Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT

CA-COLORECTAL

KELOMPOK 7 ( KELAS 2B)


1.INDAH OKTAVIANI (211211847)
2.PUTRI AFNITA SARI (211211862)
3.RIMA DESKI MIWANDA ERWAN (211211868)

Dosen pengampu : Hj. Ulvi Mariati, S.Kp, M.Kes


KONSEP PENYAKIT
A.Defenisi
Kanker kolorektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari jaringan epitel dari
kolon atau rectum (Harahap, 2004). Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang
ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada
sistem pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada
di bagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus.
Kolon dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-
zat yang tidak berguna. Rektum adalah bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan terletak
di dalam rongga panggul ditengah tulang pinggul. Ini merupakan daerah yang sangat
kecilsehingga jarak antara kanker dan organ normal sekitarnya sangat pendek. Oleh
karena ini, kemungkinan kanker menyebar ke organ sekitarnya dalam dipanggul cukup
siknifikan.
B.Klasifikasi
KLASIFIKASI KANKER KOLON MENURUT MODIFIKASI DUKES ADALAH SEBAGAI
BERIKUT

a. (FKUI, 2012) yaitu kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis. penetrasi melalui
dinding usus kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

b. B2 yaitu kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

c. KELAS C yaitu invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir

d. Regional yaitu kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening, kanker telah mengadakan
metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi pada pasien dengan
kanker kolon.
C.Anatomi Dan Fisiologi
1.USUS BESAR
Usus besar atau kolon yang kira-kira 1,5meter panjangnya dan lebarnya 5-6 cm yang dimulai di
papila ilialis. Usus besar adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau
ileosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Usus besar dapat dibedakan dari usus halus dengan
ukurannya yang lebih besar dan adanya taenia coli dan appendices epiploicae. Taenia coli adalah
3 pita serat otot longitudinal pada bagian luar colon dan memendek daripada seluruh dinding usus
menyebabkan gambaran sakulasi (berlubang-lubang) atau berkerut.

Kolon mulai sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendix vermiformis atau umbai cacing.
Apendix juga terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan
submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa
dengan tonsil.

Fungsi kolon ini dapat diringkas sebagai berikut


a. Tempat menampung sisa makanan (feses) yang telah diabsorpsi usus halus
b. Tempat tinggal bakteri E. coli.
c. Absorpsi air, garam dan glukosa
d. Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam,
Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh- tumbuhan, buah buahan dan
sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi.
Susunan usus besar dari atas ke bawah adalah: sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, rektum, anus :
1) Sekum
Sekum adalah bermuaranya sisa makanan yang telah diserap usus halus melalui valvula baukini. Sekum (caecum) terletak di daerah iliaka
kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut
umbai cacing dengan panjangnya kurang lebih 6 cm. Dalam pemeriksaan kolonoskopi harus mencapai sekum, hal ini sebagai data objektif
bahwa pemeriksaan telah dilakukan mulai dari anus, rektum.
2) Kolon Asendens
Bagian kolon ini terdapat di abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum menuju ke bawah hepar dan melengkung ke arah kiri
menuju kolon transversum. Lengkungan ini biasa disebut fleksura hepatika. Panjang kolon ini dapat mencapai 13 cm.
3) Kolon Transversum
Bagian kolon ini membujur dari abdomen sebelah kanan kolon asendens ke abdomen sebelah kiri kolon desendens di bawah hepar dan
lambung. Atau sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis. Panjangnya dapat mencapai kurang lebih 38
cm dan bentuk lumen kolon transversum ini khas membentuk segitiga.
4) Kolon Desendens
Kolon ini panjangnya kurang lebih 25 cm. Letaknya terdapat pada fleksura lienalis membujur dari atas ke bawah abdomen sebelah kiri
sampai ke depan ileum kiri kemudian menyambung dengan kolon sigmoid. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura
sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus atau kolon pelvis.
5) oKolon Sigmoi
Kolon ini merupakan kelanjutan dari kolon desendens, terletak miring di dalam abdomen bawah tepatnya pelvis sebelah kiri membentuk huruf
"S" dan ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
2.REKTUM DAN ANUS

Rektum (rectum) merupakan kelanjutan dari kolon sigmoid yang


menghubungkan intestinum mayor (usus besar atau kolon) dengan anus.
Letaknya dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigius. Rektum
ialah yang 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada kolon sigmoideus
dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini
berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan external.

Anus adalah saluran pencemaan makanan yang paling akhir serta yang
menghubungkan intestinum mayor (usus besar atau kolon) dengan dunia luar.
Letaknya di abdomen bawah bagian tengah di dasar pelvis setelah rektum.
Dinding otot anus diperkuat oleh 3 sfingter yakni:
1. Sfingter ani internus (tidak mengikuti keinginan)
2. Sfingter levator ani (tidak mengikuti keinginan)
3. Sfingter ani eksternus (mengikuti keinginan
D.ETIOLOGI
Walaupun penyebab kanker kolorektal tidak diketahui, studi menunjukkan insiden yang lebih besar dalam bidang pembangunan ekonomi yang
lebih tinggi.

Faktor risiko lain untuk kanker kolorektal yaitu:


a) Penyakit pada saluran pencernaan, riwayat kolitis ulserativa, poliposis
familial (kanker hampir selalu berkembang pada usia 50), dan riwayat keluarga kerabat (tingkat pertama) penyakit tumor ganas dari usus besar atau
rektum hampir selalu adenokarsinoma, Sekitar setengah dari ini lesi sessile dari daerah rektosigmoid; sisanya, lesi polupoid.
b) Asupan berlebihan lemak hewani jenuh
c) Riwayat penyakit kanker, usus inflamasi kronis. kolitis ulseratif Kolitis ulseratif merupakan merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker
kolon sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik kolitis ulseratif.
d) Diet.
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada
kebanyakan penelitian (Bolin et al., 2008), meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukan adanya hubungan antara serat dan kanker
kolorektal .
e) Obesitas.
f) Bekerja sambil duduk scharian.
E.MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah. Manifestasi klinis kanker
kolorektal menurut Dianne J, 2000:

a. Perubahan kebiasaan defekasi (merupakan gejala yang paling sering


ditunjukkan), keluar darah bersama denga feses (merupakan gejala kedua yang paling sering)
b. Anemia yang penyebabnya tak jelas, anoreksia, penurunan BB. Dan keletihan.
c. Lesi sebelah kanan: nyeri abdominal tumpul dan melena.
d. Lesi sebelah kiri: nyeri abdominal dan kram. feses mengecil, konstipasi dan distensi, darah
merah segar dalam feses.
e. Lesi rektal: tenesmus (nyeri rektal, merasakan evakuasi tidak
terlampiaskan setelah defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian, dan darah
f. Kram perut dan perut yang menegang
Untuk kondisi yang lebih parah, klien dengan kanker kolorekral bisa mengalami tidak bisa flatus
atau buang air besar.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar. melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses
G.PATOFISIOLOGI
Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan tumbuh dan membelah untuk mempertahankan fungsi normalnya, tetapi
kadang-kadang pertumbuhan ini diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun sel-sel baru tersebut tidak diperlukan. Pertumbuhan yang
berlebihan ini dapat merupakan suatu keadaan prekanker, contohnya adalah polip di daerah usus besar.

Sembilan puluh lima persen dari karsinoma kolon adalah adenokarsinoma yang mengeluarkan musin,
suatu zat yang membantu dalam memperluas keganasan. Metastasis dapat terjadi pada hati, paru-paru,
tulang, atau sistem lympatic
a. Kebanyakan lesi usus besar merupakan adenokarsinoma yang agak berbeda.

b. Tumor cenderung tumbuh dengan lambat dan tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang lama.

c. Tumor di kolon desendens dan sigmoid mengalami pertumbuhan


sirkumferensial dan mengontriksi lumen usus

d. Tumor di kolon asendens biasanya besar saat diagnosis dan dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik.
H .PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.

2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah: foto dada dan foto kolon (barium enema).Pemeriksaan dengan
enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.

3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis
kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.

4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.

5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu
diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ml biasanya ditemukan karsinoma
kolorektal yang sudah lanjut.
LANJUTAN...
6. Scan (misalnya, MRI. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkanpengobatan dan
dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel
darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.

9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.


I. PENATALAKSANAAN

a) Penatalaksanaan keperawatan
1)Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2)Meningkatkan kenyamanan.
3)Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4)Mencegah komplikasi.
5)Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

b)Penatalaksanaan medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalahsebagai berikut:
1)Pembedahan (Operasi)Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon danrektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker
yang terbatas padasatu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.

2)Dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untukmeminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Tujuan
pembedahandalam situasi ini adalah paliatif. Apabila kanker kolon sudah menyebar danmencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.

3)Penyinaran (Radioterapi)Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi. Misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak
daerah yang ditumbuhi kanker kolon, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusaksel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel
kanker, sel kulit, sel dindinglambung & usus, sel darah.

4.KemotherapyChemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalamsirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar.
Obatchemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, padaumumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan
efekyang lebih bagus.
J. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. B berumur 58 tahun, datang ke RS MDjamil Padang tanggal 3 Maret 2023 dengan
keluhan BAB bercampur lendir serta darah merah terang. Tn. B. juga merasakan nyeri saat
KASUS
BAB hal itu sudah terjadi selama satu minggu terakhir. Skala nyeri yang dirasakan yaitu 8.
Tn. B mengeluh merasa mudah lelah dan merasa tidak memiliki nafsu makan, Tuan B. pun
selalu merasa kenyang, sehingga BB Tn. B turun 20% (BB awal 70 kg). Tn. B tampak
meringis kesakitan dan gelisah. Tn. B mengatakan bahwa perutnya sakit di bagian bawah.
Saat pemeriksaan fisik didapat data keadaan umum lemah, TD: 110/60 mmHg, N: 70
x/menit, Suhu 38°C, RR: 24x/menit, conjungtiva anemis, distensi abdomen, nyeri tekan di
abdomen. Uji laboratorium, hematokrit: 26%, Hemoglobin: 9 g/dL, dan leukosit
7.000/uL,Trombosit 253.000/uL Kolonoskopi menunjukkan dua tumor menengah di usus
besar melintang. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker
kolorektal. Kemudian Tn. B menyetujui operasi pengangkatan kanker kolorektal tersebut.
Setelah dilakukan operasi, Tn. B mengatakan gatal pada daerah yang di insisi, dan daerah
pembedahan tampak masih baru, memerah serta terfiksasi. Setelah pasca operasi Tn. B masih
tidak nafsu makan, Tn. B tampak lemah, bibir Tn. B tampak kering dan pucat. Tn. B tampak
seperti menahan nyeri dan ekspresi wajah Tn. B tampak cemberut.
A. Pengkajian
1. IDENTITAS
Indentitas pasien
Nama : Tn. B No.Rek.Medis : 1234
Umur : 58 Tahun
Agama : islam
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : sudah kawin
Alamat : lubuk bergalung
Tanggal masuk : 3 maret 2023
Yang mengirim : istri
Cara masuk RS : dibawa oleh keluarga
Diagnosa medis : ca-colorectal
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L umur: 54 tahun
Hub dengan pasien : istri pasien
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : lubuk bergalung
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Selama satu minggu ini BAB bercampur lendir serta darah merah terang, merasakan nyeri saat BAB, merasa
mudah lelah dan merasa tidak memiliki nafsu makan, serta merasa kenyang, konjungtiva anemis, distensi
abdomen, nyeri tekan di abdomen.
Alasan masuk rumah sakit
Tn. B merasakan nyeri saat BAB selama 1 minggu terakhir
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Melakukan operasi pengangkatan kanker kolorektal
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah mengalami penyakit polip kolon, dan radang kronik kolon. Diet atau konsumsi diet yang
tidak baik, tinngi protein, tinggi lemak dan rendah serat
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya Riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker menyerang tubuh atau organ termasuk
kanker kolorectal adalah diturunkaan sebagai sifat dominan.

.
3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit : pasien dan keluarga mengatakan memiliki harapan yang besar untuk sembuh.
PENGGUNAAN :
Tembakau: ( √ ) Pipa ( √ )
1 bks/hari ( √ )
Alkohol : ( √ )ya,bir
Obat lain : Tidak ( √ )
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna): tidak ada
Obat-obatan warung/tanpa resep dokter : tidak ada
Kepatuhan terhadap terapi pengobatan : patuh
Upaya adaptasi terhadap perubahan status kesehatan : mengurangi penggunaan tembakau dan bir
Penyesuaian gaya hidup terhadap perubahan status kesehatan : berusaha menyesuikan diri dengan
Kesehatan yang diderita dan melakukan pengobatan agar pasien bisa pulih
4. POLA NUTRISI/METABOLISME
BB : 70 kg TB: 163 cm
IMT: 26,34
Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir : 10 kg
Pola Makan(dirumah)
Frekuensi : 3 x sehari
Makan Pagi : sarapan nasi goreng dan kopi
Makan Siang : nasi dan kopi
Makan Malam : nasi dan ikan
Pantangan/Alergi : tidak ada
Makanan yang disukai : makanan berlemak
Di rumah sakit
Jenis diet dan jumlah kalori : diet fighting foof
Nafsu Makan: Menurun ( √ )
Jumlah diet yang dihabiskan : dalam batas normal
Keluhan mual / muntah : ada, penggunaan NGT : (×) Tidak
Kesulitan menelan : (√) ya
Skring nutrisi
Indikator Penilaian Malnutrisi Skor
0 1 2 Nilai

Nilai IMT 18,5-22,9 17-18,4 / 23-24,9 <17 / >23 0

Apakah pasien kehilangan BB <5% 5-10% >10% 0


dalam waktu 3 bulan terakhir?

Apakah pasien dengan asupan baik kurang Sangat kurang 1


makanan kurang lebih dari 5
hari?

Adanya kondisi penyakit pasien tidak Ya 2


yang mempunyai resiko masalah
nutrisi
Pasien sedang mendapat diet tidak Ya 2
makanan tertentu

Total skor 5

Jika total skor : Klien mendapat total skor 5 (resiko tinggi)


0 = risiko rendah
1 = risiko sedang
>2 = risiko tinggi
Pola minum
Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 6x perhari Frekuensi : 3x/ hari

Jenis : air putih dan kopi Jenis : air putih

Jumlah : < 2 liter/liter Jumlah : <2 liter/hari

Pantangan : tidak ada pantangan Pembatasan cairan : ada

Minuman disukai : kopi

Intake cairan 24 jam (uraikaan intake oral, parenteral yang didapatkan pasien)
Intake cairan oral: makanan dan minuman
Intake cairan parenteral: infus dan obat
BAB bercampur lendir dan darah merah terang, nyeri di bagian bawah abdomen dengan skala nyeri 8, dan nyeri hilang timbul
Perubahan pada kulit
Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) : kulit pasien kering
Yang dinilai 4 3 2 1

Kondisi fisik Baik Sedang (√ ) Buruk Sangat buruk

Status mental Sadar (√ ) Apatis Bingung Stupor

Aktivitas Jalan sendiri Jalan dengan bantuan Kursi roda Di tempat tidur
(√ )
Mobilitas Bebas bergerak Gerak terbatas (√ ) Sangat terbatas Tidak bergerak

Inkontinensia Kontinen Kadang inkontinen (√ ) Selalu kontinen Inkontinen urin dan


alvi

Total skor 16

Kriteria penilaian :
Total skor
16 = resiko tinggi
Pengkajian adanya luka/ulcer : tidak ada
5. Pola eliminasi

Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : klien mengatakan dirumah BAB nya Frekuensi : setelah masuk rumah sakit BAB
bercampur lendir serta darah merah klien normal 1x/hari
terang dan merasakan nyeri

Konsistensi : cair Konsistensi : cair

Warna : merah terang Warna : ( √ ) merah terang

Masalah di rumah sakit : ( √ ) diare,lama masalah dialami : BAB


Berwarna merah terang

Kolostomi : ( √ ) tidak
BAK
Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : klien mengatakan sebelum Frekuensi : setelah masuk rumah sakit


sakit BAK normal BAK klien normal

Jumlah : cair Jumlah : cair

Warna : bening Warna : kuning muda

( √ ) Kesulitan menahan berkemih ( √ ) Kesulitan mencapai toilet


6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN
a. Kemampuan Perawatan Diri:

Instrumen Penilaian Indeks Skala Barthel


No Aktivitas yang Dinilai 0 5 10
1 Makan √
2 Berubah sikap dari berbaring ke duduk/dari kursi √
roda ke tempat tidur
3 Mandi √
4 Berpakaian √
5 Membersihkan diri √
6 Berpindah/berjalan √
7 Masuk keluar toilet sendiri √
8 Naik turun tangga √
9 Mengendalikan buang air kecil √
10 Mengendalikan buang air besar √
TOTAL SKOR 50
Keterangan :
Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu melakukannya dan nilai 10 bila pasien mandiri
Interpretasi skor total : 50 ketergantungan sebagian
Kebersihan diri (x/hari)

Di rumah Di rumah sakit

Mandi : 2x/hari Mandi : 1x/hari

Gosok gigi : 2x/hari Gosok gigi : 1x/hari

Keramas : 1x/3 hari Keramas : 1x/3 hari

Potong kuku : 1x/7 hari Potong kuku : 1x/7 hari

Alat bantu : ( √ ) kursi roda


Rekreasi dan aktivitas sehari-hari dan keluhan
Terjadi penurunan aktivitas sehari-hari pasien merasa lemah dan keletihan
Olah raga : ( √ ) tidak
Kekuatan otot: pasien mengalami penurunan kekuatan otot
7. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Di rumah Di rumah sakit
Waktu tidur : Siang 2-3 jam Waktu tidur : Siang 3 jam
: Malam 8-10 jam : Malam 11 jam
Jumlah jam tidur : 10 jam Jumlah jam tidur : 14 jam
Masalah di RS ( × )Tidak ada
Merasa segar setelah tidur ( √ ) Ya

8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI Deskripsi : P : Apabila ditekan dan bergerak


Status mental: (√ ) Sadar Q : Nyeri tekan di abdomen
Bicara: ( √ ) Nomal R : Perut bawah
Bahasa sehari-hari : ( √ ) Daerah S : Skala nyeri 8
Kemampuan membaca : ( √ ) bisa T : Hilang timbul
Kemampuan berkomunikasi: ( √ ) bisa Penatalaksanaan nyeri: Manajemen nyeri
Kemampuan memahami : ( √ ) bisa
Tingkat Ansietas: ( √ ) Sedang
Sebab, akan dilakukan operasi/pembedahan
Pendengaran: ( √ ) DBN (Dalam Batas Normal)
Penglihatan: ( √ ) DBN (Dalam Batas Normal)
Vertigo: ( × ) Tidak
Ketidaknyamanan/Nyeri: Akut
9. POLA PERAN HUBUNGAN
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pekerjaan: ( √ ) Bekerja
Sistem pendukung: ( √ ) Pasangan
Keluarga serumah : iya yaitu istri dan anak
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan dirumah sakit: Tidak ada
Kegiatan sosial : Tidak ada
Lain-lain: -

10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI


Tanggal Menstruasi Akhir (TMA) : Tidak ada karena pasiennya laki-laki
Masalah Menstruasi: ( × ) Tidak
Pap Smear Terakhir: Tidak ada
Pemeriksaan Payudara/Testis Mandiri Bulanan: Tidak ada
Masalah Seksual berhubungan dengan penyakit: Tidak ada
11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
a.Body image/gambaran diri
( × ) cacat fisik ( √ ) kegagalan fungsi tubuh
( √ ) perubahan ukuran fisik ( √ ) gangguan struktur tubuh
( √ ) fungsi alat tubuh terganggu ( ×) menolak berkaca
( √ ) keluhan karena kondisi tubuh ( × ) prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh
( × ) transplantasi alat tubuh ( × ) perubahan fisiologis tumbuh kembang
( √ ) pernah operasi Jelaskan : Pasien sudah melakukan operasi pengangkatan kanker kolorektal
(√ ) proses patologi penyakit dan pasien sebelumnya pernah mengalami polip kolon dan radang kronik
kolon
b. Role/peran

( × ) overload peran
( × ) konflik peran
( √ ) perubahan peran
( × ) keraguan peran
( × ) transisi peran karena sakit
Jelaskan : Pasien mengalami penurunan peran karena masalah yang dideritanya

c. Identity/identitas diri

( √ ) kurang percaya diri


( × ) merasa terkekang
( × ) tidak mampu menerima perubahan
( √ ) merasa kurang memiliki potensi
( × ) kurang mampu menentukan pilihan
( × ) menolak menjadi tua

Jelaskan : Pasien kadang merasa kurang percaya diri dan tidak memiliki potensi karena penyakit yang dialam i
d. Self esteem/harga diri e. Self ideal/ideal diri
( × ) mengkritik diri sendiri dan orang lain ( × ) masa depan suram
( × ) merasa jadi orang penting ( × ) terserah pada nasib
( × ) menunda tugas ( × ) merasa tidak memiliki kemampuan
( × ) merusak diri ( × ) tidak memiliki harapan
( × ) menyangkal kemampuan pribadi ( × ) tidak ingin berusaha
( × ) rasa bersalah ( × ) tidak memiliki cita-cita
( × ) menyangkal kepuasan diri ( × ) merasa tidak berdaya
( × ) polarisasi pandangan hidup ( × ) enggan membicarakan masa depan
( × ) mencemooh diri Jelaskan : Tidak ada masalah pada idelal diri
( × ) mengecilkan diri
( × ) keluhan fisik
( × ) menyalahgunakan zat
Jelaskan : Tidak ada masalah pada harga diri
pasien
12.POLA KOPING-TOLERANSI STRES
a. Masalah selama di rumah sakit (penyakit, finansial, perawatan diri)
Pasien mengeluh nyeri pasca operasi
b.Kehilangan/perubahan besar di masa lalu: (×) tidak
c.Hal yang dilakukan saat ada masalah:
Melakukan pemeriksaan ke RS dan melakukan pembedahan/operasi ca-colorectal
d.Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: Tidak
e.Keadaan emosi dalam sehari-hari: tegang

13.POLA KEYAKINAN NILAI


Agama: Islam
Pantangan Keagamaan: Tidak ada
Pengaruh agama dalam kehidupan: Tidak ada
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: Ya, sholat 5 waktu
14. PEMERIKSAAN FISIK

gambar
tanda vital Suhu :38 ℃ Lokasi : Axila
Nadi : 70 kali/menit Irama : regular Pulsasi : mudah diraba
TD : 110/60 Lokasi : arteri brachialis di lengan
RR : 24 kali/i Irama : pernapasan cepat atau pernapasan dalam
tinggi badan 165 cm
barat badan sebelum masuk RS: 70 kg rumah sakit : 65 kg
Lila 25 cm
Kepala : Tidak ada edema, pembengkakan, ketombe, dll
rambut Rambut klien tampak kotor
mata Konjungtiva anemis, pupil normal, sclera berwarna putih dan bersih
hidung Tidak ada lesi, simetris (normal)
mulut Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan bau yang tidak enah
Telinga Telinga klien berwarna kemerahan dan pendengarannya normal
Leher Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan distensi vega jugularis (JVP)
Trakea Trakea berada di tengah (normal)
JVP 5 cmH2O (normal)
Tiroid Ketika klien menelan, kelenjer tiroid klien ikut bergerak keatas (normal)
Nodus Limfe Sebesar biji jagung (normal)

Dada I = Simetris antara dada posterior dan anterior (normal)


Paru P = Getaran dinding dada sama kuat antara kiri dan kanan (normal)
P = Terdengar bunyi redup (normal)
A = Suara nafas normal

Jantung I = Normal (lub-dub)


P = Normal
P = normal
3A = bunyi jantung 1: lub
2: Dub

Abdomen Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bising usus dan kembung dan nyeri
pada abdomen bawah dengan skala nyeri 8 dan nyerinya hilang timbul

Ekstremitas Kekuatan otot = Klien mampu melawan tahanan secara ringan (derajat 3)
Muskuloskeletal/Sendi Inspeksi = Kulit pasien pucat dan kering
Palpasi = Akral teraba hangat
Vaskular Perifer = Tidak ada
Integumen Inspeksi = Warna kulit pucat, tidak ada edema, dan tidak terdapat lesi, kulit tampak
kering
Palpasi = Turgor kulit kembali cepat
Neurologi Mata : nilai 4 (spontan membuka mata sendiri).
Status mental/GCS Motorik : nilai 5 (mata tertutup, di beri perintah untuk membuka mata
tidak bisa, maka di beri rangsangan nyeri di ujung jari).
Verbal : nilai 4 (pasien bingung menjawab pertanyaan)
Saraf cranial Normal (setelah dilakukan pemeriksaan ke dua belas nervus)
Reflek fisiologi Normal (bisep,trisep,patella)
Reflek patologis Normal (baginski, cadok, open hem, gordon)

payudara Simetris, tidak terdapat luka, dan tidak terdapat lesi


genitalia Tidak terdapat bintik-bintik, kemerahan dan tidak terdapat lesi
rectal Tidak ada lesi dsb
15.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Diagnostik :

Hematologi Hasil Nilai normal interpestasi

HB 9 12-18 g/dL Turun

Hematokrit 26% 40-52% Turun


Leukosit 7.000 4.000-10.000/uL Normal

Trombosit 253.000 150.000-450.000/uL Normal

Terapi : Pembedahan (operasi)


B. ANALISA DATA
DIAGNOSA PRE-OPERASI

DATA MASALAH ETIOLOGI

DS: Nyeri akut Agen pencederaan


· Pasien mengeluh merasakan nyeri saat BAB fisiologis
· Pasien mengeluh distensi abdomen ( neoplasma)
· Klien mengatakan perutnya sangat sakit di bagian bawah
· Klien mengatakan perutnya bertambah sakit saat bergerak
· Klien mengatakan nyerinya hilang timbul
DO:
· Kelemahan otot akibat nyeri
· Nyeri tekan di abdomen
· Klien tampak meringis kesakitan
· Klien tampak gelisah
· Skala nyeri 8
· Klien tampak tidak nyaman dengan perutnya
DIAGNOSA POST OPERASI

DATA MASALAH ETIOLOGI

DS: Resiko Infeksi Efek prosedur


· Klien mengatakan gatal pada daerah yang diinsisi invasif
· Keluarga klien mengatakan badan klien hangat
DO:
· Daerah pembedahan tampak masih baru dan terfiksasi
· Suhu : 38 ℃
DATA MASALAH ETIOLOGI

DS: Defisit Nutrisi Ketidakmampuan


· Klien mengatakan tidak nafsu makan mencerna makanan
· Klien mengatakan lidahnya terasa pahit
· Keluarga klien mengatakan klien belum memakan apapun pasca operasi

DO:
· BB turun 20% (BB awal 70 kg) selama sakit
· Pasien tampak lemah
· Bibir klien tampak kering dan pucat
DATA MASALAH ETIOLOGI

DS: Nyeri Akut Agen pencedera


· Klien mengatakan nyeri pada daerah yang di insisi fisik (Prosedur
· Klien mengatakan tubuhnya masih lemah operasi)
DO:
· Klien tampak lemah
· Klien tampak menahan nyeri
· Ekspresi wajah klien cemberut
· Tampak kemerahan pada daerah bekas operasi
DATA MASALAH ETIOLOGI

DS: Intoleransi Kelemahan


· Klien mengatakan punggungnya terasa panas Aktivitas
· Klien mengatakan susah bergerak
· Klien mengatakan tidak mampu beraktivitas secara mandiri
DO:
· Klien terlihat berbaring di tempat tidur
· Klien tampak terpasang kateter
· Aktivitas klien tampak masih dibantu keluarga
· Klien tampak lemah
· Tampak adanya luka insisi pada perut klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi
• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Neoplasma)
• Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
• Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

2. Diagnosa Keperawatan Post-Operasi


• Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif
• Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
• Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
• Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
• Gangguan integritas kulit/jaringan b.d efek samping terapi radiasi
• Gangguan citra tubuh b.d Efek Tindakan/pengobatan (pembedahan)
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
(SDKI)

Nyeri akut berhubungan Manajemen nyeri


Setelah dilakukan intervensi Tindakan
dengan agen pencedera keperawatan selama 1x24 jam, Observasi
fisiologis (Neoplasma) · Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyari
maka tingkat nyeri menurun · Identifikasi skala nyeri Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan kriteria hasil:- Keluhan · Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
· Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
nyeri, menurun- Meringis, · Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyerl Identifikasi pengaruh
menurun- Gelisah, menurun nyeri pada kualitas hidup
· Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
· Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
· Berkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
· Kontrol lingkungan yang memperborat rasa nyeri
· Fasilitasi istirahat dan tidur
· Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
· Jelaskan penyebab, perlode, dan pemicu nyeri
· Jelaskan strategi meredakan nyeri
· Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
· Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
· Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
(SDKI)

Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi


Tindakan
keperawatan selama 1x24 jam,
Observasi
maka tingkat infeksi menurun · Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil: Terapeutik
- Demam, menurun · Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan, menurun · Berikan perawatan kulit pada area edema
· Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
- Nyeri, menurun
· Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
- Bengkak, menurun Edukasi
· Jelaskan tanda dan gejala infeksi
· Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operas!
· Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
· Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
(SDKI)

Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi


dengan ketidakmampuan keperawatan selama 1x24 jam, Tindakan
mencerna makanan maka status nutrisi meningkat Observasi
· Identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil:
· Identifikasi makanan yang disukai
- Berat badan membaik
· Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Nafsu makan membaik
· Monitor asupan makan
· Monitor berat badan
· Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
· Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
· Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
· Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
· Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
· Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan. jika perlu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
(SDKI)

Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Pemberian analgesic
Tindakan
fisik (prosedur operasi) keperawatan selama 1x24 jam,
Observasi
maka tingkat nyeri menurun · Identifikasi karakteristik nyeri (mis: pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
dengan kriteria hasil: durasi)
- Keluhan nyeri, menurun · Identifikasi Riwayat alergi obat
· Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis: narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan
- Meringis, menurun tingkat keparahan nyeri
- Gelisah, menurun · Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
· Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik

· Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
· Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
· Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
· Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi
· Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
N Hari/ No.Dx Impelementasi Hari/Tgl/ Evaluasi Tanda
o Tgl/Jam Kep Jam tangan dan
nama
terangan
1 Jum, at, 1 (Resiko Observasi Sabtu, 4 S:
53Maret Infeksi) Maret 2023
2023 · Meonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Klien mengatakan gatal
Terapeutik dan bengkak pada
· Membatasi jumlah pengunjung daerah yang diinsisi
· Memberikan perawatan kulit pada area edema sudah mulai berkurang
· Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak O:
dengan pasien dan lingkungan pasien tampak sudah
· Mempertahankan teknik aseptik pada pasien mulai bergerak, namun
berisiko tinggi kadang masih terlihat
n Edukasi meringis menahan
· Mnjelaskan tanda dan gejala infeksi nyeri pasca operasi
· Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka A:
operasi keluhan nyeri belum
· Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi sepenuhnya menurun
· Menganjurkan meningkatkan asupan cairan P:
intervensi dilanjutkan
· Membatasi jumlah
pengunjung
· Memberikan
perawatan kulit pada
area edema
N Hari/ No.Dx Impelementasi Hari/ Evaluasi Tanda
o Tgl/Jam Kep Tgl/Jam tangan
dan
nama
teranga
n

1 Jum, at, 2 ( Nyeri Observasi Sabtu, 4 S:


53Maret Maret
2023 akut b.d · Mengidentifikasi karakteristik nyeri (mis: pencetus, 2023 Klien mengatakan nyeri pada
agen pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi) daerah yang diinsisi sudah
pencedera · Mengidentifikasi Riwayat alergi obat mulai berkurang
fisik · Mengidentifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis: O:
(prosedur narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat pasien tampak sudah mulai
operasi) keparahan nyeri bergerak, namun kadang masih
· Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah terlihat meringis dan gelisah
pemberian analgesik menahan nyeri pasca operasi
· Memonitor efektifitas analgesik
Terapeutik A:
· Mendiskusikan jenis analgesik yang disukai untuk keluhan nyeri belum
mencapai analgesia optimal, jika perlu sepenuhnya menurun
· Memertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus P:
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum intervensi dilanjutkan
· Menetapkan target efektifitas analgesik untuk · Mengidentifikasi kesesuaian
mengoptimalkan respons pasien jenis analgesik dengan tingkat
· Mendokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan keparahan nyeri
efek yang tidak diinginkan · Memonitor tanda-tanda vital
Edukasi sebelum dan sesudah
· Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat pemberian analgesik
KESIMPULAN

Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan penyakit yang bukan
sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kanker kolon adalah penyebab
kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (ACS 1998). Penyakit ini termasuk
penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.
Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan
semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kankerkolon.
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus
besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan
oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer Institute), dan organisasi kanker lainnya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai