Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING

“Perioperative Management and Outcomes of Hyperthyroid Patients


Unable to Tolerate Antithyroid Drugs”
Disusun oleh:
Shomadya Bayu Ifana (406222024)

Pembimbing:
dr. Eddy Mulyono, Sp.PD, FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
PERIODE 14 AGUSTUS 2023 – 21 OKTOBER 2023
IDENTITAS JURNAL

Nama
jurnal

Judul
jurnal

Penulis
jurnal
ABSTRAK
Background Prior to thyroidectomy for hyperthyroidism, it is recommended that patients are managed
with antithyroid drugs (ATDs) and rendered euthyroid to decrease the risk of thyroid storm. However,
not all patients tolerate ATD and the risk of thyroid storm during thyroidectomy in these patients is
unclear. Therefore, the aim of this study was to compare the management and outcomes of
hyperthyroid patients that were on ATDs prior to surgery to those who were not. Study design A
prospectively maintained, single-institution database was queried for all hyperthyroid patients who
were initially treated with ATDs and underwent thyroidectomy from January 1, 2012, to June 18, 2018.
Patients were divided into two groups: (1) those on ATDs at surgery (ATD group) and (2) those who
could not tolerate and stopped ATDs prior to surgery (no-ATD group). Demographic and clinical data
were collected. Primary outcomes were readmissions/emergency department visits and postoperative
complications within 30 days of thyroidectomy. Results Of the 248 patients, 231 were in the ATD
group and 17 (7%) were in the no-ATD group. There were no mortalities or thyroid storm events in
either group. There was no difference in Clavien–Dindo Grade 2 or 3 complications between the two
groups. There were no ED visits or 30-day readmissions in the no-ATD group compared to 17 (7%)
events in the ATD group (p = 1.0). Conclusion While it is preferable to render patients euthyroid prior
to thyroidectomy for hyperthyroidism, results of this study suggest that when patients cannot tolerate
ATDs, it is possible to perform thyroidectomy without increased risk of thyroid storm or intra- and
postoperative complications.
ABSTRAK (1)

• Sebelum tiroidektomi untuk hipertiroid, direkomendasikan

agar pasien ditangani dengan obat antitiroid (ATD) dan


Latar Belakang
diberikan status eutiroid untuk mengurangi risiko badai

tiroid. Namun, tidak semua pasien mentoleransi ATD dan

risiko badai tiroid selama tiroidektomi pada pasien masih

belum jelas.
• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan
Tujuan
penatalaksanaan dan hasil pasien hipertiroid yang

menggunakan ATD sebelum operasi dengan yang tidak.


ABSTRAK (2)
• Desain penelitian : analisis prospektif
• Pasien yang terlibat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok:
(1) Pasien yang menggunakan ATD pada pembedahan
(kelompok ATD) Metode

(2) Pasien yang tidak dapat mentoleransi dan menghentikan


ATD sebelum pembedahan (kelompok tanpa ATD)
• Hasil utama yang dipantau adalah kunjungan
kembali/kunjungan ke unit gawat darurat dan komplikasi pasca
operasi dalam waktu 30 hari setelah tiroidektomi
ABSTRAK (3)

• Hasil Dari 248 pasien, 231 berada pada kelompok ATD dan 17 (7%)

berada pada kelompok tanpa ATD.

• Tidak ada kematian atau kejadian badai tiroid pada kedua kelompok.
Hasil
• Tidak ada perbedaan komplikasi Clavien-Dindo Tingkat 2 atau 3 antara

kedua kelompok.

• Tidak ada kunjungan UGD atau penerimaan kembali selama 30 hari

pada kelompok tanpa ATD dibandingkan dengan 17 (7%) kejadian pada

kelompok ATD (p = 1.0).


ABSTRAK (4)

Hasil penelitian ini lebih baik untuk membuat pasien menjadi


eutiroid sebelum tiroidektomi untuk hipertiroid, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ketika pasien tidak dapat Kesimpulan
mentoleransi ATD, tiroidektomi dapat dilakukan tanpa
peningkatan risiko badai tiroid atau komplikasi intra dan
pasca operasi.
PENDAHULUAN
• Hipertiroidisme adalah kelainan endokrin yang mempengaruhi 1,2% populasi. Penyebab paling umum dari

hipertiroidisme adalah penyakit Graves, gondok multinodular toksik, dan adenoma toksik

• Pilihan pengobatan untuk hipertiroidisme termasuk obat antitiroid (ATD), yodium radioaktif, atau pembedahan.

Penggunaan ATD dapat dikaitkan dengan efek samping mulai dari reaksi alergi kulit hingga mengancam jiwa

• Tatalaksana definitif dengan tiroidektomi, namun sebelum terapi pembedahkan sebagian dokter

merekomendasikan pasien menjadi eutiroid untuk mengurangi resiko badai tiroid

• Badai tiroid merupakan komplikasi yang ditakuti jika tidak diobati. Tingkat kematian akibat badai tiroid antara 8

hingga 25%. Badai tiroid dapat terjadi kapan saja pada saat tiroidektomi, mamun dengan manajemen

preoperative dengan ATD adalah hal yang jarang terjadi.


METODE (1)

- Merupakan penelitian dengan analisis retospektif Desain

- Pasien hipertiroid yang menjalani tiroidektomi di satu pusat


Populasi
kesehatan akademis pada 1 januari 2012- 18 juni 2018
METODE (2)
• Pasien dengan hipertiroid yang pada awalnya diobati dengan ATD :
Kriteria Inklusi
Methimazole (MMI) dan propylthiouracil (PTU) dan menjalani
tiroidektomi di satu pusat kesehatan akademis pada 1 januari 2012- 18
juni 2018
• Pasien dengan hipertiroid yang tidak dapat mentoleransi dan
menghentikan ATD sebelum pembedahan dan menjalani tiroidektomi
di satu pusat kesehatan akademis pada 1 januari 2012- 18 juni 2018

• Pasien dengan hipertiroidisme subklinis yang tidak pernah memulai


Kriteria Eksklusi pengobatan ATD dan menjalani tiroidektomi total
METODE (3)

• Hasil utama penelitian  kunjungan kembali/kunjungan ke unit Ekstraksi Data


gawat darurat dan komplikasi pasca operasi dalam waktu 30
hari setelah tiroidektomi

• Analisis statistic dilakukan menggunakan SPSS 21.


Analisis data
• Uji chi-square test dan fisher’s exact test
HASIL (1)
Karakteristik pasien

• Tidak ada perbedaan


yang signifikan
berdasarkan usia,
jenis kelamin, ras,
atau etiologi
hipertiroid dan
komorbid antar
pasien pada ATD
sebelum operasi
(kelompok ATD) dan
yang menghentikan
ATD sebelum
operasi (tidak
kelompok ATD)
HASIL (2)
Manajemen perioperatif

• Diantara 248 pasien, 33 pasien


melaporkan efek samping ATD
• 11 pasien menghentikan ATD
dan lanjutkan operasi
• 17 pasien mengganti ATD (15
dari MMI ke PTU dan 2 dari
PTU ke MMI)
• 5 pasien melanjutkan MMI
walaupun ada efek samping dan
melakukan pembedahan
• 6 pasien menghentikan ATD
kedua sampai operasi
• 11 pasien melanjutkan ATD
kedua sampai operasi
HASIL (3)
Pasien dirawat sebelum operasi tiroid

• Secara keseluruhan, sepuluh pasien


memerlukan rawat inap sebelum
tiroidektomi
• Dua pada kelompok tanpa ATD dan
delapan pada kelompok ATD.
• Semua kecuali satu pasien yang
sedang dievaluasi untuk transplantasi
jantung (Pasien 9) menderita
hipertiroid pada saat masuk.
• Waktu rata-rata dari masuk hingga
operasi adalah 5 hari (IQR 2.8–7.8).
• Semua pasien ditangani dengan
pengobatan multimodal termasuk
beta-blocker, yodium Lugol, steroid,
dan/atau kolestiramin.
HASIL (4)
Hasil pasien
• Tidak ada kematian intraoperatif atau
pasca operasi atau insiden badai tiroid
pada kedua kelompok setelah
tiroidektomi.
• Secara intraoperatif, tidak ada
perbedaan antara kedua kelompok
dalam proporsi pasien yang mengalami
takikardia atau demam
• Tidak ada perbedaan dalam
penggunaan beta-blocker intraoperatif
• Median waktu operasi pada kelompok
tanpa ATD secara signifikan lebih
pendek dibandingkan pada kelompok
ATD (84 menit vs 112 menit, p =
0,002). Median lama rawat inap pasca
operasi adalah satu hari pada
keduanya.
DISKUSI (1)

• Dalam penelitian ini terhadap hampir 248 pasien hipertiroid awalnya diobati dengan ATD,
hanya 7% yang menghentikan ATD sebelum operasi. Secara keseluruhan, tidak ada pasien
yang menderita badai tiroid dan manajemen pra operatif pasien yang apakah mereka
menggunakan ATD / tidak pada saat operasi berdeda-beda hanya dengan penggunaan beta-
blocker yang lebih tinggi pada kelompok tanpa ATD

• Satu-satunya perbedaan antara kedua kelompok, dengan sehubungan dengan hemodinamik


intraoperatif, hasil pasca operasi atau lama tinggal adalah tingkat transien yang lebih tinggi
hipotiroid pada kelompok tanpa ATD meskipun tidak ada perbedaan dalam tingkat hipotiroid
permanen
DISKUSI (2)

• Dalam penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya (Al Jassim, dkk) yaitu membandingkan
status tiroid pra operasi untuk 67 pasien dengan penyakit grave, 12% tidak menggunakan ATD dan
21% menderita hipertiroid pada saat operasi. Terlepas dari pengobatan ATD sebelum operasi atau
status tiroid, tidak ada pasien yang mengalami badai tiroid akibat tiroidektomi.

• Risiko komplikasi seperti hipoparatiroid sementara dapat meningkat pada pasien dengan hipertiroid.
Dalam penelitian kami, tidak ada perbedaan komplikasi spesifik tiroid antara kedua kelompok, kecuali
peningkatan risiko hipoparatiroidisme sementara pada kelompok tanpa ATD.

• Data kami menunjukkan bahwa tiroidektomi aman dari risiko komplikasi, bila pembedahan dilakukan
oleh ahli bedah berpengalaman, tidak terkait dengan status ATD pada saat pembedahan.
KETERBATASAN PENELITIAN

• Keterbatasan pada penelitian ini adalah sebuah studi retrospektif dengan hanya 7% dari kelompok
yang tidak ikut ATD pada saat operasi, ada variabilitas dalam waktu kapan kadar hormon tiroid
terakhir diukur sebelum operasi.
• Ahli bedah dalam penelitian ini adalah ahli bedah endokrin, yang mungkin menjadi penyebab
rendahnya tingkat komplikasi; oleh karena itu, hasil ini mungkin tidak dapat digeneralisasikan
pada pasien yang menerima perawatan oleh ahli bedah yang kurang berpengalaman.
• Namun, kelebihan penelitian ini mencakup ukuran kelompok yang besar; sepengetahuan kami, ini
adalah penelitian terbesar yang meneliti penatalaksanaan pasien dengan dan tanpa ATD (n = 248).
KESIMPULAN

• Penulis penelitian ini setuju dengan pedoman saat ini dan pola praktik klinis yang berupaya
menjadikan pasien eutiroid sebelum tiroidektomi untuk hipertiroid.
• Namun, hal ini mungkin tidak dapat dilakukan pada semua pasien dan temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa bila diperlukan, tiroidektomi dapat dilakukan tanpa menggunakan ATD pra
operasi, tanpa peningkatan angka badai tiroid atau komplikasi intra atau pasca operasi.
• Temuan ini juga menyoroti pentingnya koordinasi yang cermat antara tim multidisiplin yang
berpengalaman (Endokrinologi, Anestesiologi, dan Bedah) dalam pengelolaan pasien ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai