Anda di halaman 1dari 21

BUPATI KONAWE

PERATURAN BUPATI KONAWE


NOMOR : TAHUN 2013

TENTANG

PROSEDUR TETAP / STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PADA BADAN


PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN KONAWE

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat


khususnya dibidang pelayanan perizinan serta mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan investasi, maka perlu adanya sistem
pelayanan izin yang cepat, efisien dan terpadu;
b. bahwa untuk kelancaran kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a di
atas, maka dipandang perlu ditetapkan Prosedur Tetap Standard Operating
Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten
Konawe;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
b di atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Konawe;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-


Daerah Swantara Tk. II se-Sulawesi;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3214);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (LN RI Tahun 2004 Nomor : 66,
TLN RI Nomor : 4400);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
(Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi;
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4843);
9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerpan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4585);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
17. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
18. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
Pintu di Bidang Penanaman Modal;
19. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan
Perbaikan Iklim Investasi;
20. Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
22. Permendagri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah;
23. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 11 Tahun
2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu dibidang Penanaman Modal;
24. Surat Edaran bersama Mendagri, Menpan dan RB, Kepala BKPM tetang
Sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan Penanaman Modal tentang
Sinkronisasi Pelaksanaan Penanaman Modal di Daerah tanggal 15
September 2010;
25. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 570/3172/SJ Tanggal 19 Agustus
2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di
Bidang Penanaman Modal Dalam Negeri melalui Kelembagaan PTSP di
Daerah;
26. Surat Mendagri Kepada Gubernur, Bupati/Walikota tentang Peringatan
tentang Pembentukan Kelembagaan di Daerah Tanggal 25 November
2011;
27. Surat Dirjen Bina Pembangunan Daerah tentang Penguatan Kelembagaan
PTSP Tanggal 8 Agustus 2011;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Nomor ….. tahun 2013 tentang
Penetapan APBD Kabupaten Konawe Tahun Anggaran 2013;
29. Peraturan Bupati Konawe Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Badan Penanaman Moda dan Perizinan Daerah Kabupaten Konawe;
30. Peraturan Bupati Konawe Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Badan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal Daerah
Kabupaten Konawe;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI KONAWE TENTANG PROSEDUR TETAP/


STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) BADAN PERIZINAN
TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL DAERAH
KABUPATEN KONAWE.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Konawe;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Konawe;
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Konawe;
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Konawe;
5. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Daerah yang selanjutnya disebut
BPTSPPMD adalah BPTSPPMD Kabupaten Konawe;
6. Kepala BPTSPPMD adalah Kepala BPTSPPMD Kabupaten Konawe;
7. Perangkat Daerah Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
selanjutnya disingkat PPTSP adalah perangkat pemerintah daerah yang
memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan
perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu;
8. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing, untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia;
9. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri;
10. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP, adalah
kegiatan pelaksanaan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, yang proses
pengelolannya dimulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya
dokumen, yang dilakukan dalam satu tempat;
11. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban serta
pertanggungjawaban perizinan dan non perizinan, termasuk
penandatanganannya atas nama pemberi wewenang oleh Bupati kepada
Kepala BPTSPPMD yang ditetapkan dengan uraian yang jelas;
12. Ijin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
Peraturan Daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atas diperbolehkannya seseorang atau badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu;
13. Perijinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku
usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk ijin maupun Tanda Daftar
Usaha;
14. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman
modal, yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah yang
memiliki kewenangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
15. Non Perizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas
fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
16. Naskah Perizinan adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BPTSP Kabupaten
Konawe yang bertuliskan dan berlogo Pemerintah Kabupaten Konawe yang
memiliki tanda kerahasiaan khusus;
17. Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah satuan kerja yang merupakan unsur
pembantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri
dari Sekretariat Daerah, sekretariat DPRD, Lembaga Teknis Daerah, Dinas-
Dinas Daerah, Kecamatan dan Kelurahan;
18. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal;
19. Pedoman Prosedur tetap/Standard Operating Procedure (SOP) adalah
pedoman bagi organisasi pemerintah dan aparatur pemerintah yang
berhubungan secara langsung dengan publik eksternal maupun untuk
penunjang penyelenggaraan aktivitas di internal lingkungan pemerintah
sesuai dengan aturan dan kewenangan yang berlaku;

BAB II
SISTEMATIKA PROSEDUR TETAP/STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Pasal 2

1. Sistematika Prosedur Tetap/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan


Terpadu Satu Pintu adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat uraian tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan,
Dasar dan Landasan Hukum.

BAB II : Gambaran Umum STANDARD OPERATING PROCEDURE


(SOP)/PROSEDUR TETAP memuat Pengertian, Pentingnya
dan Kegunaan SOP.

BAB III: PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING


PROCEDURE (SOP)/PROSEDUR TETAP PELAYANAN
PUBLIK memuat Sistem, Prosedur dan Peta Prosedur.

BAB IV: STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)/ PROSEDUR


TETAP PELAYANAN PERIZINAN memuat Klasifikasi Jenis
Pelayanan, Prosedur Tetap/ Standard Operating Procedure
(SOP).

BAB V : KESIMPULAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

2. Isi dan Uraian Prosedur Tetap/Pedoman Penyusunan Standard Operating


Procedure (SOP) sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan ini,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 3

Dengan berlakunya Peraturan Bupati Konawe ini, maka ketentuan-ketentuan


yang mengatur sebelumnya dalam hal yang sama dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang yang
mengetahuinya, memerintahkan Pengudangan Peraturan Bupati Konawe ini
dengan penempatannya dalam Lembar Daerah Kabupaten Konawe.

Ditetapkan di : Unaaha
Pada Tanggal : 2013

BUPATI KONAWE

KERY SAIFUL KONGGOASA


LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI KONAWE
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PROSEDUR TETAP / STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) BADAN
PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL DAERAH
(BADAN PTSP & PMD) KAB. KONAWE

PROSEDUR TETAP / STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


BADAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL DAERAH
No. Jenis Izin Keterangan
1 2 3
1. Surat Izin Undang-undang Gangguan (IUUG/Ho) SOP Terlampir
2. Surat Izin Usaha Perikanan SOP Terlampir
3. Surat Izin Trayek SOP Terlampir
4. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) SOP Terlampir
5. Surat Izin Minuman Beralkohol SOP Terlampir
6. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) SOP Terlampir
7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) SOP Terlampir
8. Surat Izin Tanda Daftar Perusahaan (TDP) SOP Terlampir
9. Surat Izin Tanda Daftar Gudang (TDG) SOP Terlampir
10. Surat Izin Usaha Industri (IUI) SOP Terlampir
11. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK) SOP Terlampir
12. Surat Izin Usaha Ternak/Hewan SOP Terlampir
13. Surat Izin Usaha Penggilingan Padi SOP Terlampir
14. Surat Izin Kepariwisataan SOP Terlampir
15. Surat Izin Apotik SOP Terlampir
16. Surat Izin Depot Air Isi Ulang SOP Terlampir
17. Surat Izin Praktek Dokter SOP Terlampir
18. Surat Izin Praktek Bidan SOP Terlampir
19. Surat Izin Praktek Perawat SOP Terlampir
20. Surat Izin Penyelengaraan Rumah Bersalin SOP Terlampir
21. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan(Bukan Kayu Dalam Hutan Alam) SOP Terlampir
22. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman) SOP Terlampir
23. Izin Pemanfaatan Kayu Pada Hutan Hak SOP Terlampir
24. Izin Sah Lainnya (ISL) Volume ≤ 50 M3 SOP Terlampir
25. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Produksi SOP Terlampir
26 Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) pada Hutan Produksi SOP Terlampir
27. Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) SOP Terlampir
28. Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri SOP Terlampir
29. Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum SOP Terlampir
30. Izin Usaha Penunjang Usaha Kelistrikan SOP Terlampir
31. Izin Operasi Ketenagalistrikan SOP Terlampir
32. Izin Penderian Depot Lokal SOP Terlampir
33. Izin Penderian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) SOP Terlampir
34. Izin Penderian Premium Solar Paket Dialer (PSPD) SOP Terlampir
35. Izin Penderian Agen Premium Minyak Solar (APMS) SOP Terlampir
36. Izin Penyaluran Gas Elpiji. SOP Terlampir
BUPATI KONAWE

KERY SAIFUL KONGGOASA


Lampiran II : Keputusan Bupati Konawe
No :
Tentang : Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure
(SOP) Badan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan
Penanaman Modal Daerah di Kab.Konawe
KATA PENGANTAR
Menjadi kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk membuat sebuah standar baku dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan langsung
terhadap publik/masyarakat, agar setiap proses yang berlangsung lebih efektif dan efisien.
Otonomi adalah jembatan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas
kinerjanya. Begitu juga halnya dengan Konawe yang statusnya telah menjadi sebuah Kabupaten
yang memberikan tantangan yang berat sekaligus peluang bagi Pemerintah Kabupaten Konawe
sebagai Daerah Otonom dan aparaturnya untuk menunjukkan kemampuan dalam memberikan
pelayanan yang terbaik baik bagi publik / masyarakat.
Seiring perubahan dan perkembangan yang begitu cepat di dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, menuntut hadirnya sebuah standar baku bagi aparatur dan organisasinya dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi yang berhubungan langsung dengan masyarakat/publik, khususnya
mengenai Bidang Perizinan. Pedoman Prosedur Tetap / Standar Operating Procedure (SOP)
Bidang Perizinan menjadi salah satu aspek yang diharapkan dapat menjadi pedoman yang akan
memaksimalkan sistem pelayanan dan memberikan kepuasan pada masyarakat/publik Kabupaten
Konawe.
Pedoman baku berupa Prosedur Tetap / Standar Operating Procedure (SOP) Bidang
Perizinan yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten Konawe akan menjadi salah satu referensi
yang digunakan, dan diharapkan mampu di aplikasikan secara profesional serta proporsional
oleh semua elemen Pemerintah Kabupaten, untuk menjawab keraguan akan kemampuan
Pemerintah Kabupaten Konawe khususnya dalam memenuhi harapan publik / masyarakat.

Wassalamu’alaikum WR. Wb

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................
C. Dasar dan Landasan Hukum...............................................................................

BAB II GAMBARAN UMUM STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) /


PROCEDURE TETAP
A. Pengertian Standar Operating Procedure (SOP) / Procedure Tetap ...................
B. Pentingnya Standar Operating Procedure (SOP) / Procedure Tetap ..................

BAB III PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) /


PROCEDURE TETAP PELAYANAN PUBLIK
A. Sistem dan Prosedur ...........................................................................................
B. Peta Prosedur ......................................................................................................

BAB IV STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) / PROCEDURE TETAP


PELAYANAN PERIZINAN
A. Klasifikasi Jenis Pelayanan ................................................................................
B. Prosedur Tetap/Standar Operating Procedure (SOP) .........................................

BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Penutup ...............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
1. SOP Surat Izin Undang-undang Gangguan (IUUG/Ho)
2. SOP Surat Izin Usaha Perikanan
3. SOP Surat Izin Trayek
4. SOP Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
5. SOP Surat Izin Minuman Beralkohol
6. SOP Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
7. SOP Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
8. SOP Surat Izin Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
9. SOP Surat Izin Tanda Daftar Gudang (TDG)
10. SOP Surat Izin Usaha Industri (IUI)
11. SOP Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK)
12. SOP Surat Izin Usaha Ternak/Hewan
13. SOP Surat Izin Usaha Penggilingan Padi
14. SOP Surat Izin Kepariwisataan
15. SOP Surat Izin Apotik
16. SOP Surat Izin Depot Air Isi Ulang
17. SOP Surat Izin Praktek Dokter
18. SOP Surat Izin Praktek Bidan
19. SOP Surat Izin Praktek Perawat
20. SOP Surat Izin Penyelengaraan Rumah Bersalin
21. SOP Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan(Bukan Kayu Dalam Hutan Alam)
22. SOP Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman)
23. S OP Izin Pemanfaatan Kayu Pada Hutan Hak
24. SOP Izin Sah Lainnya (ISL) Volume ≤ 50 M3
25. SOP Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Produksi
26. SOP Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) pada Hutan Produksi
27. SOP Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)
28. SOP Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri
29. SOP Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum
30. SOP Izin Usaha Penunjang Usaha Kelistrikan
31. SOP Izin Operasi Ketenagalistrikan
32. SOP Izin Penderian Depot Lokal
33. SOP Izin Penderian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU)
34. SOP Izin Penderian Premium Solar Paket Dialer (PSPD)
35. SOP Izin Penderian Agen Premium Minyak Solar (APMS)
36. SOP Izin Penyaluran Gas Elpiji
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas utama Pemerintah terhadap rakyatnya adalah memberikan pelayanan dalam
rangka memenuhi dan memuaskan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Oleh karena
itu aparatur dan organisasi Pemerintah dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya
supaya bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi publik/masyarakat.
Masyarakat sekarang sudah sangat maju dalam pemikiran dan semakin kompleks yang
berimplikasi pada derasnya kritik terhadap kinerja Pemerintah yang ter-expose melalui
berbagai media massa. Hal ini mewajibkan Pemerintah untuk bisa menyerap aspirasi dan
kritik membangun sebagai dasar peningkatan kualitas pelayanan terutama yang berhubungan
langsung dengan publik.
Keluarnya Undang-undang 22 Tahun 1999, kemudian diganti dengan Undang-undang
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan yang begitu luas untuk
membuka peluang bagi Pemerintah Daerah mengembangkan segala potensi yang ada di
masing-masing daerahnya. Menyikapi ini Pemerintah Kabupaten Konawe sebagai salah satu
Kabupaten besar di Sulawesi Tenggara, berusaha untuk memperbaiki segala kekurangan
dalam memberikan pelayanan agar lebih Proporsional dan Profesional sesuai dengan kondisi
Kabupaten Konawe dan aturan-aturan yang berlaku.
Berdasar pada hal-hal diatas Pemerintah Kabupaten Konawe membuat suatu pedoman
Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) yang akan menjadi pegangan bagi
yang berkepentingan dalam hal ini adalah Organisasi Pemerintah, aparatur pemerintah dan
publiknya, sehingga semua elemen bisa bersinergi dan target peningkatan kinerja bisa
tercapai.
B. Maksud dan Tujuan
Pedoman Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) Perizinan Pemerintah
Kabupaten Konawe adalah pedoman bagi oraganisasi Pemerintah, aparatur Pemerintah
Kabupaten Konawe yang berhubungan secara langsung dengan publik eksternal dalam hal
ini masyarakat Kabupaten Konawe maupun untuk penunjang penyelanggaraan aktivitas di
internal lingkungan Pemerintah Kabupaten Konawe sendiri, sesuai dengan aturan dan
kewenangan yang berlaku.
Dengan adanya pedoman baku diharapkan terjadi peningkatan kinerja pada setiap
aparatur Pemerintah sekaligus Instansi Pemerintah Kabupaten Konawe yang akhirnya dapat
memenuhi kebutuhan dan memberi kepuasan masyarakat penerima pelayanan, kerena
peningkatan kualitas kinerja yang berimplikasi terhadap kepuasan dari masyarakat
merupakan tujuan utama dibuatnya Pedoman Prosedur Tetap / Standard Operating
Procedure (SOP).
C. Dasar dan Landasan Hukum
Dimasa lampau lemahnya kontrol yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap
penyelenggaraan pelayanan menyebabkan kecenderungan aparat untuk melakukan tindakan
yang menyimpang dan tidak terpuji yang menyebabkan kerugian di pihak masyarakat. Hal
ini menjadi sebuah budaya yang akhirnya melekat dalam setiap kegiatan dalam bidang
pelayanan terhadap masyarakat/publik.
Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan terus berlangsung, Pemerintah mencanangkan
“Good Governance” dilanjutkan dengan dikeluarkannya UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaran Pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN. Komitmen yang kuat dari
Pemerintah dilanjutkan dengan terbitnya berbagai kebijakan seperti Inpres Nomor 5 Tahun
2004 tentang Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Untuk mempertegas kaitannya dengan peningkatan kualitas pelayanan, secara tegas
disebutkan dalam diktum keempat Inpres Nomor 5 Tahun 2004, yaitu :
“Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik baik dalam bentuk jasa ataupun
perizinan melalui transparansi dan standarisasi pelayanan yang meliputi persyaratan-
persyaratan, target waktu penyelesaian dan tarif biaya yang harus dibayar oleh masyarakat
untuk mendapat pelayanan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
menghapuskan pungutan liar”.
Selanjutnya dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, melalui Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, ditegaskan bahwa setiap penyelenggaraan
pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan
adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang
diberlakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan
atau penerima pelayanan.
Standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :
1. Prosedur pelayanan
2. Waktu penyelesaian
3. Biaya pelayanan
4. Produk pelayanan
5. Sarana dan prasarana
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
BAB II
GAMBARAN UMUM
PROSEDUR TETAP / STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
A. Pengertian Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP)
Penyusunan Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) merupakan salah
satu cara jalan yang bisa ditempuh oleh sebuah organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) merupakan sebuah instruksi yang
tertulis untuk dijadikan pedoman dalam menyelesaikan tugas rutin dengan cara efektif dan
efisien guna menghindari terjadinya variasi atau menyimpangan dalam proses penyelesaian
kegiatan oleh setiap aparatur yang akan mengganggu kinerja secara keseluruhan.
Pedoman SOP merupakan uraian yang sangat jelas dan rinci mengenai apa yang
dipersyaratkan kepada pegawai selama melaksanakan tugas standar pencapaian pada suatu
unit kerja dan menjaga pengawasan kualitas dan proses penjaminan kualitas serta
memastikan penerapan berbagai aturan.
B. Pentingnya Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP)
SOP begitu penting dengan membudaya-nya penyimpangan dan semakin tinggi tingkat
kesulitan pada setiap proses di sebuah organisasi. Selain itu beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan penyusunan pedoman SOP/Prosedur Tetap ini adalah :
 Semakin meningkatnya tuntutan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
oleh suatu organisasi
 Meningkatnya kompleksitas sarana dan prasarana pendukung dalan memberikan
pelayanan
 Meningkatnya koordinasi dan persyaratan pelaporan dengan group / unit lain
 Semakin meningkatnya persyaratan legal dan peraturan (keselamatan pelaksanaan kerja;
hak masyarakat dan pegawai untuk mengetahui; persamaan kesempatan; ras, gender, usia,
cacat; standar kinerja; hubungan pegawai, dll)
Hal-hal diatas menjadi acuan pentingnya penyusunan SOP ini sebagai penunjang usaha
peningkatan dan perbaikan kinerja setiap organisasi dan aparaturnya.
BAB III
PEDOMAN PENYUSUNAN PROSEDUR TETAP / STANDARD
OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN PUBLIK

Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Publik pada dasarnya
merupakan penjabaran lebih lanjut dari sistem dan prosedur pelayanan publik. Mengacu kepada
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, ditegaskan bahwa sebagai landasan
penyusunan standar pelayanan, harus disusun petunjuk pelaksanaan publik, sekurang-kurangnya
harus memuat :
1. Landasan Hukum Pelayanan Publik
Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan.
2. Maksud dan Tujuan Pelayanan Publik
Hal-hal yang akan dicapai dari penyelenggaraan pelayanan.
3. Sistem dan Prosedur Pelayanan Publik
Sistem dan Prosedur Pelayanan publik sekurang-kurangnya memuat :
a. Tata cara pengajuan permohonan / pelayanan
b. Tata cara penanganan pelayanan
c. Tata cara penyampaian hasil pelayanan
d. Tata cara penyampaian pengaduan pelayanan
4. Persyaratan Pelayanan Publik
Persyaratan teknis dan administratif yang harus dipenuhi oleh masyarakat penerima
pelayanan.
5. Biaya Pelayanan Publik
Besaran biaya dan rincian pelayanan publik
6. Waktu Penyelesaian
Jangka waktu penyelesaian pelayanan publik
7. Hak dan Kewajiban
Hak dan Kewajiban pihak pemberi dan penerima pelayanan publik
8. Pejabat Penerima Pengaduan Pelayanan Publik
Berdasarkan uraian diatas maka secara tegas dinyatakan bahwa sistem dan prosedur
merupakan syarat mutlak dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan pelayanan publik di setiap
instansi penyelenggara pelayanan publik/instansi pemerintah.
A. SISTEM DAN PROSEDUR
Berkaitan dengan pengembangan sistem dan prosedur pelayanan publik, sebelum
melangkah lebih jauh ada baiknya dipahami terlebih dahulu pengertian sistem dan prosedur
yang dimaksud Victor Lazzaro dalan bukunya “System and Procedure” mengemukakan
pengertian sistem sebagai berikut :
“Sistem adalah serangkaian fungsi-fungsi, langkah-langkah atau cara-cara bekerja yang
dirancang untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.
Sedangkan pengertian sistem yang berkaitan dengan prosedur dikemukakan oleh Prof.
Soemerdjo Tjitrosidojo dalam buku “Accounting System”, mengemukakan sebagai berikut :
“Sistem adalah jaringan prosedur yang erat hubungannya satu sama lain, yang disusun
menjadi satu kesatuan untuk melaksanakan suatu aktivitas utama perusahaan”.
Sedangkan pengertian prosedur menurut Prof. Sumordjo mengemukakan sebagai
berikut;
“Prosedur adalah suatu urutan tindakan atau kegiatan tata usaha yang biasanya menyangkut
beberapa petugas dalam satu atau beberapa bagian dan yang ditetapkan untuk menjalankan
suatu transaksi perusahaan secara berulang-ulang terjadi seragam”.
Dari definisi sistem dan prosedur yang telah diuraikan diatas maka apabila kedua
definisi tersebut digabungkan tebentuklah suatu definisi sistem dan prosedur sebagai
berikut:
“Sistem dan Prosedur adalah suatu pikiran sehat yang terorganisasi atau suatu analisa dari
kebijakan (policy), prosedur, formulir dan peralatan perusahaan agar suatu operasi yang
dilakukan perusahaan lebih sederhana dan dapat distandarisir”.
Dari pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan penerapan sistem dan prosedur
dapat mengendalikan setiap orang yang melakukan berbagai tugas mempunyai
pertanggungjawaban yang berkaitan dengan pekerjaannya sehingga mencapai hasil yang
lebih baik melalui cara, usaha dan metode pekerjaan yang telah distandarisasi.
Adapun maksud utama digunakannya system dan prosedur antara lain :
1. Memberikan informasi yang lebih baik dalam hal :
a. Kualitas (isi sesuai dengan tujuan)
b. Ketetapan waktu
c. Struktur informasi (dalam bentuk apa informasi itu disajikan)
2. Memperbaiki pengendalian internal (Internal Control), sehingga data / informasi yang
dihasilkan oleh berbagai unit kerja lebih lengkap, lebih benar dan dapat lebih dipercaya.
3. Mengurangi biaya tata usaha dan administrasi
Dengan menggunakan sistem dan prosedur yang lebih baik maka dapat dicegah
pemborosan waktu, tenaga dan biaya.
B. Peta Prosedur
Untuk menjabarkan sistem dan prosedur kedalam Prosedur Tetap / Standard Operating
Procedure (SOP) dilakukan dengan membuat peta prosedur. Pengertian Peta Prosedur adalah
suatu peta yang menggambarkan lalu lintas kerja dan langkah operasi untuk memproses
kertas kerja, terutama berkaitan dengan suatu arus kertas kerja/dokumen yang kompleks.
Dalam membuat peta prosedur banyak digunakan gambar atau simbol-simbol yang
bermacam-macam.
Beberapa simbol yang umumnya digunakan dalam peta prosedur adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Simbol-simbol yang digunakan dalam Peta Prosedur
NO SIMBOL ARTI
1 DIMULAI ATAU BERAKHIRNYA SUATU
OPERASI ATAU KEGIATAN
2 PELAKSANAAN SUATU OPERASI ATAU
KEGIATAN
3 DOKUMEN ATAU FORMULIR ATAU
LEMBARAN KERTAS KERJA
4 PENGAMBILAN KEPUTUSAN

5 TANDA PANAH MENUNJUKKAN ARAH


GERAK DOKUMEN / FORMULIR / KERTAS
KERJA ATAU MENUNJUKKAN URUTAN
OPERASI
6 DOKUMEN / KERTAS KERJA / FORMULIR
DISIMPAN ATAU ARSIP
7 BERPINDAHNYA SUATU SISTEM DAN
PROSEDUR KE SISTEM DAN PROSEDUR
YANG LAIN

Dalam penyusunan peta prosedur yang lengkap sehingga dapat dikatakan sebagai suatu
SOP, maka terdapat beberapa ketentuan atau kriteria sebagai berikut :
1. Satu peta hanya menggambarkan satu prosedur kegiatan, apabila ada kegiatan lanjutan
yang terkait dengan kegiatan lainnya dibuat pada peta lain dengan menggunakan simbol
lingkaran (sistem koneksi).
2. Peta dibagi beberapa kolom sesuai dengan jumlah instansi / unit kerja atau pejabat yang
terlibat, dan pada kolom paling atas dituliskan nama instansi / unit kerja atau pejabat
dimaksud.
3. Setiap kolom menggambarkan aliran proses yang dilakukan kegiatan / dokumen / kertas
kerja untuk masing-masing instansi / unit kerja atau pejabat.
4. Aliran proses kegiatan bergerak dari atas kebawah, dan dapat bergerak kekiri atau
kekanan sesuai dengan kolom yang akan dilalui.
5. Didalam simbol-simbol yang digunakan, dituliskan proses kegiatan yang dilakukan
secara singkat tapi jelas artinya.
6. Khusus untuk simbol yang menggambarkan dokumen / kertas kerja, perlu diperhatikan
ketentuan-ketentuannya :
a. Untuk dokumen / kertas kerja yang hanya satu lembar, digambarkan sebagai berikut :

b. Untuk dokumen / kertas kerja yang terdiri dari beberapa lembar, digambarkan
sebagai berikut :
BAB IV
PROSEDUR TETAP / STANDARD OPERATING PROCEDURE
(SOP) PELAYANAN PERIZINAN

A. Klasifikasi Jenis Pelayanan Perizinan


Klasifikasi jenis pelayanan perizinan adalah pengelompokkan setiap jenis perizinan baik
berdasarkan jenis usaha / kegiatan yang akan dilakukan. Pengklasifikasian ini akan
berpengaruh terhadap bagan / alur peta prosedur, yang pada akhirnya akan menentukan
dalam penyusunan SOP yang akan dibuat.
Pengklasifikasian jenis pelayanan perizinan ini dimaksudkan untuk memudahkan para
petugas atau aparatur yang menangani langsung pelayanan perizinan dalam memahami serta
melaksanakan SOP yang ditetapkan.
Klasifikasi pelayanan perizinan berdasarkan sifat usaha terdiri dari :
1. Kegiatan Usaha Biasa
Sifat usaha yang dilakukan pada dasarnya tidak menimbulkan dampak yang besar pada
pada lengkungan sekitarnya, sehingga dalam proses penerbitan izin tidak perlu dibahas
oleh Tim koordinasi Penataan Ruang Daerah (TK – PRD) Kab.Konawe, tetapi dapat
langsung diproses oleh unit pelayanan terkait.
a. IMB untuk rumah tinggal yang luasnya sampai dengan 200m2
b. Izin Undang-Undang Gangguan yang sudah melalui tahap izin lokasi atau Petunjuk
pemanfaatan Ruang (PPR)
c. Izin Usaha Industri yang sudah menempuh izin lokasi atau izin prinsip
d. Izin Usaha dibidang Perdagangan
e. Izin Perpanjangan (Heregistrasi)
2. Kegiatan Usaha Strategis
Sifat Usaha yang dilakukan pada dasarnya menimbulkan dampak yang besar terhadap
lingkungan sekitarnya, sehingga dalam proses penertiban izin perlu dibahas oleh Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Kab. Konawe. Atau Tim Koordinasi dinas
terkait.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
a. Izin lokasi
b. Izin Peruntukan penggunaan Tanah
c. Izin mendirikan Bangunan Rumah Tinggal yang luasnya diatas 200m2 dan IMB
untuk Usaha / Industri
d. Izin Penyelenggara Perhubungan
e. Izin Undang-Undang Gangguan / Ho yang tidak melalui tahap Izin Lokasi / PP atau
kegiatan industry dan perdagangan skala besar.
f. Izin pengendalian Air Bawah Tanah
g. Izin Pembuangan Limbah Cair
h. Izin Pengawasan Keselamatan Kerja
i. Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit
j. Izin Usaha Jasa Konstruksi
Untuk penerbitan izin usaha yang strategis dan persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
Kajian Lingkungan (Amdal, UPL/UKL,SPPL)Kajian lalu lintas, Kajian aspek pertanahan
atau rekomendasi dari dinas teknis terkait.
Klasifikasi pelayanan perizinan berdasarkan jenis usaha dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Jenis pelayanan perizinan sebelum kegiatan usaha dimulai, atau merupakan perizinan
awal antara lain
a. Izin Lokasi
b. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
c. Izin Mendirikan Bangunan
d. Izin Undang-undang Gangguan / Ho
2. Jenis pelayan izin usaha dibidang perdagangan meliputi :
a. Izin Tempat Usaha
b. Izin Usaha Perdagangan
c. Izin Usaha Daftar Perusahaan
d. Tanda Daftar Gudang
3. Jenis Pelayanan Izin Usaha Bidang Kebudayaan dan Pariwisata :
Izin Usaha Kepariwisataan
4. Pelayanan izin dibidang Usaha Industri :
a. Izin Prinsip
b. Izin Usaha Industri
c. Izin Perluasaan Industri
d. Tanda Daftar Industri
5. Jenis Pelayanan dibidang izin dibidang Penyelenggaraan Perhubungan :
a. Izin Trayek
b. Izin Usaha Angkutan
c. Izin Pemakaian Kekayaan Daerah
6. Jenis Pelayanan Izin Bidang Energi dan Pertambagan :
a. Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik
b. Izin usaha Penunjang Usaha kelistrikan
c. Izin Operasi Ketenagalistrikan
d. Izin Penderian Depot Lokal
e. Izin Penderian Premium Solar Paket Dialer
f. Izin Penderian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU)
g. Izin Penyaluran Gas Elpiji
7. Jenis Pelayanan Izin Bidang Penyelenggaraan Kesehatan :
a. Izin Penyelenggaraan Apotik
b. Izin Depot Air Isi Ulang
c. Izin Praktek Dokter
d. Izin Praktek Bidan
e. Izin Praktek Perawat
f. Izin Penyelenggaraan Rumah Bersalin
8. Jenis Pelayanan Izin Bidang Kehutanan :
a. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan(Bukan Kayu Dalam Hutan Alam)
b. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman)
c. Izin Pemanfaatan Kayu Pada Hutan Hak
d. Izin Sah Lainnya (ISL) Volume ≤ 50 M3
e. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Produksi
f. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) pada Hutan Produksi
g. Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)

B. Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP)


Berdasarkan klafikasi jenis pelayanan perizinan sebagaimana diuraikan di atas,
selanjutnya disusun Standar Operating Prosedur (SOP)/Prosedur Tetap dengan urutan
sebagai berikut :
1. Surat Izin Undang-undang Gangguan (IUUG/Ho)
2. Surat Izin Usaha Perikanan
3. Surat Izin Trayek
4. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
5. Surat Izin Minuman Beralkohol
6. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
8. Surat Izin Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
9. Surat Izin Tanda Daftar Gudang (TDG)
10. Surat Izin Usaha Industri (IUI)
11. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK)
12. Surat Izin Usaha Ternak/Hewan
13. Surat Izin Usaha Penggilingan Padi
14. Surat Izin Kepariwisataan
15. Surat Izin Apotik
16. Surat Izin Depot Air Isi Ulang
17. Surat Izin Praktek Dokter
18. Surat Izin Praktek Bidan
19. Surat Izin Praktek Perawat
20. Surat Izin Penyelengaraan Rumah Bersalin
21. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan(Bukan Kayu Dalam Hutan Alam)
22. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman)
23. Izin Pemanfaatan Kayu Pada Hutan Hak
24. Izin Sah Lainnya (ISL) Volume ≤ 50 M3
25. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Produksi
26. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) pada Hutan Produksi
27. Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)
28. Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri
29. Izin Usaha Penyedia Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum
30. Izin Usaha Penunjang Usaha Kelistrikan
31. Izin Operasi Ketenagalistrikan
32. Izin Penderian Depot Lokal
33. Izin Penderian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU)
34. Izin Penderian Premium Solar Paket Dialer (PSPD)
35. Izin Penderian Agen Premium Minyak Solar (APMS)
36. Izin Penyaluran Gas Elpiji.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Sesuai dengan semangat otonomi daerah, maka peningkatan pelayanan publik oleh
Pemerintah Daerah bersama aparaturnya merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi.
2. Penyusunan Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) merupakan salah satu
upaya Pemerintah Kabupaten Konawe dalam meningkatkan kualitas kinerja pelayanan
kepada masyarakat khususnya bidang pelayanan perizinan.
3. Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) merupakan pedoman baku bagi
Organisasi Pemerintah dan Aparatur Pemerintah Kabupaten Konawe dalam
menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang efektif dan efisien sehingga menjamin
kualitas layanan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) ini mencakup 36 jenis pelayanan
perizinan yang didalamnya berisi penjelasan tentang unit organisasi memproses dan
pemberi pertimbangan, persyaratan, dasar hukum, kewenangan penandatanganan, standar
biaya dan peta prosedur setiap jenis pelayanan izin.

B. Penutup
Dengan tersusunnya Prosedur Tetap / Standard Operating Procedure (SOP) ini
diharapkan dipahami, dimengerti dan dilaksanakan serta menjadi pedoman baku bagi unit
kerja dan aparatur yang bertugas di bidang pelayanan perizinan.
Sudah barang tentu SOP ini belumlah sempurna mengingat berbagai keterbatasan,
terutama data dan prosedur pelayanan izin disetiap instansi belum seluruhnya tercatat
dengan lengkap. Oleh karena itu memerlukan proses perbaikan yang terus menerus sampai
akhirnya diperoleh SOP yang sesuai dengan kriteria pelayanan yang berlaku.
Kedepan dengan diterapkannya SOP ini diharapkan menjadi salah satu aspek dalam
memaksimalkan sistem pelayanan dan memberi kepuasan kepada masyarakat Kabupaten
Konawe. Semoga…

Anda mungkin juga menyukai