
• e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya;
• f. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
• g. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan
oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
• h. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
Kewajiban pasien dalam PMK No.4 tahun 2018
(BAB III Kewajiban Pasien, Pasal 26)
Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, Pasien mempunyai kewajiban: Mematuhi peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit/.Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab ,Menghormati hak Pasien lain, pengunjung
dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit Memberikan informasi yang jujur, lengkap
dan akurat sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya Memberikan informasi
mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya ,Mematuhi rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .Menerima segala konsekuensi atas
keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

Kewajiban dokter terhadap pasien dalam KODEKI 2012 :


Pasal 14 “Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk
kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan
pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.”
Pasal 15 “Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga
dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.”
Pasal 16 “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.”
Pasal 17 “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.”
2. Bagaimana kolaborasi
antara dokter dengan
profesi lain?
Kolaborasi kesehatan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperkuat
hubungan di antara profesi kesehatan yang berbeda. Tujuan utama dari
kolaborasi tim kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan yang tepat oleh
tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta tempat yang tepat. Elemen
yang penting dalam kolaborasi adalah keterampilan komunikasi yang efektif,
saling menghargai, rasa percaya dan proses pembuatan keputusan. Konsep
kolaborasi tim kesehatan merupakan konsep hubungan kerjasama yang kompleks
dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan
kesehatan untuk pasien. Tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi
yang baik pada bidangnya sehingga mengurangi faktor kesalahan dan kelalaian
manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Selain terdapat kolaborasi antara dokter dengan tim tenaga kesehatan lainnya,
terdapat kolaborasi dengan konseler kerohanian di Rumah Sakit.
1.WHO (yang membutuhkan) : Pasien yang mengidap penyakit berat yang mengalami kecemasan, ketakutan, demikian
juga pasien yang akan menghadapi operasi dan pasca operasi, pasien yang menghadapi saat kritis seperti menghadapi
kematian, sakaratul maut (naza’, dying) → butuh pendampingan, layanan, bantuan spiritual
2.WHO (yang memberikan) → melibatkan konseler, pasien, anggota keluarga pasien, terapis medik (dokter, perawat),
psikoterapis (psikiater, psikolog), pekerja sosial, hingga manajemen RS atau bangsal → bekerja secara kolaboratif dan
multidisiplin dalam menangani pasien dengan berbeagai kasus klinis yang beragam baik dalam bentuk maupun konteks.
3.Tujuan Konseling → bukan hanya pasien sembuh, tetapi bagaimana terjadi serangkaian perubahan pada diri pasien
dalam hubungan terapeutik yang lebih dari sekedar protokol perawatan medis. Pasien diposisikan bukan sebagai
individu tidak berdaya dan berpartisipasi pasif tetapi diposisikan sebagai individu cerdas dan memiliki kekuatan dalam
dirinya untuk mengatasi segala keluhan yang dideritanya → nilai penting → membuat pasien sebagai partisipan aktif
dalam komunikasi
Tujuan konseling pasien rawat inap di RS :
4.Terjadi serangkaian perubahan pemahaman pada diri pasien terhadap sakit yang sakit yang dihadapi
5.Membantu pasien menemukan berbagai makna dari sakit dan proses perawatan yang dijalani
6.Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan kembali yang sangat membantu dalam proses
penyembuhan dengan sumber keyakinan keagamaan beserta ritual yang dianut pasien
Bagaimana?
Dalam bimbingan dan konseling Islam, metode dan teknik yang digunakan :
7.Irsyad Nafsiyah → Seorang pembimbing (mursyid) membimbing dirinya
8.Irsyad Fardiyah → Apabila seorang pembimbing memberikan bimbingan seorang klien baik dalam suasana tatap muka
langsung atau melalui media bimbingan. Dengan kata lain irsyâd fardiyah disebut juga bimbingan individu.
9.Irsyad Fiah Qal Lah
10.Terdapat bentuk kebutuhan spritual bagi pasien beragama Islam
11.Bentuk bimbingan tadzkirah dan ibadah
Terdapat bentuk kebutuhan spritual bagi pasien beragama Islam
Bentuk bimbingan tadzkirah dan ibadah
1.Bimbingan Tadzkirah
Bimbingan ini diberikan dalam bentuk ceramah singkat antara 5-15 menit yang berisi berbagai nasihat, pencerahan,
dorongan dan motivasi keagamaan minimal diberikan tiga kali dalam seminggu yaitu diawal, tengah dan akhir minggu .
Ceramah ini diberikan kepada pasien di tiap ruangan, jika kebetulan jumlah pasien banyak, biasanya disampaikan melalui
media audio yang terdapat di ruangan, sedangkan jika jumlah pasien sedikit
Setelah bimbingan tadzkirah ini selesai kemudian dilanjutkan dengan visiting kepada setiap pasien dalam visiting ini
dilakukan ucapan pembuka, menanyakan keadaan dan kondisi pasien, dialog, tanya jawab, mendoakan pasien,
penguatan kepada pasien dan keluarga pasien jika kebetulan ada. Makna yang terkandung dalam bimbingan ini adalah
memberikan peringatan dan nasehat kepada pasien agar memiliki kesadaran spiritual untuk menerima keadaan,
memiliki semangat untuk kesembuhan, dan bersedia kerjasama dalam proses penyembuhan.
2.Bimbingan Ibadah
proses pemberian bantuan oleh konselor muslim terhadap konseli dalam suasana terapeutik islami dengan fokus
memenuhi kebutuhan spiritual konseli melalui bimbingan thaharah (istinja, wudlu, atau tayamum) dan ibadah (shalat)
sehingga kebutuhan spiritual tersebut terpenuhi. Kegiatan ini dilakukan pertama, setelah pasien selesai diberikan
pelayanan dasar keperawatan umum kemudian pasien telah diidentifikasi dan di sisi data spiritualnya dalam RDPK. Tahap
berikutnya dilakukan menjelang waktu shalat tiba terutama shalat dluhur, konselor mulai mengingatkan pasien bahwa
waktu shalat segera tiba dan pasien dipersilahkan melakukan berbagai persiapan. Bagi pasien yang membutuhkan
istinja, maka layanan bimbingan di mulai dengan proses istinja baru kemudian dilanjutkan dengan wudlu atau tayamum
sesuai dengan kemampuan pasien.
3.Bimbingan zikir dan doa
Proses pemberian bantuan oleh konselor muslim terhadap konseli dalam suasana terapeutik islami dengan fokus
memenuhi kebutuhan spiritual konseli melalui layanan bimbingan do’a sehingga kebutuhan spiritual tersebut terpenuhi.
Bimbingan dzikir dan doa dilaksanakan oleh konselor biasanya dilakukan setelah selesai tadzkirah secara bersama-
sama atau saat visiting dan konsultasi secara individu. Bimbingan dzikir dan do’a juga dapat dilakukan saat pergantian
atau overan dari perawat yang telah selesai jam bertugasnya kepada perawat yang bertugas berikutnya. Meskipun
begitu bimbingan do’a oleh konselor dilakukan secara individual berdasarkan permintaan pasien.
1.Bimbingan pasien berkebutuhan khusus
2.Dying care dalam kegiatan rohani saat ini lebih banyak terfokus kepada bimbingan pasien sakaratul maut yang
dilakukan setelah mendapat kepastian dan keputusan bersama antara dokter-dokter yang merawat, pembimbing rohani
dan keluarga. Makna-makna yang terkandung dalam bimbingan sakaratul maut ini sangat dalam, mengingat betapa
beratnya kondisi menjelang sakaratul maut yang digambarkan dalam kondisi ghamarãtul maut berarti kesengsaraan
dan kepedihan (psikologis) luar biasa menjelang ajal, dan kondisi sakarãtulmaut berarti keadaan mabuk atau
kesakitan yang dirasakan (fisik) menjelang kematian, sedemikian hebatnya sehingga dapat menghilangkan kesadaran.
Karena itu dalam dying care menurut Islam diperlukan adanya bimbingan akhir hayat yang disebut talqin yang salah
satu makna terdalamnya adalah menuntun. Makna menuntun tersebut mengandung semangat bagaimana agar yang
meninggal di tuntun mengucap kalimah tahlil, maka sesungguhnya dalam bimbingan talqin terletak perjuangan
antara dua pihak, yaitu pihak yang menuntun dan pihak yang dituntun, kedua semangat inilah yang harus difahami
secara fenomenologis dalam bentuk komunikasi transendental untuk mencapai tujuan dying care dalam Islam yaitu
husnul khatimah. Dengan demikian bimbingan talqin dalam bimbingan dan konseling Islami sesungguhnya memberikan
pesan-pesan spiritual yang dalam, pertama untuk memaknai siklus hidup dalam Islam yang harus dimulai dengan
kalimah tauhid saat lahir melalui adzan dan iqamat, dan mengakhiri hidup dengan menutupnya melalui kalimah tauhid,
itulah hakikat makna dying care dalam Islam. Yang kedua substansi dying care dalam bimbingan dan konseling Islami
ukurannya bukan hanya sekedar meninggal dengan ‘tenang’ melainkan terucapnya atau mengikutinya yang meninggal
terhadap kalimah tahlil diakhir hayat, apakah dengan perkataan yang jelas, atau bahkan hanya dengan isyarat, atau
bahkan hanya dengan keyakinan bahwa pasien yang sekarat itu tetap mendengar tuntunan kalimah tahlil.
Layanan Pemulasaran Jenazah
1.proses pemberian bantuan oleh konselor muslim agar hak-hak jenazah terpenuhi. Layanan ini baru diberikan jika ada
permintaan dari pihak keluarga yang meninggal. Ada beberapa tahapan dalam layanan pemulasaraan jenazah yaitu
meliputi: memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan, evaluasi, dan dokumentasi. Adapun makna-
makna yang terkandung dalam serangkaian kegiatan layanan jenazah ini menggambarkan bahwa dalam bimbingan dan
konseling Islami di rumah sakit, dying care adalah merupakan kegiatan yang terdiri dari serangkaian layanan yang tidak
terputus hanya sampai mengantar pasien di pintu kematian, melainkan masih memiliki berbagai kewajiban moral dan
teologis yang sarat akan makna spiritual sampai akhirat
2.Konsultasi dan konseling keagamaan
3.pertukaran pikiran untuk mendapat petunjuk atau pertimbangan, baik berupa kesimpulan, nasihat atau saran yang
sebaik-baiknya dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu yang terkait dengan masalah spiritualitas atau
keagamaan yang dihadapi konseli. Layanan konsultasi ini diberikan terutama kepada pasien dan keluarga pasien yang
membutuhkan berbagai penjelasan mengenai berbagai masalah tetapi tidak membutuhkan pendalaman
4.Bina Ruhiah → ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan spritual kalangan dokter dan keluarga, perawat dan keluargam
staf dan karyawan RS
5.Pemberian bantuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing, untuk para perawat dan karyawan bina
ruhiah di rumah sakit dapat berupa pengajian bulanan, pembinaan mentoring, pelatihan dan pengkajian hal-hal yang
terkait dengan kebutuhan program layanan bimbingan dan konseling islam apat disampaikan dalam bentuk brief
focused counseling
3). 6 Prinsip Komunikasi Efektif
Islami

►Qaulan Ma’rufa :perkataan baik


►Qaulan Sadida :ucapan yang benar
►Qaulan Baligha : tidak bertele-tele
►Qaulan Karima:lemah lembut & bertata krama
►Qaulan Layina: menyentuh hati
►Qaulan Maysura :mudah dipahami
RUANG
LINGKUP
INFORMED
CONSENT
• Informed consent berasal dari dua kata yaitu “Informed” yang berarti
informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan. Jadi
pengertian informed consent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi.
• Menurut Permenkes No. 585/Menkes/Per/IX/1989, persetujuan Tindakan
medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai Tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
FUNGSI INFORMED
CONSENT
01. Promosi dari hak otonomi Mencegah penipuan dan paksaan 04.
perorangan

Menimbulkan rangsangan kepada


02. Ketertiban masyarakat (dalam memajukan
prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial profesi medis untuk mengadakan 05.
dan mengadakan pengawasan dalam introspeksi diri
penyelidikan biomedik)

Promosi diri dari keputusan-keputusan

03. Proteksi dari pasien dan subyek rasional 06.


KLASIFIKASI INFORMED CONSENT

IMPLIED CONSENT EXPRESSED CONSENT PRESUME CONSENT

Persetujuan pasien yang Persetujuan pasien yang Pasien dianggap telah


diberikan secara tersirat. diberikan secara lisan maupun memberikan persetujuan
tulisan
Contoh : Pasien membuka Contoh : Keadaan emergency
sendiri pakaiannya untuk PF Contoh : Tindakan berisiko
yang akan dilakukan
DASAR HUKUM INFORMED CONSENT

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran pasal 1,

2, dan 3

2. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

3. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

4. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medis

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan praktik kedokteran

7. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan

8. Surat keputusan PB IDI No. 319/PB/A4/88


INFORMED CONSENT YANG SAH

Voluntary Unequivocal
Suka rela atau tanpa Jelas dan tegas
paksaan

Conscious Naturally
Dengan Sesuai kewajaran
kesadaran
PRINSIP INFORMASI
1. Informasi diberikan sebelum tindakan medis
2. Informasi harus diberikan oleh Dokter yang akan
melakukan tindakan medis baik diminta atau tidak
Jenis Informasi

1. Diagnosa
2. Terapi atau tindakan alternatif
3. Efek samping
4. Resiko
5. Keuntungan terapi
6. prognosis
Informasi Tentang Tindakan Medik

Harus Diberikan Kepada Pasien Baik diminta


atau tidak

Kecuali informasi tersebut dapat merugikan


kepentingan pasien atau pasien menolak

Informasi diberikan kepada keluarga terdekat


dengan didampingi saksi (perawat/paramedik)
(PS.4 PERMENKES 585-1989)
Tanggung Jawab Dokter Berkaitan
Dengan Persetujuan Tindakan Medis

PS. 12 PERMENKES NO. 585 TH 1989


(1) Dokter Bertanggung Jawab atas Pelaksanaan
Ketentuan
persetujuan tindakan medis.
(2) Pemberian persetujuan tindakan medis yang
dilaksanakan di
rumah sakit atau klinik, maka rumah sakit atau
klinik yang
bersangkutan ikut bertanggung jawab.
Yang Memberikan Persetujuan

1. Pasien yang bersangkutan -> dewasa usia >21 tahun atau


menikah, sehat mental
2. Keluarga pasien -> usia pasien <21 tahun,
3. Tanpa persetujuan -> gawat darurat, pasien tidak sadar,
keluarga tidak ada.
Saksi

1. Pihak keluarga
2. Pihak rumah sakit
Situasi Khusus

▪ Gawat darurat
▪ Pembiusan -> Hospital by Law
▪ Operasi tambahan -> tergantung situasi kondisi
DALAM SITUASI OPERASI
TERJADI KOMPLIKASI YANG TIDAK DAPAT DIDUGA SEBELUMNYA DAN
TIDAK ADA UNSUR KESALAHAN ATAU KELALAIAN

DOKTER TIDAK DAPAT DIPERSALAHKAN

TETAPI DALAM MENGATASI KOMPLIKASI TERSEBUT HARUS


OPTIMAL

DALAM SUATU TINDAKAN OPERASI ATAU PEMBEDAHAN SELALU


MELEKAT SUATU RESIKO

SIAPA YANG MEMBERIKAN INFORMASI? “DOKTER YANG AKAN


MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS” -> TIDAK BOLEH DIDELEGASIKAN
KEPADA PERAWAT ATAU TENAGA KESEHATAN LAIN
Contoh Informed Consent
Rumah Sakit DR. Cipto Mangunkusumo
Departemen Kesehatan RI
Jl. Diponegoro 17 – Jakarta
Kotak Pos ……. Telp……
SURAT PERSETUJUAN/IZIN TINDAKAN MEDIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Selaku ……. Pasien/keluarga/suami/istri … dst.
Telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan dokter, perihal……..
Dan menyadari bahwa upaya yang terbaik untuk pertolongan/penyembuhannya adalah dengan tindakan medis ……………..
Dengan ini memberikan persetujuan/izin tindakan medis yang diperlukan menurut standar profesi terhadap pasien :
Nama :
Umur:
Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh atas segala risiko tindak medik tersebut diatas.
Dibuat di …………….. Jam ………
Saksi pasien/keluarga
Nama:
tanda tanganTanda tangan
SANKSI PELANGGARAN PERSETUJUAN TINDAKAN
KEDOKTERAN

Hukum Pidana
Berupa penuntutan yang diajukan pasien karena menyentuh atau melakukan tindakan
medis terhadap pasien tanpa persetujuan sehingga dapat dianggap sebagai
penyerangan

Hukum Perdata
Berupa penuntutan atau klaim ganti rugi atas tindakan kedokteran tanpa
adanya peringatan atau persetujuan.

Pendisplinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia


(MKDKI)

Berupa teguran hingga rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi


(STR)
4). SEBUTKAN MAQOSID SYARIAH
PENGERTIAN MAQASID
SYARIAH
• Maqashid Syariah terdiri dari dua kata, yaitu Maqashid dan Syariah
• Maqashid jamak dari kata maqsud yang berarti tuntutan, kesengajaan atau
tujuan 🡪 maqashid adalah sesuatu yang dilakukan dengan penuh
pertimbangan dan ditujukan untuk mencapai sesuatu yang dapat
mengantarkan seseorang kepada jalan yang lurus (kebenaran),
• kata al-syariah yang artinya tempat tumbuh dan sumber mata air 🡪
bermakna bahwa sesungguhnya air merupakan sumber kehidupan manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
• Adapun makna maqashid al-Syariah secara istilah adalah al-ma’aani allati
syuri’at laha al-ahkam yang berarti nilai-nilai yang menjadi tujuan
penetapan hukum.
• maqashid al-syariah adalah upaya manusia untuk mendapatkan solusi yang
sempurna dan jalan yang benar berdasarkan sumber utama ajaran islam, al-
quran dan Hadis Nabi SAW.
• ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan, yaitu

1. agama (hifz al-din),

2. jiwa (hifz al-nafs),

3. akal (hifz al-aql),

4. keturunan (hifz al-nasl),

5. harta (hifz almal).


5. Perbedaan RS Syariah dengan RS Konvensional
Berdasarkan indikator standar minimal pelayanan RS
• Indikator Mutu Wajib Syariah
Mendampingi pasien yang sakaratul maut dengan talqin
Mengingatkan waktu sholat kepada pasien dan keluarga
Pemasangan kateter sesuai gender

• Indikator Standar Minimal Layanan RS Syariah


Membaca Basmalah pada setiap kali melakukan tindakan dan meminum obat.
Dokter atau perawat membaca basmalah ketika akan menyuntik, dan begitu
pula pasien membaca basmalah sebelum disuntik dan meminum obat
Menyediakan hijab untuk pasien
Mandatory training untuk fikih pasien
Memiliki sarana edukasi islami seperti leaflet atau buku
Pemasangan electrocardiograms (EKG) sesuai gender
Menyediakan pakaian menutup aurat untuk Ibu menyusui
Menjaga aurat saat di kamar operasi
Jadwal operasi elektif yang tidak berbenturan dengan jadwal sholat.
• Indikator Standar Minimal Layanan RS Konvensional
• Pelayanan gawat darurat
• Pelayanan rawat jalan
• Pelayanan rawat inap
• Pelayanan Bedah
• Pelayanan persalinan dan perinatologi
• Pelayanan intensif
• Pelayanan radiologi
• Pelayanan laboratorium patologi klinik
• Pelayanan rehabilitasi medic
• Pelayanan farmasi
• Pelayanan gizi
• Pelayanan transfusi darah
• Pelayanan keluarga miskin
• Pelayanan rekam medis
• Pengelolaan limbah
• Pelayanan administrasi manajemen
• Pelayanan ambulan / kereta jenasah
• Pelayanan pemulasaraan jenasah
• Pelayanan laundry
• Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
• Pelayanan pengendalian infeksi
• Pelayanan keamanan
Memberikan dukungan terhadap
keluarga pasien? (Breaking Bad
News)
Cara menyampaikan breaking bad news dengan mempersiapkan 6 Langkah (SPIKES)

Setting up the interview

Assessing the patient’s Perception

Obtaining the patient’s Invitation

Giving Knowledge and information to the patient

Addressing the patient’s Emotions with empathic responses

Strategy and Summary

Mengatasi gangguan mental jika pasien tidak dapat menerima apa yang sudah diberitahukan oleh
dokter

I DO SMARTS

ISTIGHFAR , DOA, SYUKUR MENGUCAPKAN ALHAMDULILLAH , RIDHO , TAWAKKAL , SABAR


7. KODE ETIK
KEDOKTERAN, DAN
PROFESIONALISME
Bioetik kedokteran
• Prinsip-Prisip Dasar Bioetik terdiri dari Empat prinsip etik (pri)
1. Beneficence
Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan
suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk
membantu mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar
mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien. Lebih
khusus, beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus
berbuat baik, menghormati martabat manusia, dan harus berusaha
maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Point utama dari
prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa seorang
dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih bayak
dampak baiknya daripada buruknya sehingga pasien memperoleh
kepuasan tertinggi.
2.Non-maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan
suatu perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien. Dokter haruslah
memilih tindakan yang paling kecil resikonya. “Do no harm” merupakan point
penting dalam prinsip non-maleficence. Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus
kasus yang bersifat gawat atau darurat.

3. Autonomy
Dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak
manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak
untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sesuai dengan keinginannya
sendiri. Autonomy pasien harus dihormati secara etik. Melalui informed
consent, pasien menyetujui suatu tindakan medis secara tertulis.Informed
consent menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima dan
memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan medik
yang diusulkan, resiko, dan juga manfaat dari tindakan medis tersebut.

4. Justice Justice atau keadilan


adalah prinsip berikutnya yang terkandung dalam bioetik. Justice adalah suatu
prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil untuk
semua pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membedabedakan pasiennya
berdasarkan tingkat ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dsb
8. Bagaimana evaluasi tatalaksana medis yang diberikan pada pasien ini, dan
prosedur hukum apabila terdapat kelalain pada kasus ini?
Pasal 45
(1) Rumah Sakit tidak bertanggungjawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.

(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

KRITERIA 4D MALPRAKTEK
1.Duty of Care (kewajiban)
Perjanjian antara hubungan tenaga medis dengan pasein, tenaga medis harus bertindak berdasarkan:
a) Adanya indikasì medis
b) Berhati-hati dan teliti
c) Bekerja sesuai dengan standar profesi
d) Ada informed consent
2. Direction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Teriadinva pelanggaran kewajiban dapat menimbulkan kerugian kepada pasien, yang berarti tindakannya tidak
memenuhi standar profesi medik. Adanya penyimpangan dari standar profesi medik dapat ditentukan
berdasarkan fakta-fakta secara kasuitis dan harus dipertimbangkan ole para ahli dan saksi ahli

3. Damage (kerugian)
Kerugian pada pasien harus dalam bentuk fisik, finansial, emosional, dan berbagai macam kerugian lainnya.
Kerugian dalam kepustakaan dibedakan antara:
Kerugian umum (general damages ), yang termasuk adalah kehilangan pendapatan yang akan diterima,
kesakitan, dan penderitaan (loss of future carings and pain suffering)
Kerugian khusus (special damages), seperti kerugian yang harus dikeluarkan seperti biaya pengobatan.

4. Direct causation (penyebab langsung)


Seorang dokter harus memiliki kaitan dengan adanya kerugian yang dialami pasien, agar menjadi bukti oleh
penggugat jika dokter tersebut mengakibatkan penggugat mengalami kerugian/luka.
9.SIKAP SEORANG DOKTER
KEPADA PASIEN MENGENAI
MUSIBAH
Ucapan
Sikap
Sabar
Al-Qur'an menegaskan mensikapi musibah dalam bentuk ujian harus disikapi dengan sabar, mengucapkan kalimat istirja' dan
berdoa untuk mendapatkan ganti yang lebih baik sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Al-Baqarah [2]: 155-156;
Kalimat istirja' memiliki dua prinsip keimanan yang sangat mendasar bagi seseorang yang ditimpa musibah." Pertama,
seorang hamba memastikan bahwa dirinya, keluarganya, hartanya dan anak-anaknya sesungguhnya adalah milik Allah swt
semata. Sesungguhnya semuanya dijadikan oleh Allah sebagai pinjaman kepadanya. Jika dia mengambil semua itu darinya,
maka dia seperti seorang yang meminjamkan sesuatu barang dan mengambilnya kembali dari pihak yang meminjamnya.
Kedua, adanya kesadaran bahwa tempat kembali seorang hamba dan persinggahan terakhirnya hanyalah Allah swt. Semata,
sebagai pelindungnya yang sejati. Kelak suatu saat-entah kapan-ia pasti akan meninggalkan dunia ini dan akan datang
menghadap Tuhannya di hari kiamat secara individu, sebagaimana Tuan menciptakannya pertama kali dalam keadaan tampa
keluarga, harta dan kerabat. Dan dia akan datang kepada Tuhannya dengan membawa segenap kebajikan dan keburukannya.
Ridha
Apabila seseorang tertimpa musibah, lalu dinasihatkan untuk bersabar wajarlah nasihat tersebut diterima dengan mudah.
Lalu bagaimana apabila dinasihatkan untuk menerima musibah tersebut dengan ikhlas dan ridha, kiranya sulit untuk diterima-
apa lagi musibah tersebut terjadi bukan atas kesalahannya, tapi justru setelah ia berkornban untuk ketaatannya kepada Allah
swt. kecuali bagi orang-orang yang beriman kepada qadha dan qadar Allah swt. lagi mengetahui bahwa musibah tersebut
adalah berbentuk ujian untuk meningkatkan derajatnya. Senagaimana berfirman-Nya dalam surah al-Taghabun [64]: 11;
GIZI BURUK
1.Keadaan gizi balita yang ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut: i) pitting edema bilateral, minimal pada kedua
punggung kaki; ii) BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 standar deviasi (< -3 SD); iii) lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5 cm pada
balita usia 6-59 bulan.

2.Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi wasting pada balita sebesar 10,2% dan 3,5% atau
sekitar 805.000 balita diantaranya merupakan severe wasting (gizi buruk)

3.Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam penanggulangan gizi buruk pada balita, antara lain melalui
penyusunan Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita, penguatan deteksi dini, edukasi gizi,
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita gizi kurang,
pembentukan Therapeutic Feeding Centre (TFC) sebagai pusat pemulihan gizi di fasilitas kesehatan, serta peningkatan
kapasitas tim asuhan gizi dalam tata laksana gizi buruk pada balita
1.Pelaksanaan program gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu):
Bantuan untuk peningkatan status gizi balita gizi buruk
2.Pada pelaksanaan program gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu), Dinas Kesehatan bekerjasama dengan dinas-dinas
terkait serta masyarakat guna mendukung berjalannya program ini dengan baik, kerjasama yang dilakukan dikemas
melalui gerakan yanga da di program Restu Ibu, yaitu:
3. Program bantuan keuangan desa untuk peningkatan pengadaan induk ayam buras petelur kepada keluarga balita gizi
buruk. Hal ini bertujuan untuk membantu menunjang gizi utama harian balita, agar tetap terjaga dengan
membudidayakan ayam di pekarang rumah balita gizi buruk.
4. Program orang tua asuh balita kurang gizi. Bertujuan untuk membantu memantau status gizi balita agar dapat
mencapai status gizi yang diingin dengan memberikan dukungan baik secara moril atau finansial.
5. Program peningkatan ketahanan pangan Kegiatannya dengan membagikan bibit sayuran siap buah yang digunakan
untuk menunjang asupan makan harian balita gizi buruk agar tetap terjaga.
6.Cara-cara Perbaikan Status Gizi
Pengaturan makanan adalah upaya untuk meningkatkan status gizi, antara lain menambah berat badan dan
meningkatkan kadar Hb. Berikut adalah pengaturan makanan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi:
7.Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan, jenis kelamin, dan aktivitas;
8.Susunan menu seimbang yang berasal dari beraneka ragam bahan makanan, vitamin, dan mineral sesuai dengan
kebutuhan
9.Menu disesuaikan dengan pola makan;
10.Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat besi yang berasal dari bahan makanan
hewani karena lebih banyak diserap oleh tubuh daripada sumber makanan nabati;
11.Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu menambah makanan yang banyak mengandung
vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo kecik, sukun, dll.
Pencegahan Gizi Buruk
Pencegahan Gizi Buruk Upaya pencegahan kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, berikut prinsip
secara umum dan sesuai usia balita. 1. Prinsip umum pencegahan gizi buruk:
a. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa remaja dan selanjutnya saat usia subur.
• Menerapkan pola hidup sehat bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi dan mencegah terjadinya Kekurangan
Energi Kronis (KEK).
• Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
• Mendapatkan konseling pranikah.
• Mencegah pernikahan dini dan kehamilan pada remaja.
• Meningkatkan kepesertaan Keluarga Berencana (KB).
• Menerapkan praktik higiene dan sanitasi personal serta lingkungan
b. Ibu hamil mendapat pelayanan antenatal care (ANC) terpadu berkualitas sesuai standar, penerapan standar pelayanan
minimal, deteksi dini dan penanganan adekuat, pola hidup sehat dan gizi seimbang termasuk konseling.
c. Peningkatan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang serta kelangsungan hidup anak melalui strategi Pemberian
Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang dilakukan dengan praktik “Standar Emas Makanan Bayi dan Anak”.
Daftar pustaka
• Kode etik kedokteran indonesia. IDI. 2012

• Shah P, et al. Informed Consent. Treasure Island (FL): StatPearl Publishing; 2023 Jan. Available from : https://
www-ncbi nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK43082

• KEMENKES RI. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


290/MENKES/PER/III/2008TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

• Fourianalistyawati, E. KOMUNIKASI YANG RELEVAN DAN EFEKTIF ANTARA DOKTER DAN PASIEN. Jurnal
Psikogenesis.2012; 1(1): 82-87

• Taslim, A. Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah. 2021. Available from : https://muslim.or.id/5026-
sikap-seorang-muslim-dalam-menghadapi-musibah.html

• Daryanto, et al. Pengaruh Kesehatan Spiritual thadap Kesehatan Mental Mahasiswa Stikes Mamba’ul Ulum
Surakarta.

• Supiyati, ilvi, seven stars doctor sebagai aplikasi internalisasi nilai-nilai islam dalan nilai kerja tenaga medis
indonesia. Paradigma jurnal multidipliner mahasoswa pascasarjana

Anda mungkin juga menyukai