Anda di halaman 1dari 31

SISTEM DISTRIBUSI

Sistem Distribusi
Sistem distribusi ini berguna untuk
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke
konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagi atau penyaluran tenaga listrik ke
beberapa tempat (pelanggan)
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang
langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi.
Ditinjau dari sudut pandang teknik
tenaga listrik sistem distribusi adalah :
Bagian dari sistem tenaga listrik yang
terdapat diantara sumber daya
sampai ke pelanggan tenaga listrik
B. JTM JTR
G GD BEBAN Plg TR < 200 kVA

BEBAN Plg TM > 200 kVA

SUTT JTM JTR


C. Plg TR < 200 KVA
G GI GD BEBAN

BEBAN Plg TM > 200 KVA

BEBAN Plg TT > 30 MVA

02/18/2024 4
Ruang lingkup JarDis
1. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan
kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan
pemutus.
2. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor
termination dan lain-lain.
3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi
tiang, rangka tempat trafo,panel2, pipa-pipa pelindung,
Arrester, kabel-kabel, peralatan grounding,dan lain-lain.
4. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan
perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM. Yang
membedakan hanya dimensinya.
Klasifikasi menurut nilai tegangannya:

a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi


primer trafo distribusi, yaitu antara titik
Sekunder trafo substation (Gardu Induk)
dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20 kV. Jaringan
listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung
melayani pelanggan, bisa disebut jaringan
distribusi. \
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada
sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder dengan titik cabang menuju beban
Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada
di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran
yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini
dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor
tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan
rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-
peralatan sbb:
1) Papan pembagi pada trafo distribusi,
2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
3) Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke
konsumen/pemakai)
4) Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse
atau pengaman pada pelanggan.
Komponen saluran distribusi sekunder seperti
ditunjukkan pada gambar berikut:
Tegangan Sistem Distribusi Sekunder

Sebagai anggota, IEC (International


Electrotechnical Comission), Indonesia
memakai sistem tegangan 220/380 Volt
Dalam perencanaan sistem distribusi
ada 3 macam pilihan yang perlu
dipertimbangkan

Jenis sistem listriknya


Jenis sistem penyalurannya
Jenis konstruksinya
Jenis sistem listriknya
Sistem arus searah atau Direct Current
(DC)
(Sistem ini sekarang sudah hampir tidak
digunakan lagi).

Sistem arus bolak-balik atau Alternating


Current (AC) fase tunggal
Sistem (AC) Fase Tunggal

Sistem 2 kawat
Jaringan yang paling sederhana dan tertua
terdiri atas 2 kawat.
Satu kawat biasanya ditanahkan.
Kawat netral ini untuk pengamanan.

Bila kawat yang bertegangan menyentuh kawat


netral, maka tegangan akan menuju ke tanah
yang luas, sehingga tingkat bahayanya
berkurang.
Sistem (AC) Fase Tunggal

Sistem 3 kawat
Sistem dengan 3 kawat ini adalah gabungan dari dua
sistem dengan 2 kawat dan satu kawat netral bersama.

Bila beban antara kedua sistem dengan 2 kawat


seimbang, maka tidak ada arus yang mengalir melalui
kawat netral.
Sistem Distribusi Amerika

Ciri-cirinya :
Tegangan Rendah (TR) : 120, 240, 480,
660 (dlm Volt).
Tegangan Menengah (TM): 2,4; 4,16; 6,9;
8,32 (dlm kV)
Frekuensi yang digunakan 60 Hz.
Sistem Distribusi Indonesia

Sistem distribusi di Indonesia dimulai dari sisi


sekunder transformator daya pada Gardu Induk
(GI) 150/20 kV, bila jarak pusat beban dengan
GI relatif dekat. Tetapi bila jarak GI ke pusat
beban cukup jauh, maka diperlukan sarana
hubung, yaitu Gardu Hubung (GH). Di GH ini
terdapat transformator daya penurun tegangan
70/20 kV. Dari sinilah jaringan distribusi primer
dengan tegangan nominal 20 kV dimulai.
Selanjutnya jaringan distribusi sekunder bekerja
pada tegangan nominal 220/380 V.
Tegangan distribusi sekunder menurut SK
Dirjen Gatrik No.09/K/1970 adalah :
Tegangan nominal untuk instalasi
distribusi sekunder sistem fase tunggal ;
220 V
Tegangan nominal untuk instalasi
distribusi sekunder sistem 3fase 4 kawat ;
220/380 V.
Frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz.
Ditinjau dari jenis konstruksi, pada prinsipnya jaringan
distribusi dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :
saluran udara dan saluran bawah tanah.
Sekalipun dari aspek keindahan dan
kenyamanan lingkungan saluran bawah
tanah lebih baik, tetapi sistem ini
mempunyai masalah yang lebih kompleks
dari pada jaringan udara.
Konstruksi dan struktur jaringan yang
digunakan dalam sistem distribusi
merupakan kompromi antara kepentingan
teknis di satu pihak dan alasan ekonomis
di lain pihak.
Secara teknis, konstruksi dan struktur
jaringan yang digunakan harus memenuhi
syarat keandalan minimum jaringan
Klasifikasi menurut Jenis Konduktornya:

a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan


bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan
dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang,
tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah,
dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable)
Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan
distribusi tenaga listrik terutama adalah ditinjau dari hal-hal
berikut ini:

1). Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi


pemutusan, baik karena gangguan maupun karena hal-hal yang
direncanakan. Biasanya, kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan
pada beban-beban yang dianggap vital dan sama sekali tidak
dikehendaki mengalami pemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat
pelayanan komunikasi, rumah sakit, dll.

2). Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:


- kapasitas daya yang memenuhi.
- tegangan yang selalu konstan dan nominal.
- frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).

Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian


tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali.

3). Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani


seimbang.
Lanjutan:

4). Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah


beban. Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak hanya
bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat, tetapi perlu
diperhatikan pula secara teliti mengenai pengembangan beban
yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambahan
kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah
beban yang harus dilayani.
5). Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan
pertimbangan dalam perencanaan untuk menentukan tipe-tipe
atau macam sistem distribusi mana yang sesuai untuk
lingkungan bersangkutan, misalnya tentang konduktornya,
konfigurasinya, tata letaknya, dsb. Termasuk pertimbangan segi
estetika (keindahan) nya.
6). Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut
perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik
secara komersiil maupun dalam rangka penghematan
anggaran yang tersedia.
Berbagai persoalan pokok yang dihadapi dalam
pengoperasian Sistem Tenaga Listrik

a. Pengaturan Frekwensi.
Sistem Tenaga Listrik harus dapat memenuhi kebutuhan
akan tenaga listrik dari para konsumen dari waktu ke
waktu. Untuk ini daya yang dibangkitkan dalam sistem
tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal
ini diamati melalui frekuensi sistem. Kalau daya yang
dibangkitkan dalam sistem lebih kecil dari pada beban
sistem maka frekwensi turun dan sebaliknya apabila daya
yang dibangkitkan lebih besar dari pada beban maka
frekwensi naik.
b. Pemeliharaan Peralatan.
Peralatan yang beroperasi dalam sistem- tenaga listrik
perlu dipelihara secara periodik dan juga perlu segera
diperbaiki apabila mengalami kerusakan.
c. Biaya Operasi.
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar adalah
biaya yang terbesar dari suatu perusahaan listrik
sehingga perlu dipakai teknik-teknik optimisasi untuk
menekan biaya ini.

d. Perkembangan Sistem.
Beban selalu berubah sepanjang waktu dan juga
selalu berkembang seirama dengan perkembangan
kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan
secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus
menerus agar dapat diketahui langkah
pengembangan sistem yang harus dilakukan agar
sistem selalu dapat mengikuti perkembangan beban
sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga
listrik dalam sistem.
e. Gangguan dalam Sistem.
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah
sesuatu yang tidak dapat sepenuhnya dihindarkan.
Penyebab gangguan yang paling besar adalah petir

f. Tegangan dalam Sistem.


Tegangan merupakan salah satu unsur kwalitas
penyediaan tenaga listrik dalam sistem oleh
karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian
sistem.
02/18/2024 bAstEk 26
PELANGGAN

 Pengelompokan pelanggan :
1. Dari segi peruntukan : Rumah Tangga, Badan
Sosial, Perhotelan, Industri, Kantor Pemerintahan,
Pabrik, Kondominium, Apartement dan lain-lain.
2. Dari segi sambungan tegangan : TR, TM dan TT.
3. Dari segi daya listrik : 450 VA, 900 VA, 1300 VA
dan seterusnya.

13/15
Jaringan Distribusi Tegangan Menengah (JTM) Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah ke
Pelanggan
Batas
Instalasi PLN dan Instalasi Pelanggan
02/18/2024 bAstEk 30
02/18/2024 bAstEk 31

Anda mungkin juga menyukai