Akad Transaksi Dalam Jual Beli
Akad Transaksi Dalam Jual Beli
Shighat
03 Adanya ijab dan qabul antara 04 Nilai tukar
pembeli dan penjual secara pengganti barang
suka sama suka atau saling
memiliki kerelaan (anan taradin
minum).
Syarat Jual Beli :
Step 2
Step 4
Dapat dimanfaatkan dan Diserahkan langsung
bermanfaat oleh akad
Step 1 Step 3
Keberadaan barang tersebut Dimiliki sendiri oleh penjual,
harusharus tampak tidak diperkenankan menjual
barang yang bukan dimiliki
oleh penjual
Hal yang harus diperhatikan di nilai uang
(nilai tukar barang)
01 02
Suci Dapat
(Tidak boleh barang najis) diserahterimakan
atau dipindahkan
03 04 05
Ada manfaatnya Dimiliki sendiri atau Diketahui oleh
yang mewakilinya penjual dan
pembeli
Macam - Macam Akad Kerja Sama
3. Akad salam
7. Akad 4.Akad bay al-inah 8. Akad ijarah
Mudharabah
1. Akad Murabahah
Murâbahah berasal dari kata ribh, yang berarti perolehan, keuntungan, atau
tambahan.10 Pelaksanaan jual beli dengan akad murâbahah, penjual harus
mengungkapkan biayanya pada saat akad terjadi serta penetapan marjin keuntungan
yang disetujui. Bay’ al- Murâbahah adalah menjual barang dengan harga yang
ditetapkan di pasaran dengan tambahan keuntungan yang diketahui.
Berdasarkan beberapa definisi, maka akad murâbahah merupakan akad jual
beli yang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Akadnya
men- jadi sah apabila pembeli mengetahui harga awal, biaya tambahan jika ada, dan
jumlah keuntungannya. Oleh sebab itu, murâbahah adalah kontrak yang berdasarkan
kepercayaan atau kontrak buyu’ al-amânah.
bay’ bithaman al-ajil (BBA) atau bay’ mu’ajjal adalah pembayaran yang dilakukan secara tangguh yang
harganya dibayar secara angsuran dalam tempo waktu yang disepakati,
kontrak jual beli bay’ bithaman ajil, jika harga naik, pembeli
mendapatkan keuntungan karena membeli barang tersebut berbasiskan pembayaran
ditunda dengan harga yang lebih murah, jika harga turun, penjual mendapatkan
keuntungan karena berhasil menjual barang yang dibelinya dengan berbasiskan
pembayaran tangguh dengan harga yang lebih tinggi. Jadi dalam kontrak bay’
bithaman ajil, sesuai dengan konsep al-ghunm bil al-ghurm, yakni ke- untungan
beriringan dengan risiko.
2. Akad Istisna
02 Syirkatul ‘Uqud
(yang bersifat kontraktual)
bentuk persekutuan di antara dua pihak atau lebih untuk
menjalankan
suatu usaha berdasarkan prinsip bagi hasil.
07 Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau lebih
tepatnya proses
seseorang memukulkan kakinya dalam
perjalanan usaha.
Secara teknis mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (sahibul mal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola usaha
(mudharib).keuntungan usaha disepakati oleh kedua belah pihak
dituangkan dalam kontrak.
Dan kerugiannya ditanggung oleh proporsional dari jumlah
modal,yaitu oleh pemilik modal.akan tetapi jika terjadi kerugian atas
kecurangan/kelalaian sipengelola usaha,maka sipengelola wajib
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Mudharabah dibagi
menjadi dua:
1.Mudharabah muthlaqah
(investasi tidak terikat)
mudharabah yang
jangkauannya luas. Transaksi ini tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu 2.Mudharabah muqayyadah
dan wilayah bisnis. kebalikan dari jenis mudharabah yang pertama.
Dalam mudharabah jenis ini, mudharib terikat oleh
persyaratan yang diberikan
oleh shahibul mal di dalam meniagakan modal yang
dipercayakan kepadanya.
8.Akad Ijarah
(sewa menyewa)
Menurut istilah fukaha, ijârah ialah kontrak untuk mendapatkan manfaat (jasa)
tertentu yang boleh dibayar dan dihalalkan dengan barang tertentu. Kontrak
ini dilaksanakan dengan memindahkan hak milik jasa(manfaat) tersebut.
Rukun ijârah menurut Hanâfiyah adalah ijâb dan qabûl, yaitu dengan lafadz
ijârah. Sedangkan rukun ijârah menurut mayoritas ulama ada empat, yaitu dua
pelaku akad (pemilik sewa dan penyewa), sighah (ijâb dan qabûl), upah, dan
manfaat barang..
4 Macam Objek Ijarah
1. Ijarah terhadap manfaat dari barang, disebut juga ijârah ‘ala al-manâfi atau
ijârah al-a’yân. Contohnya seperti me- nyewakan gedung, rumah, kapal,
mobil dan lainnya.
2. Ijârah terhadap manfaat dari pekerjaan manusia (ijârah ‘ala al-a’mal).
Seperti mengupah seorang manajer untuk me- ngelola perusahaan, dan
tukang angkat untuk memindahkan barang.
3. Ijârah terhadap perpaduan manfaat manusia dan barang (Ijârah ‘ala al-
manâfi wa al-a’mal). Seperti mengupah seorang atau lembaga membangun
rumah sedang alat-alat berasal dari pekerja atau lembaga tersebut; atau me-
ngendarai angkutan umum di mana upah diberikan untuk sopir dan mobil
atau kendaraan beratnya.
4. Bila dimasukkan pendapat Ibnu Qayim, maka terdapat objek Ijârah
keempat,yaitu: ijârah bukan tehadap manfaat, tapi terhadap “barang”-‘ain,
yaitu hasil berkelanjutan dari suatu barang asal, namun zat barang tersebut
tetap ada,seperti buah sebagai hasil dari penyewaan pohon.
ThanksAny question’s?
Akad transaksaksi Landasan Hukum
dalam jual beli