3 - UU Ketenagakerjaan
3 - UU Ketenagakerjaan
1
UU KETENAGAKERJAAN
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 44 perihal Pelanggaran Perjanjian Kerja atau Peraturan Perusahaan
1. Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja atau Peraturan Perusahaan, Perusahaan dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang bersangkutan.
UU KETENAGAKERJAAN
Wajib Ada Perjanjian Kerja yang Ditandatangani oleh Karyawan dan Perusahaan
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 4 perihal Status Karyawan
• Memo Internal No. MI/HC/IV/2019/016 tentang Status Perjanjian Kerja dan Pengangkatan Karyawan Level Mandor 1 dan Ke Bawah di Site (Estate & Mill)
STUDI KASUS STATUS KARYAWAN
• Sesuai UU No. 13 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat 1 bahwa PKWT harus dibuat
secara tertulis. Jika tidak tertulis, menurut Pasal 57 Ayat 2 yaitu PKWT akan
berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).
Bagaimana jika Perusahaan tidak membuat
2 Perjanjian Kerja atau PK tidak Diperbarui • Hal penting lain dari kontrak kerja adalah masa berlakunya. Dalam PKWT,
sesuai Masa Berlaku PKWT ? Perusahaan tidak boleh melupakan tanggal berakhirnya perjanjian, karena
jika terlewat tanpa ada perpanjangan dan Perusahaan tetap mempekerjakan
karyawan tersebut. Maka otomatis PKWT berubah menjadi PKWTT sesuai
ketentuan UU.
UU KETENAGAKERJAAN
Note : Sesuai PP (Peraturan Perusahaan), bahwa Perusahaan mempunyai hak & kewenangan untuk melakukan Promosi, Demosi
dan Mutasi sesuai Pasal 11 dan Pasal 12 dengan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan operasional Perusahaan
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 11 perihal Promosi dan Mutasi; Pasal 12 perihal Demosi
• Memo Internal No. MI/HC/VI/2020/017 perihal Promosi
• Memo Internal No. MI/HC/X/2020/018 perihal Pengalihan Pekerjaan Karyawan di Site
UU KETENAGAKERJAAN
Note :
• Perusahaan dapat melakukan mutasi / penempatan karena adanya klausul khusus pada Perjanjian Kerja yang telah disepakati sebelumnya dan diatur juga dalam
Peraturan Perusahaan Pasal 11 perihal Promosi dan Mutasi
• Tabel Jenis Pelanggaran dan Sanksi, III. Menolak Perintah/Penerapan Tata Tertib – Point d. Menolak mutasi/pemindahan/penggantian tugas (Sanksi : PHK)
UU KETENAGAKERJAAN
• Perintah mutasi kerja tidak sah apabila karyawan tidak diberikan surat perintah
Bagaimana jika Perusahaan tidak mutasi secara tertulis dan resmi yang memuat tanggal efektif perintah, fungsi
1 membuat SK Mutasi untuk karyawan tugas (jabatan) dan tempat pekerjaan, serta hak & kewajiban lainnya.
yang dimutasi kerja ? • UU memang tidak ada mengatur demikian, namun dalam kaedah hukum
(yurisprudensi) sebagai antisipasi agar tidak terbit sengketa dikemudian hari.
Pengupahan :
Upah dibayarkan kepada karyawan dalam bentuk gross yang dikurangi dengan
pajak penghasilan dan potongan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (cth : bpjs ketenagakerjaan & kesehatan,
mangkir, pinalti, dll).
Note : Gross (gaji kotor) adalah penghasilan sebelum dipotong pajak dan bpjs (ketenagakerjaan & kesehatan)
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 14 perihal Pengupahan
• Standing Instruction No. 015/SI-DIR/IV/2013 perihal Ketentuan Pembayaran Upah di Site
UU KETENAGAKERJAAN
Penetapan Upah
Satuan Waktu Satuan Hasil
Ditetapkan secara harian, mingguan, atau bulanan Ditetapkan sesuai dengan hasil pekerjaan yang telah
disepakati
Contoh : Upah, Upah Lembur Contoh : Premi, Insentif
Note : Untuk jabatan tertentu yang berlaku premi, tidak mendapatkan lembur
UU KETENAGAKERJAAN
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang
Pengupahan Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah
SE Menaker No. SE-07 Tahun 1990 bahwa “Pengusaha dengan maksud untuk mendorong para pekerja
lebih berdisiplin, rajin dan produktif telah menerapkan/memperkenalkan bermacam-macam tunjangan dan
perangsang lainnya.”
Premi (Tunjangan Tidak Tetap) adalah kompensasi yang diberikan oleh Perusahaan kepada
karyawannya.
Tujuan Pemberian Premi :
Imbalan atas prestasi atau kinerja yang melebihi standar yang ditetapkan, terkait dengan jumlah atau
apa yang telah dicapai selama periode tertentu.
Imbalan atas jabatan yang melekat pada karyawan.
Memperbaiki dan meningkatkan standar hidup dengan adanya pendapatan tambahan.
Meningkatkan semangat dan motivasi kerja para karyawan.
Menghindari aktivitas kerja yang tidak efektif dengan hanya mengejar waktu & upah lembur.
UU KETENAGAKERJAAN
Upah Ditahan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 160 ayat 1, 2 dan 3
Pihak Berwajib
Tanggungan Bantuan
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% dari upah
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan 35% dari upah
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45% dari upah
d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan 50% dari upah
Bantuan diberikan maksimal selama 6 (enam) bulan takwim, terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan pihak yang
berwajib, setelah 6 (enam) bulan akan diputuskan hubungan kerjanya menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Ketentuan bantuan untuk keluarga karyawan yang ditahan pihak berwajib berlaku untuk status karyawan kontrak dan karyawan
tetap
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 19 perihal Bantuan untuk Keluarga Karyawan yang Ditahan Pihak Berwajib
STUDI KASUS PENGUPAHAN
Dalam hal masa berlaku suatu sanksi belum habis, masih terjadi kesalahan/pelanggaran lagi, maka diberikan sanksi baru yang
tingkatannya lebih tinggi dan masa berlaku sanksi yang baru dihitung sejak tanggal dikeluarkannya sanksi baru
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 33 perihal Tindakan Indisipliner, Pelanggaran dan Sanksi
• Memo Internal No. MI/HC/IV/2019/059 perihal Pemberian Sanksi (Tindakan Indisipliner)
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
1. Wajib berada/hadir pada hari kerja dan jam kerja yang telah ditentukan dengan tepat waktu dan tidak
meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya
2. Kehadiran dengan kartu kehadiran atau mesin pencatat kehadiran
pada saat masuk kerja dan pada pulang
3. Bila tidak hadir karena sakit, wajib memberitahu atasan langsung tentang
alasan pada hari mulai tidak masuk bekerja, dan wajib mempertanggungjawabkan alasan ketidakhadirannya.
Bila sakit, menyerahkan Surat Keterangan dari Dokter
Sanksi :
Mangkir (tidak masuk kerja tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak dapat diterima Perusahaan)
Keterangan Sanksi Pelanggaran
a. Mangkir selama 1 (satu) hari dalam 1 bulan ST
b. Mangkir selama 2 (dua) hari dalam 1 bulan SP I
c. Mangkir selama 3 (tiga) hari dalam 1 bulan SP II
d. Mangkir selama 4 (empat) hari dalam 1 bulan SP III
e. Mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut dianggap telah mengundurkan diri atas kemauan sendiri
PHK
(berdasarkan ketentuan ketenagakerjaan)
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
4. Wajib bersikap serta berlaku sopan dan wajar
5. Wajib mengikuti dan mentaati seluruh prosedur, petunjuk atau instruksi Perusahaan yang diberikan oleh
atasannya atau pimpinan Perusahaan yang berwenang
6. Wajib melaksanakan semua tugas dan kewajiban yang telah diberikan oleh Perusahaan dengan penuh rasa
tanggung jawab
Sanksi :
Menolak perintah/penerapan tata tertib
Keterangan Sanksi Pelanggaran
a. Menolak perintah atasan langsung yang layak, membangkang/membantah penerapan peraturan tata tertib,
termasuk penerapan sanksi-sanksinya SP II
b. Mengambil foto/gambar dari keadaan/situasi pabrik/perusahaan tanpa seizin pimpinan perusahaan SP III
c. Menolak mutasi/pemindahan/penggantian tugas PHK
d. Dengan sengaja membuat insiden dan menolak panggilan atau menolak untuk memberi keterangan kepada
PHK
pejabat perusahaan yang ditugaskan untuk memeriksa pelanggaran
e. Mengadakan aksi menyerang atasan/teman sekerja secara fisik PHK
f. Tidak mematuhi tata tertib yang dikeluarkan oleh perusahaan Teguran Tertulis
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
7. Wajib memelihara dan menjaga dengan baik semua asset milik Perusahaan dan segera melaporkan kepada pimpinan
Perusahaan atau atasannya apabila mengetahui hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian Perusahaan
8. Wajib memeriksa alat-alat kerja, mesin-mesin dan sebagainya sebelum mulai bekerja atau akan meneruskan pekerjaan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerusakan/bahaya yang akan mengganggu pekerjaan
9. Wajib mengikuti standar prosedur pemakaian perlengkapan kerja
Sanksi :
Keamanan/ketertiban
Keterangan Sanksi Pelanggaran
a. Membawa senjati api/senjata tajam/bahan peledak di lingkungan perusahaan, yang tidak ada hubungan dengan tugas
dan pekerjaannya PHK
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
12. Wajib menjaga nama baik, tidak melakukan perbuatan asusila atau perbuatan lain yang merugikan
Perusahaan
Sanksi :
Melakukan tindakan asusila dan atau pelecehan seksual di lingkungan perusahaan
Keterangan Sanksi Pelanggaran
a. Melakukan pelecehan seksual di lingkungan perusahaan PHK
b. Ikut serta/membantu melakukan pelecehan seksual PHK
c. Melakukan perbuatan asusila di lingkungan perusahaan PHK
d. Ikut serta/membantu melakukan melakukan perbuatan asusila PHK
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
15. Dilarang menyalahgunakan dan memindahkan perlengkapan/peralatan kerja dan harta milik Perusahaan dari
tempat/lokasi yang telah ditentukan kecuali dalam pemakaian yang dipergunakan berkenaan dengan tugas dan
kewajibannya di dalam lingkungan Perusahaan
Sanksi :
Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugas pokok
Keterangan Sanksi Pelanggaran
a. Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya kecuali atas ijin atau perintah atasan
SP I
langsung atau pimpinan kerja
b. Bekerja tidak sesuai dengan tugas yang ditentukan dan standar operasi yang berlaku SP II
c. Mengoperasikan mesin dan peralatan tanpa wewenang untuk itu SP II
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
16. Dilarang minum minuman keras, mabuk ditempat kerja, membawa/
menyimpan/menyalahgunakan/mengedarkan bahan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya, melakukan segala macam perjudian, berkelahi dengan sesama
karyawan atau pimpinan di dalam lingkungan Perusahaan
Sanksi :
Menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang/minum-minuman keras (alkohol) yang memabukan
Keterangan Sanksi Pelanggaran
a. Masuk kerja dibawah pengaruh minuman keras (alkohol), narkotika dan obat-obatan terlarang atau sejenisnya
yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan di lingkungan perusahaan PHK
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
UU KETENAGAKERJAAN
Tata Tertib :
17. Dilarang menjual/memperdagangkan barang apapun atau mengedarkan daftar sokongan/dukungan,
menempelkan/mengedarkan poster yang tidak ada hubungan dengan pekerjaannya di lingkungan Perusahaan
tanpa izin dari pimpinan Perusahaan
18. Dilarang berbuat yang secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan /mengakibatkan keresahan bagi
karyawan lainnya
19. Dilarang memiliki dan menjalankan bidang usaha yang sejenis dengan bidang usaha Perusahaan serta
melakukan hal yang dapat menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest) dengan Perusahaan
20. Karyawan dan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan adanya peraturan Perusahaan ini, baik isi
maupun maknanya, berkewajiban untuk mematuhi dan menaati semua ketentuan yang telah ditetapkan
dalam peraturan Perusahaan ini
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 27 perihal Aturan Umum
STUDI KASUS PELANGGARAN & SANKSI
Pemutusan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150 s/d 172
Hubungan Kerja
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 34 perihal Pemutusan Hubungan Kerja
UU KETENAGAKERJAAN
Pemutusan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150 s/d 172
Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) antara Perusahaan dengan Karyawan dapat diakibatkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
b. Karyawan Mengundurkan diri
Karyawan yang berhenti bekerja/mengundurkan diri dapat mengajukan surat permohonan minimal 30
(tiga puluh) hari sebelumnya kepada atasan dengan tembusan HRD, dengan persyaratan :
• Melaksanakan kewajiban sampai dengan tanggal pengunduran diri
• Mengembalikan seluruh asset milik perusahaan
• Melakukan serah terima pekerjaan dengan atasan atau yang ditunjuk
• Menyelesaikan hutang piutang dan kewajiban keuangan lainnya
Dalam hal tersebut diatas, Perusahaan tidak berkewajiban membayar uang pesangon. Karyawan berhak
mendapatkan uang pisah, besarnya uang pisah ditetapkan berdasarkan masa kerja, yaitu :
• ≥ 5 tahun < 10 tahun mendapatkan uang pisah 1 bulan upah
• ≥ 10 tahun < 15 tahun mendapatkan uang pisah 2 bulan upah
• ≥ 15 tahun < 20 tahun mendapatkan uang pisah 3 bulan upah
• ≥ 20 tahun < 25 tahun mendapatkan uang pisah 4 bulan upah
• ≥ 25 tahun mendapatkan uang pisah 5 bulan upah
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 34 perihal Pemutusan Hubungan Kerja
UU KETENAGAKERJAAN
Pemutusan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150 s/d 172
Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) antara Perusahaan dengan Karyawan dapat diakibatkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
b. Karyawan Mengundurkan diri
Dikualifikasikan mengundurkan diri adalah :
• Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih secara berturut-turut tanpa
adanya keterangan secara tertulis serta tidak dilengkapi dengan bukti yang sah
• Telah dipanggil secara patut dan tertulis 2 (dua) kali
Maka karyawan tersebut dikualifikasikan mengundurkan diri dengan diberikan hak sesuai
ketentuan perundang-undangan dan uang pisah berdasarkan masa kerja ≥ 5 tahun
mendapatkan uang pisah 1/25 dari upah 1 bulan
• Karyawan yang diketahui terikat hubungan kerja dengan pihak/subyek hukum lain tanpa izin
dari Perusahaan, dinyatakan mengundurkan diri dari Perusahaan secara sepihak.
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 34 perihal Pemutusan Hubungan Kerja
UU KETENAGAKERJAAN
Pemutusan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150 s/d 172
Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) antara Perusahaan dengan Karyawan dapat diakibatkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
c. Berakhirnya Masa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Hubungan kerja berakhir tanpa syarat pada tanggal berakhirnya masa kerja atau selesainya
pekerjaan yang telah ditetapkan dan disetujui bersama dalam PKWT
Dalam hal terjadinya diatas, perusahaan tidak berkewajiban membayar pesangon atau ganti rugi
apapun kecuali upah atas hari-hari kerja yang telah dijalani oleh karyawan atau telah tercantum
dalam PKWT
d. Masa sakit yang berkepanjangan/ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan karena kesehatan
e. Karyawan meninggal dunia
Dalam hal karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan
berakhir secara langsung terhitung mulai waktu yang tercantum dalam surat keterangan (visum et
repertum) yang dikeluarkan instansi yang berwenang
Perusahaan akan memberikan uang kompensasi pemutusan hubungan kerja kepad ahli waris
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 34 perihal Pemutusan Hubungan Kerja
UU KETENAGAKERJAAN
Pemutusan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150 s/d 172
Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) antara Perusahaan dengan Karyawan dapat diakibatkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
f. Masa usia pensiun
Batas usia kerja karyawan ialah 55 (lima puluh lima) tahun
Karyawan yang telah mencapai batas usia 55 (lima puluh lima) tahun diminta untuk melepaskan
jabatannya dan diberhentikan secara hormat dari Perusahaan. Perusahaan akan memberikan
kompensasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila diperlukan, Perusahaan dapat mempekerjakan kembali karyawan yang telah mencapai
usia 55 (lima puluh lima) tahun dengan status karyawan PKWT/Kontrak berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak (karyawan dan Perusahaan).
g. Karyawan ditahan lebih dari 6 bulan atau dinyatakan bersalah oleh pengadilan
h. Pelanggaran perjanjian kerja atau peraturan perusahaan
i. Perusahaan tutup (likuidasi) atau pailit
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 34 perihal Pemutusan Hubungan Kerja
UU KETENAGAKERJAAN
Pemutusan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150 s/d 172
Hubungan Kerja
Yang termasuk pelanggaran dengan alasan mendesak yang berkonsekuensi PHK adalah sebagai berikut :
• Mengambil atau memindahkan barang dan/atau uang milik Perusahaan tanpa izin dan/atau tanpa
melalui prosedur yang sah atau resmi;
• Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Perusahaan;
• Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya di lingkungan Perusahaan;
• Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan Perusahaan;
• Menyerang, berkelahi, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja atau atasan di
lingkungan Perusahaan;
• Membujuk teman sekerja atau atasan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
• Sengaja atau lalai hingga merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan
yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan;
• Membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan negara;
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pasal 34 perihal Pemutusan Hubungan Kerja
UU KETENAGAKERJAAN
Apabila perjanjian kerja ini berakhir karena sebab-sebab sebagaimana diatur diatas, maka Perusahaan berhak
untuk tidak memberikan uang pisah dan tunjangan hari raya, ganti rugi atau pembayaran sisa jangka waktu masa
kerja yang belum dilaksanakan Karyawan.
STUDI KASUS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
• Diatur dalam UU No. 13 Ketenagakerjaan pada Pasal 162 dan Pasal 168
• Pasal 162 ayat (1) : Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
• Pasal 168 :
1) Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan
Bagaimana ketentuan secara ter tulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua)
untuk karyawan yang kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan
dikualifikasikan mengundurkan diri.
2
mengundurkan diri 2) Keterangan tertulis dengan bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
dan hak-hak yang diserahkan paling lambat pada hari pertama pekerja/buruh masuk bekerja.
diterima ? 3) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh yang
bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan
diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
• Perusahaan wajib membuat surat panggilan pertama dan kedua, serta surat kualifikasi
mengundurkan diri yang harus disampaikan / diberikan dan tersedia tanda terima.
UU KETENAGAKERJAAN
Serikat Pekerja/ UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 102 s/d 107
Serikat Buruh UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh
Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Serikat Pekerja/Serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan
atau di beberapa perusahaan.
• Dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh.
• Dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dan pihak
manapun.
• Harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
• Seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh di satu perusahaan.
• Pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu yang menimbulkan pertentangan kepentingan antara pengusaha dan pekerja/buruh,
tidak boleh menjadi pengurus serikat, seperti : manajer sdm/personalia, manajer keuangan, dll
• Memberitahukan secara tertulis kepada disnaker setempat untuk dicatat.
Dalam memfasilitasi kebutuhan akan wadah dan sarana pelaksanaan kegiatan kebersamaan (gotong royong) serta media komunikasi antar
karyawan dan Perusahaan. Perusahaan membentuk Paguyuban di setiap Afdeling yang bermanfaat untuk :
Membina persatuan (kerukunan) antar karyawan
Komunikasi dua arah yang baik dan efektif antara karyawan dengan Perusahaan (Manajemen)
Peningkatan kesejahteraan karyawan dan fasilitas yang layak
Ketentuan (Prosedur) :
• Peraturan Perusahaan, Pembukaan perihal “... diberi kesempatan dalam berkarya dan berserikat tanpa pembatasan dan diskriminasi ...”
• Surat Keputusan Direksi No. SKD/CEO/VII/2020/001 perihal Kebijakan Kelapa Sawit Berkelanjutan, Poin 6.b.3 : Memberikan kebebasan berpendapat, berekspresi dan
berunding bersama melalui wadah yang tersedia.
STUDI KASUS SERIKAT PEKERJA
Mogok Kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat
pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.
Ketentuan Mogok Kerja :
1. Dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan
Note : Upaya perundingan yang menemui jalan buntu dan gagal mencapai kesepakatan atau Perusahaan menolak untuk melakukan perundingan
walaupun serikat pekerja/pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang waktu 14 hari)
2. Dilakukan dengan tidak melanggar hukum.
3. Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Pengusaha dan Instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan (Disnaker). Memuat :
a. Waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja.
b. Tempat mogok kerja.
c. Alasan dan sebab-sebab mengapa mogok kerja.
d. Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung
jawab mogok kerja.
Note : Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang dilanggar Pengusaha, pekerja/buruh berhak
mendapatkan upah
STUDI KASUS MOGOK KERJA
• Mogok kerja harus dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat dari
gagalnya perundingan.
• Secara syarat administratif yang harus dipenuhi agar mogok kerja dikatakan sah
adalah Pekerja atau Serikat Pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada
perusahaan/pengusaha dan Disnaker, 7 hari kerja sebelum mogok kerja
dijalankan. Memuat :
a. Waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja.
b. Tempat mogok kerja.
Apakah mogok kerja tanpa surat c. Alasan dan sebab-sebab mengapa mogok kerja.
1 pengajuan ke Perusahaan bisa d. Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan
diperbolehkan ? sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok
kerja.
• Menurut Pasal 142, UU No. 13 Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa apabila
mogok kerja yang tidak memenuhi persyaratan mogok kerja seperti yang
diuraikan diatas, maka mogok kerja tersebut tidak sah.
• Pada Pasal 6 dan Pasal 7, Kepmenakertrans No. 232 Akibat Mogok Kerja Tidak
Sah, disebutkan bahwa mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah
dikualifikasikan sebagai Mangkir.
Apakah karyawan yang melakukan • Karyawan yang melakukan mogok secara sah tetap berhak mendapat upah. Lain
2 halnya dengan pekerja yang melakukan mogok kerja secara tidak sah, mereka
mogok kerja tetap dibayar upah ?
tidak berhak mendapat upah.
TERIMA KASIH
37