Anda di halaman 1dari 30

PENERANGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN HUKUM UNTUK PEMBANGUNAN


DESA INKLUSIF
“ASPEK PIDANA DALAM PENGELOLAAN DANA DESA “
(Implementasi UU No. 6 Tahun 2014 junto UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No.
20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi)
Oleh
Edwin Berlyfelix Tumondo, S.H., M.H.
KEPALA CABANG KEJAKSAAN NEGERI KOTAMOBAGU DI DUMOGA

Bolaang Mongondow, 12 NOVEMBER 2022


1
MATERI POKOK

2
DASAR HUKUM
Undang-undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Agung Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401)
KEJAKSAAN sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia

• UU NO. 6 TAHUN 2004 TENTANG DESA


DESA • PP NO. 11 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO.43
TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

• UU NO. 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA


KEUANGAN
• PERATURAN MENTRI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHIN 2014 TENTANG
DESA KEUANGAN DESA

TINDAK PIDANA • UU NO. 31 TAHUN 1999 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DAN DITAMBAH
KORUPSI DENGAN UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

3
TUGAS DAN WEWENANG KEJAKSAAN RI
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Bidang Bidang
Bidang
KETERTIBAN DAN
PIDANA PERDATA KETENTERAMAN UMUM
KEWENANGAN KEJAKSAAN
berdasarkan UU No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan RI
Melakukan Penuntutan Dalam Perkara Pidana;
Melaksanakan Penetapan Hakim Dan Putusan Pengadilan Yang Memperoleh
Kekuatan Hukum Tetap;
Melakukan Pengawasan Pelaksanaan Putusan Pidana Bersyarat, Putusan
Pidana Pengawasan, Dan Keputusan Lepas Bersyarat;
Melakukan Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Tertentu Berdasarkan
Undang- Undang (Dalam hal ini Tindak Pidana Korupsi berdasarkan UU No. 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun
2001 tentang Tindak Pidana Korupsi);
Melengkapi Berkas Perkara Tertentu Dan Untuk Itu Dapat Melakukan
Pemeriksaan Tambahan Sebelum Dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam
Pelaksanaannya Dikoordinasikan dengan Penyidik;
Dan Kewenangan Lain yang Ditentukan dalam UU (Jaksa Pengacara Negara).
5
DASAR PENGATURAN DESA

• UU No. 6 tahun 2014 Tentang DESA


• PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 6/2014 tentang Desa
sebagaimana telah diubah sebanyak dua kali dengan PP 47/2015 dan PP
11/2019
• PMDN 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
• PMDN 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan desa

6
PENGERTIAN D E S A

Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 point 1 :


Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wanua di Sulawesi Utara, Huta/Nagori di Tapanuli, Gampong di Aceh,


Nagari/Kampuang di Sumatera Barat, Tiyuh/Pekon di Lampung, Banjar di Bali,
Lembang di Toraja, Banu di Kalimantan dan Negeri di Maluku

7
Pasal 1 point 2 :
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 1 point 3 :
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Hukum Tua di Sulawesi Utara, Sangadi di Bolaang


Mogodow Raya, Kepala Kampung di Tapanuli, Wali Nagari di
Sumatera Barat, Perbekel di Bali, Pambakal di Kalimantan
Selatan Kuwu di Cirebon dan Indramayu

8
KEUANGAN DESA

 UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;


 UU No. 12 Tahun 2018 Tentang APBN 2019;
 Peraturan Presiden Nomor 129 Tahun 2018 Tentang Rincian APBN TA 2019;
 PMDN 38 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2019;
 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;

 PMK No. 1 99/PMK. 07/20 17 Tentang Tata Cara Pengalokasian Dana Desa Setiap
Kabupaten/Kota Dan Penghitungan Rincian Dana Desa Setiap Desa Dan PMK No.
50/PMK. 07 /20 17 Tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah, Terakhir Dengan PMK No. 121/PMK.07 /2018 Tentang
Perubahan Ketiga Atas PMK No. Nomor 50 / PMK. 07/20 1 7 Tentang Pengelolaan
Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa;

 PMK No. 193/PMK.07/2018 Tentang Pengelolaan Dana Desa;


 PMDN No. 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
9
PENGERTIAN (KEUANGAN NEGARA, DAERAH dan DESA

Keuangan Negara pada prinsipnya adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Negara dalam melaksanakan fungsi
(pemerintahan) Negara.

Sesuai konsep teoritis, tidak terdapat perbedaan antara Keuangan Negara dengan Keuangan Daerah.
Dalam konsep Keuangan Negara, Pemerintah Daerah dianalogikan sebagai miniatur Negara.
Artinya, berbagai fungsi Negara dilaksanakan dalam suatu wilayah yang lebih sempit. Dalam kaitan
ini termasuk hubungan Eksekutif dan Legislatif. Terkait dengan itu, Undang-undang Keuangan
Negara tidak membedakan antara keduanya

Dengan mengacu pada konsepsi keuangan negara yang mendasarkan tentang kewenangan untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat dalam sistem
pemerintahan Negara, di satu sisi, dan bahwa Pemerintahan Desa merupakan penyelenggara
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat Desa dalam sistem pemerintahan Negara, di sisi
lain, maka keuangan desa, secara prinsip, adalah merupakan elemen dari keuangan negara, sehingga
merupakan KEUANGAN NEGARA.

10
11
12
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DENGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
tanggal 28 FEBRUARI 2018
TENTANG
KOORDINASI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH (APIP)
DENGAN APARAT PENEGAK HUKUM (APH) DALAM PENANGANAN
LAPORAN ATAU PENGADUAN MASYARAKAT YANG BERINDIKASI T
INDAK PIDANA KORUPSI PADA PENYELENGGARAAN PEMERINTA
HAN DAERAH

13
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
tanggal 28 FEBRUARI 2018
Tentang Koordinasi Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Dengan Aparat Penegak Hukum (APH) Dalam Penanganan
Laporan Atau Pengaduan Masyarakat Yang Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Pada Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

PARA PIHAK  Pihak Pertama menentukan laporan/pengaduan


berindikasi kesalahan administrasi atau pidana
Pihak Pertama :  Kesalahan administrasi yang dimaksud mempunyai
KEMENDAGRI kriteria sebagai berikut :
Pihak Kedua : KEJAKSAAN RI  Tidak terdapat kerugian negara/daerah;
 Terdapat kerugian negara/daerah dan telah diproses
Pihak Ketiga : POLRI
melalui tuntutan ganti rugi atau tuntutan
perbendaharaan paling lambat 60 hari sejak laporan
hasil pemeriksaan APIP atau BPK;
 Merupakan bagian dari diskresi, sepanjang terpenuhi
tujuan dan syarat-syarat digunakannya diskrsi; atau
 Merupakan penyelenggaraan administrasi
pemerintah sepanjang sesuai dengan asas
pemerintahan yang baik 14
PUTUSAN MK NOMOR 25/PUU-XIV/2016
Menyatakan kata DAPAT
dalam Pasal 2 ayat 1 dan
Pasal 3 UU 31/1999 sebagai
mana diubah dengan UU
20/2001 bertentangan
dengan UUD dan tidak
mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
15
KORUPSI – KOLUSI – NEPOTISME
(KKN)
 KORUPSI
Perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau kelompok, yg dilakukan dengan cara-
cara yang melanggar hukum, atau menyalah gunakan wewenang yang merugikan Keuangan
Negara atau perekonomian Negara.

 KOLUSI
Pemufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar penyelenggara Negara atau antara
penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau Negara.

 NEPOTISME
Kegiatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan keluarganya dan
atau kroninya diatas kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.

16
POTENSI PENYIMPANGAN (TIPIKOR) DI DESA :

1. PENYIMPANGAN ALOKASI DANA DESA (ADD)


2. PENYIMPANGAN DANA DESA (DD)
3. PENYIMPANGAN PENGELOLAAN ASET DESA, al. TANAH KAS DESA
(TKD)
4. PENYIMPANGAN ATAS PUNGUTAN PAJAK DARI ANGGARAN YG TDK
DISETOR KE KASDA
5. PERMUFAKATAN JAHAT YG MENYEBABKAN TDK MASUKNYA PAJAK/
RETRIBUSI KE DAERAH.

17
ASPEK HUKUM :
Bila terdapat pengelolaan keuangan Desa yang tidak tertib administrasi, tidak tertib anggaran, dan terdapat
hal-hal FIKTIF, MARK UP, DAN MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI / ORANG LAIN /
KORPORASI SEHINGGA MENIMBULKAN KERUGIAN NEGARA maka ada resiko hukum bagi
yang melakukannya, dan terjerat :

18
Pasal 8 :
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu dengan sengaja menggelapkan uang atau atau surat
berharga yang disimpan karena jabatannya atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut,
dipidana penjara paling singkat 3 th paling lama 15 th dn denda minimal Rp. 150 jt dan maksimal
Rp. 750 jt

Pasal 9 :
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu dengan sengaja MEMALSU BUKU-BUKU ATAU DAFTAR-
DAFTAR YANG KHUSUS UNTUK PEMERIKSAAN ADMINISTRASI, dipidana penjara paling singkat 1 th,
paling lama 5 th dan denda minimal Rp. 50 jt maksimal Rp. 250 jt

19
KORUPSI SANGAT BERKAITAN DENGAN TATA KELOLA PEMERINTAH,
MAKA PEMERINTAHAN DESA YANG MERUPAKAN PEMERINTAHAN YANG PALING KECIL DAN
SANGAT BERSENTUHAN LANGSUNG DENGAN RAKYAT,
PERLU DIKELOLA SECARA TRANSPARAN, JUJUR DAN TERTIB

1. Penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat utama
eksistensi sebuah institusi publik, sekaligus menjadi bagian upaya pencegahan korupsi secara efektif dan
efisien.

2. Pemberantasan korupsi tidak hanya melalui penegakan hukum pidana tetapi harus juga dari
penanggulangan kondisi yang menimbulkan terjadinya korupsi .

3. Strategi dasar penanggulangan korupsi seharusnya tertuju pada penanggulangan berbagai faktor penyebab
(causative factors):
a. Masalah sikap mental/moral (attitude);
b. Pola hidup/perilaku (behaviour);
c. Nilai-nilai sosial dan budaya (social and culture values);
d. Kesenjangan sosial-ekonomi;
e. Lemahnya birokrasi dan prosedur adm. keuangan & pelayanan publik.

20
MODUS PENYIMPANGAN (TIPIKOR) di DESA :
TEMUAN PENYIMPANGAN PADA ADD dan DD
(PENYIMPANGAN APBDes SECARA UMUM)

1. TAHAP PERENCANAAN :
 MUSRENBANG dalam RAPBDes untuk menentukan kegiatan hanya formalitas;
 Pembuatan RAPBDes tidak sepenuhnya mengacu pada PERMENDES tentang
PRIORITAS PENGGUNAAN DD;
 Pembuatan RAB tidak proporsional/Mark up;
 Pembangunan Fisik Tidak dilakukan survey lapangan dengan maksimal;

21
MODUS PENYIMPANGAN (TIPIKOR) di DESA :

2. TAHAP PENCAIRAN ANGGARAN / KEUANGAN DESA DARI RKUD OLEH


BENDAHARA DAN KADES :
 Tidak dilengkapi dengan SPP (Surat Permintaan Pembayaran);
 Tidak dilengkapi dengan bukti transaksi;
 Tidak diverifikasi oleh PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa);
 Besarnya pencairan berdasarkan Perkiraan KADES dan BENDAHARA;
 Dana yang dicairkan tidak disalurkan dan disimpan dalam jumlahnya melebihi batas
yang ditentukan dalam waktu cukup lama;
 Dana yang dicairkan tidak disimpan dalam BRANGKAS Besi;
 Dana yang dicairkan disimpan KADES;

22
MODUS PENYIMPANGAN (TIPIKOR) di DESA :

3. TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN ANGGARAN KEUANGAN DESA


Pelaksana kegiatan yang ditunjuk hanya untuk formalitas;
Tenaga Pendamping DD tidak maksimal;
Kegiatan tidak sesuai dengan APBDes tetapi tidak ada Perubahan dalam
APBdes;
Kegiatan dilaksanakan tidak sesuai RAB (baik dari jenis kegiatan maupun
nilai kegiatan);
Kegiatan dilaksanakan melewati tahun anggaran

23
MODUS PENYIMPANGAN (TIPIKOR) di DESA :

4. TAHAP PELAPORAN/ PERTANGGUNG JAWABAN KEGIATAN (LPJ) ATAS


PENGGUNAAN KEUANGAN DESA :
 PELAPORAN Melebihi batas waktu ;
 Dokumen pendukung LPJ keuangan baru dibuat saat pelaporan antara lain SPP dan
kuitansi2, shg tdk sesuai waktu realisasi/transaksinya;
 Rekayasa bukti pendukung LPJ keuangan berupa transaksi/ bon dg nilai transaksi fiktif
 Stempel palsu pd bukti transaksi fiktif/ mark –up;
 Tanda tangan penerima dana / pelaksana kegiatan dipalsu;
 Pelaksana kegiatan dlm dokumen pertanggung jawaban keuangan hanya tanda tangan
tetapi tidak menerima dana atau menerima tetapi jumlahnya tdk sesuai yg tertera dlm
kuitansi;
 Pekerjaan yg dilaksanakan Dinas pada PEMDA diklaim dan dilaporkan Desa
 SPJ dibuat sesuai APBDes dan RAB baik kegiatan maupun nilainya, (MENYESUAIKAN
APBDes), padahal laporan itu berbeda dg fakta di lapangan (manipulasi laporan) 24
PROSES PENANGANAN DUGAAN TP. KORUPSI

Indikasi awal adanya fraud /


Diperlukan TELAAHAN :
- ATAS Kecurigaan (suspicion) yg muncul/ naik kepermukaan PENYIMPANGAN

melalui:
tindak pidana korupsi?
- Laporan / pengaduan

- Keluhan (complaint)
Analysis
- Temuan (discovery)
Tidak ditemukan indikasi
Ditemukan indikasi Korupsi ↓
Bukan Tindak Pidana Korupsi
PROSES PENINDAKAN
BANTUAN
AUDIT INVESTIGASI LHAI
LID

BANTUAN
PENG KER K. NEGARA PKKN
DIK
BANTUAN
TAP SITA PN
ASSET TRACING

BANTUAN TUT ALAT BUKTI AHLI


PEMBERIAN KET AHLI

EKSEKUSI ASSET
PUTUSAN PENGADILAN
RECOVERY
(INCRAHT) 17
25
Pemberantasan TINDAK PIDANA KORUPSI dapat dilakukan
beberapa melalui strategi, yaitu :

 Strategi Preventif : sosialisasi, dsb

 Strategi Detektif : monitoring dan perbaikan selama kegiatan.

 Strategi Represif : penindakan dengan penegakan hukum pidana

26
IDENTIFIKASI PENYEBAB PENYIMPANGAN (tipikor) :

INTERNAL EKSTERNAL

Moral dan gaya hidup


Kurangnya sosialisasi dan
aparatur
Lemahnya pengawasan
Faktor penyebab
Aparatur mencari celah TIPIKOR di DESA
keuntungan Tidak tegasnya SANKSI
utk oknum yg
Tidak transparan dan menyimpang
akuntable
Budaya masyarakat yg acuh
Aparatur tdk menguasai aturan / Penyebab INTI
pd indikasi penyimpangan
ketentuan yg terus diperbaharui

Perencanaan, pencairan, pelaksanaan dan


PertanggungJawaban keuangan desa tdk dilaksanakan
ssi ketentuan DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG
OLEH PEJABAT (PEMERINTAH DESA) 27
UPAYA PENCEGAHAN PENYIMPANGAN (TIPIKOR) DI DESA:

 Perkuat Integritas Moral Aparatur Pemerintah Desa


 Membekali Aparatur Desa dengan Pengetahuan Teknis Perencanaan Pembangunan,
Administrasi dan Keuangan
 Sosialisasi Setiap Pembaharuan Peraturan/ Ketentuan
 Aparatur Desa Berpedoman Pada Aturan Terkait/ Juklak/ Juknis
 Aparatur Mematuhi Ketentuan Pengelolaan Keuangan Desa
 Aparatur Pengawasan Pemda (Apip) Melakukan Pengawasan Secara Continue dan Proporsional
 Aparat Pengawas (Apip) Merekapitulasi tiap Temuan Untuk Program Sosialisasi dan
Pencegahan, Serta Memberi/ Rekomendasi Sanksi secara Tegas jika Ditemukan Penyimpangan
secara Proporsional
 Badan/ Dinas yang Bertanggung Jawab dalam Pembinaan Pemdes Melakukan Tupoksi
Pembinaan Dan Pelayanan kepada Pemdes dengan Maksimal
 Jaring Konsultasi dan Koordinasi, Antara Dinsa Teknis Terkait, Inspektorat (Apip) dan Lembaga
Penegak Hukum untuk Mencegah dan Mendeteksi Penyimpangan
28
29
BERSAMA KITA KAWAL KEUANGAN
DESA......

AGAR PEMBANGUNAN DAN


KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA
TERCAPAI ADIL DAN
MAKMUR...........

SEKIAN DAN TERIMA KASIH


30

Anda mungkin juga menyukai