Anda di halaman 1dari 13

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA Mengingat : 1.

Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959


NOMOR : 8 TAHUN 2002 SERI: B NOMOR : 8 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di
di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor
PERATURAN DAERAH KABUPATEN 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);
DAERAH TINGKAT II KOLAKA
2. Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
NOMOR: 7 TAHUN 2002 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
TENTANG Nomor 3839);
USAHA PERTAMBANGAN BAHAN 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
GALIAN GOLONGAN C Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3848);
BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II KOLAKA
4. Undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaranm
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Ketentuan Pasal 8 ayat (1)
Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun
Lembaran Negara Nomor 3685);
1994 tentang Pedoman Usaha Pertambangan Bahan
Galian Golongan C, setiap usaha pertambangan Bahan
5. Undang-undang Nomor 34 2 Tahun 2000 tentang
galian Golongan C harus mempunyai izin dan
Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun
membayar iuran tetap;
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
( Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246,
b. Bahwa untuk melaksanakan usaha pertambangan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
bahan galian golongan C sebagaimana dimaksud pada
huruf a perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
6. Undang – undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun
ketentuan – ketentuan pokok pertambangan; 1994 tentang Pedoman Usaha Pertambangan
Bahan Galian Golongan C;
7. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara tahun 13. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1998 tentang
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian
1981 Nomor 3209); Golongan C;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang 14. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi Kewenangan Daerah Kabupaten Kolaka;
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3952); 15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 Tentang
Pembentukan Oraganisasi Perangakat Daerah
9. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Kabupaten Kolaka.
perubahan kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan Dengan Persetujuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Nomor DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
4154); DAERAH TINGKAT II KOLAKA

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang MEMUTUSKAN


penggolongan Bahan Galian Golongan C;
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA
11. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN
Nomor 1453. K / 29 / MEM / 2000 tentang Pedoman GOLONGAN C.
Tehnis penyelenggaraan tugas pemerintahan di
bidang pertambangan umum.
BAB I organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun,
bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya,
KETENTUAN UMUM
7. Pejabat yang ditunjuk selanjutnya disebut Pejabat
Pasal 1 adalah Pegawai yang diberi tugas dibidang
pertambangan sesuai dengan Peraturan Perundang –
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : undangan yang berlaku;

1. Daerah otonom, Selanjutnya disebut Daerah adalah 8. Bahan Galian Golongan C, adalah Bahan galian yang
kesatuan masyarakat hukum yang menpunyai batas bukan strategis dan bukan fital sebagaimana
daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang –
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa undang Nomor 11 Tahun 1967;
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Surat Izin pertambangan Daerah yang disingkat SIPD
adalah kuasa pertambangan yang berisikan wewenang
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka, Selanjutnya serta hak dan kewajiban untuk melakukan kegiatan,
disebut Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta semua atau sebagian tahap usaha pertambangan
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan bahan galian golongan C.
eksekutif daerah;
10. Surat izin Pertambangan Rakyat yang disingkat SIPR
3. Kepala Daerah adalah Bupati Kolaka; adalah Kuasa Pertambangan yang berisikan
wewenang serta hak dan kewajiban untuk melakukan
4. Dinas Pertambangan dan Energi adalah Dinas kegiatan, semua atau setempat secara kecil- kecilan
Pertambangan dan Energi Kabupaten Kolaka; atau secara gotong – royong yang dengan alat – alat
sederhana untuk mata pencarian sendiri;
5. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Kolaka;
11. Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C adalah
6. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi segala kegiatan usaha pertambangan yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan / pemurnian,
lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan pengangkutan, dan penjualan;
nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,
perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau
12. Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi 19. Wilayah Pertambangan adalah lokasi dimana
pertambangan untuk menetapkan lebih teliti / seksaama ditentukan tempat untuk diusahakan
adanya sifat letakan bahan galian golongan C; penambangannya oleh pemohon;

13. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud 20. Iuran tetap adalah iuran atas tanah seluas wilayah
untuk menghasilkan bahan galian dan SIPD / SIPR yang diberikan;
memamfaatkannya;
21. Pertambangan Rakyat adalah suatu usaha
14. Pengolahan / pemurnian adalah pekerjaan untuk pertambangan bahan galian golongan C yang
mempertinggi bahan galian serta untuk memamfaatkan dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan
dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat dalam bahan atau secara gotong royong yang dengan alat-alat
galian itu; sederhana untuk pencarian sendiri;

15. Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan BAB II


galian dan hasil pengolahan dan pemurnian bahan OBYEK DAN SUBYEK
galian dari wilayah eksploitasi atau tempat pengolahan /
pemurnian; Pasal 2

16. Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian Obyek adalah setiap usaha pertambangan bahan galian
dan hasil pengolahan / pemurnian; golongan C yang diberikan.

17. Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan Pasal 3


memperbaiki, mengembalikan kemamfaatan atau
meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh Subyek usaha prtambangan bahan galian golongan C
usaha pertambangan umum; adalah orang pribadi atau badan hukum yang
mendapatkan usaha pertambangan bahan galian golongan
18. Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengolahan C atas tanah seluas Wilayah SIPD / SIPR yang diberikan;
sumber daya alam yang menjamin pemamfaatannya
secara bijaksana dan menjamin kesinambungan
persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keaneka ragamannya;
BAB III BAB IV
WEWENANG DAN
TANGGUNG JAWAB USAHA PERTAMBANGAN DAERAH

Pasal 4 Pasal 5

(1) Wewenang dan tanggung jawab Kepala Daerah dalam (1) Bahan – bahan galian yang masuk bahan galian
melaksanakan administratif atas usaha pertambangan golongan C adalah sebagai berikut:
bahan galian golongan C dilaksanakan oleh dinas
Pertambangan dan Energi. 1. Nitrat
2. Pospat
(2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana 3. Garam Batu ( Halite )
dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi: 4. Asbes
5. Talk
a. Menetapkan wilayah pertambangan bahan galian 6. Mika
golongan C 7. Grafit
b. Menetapkan lokasi tertutup untuk pertambangan 8. Magnesit
bahan galian golongan C. 9. Yorosit
c. Memberikan surat izin pertambangan daerah 10. Leusit
(SPID) dan surat izin pertambangan rakyat (SIPR) 11. Tawas
bahan galian golongan C. 12. Oker
d. Mengatur, mengurus, membina, mengawasi, dan 13. Batu Permata
mengembangkan kegiatan usaha pertambangan 14. Batu Setengah Permata
bahan galian golongan C. 15. Pasir Kuarsa
e. Melakukan kegiatan survey, inventarisasi dan 16. Kaolin
pemetaan bahan galian golongan C. 17. Feldspar
18. Gips
19. Bentonit
20. Batu Apung
21. Tras
22. Obsidian
23. Kaolite
24. Batuan lainnya dan sejenisnya
a. Batu Kali (1) Bahan – bahan galian sebagaimana dimaksud pada
b. Batu Gunung pasal ini Ayat (1) ,sejauh 4 (empat) mil laut yang
c. Batu Pulau diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan /
25. Perlit kearah perairan Kepulauan Izin Usaha
26. Tanah Diamote Pertambangannya ditangani oleh Pemerintah
27. Tanah serap Daerah Kabupaten Kolaka.
28. Marmer
29. Batu Tulis Pasal 6
30. Baru Kapur / Batu Gamping
31. Dolomit (1) a. Setiap Usaha Pertambangan Bahan Galian
32. Kalsit Golongan C hanya dapat dilakukan dengan
33. Granit terlebih dahulu memperoleh Surat Izin
a. Bubuk Pecah,Andesit,Basalt, Pertambangan Daerah (SIPD) atau Surat Izin
Trakhite,Dasite,(untuk bahan bangunan) Pertambangan Rakyat (SIPR) dari Kepala
b. Blok Daerah atau Kepala Dinas Pertambangan dan
34. Berbagai jenis tanah Energi.
a. Tanah liat tahan api
b. Tanah liat b. Bagi Pengusaha yang akan mengambil Bahan
c. Tanah liat untuk bahan bangunan galian Golongan C yang sifatnya terbatas
(Batu Bata, Genting, dsb.) jumlahnya atau sementara untuk digunakan
d. Tanah Urung / Timbunan proyek / perumahan terlebih dahulu melapor
kepada Kepala Dinas Permbangan dan Energi.
35. Pasir , Kerikil ,dan sejenisnya
a. Pasir. c. Setiap Usaha Jasa penunjang kegiatan
b. Kerikil. pertambangan bahan galian golongan C hanya
c. Tasirtu. dapat dilakukan terlebih dahulu memperoleh
d. Split. izin.
e. Sirtu.
f. Pasir Urung. (2) SIPD yang dimaksud Pasal ini ayat (1) terdiri dari :
36. Z e o l i t. a. SIPD Penyelidikan Umum;
b. SIPD Eksplorasi;
c. SIPD Eksplotasi; a. Peta Wilayah yang dimohon yang menunjukkan
d. SIPD Pengolahan atau Pemurnian; batas – batasnya secara jelas dengan skala 1 :
e. SIPD Pengangkutan; 10.000 (satu berbanding sepuluh ribu) dengan
f. SIPD Penjualan. memuat peta situasi lokasi yang bersangkutan.

(3) Setiap permohonan SIPD penyelidikan umum, SIPD b. Surat keterangan / tanggapan dari Kepala Desa
eksplorasi dan SIPD Eksploitasi yang luasnya maksimal / Lurah tentang Situasi dan status tanah yang
10 Ha. (sepuluh Hektar) sekurang – kurangnya harus dimohon.
dilampiri;
c. Tanggapan dari Camat tentang lokasi yang
a. Peta Wilayah yang dimohon yang menunjukkan dimohon.
batas – batasnya secara jelas dengan memuat peta
situasi yang bersangkutan dengan skala 1 : 1.000 d. Dokumen AMDAL atau UKL – UPL untuk
(satu banding seribu) atau dengan slaka 1 : 10.000 permohonan SIPD eksploitasi.
(satu banding sepuluh ribu);
(5) a. SIPD Eksplorasi dan Eksploitasi yang luasnya 10
b. Surat keterangan tanggapan dari kepala Desa / Ha. Ke atas diterbitkan dan ditandatangani oleh
Lurah tentang status lokasi tanah yang dimohon. Kepala Daerah.

c. Surat tanggapan dari Camat tentang lokasi yang b. SIPD Eksplorasi dan Eksploitasi yang luasnya
dimohon. maksimal 10 Ha diterbitkan dan ditandatangani
oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi.
d. Dokumen AMDAL atau UKL, - UPL, untuk
permohonan SIPD eksploitasi. c. SIPR diterbitkan dan ditandatangani oleh Dinas
Pertambangan dan Energi.
(4) Permohonan SIPD penyelidikan umum, SIPD
Eksplorasi dan SIPD Eksploitasi yang luasnya 10 Ha. (6) Bagi Pengusaha / perorangan yang akan
(sepuluh Hektar) keatas sekurang – kurangnya harus menggunakan alat berat diWilayah pertambangan
dilampiri : rakyat maka pemegang / pemilik SIPR terlebih
dahulu melapor kepada Dinas Pertambangan dan
Energi untuk mendapatkan Surat Rekomendasi.
(2) Kepda Perorangan hanya dapat diberikan 1 (satu)
Pasal 7 SIPD Eksploitasi sedangkan kepada Badan Hukum
dapat diberikan maksimal 3 (tiga) SIPD Eksploitasi.
(1) Setiap SIPD Penyelidikan Umum atau SIPD Ekplorasi
hanya diberikan untuk 1 (satu) jenis Bahan Galian (3) SIPD Eksploitasi dapat diberikan untuk jangka
Golongan C. waktu selama – lamanya 10 (sepuluh) tahun dan
dapat diperpanjang maksimal 2 (dua) kali, setiap
(2) SIPD Penyelidikan Umum atau SIPD Eksplorasi kali perpanjangan selama – lamanya 2 (dua)
sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diberikan tahun.
kepada perorangan atau Badan Hukum.
(4) Permohonan perpanjangan SIPD dan SIPR
(3) SIPD Penyelidikan Umum atau SIPD Eksplorasi sebagaimana dimaksud ayat (5) Pasal ini diajukan
diberikan untuk jangka waktu selama – lamanya 1 selambat – lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
(satu) tahun dan dapat diperpanjang. berakhirnya SIPD dan SIPR.

(4) Permohonan perpanjangan SIPD Penyelidikan Umum (5) Apabila Permohonan perpanjangan SIPD dan SIPR
atau SIPD Eksplorasi sebagaimana dimaksud ayat (4) sesuai maksud ayat (4) Pasal ini tidak dilaksanakan
Pasal ini diajukan kepada Kepala Daerah, selambat – maka SIPD dan SIPR dinyatakan batal dengan
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya SIPD sendirinya.
tersebut.
Pasal 9
(5) Pemegang SIPD Penyelidikan Umum atau SIPD
Eksplorasi dapat mengurangi Wilayah kerjanya dengan Mekanisme atau tata cara untuk memperoleh SIPD
mengembalikan sebagian atau bagian – bagian pengolahan atau pemurnian, SIPD Pengangkutan, dan
tertentu dari Wilayah dimaksud dengan peresetujuan SIPD penjualan akan ditetapkan dan diatur oleh
Kepala Daerah. Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 8 Pasal 10

(1) Setiap SIPD Eksploitasi hanya dapat diberikan untuk 1 (1) Sebelum SIPD atau SIPR diterbitkan terlebih dahulu
(satu) jenis Bahan Galian Golongan C. diadakan peninjauan pada lokasi yang dimohon oleh
Dinas Pertambangan dan Energi bersama dengan Instansi
yang terkait dan yang bersangkutan; b. Pemegang SIPD atau SIPR mengembalikan kepada
Kepala Daerah sebelum berakhirnya jangka waktu
(2) Pemberian SIPD atau SIPR harus benar-benar yang telah ditetapkan dalam SIPD atau SIPR yang
mempertimbangkan dan memperhatikan : bersangkutan;
a. Hak-hak atas tanah;
b. Gangguan dan pencemaran tata lingkungan hidup; c. Melanggar ketentuan yang berlaku sebagaimana
c. Sifat dan besarnya endapan; dimuat dalam Peraturan Daerah ini tidak memenuhi
d. Sifat usaha dan kapasitas; kewajiban yang tercantum dalam SIPD;
e. Kemampuan pemohon baik teknis maupun keuangan;
f. Peralatan yang digunakan; d. Pemegang SIPD Eksplorasi dan atau SIPD Eksploitasi
g. Hal-hal lain yang berhubungan dengan penambangan. tidak melaksanakan usaha penambangan bahan
galian golongan C dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
Pasal 11 setelah diterbitkannya atau selama 6 (enam) bulan
menghentikan usaha penambangan bahan galian
(1) Dalam kegiatan pekerjaan usaha pertambangan golongan C tanpa memberikan alasan-alasan yang
berdasarkan SIPD, maka Pertambangan Rakyat yang dapat dipertanggung jawabkan;
telah ada tidak boleh diganggu, kecuali demi
kepentingan Daerah dan atau Kepala daerah e. Pemegang SIPD dan SIPR perorangan meninggal
menetapkan lain demi kepentingan Daerah dan dunia;
Negara;
f. Ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Surat
(2) Mekanisme atau tata cara untuk memperoleh Surat Keputusan kepala Daerah untuk kepentingan
Izin Pertambangan Rakyat (SIPR) akan ditetapkan dan Negara/Daerah.
diatur lebih lanjut oleh Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 13
Pasal 12
(1) Pemegang SIPD dan SIPR mengganti kerugian
SIPD dan SIPR dinyatakan tidak berlaku karena : akibta dari usahanya atas segala yang berada di
atas tanah kepada yang berhak di dalam
a. Masa berlakunya SIPD telah berakhir dan tidak lingkungan Daerah/Wilayah Pertambangan maupun
diperpanjang lagi; di luarnya dengan tidak memandang apakah
perbuatan itu dilakukan dengan sengaja atau tidak berkala kepada Dinas Pertambangan dan Energi
sengaja maupun yang dapat atau tidak diketahui lebih serta Instansi terkait yang bertanggung jawab atas
dahulu; pengendalian dampak lingkungan hidup.

(2) a. Apabila kerugian disebabkan oleh usaha Pasal 15


pemegang SIPD atau SIPR dalam lingkungan
wilayah SIPD yang melebihi dari 1 (satu) SIPD atau (1) Pengangkutan atau kegiatan transportasi bahan
SIPR maka ganti kerugiannya ditanggung bersama; galian harus memakai kendaraan yang tertutup
pada bagian bak belakang serta menutup terpal
b. Besarnya ganti rugi akan ditentukan dengan besar sehingga tidak menimbulkan polusi dan
kecilnya kerusakan yang diakibatkan oleh masing- mengganggu lalu lintas di jalanan dan lingkungan
masing pemegang SIPD. yang dilaluinya

Pasal 14 (2) Apabila selesai melakukan penambangan disuatu


tempat atau wilayah penambangan maka
(1) Pemegang SIPD Eksplorasi, SIPD Eksploitasi dan SIPR pemegang SIPD atau SIPR diwajibkan untuk
wajib membayar Iuran Tetap setiap bulannya; mengembalikan tanah tersebut sedemikian rupa
atau reklamasi sehingga tidak menimbulkan
(2) Pemegang SIPD atau SIPR wajib melaksanakan bahaya lainnya.
pemeliharaan dibidang pengusahaan, keselamatan
kerja, teknik penambangan yang baik dan benar serta BAB V
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk CARA MENGUKUR TINGKAT
pejabat pelaksana Inspeksi Tambang; PENGGUNAAN JASA

(3) Pemegang SIPD atau SIPR wajib memberikan laporan Pasal 16


secara tertulis atas pelaksanaan kegiatannya setiap
bulan kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas Tingkat penggunaan Jasa Usaha Pertambangan Bahan
Pertambangan dan Energi; Galian Golongan C diukur berdasarkan jenis dan tahap
usaha pertambangan bahan galian golongan C.
(4) Pemegang SIPD atau SIPR wajib membuat laporan
hasil pelaksanaan dan pemantauan Lingkungan secara
BAB VI BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA SANKSI ADMINISTARSI


TARIF IURAN TETAP
Pasal 19
Pasal 17
Dalam hal pemilik SIPD, SIPR tidak membayar tepat
Prinsip penetapan tarif Iuran Tetap Usaha Pertambangan pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan
Bahan Galian Golongan C adalah untuk mengganti biaya sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
administrasi, pembinaan dan biaya pengawasan. persen) setiap bulan dari besarnya Iuran Tetap yang
terutang atau kurang bayar
Pasal 18
BAB VIII
(1) Setiap pemilik SIPD dan SIPR dikenakan pembayaran
Iuran Tetap atau Retribusi setiap bulan atau tahun; PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

(2) Struktur Penetapan besarnya Iuran Tetap atau Pasal 20


Retribusi sesuai mekasud ayat (1) Pasal ini akan diatur
dengan Surat keputusan Bupati; Kepala Daerah dapat menunjuk Pejabat tertentu untuk
melakukan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
(3) Penetapan besarnya Iuran Tetap atau Retribusi Pertambangan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini ini.
dapat ditinjau kembali dan diadakan perubahan oleh
Bupati sekurang-kurangnya 1 (satu) Tahun sekali. BAB XV

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 31

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan


Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
C; pelaksanaan tugas penyidik tindak dibidang Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini adalah : g. Menyuruh berhenti melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian sebagaimana dimaksud pada huruf e;
Golongan C;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan pidana ini;
mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya
dengan tindak pidana Usaha Pertambangan Bahan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
Galian Golongan C;
j. Menghentikan Penyidikan;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk
pidana dibidang Usaha Pertambangan Bahan Galian kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang
Golongan C; Usaha Pertambangan Galian Golongan C menurut
Hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
d. Memeriksa Buku-buku, Catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal
pidana dibidang ini serta melakukan penyitaan ini memberitahukan dimulainya penyidik dan
terhadap bahan bukti tersebut; menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan Undang-undang Nomor 8 Tahun181981 tentang Hukum
bukti serta pembukuan, pencatatan dan dokumen – Acara Pidana.
dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
BAB X Ditetapkan di Kolaka
pada tanggal, 18 Januari 2002
KETENTUAN PIDANA
BUPATI KOLAKA
Pasal 22

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan


Daerah ini diancam dengan Pidana kurungan paling lama 6 Drs. H. ADEL BERTY
(enam) Bulan denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah). Di Undangkan di Kolaka
pada tanggal, 18 Januari 2002
BAB X
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOLAKA
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23 Drs. HIDAYATULLAH. M.


Pembina Tk. I Gol. IV/b
Hal- hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini NIP. 010 077 429
sepanjang mengenai pelaksanaanya diatur lebih lanjut oleh
Keputusan Kepala Daerah. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA
TAHUN : 2002 NOMOR : 8
Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Pasal 25

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kolaka.

Anda mungkin juga menyukai