Muh. Ardika Ramadhan _F21021071 Veni Angraini Rakota _F21021019 Karlina Ntaba _F21021050 Parmenas Putra Masangka _F21021034 Faldi _F21021048 Bintang Adyaksa _F21021037 Lusiyana Tadende _F21021013 Dini _F21021024 Muh Fauzan _F21021015 Ardiansyah _F21021002 Ferdiansyah Saputra _F21021038 PERKEMBANGAN KETEKNIKAN DI INDONESIA 1. Iptek di Indonesia masih kurang kualitasnya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sangat penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu menjadi penggerak daya saing bangsa. Dalam survei internasional, peringkat Indonesia masih rendah, terutama pada pilar kesiapan teknologi dan pilar inovasi. Sumber daya Iptek yang meliputi pendanaan, jumlah dan kualitas peneliti dan perekayasa, hingga tingkat produktivitas Iptek yang berkaitan dengan paten dan publikasi ilmiah juga masih belum optimal. Menimbang potensi besar yang dimiliki, Indonesia harus bergerak maju menjadi salah satu pusat pengembangan Iptek di kawasan Asia dan dunia, terutama di bidang ilmu keteknikan. Untuk meningkatkan Iptek di Indonesia, Indonesia harus mengadopsi metode Triple-Helix.
Dalam pengembangan metode ini, Indonesia perlu
memperkuat kemitraan tiga pihak, yakni pemerintah, industri, perguruan tinggi/lembaga Iptek. Melalui kerjasama dalam triple helix, hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dan peneliti di perguruan tinggi/lembaga Iptek dapat diaplikasikan oleh industri dan dikembangkan menjadi produk komersial untuk kepentingan pasar dan bisnis. Kerjasama ini juga menuntuk perguruan tinggi untuk lebih responsif terhadap kebutuhan industri, dengan merujuk pada kebijakan pemerintah.
Kebijakan yang dimaksud antara lain, pemberian insentif bagi
universitas dan industri, termasuk insentif perpajakan dalam bentuk double tax deduction, untuk meningkatkan kerjasama dalam kegiatan riset dan pengembangan untuk menciptakan inovasi-inovasi baru. Inovasi adalah kunci bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana tren di banyak negara. 2. Sumber Daya Manusia di Indonesia di bidang keteknikan belum kompetitif
Sumber daya manusia (SDM) di bidang keteknikan di
Indonesia dianggap masih belum cukup kompetitif. Oleh karena itu, tantangan pembangunan infrastruktur di Indonesia berada dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia di bidang keteknikan. Ketua PII Heru Dewanto menyampaikan tantangan keinsinyuran di Indonesia yang menurutnya terkendala oleh ketidaksesuaian dan ketidakcukupan kompetensi. PII dikatakannya melakukan beberapa upaya untuk mengatasi kedua masalah tersebut. Pertama, melalui standarisasi prodi teknik melalui LAM Teknik PII dan standarisasi internasional melalui IABII PII. Kedua, Pendirian program studi program profesi insinyur (PSPPI). Ketiga, Standarisasi sertifikat profesi insinyur hingga ke tingkat dunia agar insinyur Indonesia diakui dan memiliki kesempatan keinsinyuran yang luas di dunia. Keempat, melakukan registrasi insinyur untuk mengembangkan database insinyur Indonesia. Dalam AEESEAP Workshop 2020, yang digelar pada 14-15 oktober 2020 yang berfokus pada bagaimana sistem pendidikan teknik dapat lebih meningkatkan nilai kegiatan teknik dan pengembangan teknologi untuk mendukung kemajuan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Heru Dewanto presiden of AEESEAP mengatakan, pendidikan teknik di perguruan tinggi di Indonesia perlu mengadopsi dan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi digital sebagai dampak dari adanya pandmei Covid-19. Menghadapi dampak pandemi Covid-19, perlu disiapkan teaching method di era digital. Tentu saja dengan melakukan improvisasi teaching method sejalan dengan kemajuan perkembangan teknologi digital. Disisi lain, Presiden of AEESEAP juga mengatakan, pendidikan keteknikan perlu linkage dengan sektor industri. Persaingan di dunia kerja semakin ketat bagi lulusan insinyur sebab sudah ada beberapa perusahaan besar di dunia dalam merekrut karyawannya tidak harus mempersyaratkan lulusan dari perguruan tinggi. SEKIAN