Anda di halaman 1dari 10

UU TELEKOMUNIKASI

DALAM MENGATUR
PENGGUNAAN TEKNOLOGI
INFORMASI
NAMA KELOMPOK
1. ALWI ALHABZI
2. SITI FADILAH
1. PENGERTIAN UNDANG-UNDANG TELEKOMUNIKASI

• Undang-Undang Telekomunikasi (secara resmi bernama Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi) adalah undang-undang yang
mengatur tentang penyelenggaraan dan aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh
seluruh penyelenggara dan pengguna telekomunikasi di Indonesia. Hal itu
mencakup tentang asas & tujuan telekomunikasi, hak dan kewajiban
penyelenggara dan pengguna telekomunikasi, penomoran, interkoneksi, tarif,
dan perangkat telekomuniasi, juga ketentuan pidana dan sanksi.
2. SEJARAH UNDANG-UNDANG
TELEKOMUNIKASI
•Undang-undang Telekomunikasi diundangkan di Jakarta pada 8 September 1999.
[1]
Undang-undang ini mengandung 64 pasal dan 19 bab.[1] Ditandatangi oleh
Presiden Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie dan Menteri Sekretaris
Negara Muladi.[1] Undang-undang telekomunikasi mulai berlaku satu tahun setelah
diundangkan, yakni pada 8 September tahun 2000.[1] Sesuai dengan ketentuan
penutup yang tertuang dalam pasal 63 bab 19, sejak diundangkannya undang-
undang telekomunikasi nomor 36 tahun 1999, maka undang-undang
telekomunikasi nomor 3 tahun 1989 dinyatakan tidak lagi berlaku.
3. ASAS UU

• Asas dalam undang-undang telekomunikasi ini diselenggarakan berdasarkan


Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, kemitraan,
etika, dan kepercayaan pada diri sendiri.[2] Telekomunikasi diselenggarakan
dengan tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung
kehidupan ekonomi dan kegiatan pemerintahan, serta meningkatkan hubungan
antarbangsa.[3]
4. PENGERTIAN TELEKOMUNIKASI

• Dalam Undang-Undang telekomunikasi terdapat aturan-aturan tentang


penyelenggaraan jaringan telekomunikasi.[1] Telekomunikasi adalah setiap
pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam
bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.[4] Dalam undang-undang
tersebut disebutkan bahwa penyelenggara telekomunikasi meliputi:
1.Penyeienggaraan jaringan telekomunikasi.
2.Penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
3.Penyelenggaraan telekomunikasi khusus.

Sesuai yang tertuang dalam ketentuan umum pasal 7 bab 4, dalam menyelenggarakan jasa
telekomunikasi, penyelenggara harus memperhatikan kepentingan dan keamanan negara,
mengantisipasi perkembangan teknologi dan tuntutan global, dilakukan secara professional
dan dapat dipertanggungjawabkan, dan melibatkan peranserta masyarakat
5. CONTOH PASAL

• Dalam Pasal 7 ayat (1) menyebutkan, bahwa penyelenggaraan telekomunikasi meliputi:


a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi,
b. penyelenggaraan jasa telekomunikasi
c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.
• Dalam Pasal 7 ayat (2) menyebutkan, bahwa Dalam penyelenggaraan telekomunikasi, diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. melindungi kepentingan dan keamanan negara;
b. mengantisipasi perkembangan teknologi dan tuntutan global;
c. dilakukan secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan;
d. peran serta masyarakat.
• Pasal 11 ayat (1), bahwa penyelenggaraan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat
diselenggarakan setelah mendapat izin dari Menteri.
5. CONTOH KASUS PELANGGARAN UU
TELEKOMUNIKASI
• pada tanggal 26 Pebruari 2013 Penyidik Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kementerian Kominfo
yang ada di Semarang bersama penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah telah
menyerahkan dua tersangka pelanggaran izin penyedia jasa akses internet (ISP/Internet Service Provider) ke
Kejaksaan khususnya melalui Kejaksanaan Tinggi Jawa Tengah,
• Sebelum pemrosesan tersebut, pihak Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kementerian Kominfo yang
ada di Semarang sesungguhnya sudah menyampaikan peringatan berulang kali untuk melakukan pengurusan
izinnya, namun demikian tidak direspon secara positif, sehingga tidak ada pilihan lain bagi pihak Balai
Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kementerian Kominfo yang ada di Semarang bersama aparat penegak
hukum untuk melakukan penindakan. Ketentuan dasar hukum terhadap pelanggaran tersebut diatur dalam
UU Telekomunikasi khususnya Pasal 47 yang menyebutkan, bahwa barang siapa yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Untuk itu, Kementerian Kominfo
akan tetap terus melakukan sosialisasi ke beerbagai pidak dan di berbagai daerah sebagaimana yang sudah
dilakukan selama ini dengan tujuan agar tingkat pelanggaran dapat diminimalisasi.
6. KESIMPULAN
• Uu telekomunikasi mengatur segala hal yang berkaitan dengan telekomunikasi baik
dalam jaringan telekomunikasi, jasa telekomunikasi atau telekomunikasi khusus, dengan
tujuan agar tercapainya efisiensi penyelenggaraan telekomunikasi, mempercepat
pembangunan dan menjadi dasar dan aturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai