TATA KELOLA • Insentif fiskal harapannya menjadi pemicu dan penyemangat bagi Pemerintah dan seluruh OPD Provinsi Banten, anggaran tahun 2023 dan 2024 fokus pada upaya percepatan penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem • Program dan kegiatan serta anggaran pastikan tepat sasaran, perlu lakukan koordinasi-sinergi dan memastikan tepat pada sasaran bagi keluarga dengan resiko stunting • Peningkatan peran, kolaborasi dan keterlibatan para mitra pembangunan (kerjasama pentahelik) perlu di mapping mana saja yang terlibat dalam percepatan penurunan stunting • Perlunya Satu Data terpadu dan terintegrasi antara Data anak stunting berdasarkan Aplikasi E- Dasawisma (Data anak stunting tercatat, jumlah yang masih dalam penanganan, sudah tertangani serta estimasi prevalensi stunting) dengan Data Pusat. • Sudah ada Juknis bantuan dana / alokasi Desa untuk PMT oleh karena itu agar ada pemantauannya dari Kab/Kota (gerakan sadar administrasi) TATA KELOLA • Penguatan pengawalan dan penggunaan Dana Desa sesuai kewenangan Desa untuk intervensi spesifik dan sensitif yang menjadi prioritas dalam Percepatan penurunan stunting (Rembug Stunting Desa) • Peningkatan dan Penguatan kompetensi petugas entry data, memaksimalkan peran pendamping keluarga dan bidan, sehingga e-PPGBM dapat menjadi pertimbangan ukuran kinerja dalam percepatan penurunan stunting • Pemerintah daerah perlu mengoptimalkan kinerja TPPS dari tingkat provinsi hingga desa, yang dimulai dari proses perencanaan hingga impelementasi dan monitrong agar intervensi tepat sasaran • Penguatan Koordinasi dan konvergensi 8 Aksi Konvergensi agar bersinergi secara berjenjang dan periodik dengan data yang dapat dipertanggunggawabkan sehingga tepat waktu dalam penilaian kinerja • Pemerintah Daerah mengoptimalkan kolaborasi dan konvergensi melalui kerjasama pentahelix untuk percepatan penurunan stunting • Perbedaan pencatatan pada masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi sehingga dapat diberikan pendampingan secara khusus • Perlu ada basis data balita secara keseluruhan agar masyarakat (balita) yang memiliki mobilitas tinggi tetap dapat terpantau tumbuh kembangnya INTERVENSI • Penguatan Tim Pendamping Keluarga SPESIFIK dalam melakukan pendampingan secara maksimal kepada keluarga beresiko stunting untuk meningkatkan akses terhadap bantuan sosial yang membutuhkan serta peningkatan status gizi remaja putri, ibu hamil dan balita • Memastikan pemenuhan kebutuhan antropometri di seluruh posyandu dan USG di seluruh puskesmas dengan melatih kader dan tenaga kesehatan dalam menggunakan alat tersebut • Perlu pengawalan, pendampingan dalam peningkatan skrining anemia / skrining rapid test untuk deteksi dini anemi pada remaja putri • Penguatan dalam edukasi serta pendampingan terhadap balita gizi kurang untuk mendapat tambahan asupan makanan, kehamilan yang tidak diinginkan dan serta calon PUS agar melakukan pemeriksaan kesehatan dan tidak melakukan pernikahan diusia anak/dini, pastikan sasaran yang tepat dengan pemahaman baik tentang stunting. • Penguatan edukasi masyarakat dengan berkolaboarsi bersama Kominfo dalam melakukan kampanye publik melalui berbagai kanal media (online, sosial, elektronik dan tatap muka) dengan mengadopsi konten GenBest yang disesuaikan dengan kearifan lokal • Pemerintah Daerah proaktif melakukan konsultasi kepada Pemerintah Pusat untuk penyusunan media KIE terkait strategi komunikasi, dan konten dalam edukasi masyarakat INTERVENSI SPESIFIK • Secara umum diperlukan penguatan dan akselerasi pada empat indikator dengan capaian masih di bawah target: a. Ibu hamil KEK yang mendapat tambahan asupan gizi b. Bayi kurang dari 6 bulan yang mendapt ASI Eksklsuif c. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya d. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi • Perlu kebijakan khusus terkait biaya pemeriksaan kesehatan pada pasangan usia subur (PUS) dan calon pengantin sebelum menikah agar biaya lebih ringan sehingga tidak menjadi hambatan di masyarakat dan meningkatkan cakupan PUS yang memeriksakan kesehatan INTERVENSI SENSITIF • Peningkatan perbaikan untuk pemenuhan kebutuhan air minum layak (masih terbatasnya jaringan perpipaan untuk akses air minum layak). Keberlanjutannya dan pemeliharaan perlu dijaga bagi yang sudah ada, pengelola Desa perlu komitmen dan transparansi • Fokus pencapaian Desa/Kelurahan bebas Open Defecation Free / ODF (baru 3 Kab/Kota yang bebas ODF) • Perlu penyediaan dan pengalokasian jamban yang layak, Jamban berbasis keluarga dengan Dana Desa • Edukasi dan konseling kepada masyarakat secara massif terkait kampanye dalam percepatan penurunan stunting untuk memberikan pemahaman dalam perbaikan pola asuh, pemberian makanan yang benar serta pemantauan tumbuh kembang anak untuk pencegahan dan penanganan stunting • Edukasi dan Sosialisasi juga perlu dilibatkan pendampingan dari tokoh agama dan tokoh Masyarakat