Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang didasarkan atas Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), akan berdampak pada perubahan dalam paradigma penilaian hasil belajar. Pada kurikulum sebelumnya meskipun sudah dimunculkan wacana penilaian proses belajar namun dalam pelaksanaannya penilaian hasil belajar hanyalah dipusatkan pada penilaian hasil belajar yang biasanya dilihat dari perolehan skor ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum. Dengan perubahan paradigma ini penilaian dipusatkan juga pada penilaian proses belajar di samping penilaian hasil belajar. Kenyataan di lapangan masih dijumpainya kendala yang dialami oleh kebanyakan guru dalam melakukan penilaian hasil belajar. Terlebih-lebih lagi dengan harus dilakukannya penilaian autentik (authentic assessment) beserta penilaian proses belajar yang menyeluruh baik untuk ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Untuk menanggulangi masalah ini diupayakan banyak langkah, antara lain melalui peningkatan kemampuan, keterampilan dan kompetensi guru melalui penataran, diskusi maupun penerbitan tulisan atau buku pelajaran. Oleh karena itu untuk mewujudkan pembelajaran yang baik dibutuhkan berbagai prosedur dan aturan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah mengenai prinsipprinsip pembelajaran yang mampu mempermudah para pengajar dalam menyukseskan proses belajar menuju hasil yang maksimal.

1.2 Identifikasi Masalah Umumnya dalam pembahasan mengenai prinsip-prinsip pembelajaran banyak terjadi kesalahan pada penggunaan sebenarnya di kalangan para tenaga pengajar.

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dan identifikasi masalah di atas, penulis memperoleh rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran? 2. Apa saja contoh nyata dari prinsip-prinsip pembelajaran? 3. Bagaimana mempraktekan prinsip-prinsip pembelajaran dalam proses pembelajaran?

1.4 Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 2. Untuk mengetahui contoh nyata dari prinsip-prinsip pembelajaran. 3. Untuk mengetahui Bagaimana mempraktekan prinsip-prinsip pembelajaran dalam proses pembelajaran.

1.5 Manfaat Manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain : 1. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 2. Mengetahui contoh nyata dari prinsip-prinsip pembelajaran. 3. Membiasakan diri untuk mempraktekan prinsip-prinsip pembelajaran dalam proses pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoretis 2.1.1 Definisi Kurikulum Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang termasuk kurikulum dan kegiatan kokurikulum yang merangkumi semua pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, unsure kebudayaan dan kepercayaan untuk membantu

perkembangan seseorang murid dengan sepenuhnya dari segi jasmani, rohani, mental dan emosi serta untuk menanam dan mempertingkatkan nilai moral yang diingini dan untuk menyampaikan pengetahuan. Akta Pendidikan 1996 [Peraturan-peraturan (Kurikulum Kebangsaan) Pendidikan 1997] Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik. (Beane dkk 1986) Kurikulum dalam bahasa Latin mempunyai kata akar curere. Kata ini bermaksud laluan atau jejak. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah jurusan seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan. Perkataankurikulum dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian jelmaan atau metamorfosis. Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin ialah laluan dan satu peringkat ke satu peningkat. Perluasan makna ini memberikan pengertian kurikulum dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah. (Kliebard, 1982)

2.1.2 Definisi Prinsip Prinsip merupakan suatu hal yang harus di pegang teguh sebagai tolakan atau acuan pengembangan. 2.1.3 Definisi Pembelajaran 1. Pembelajaran merupakan usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dengan minat masing masing. 2. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam

menyampaikan pengetahuan kepada siswa. 3. Pembelajaran adalah interaksi belajar dan mengajar. 4. Pembelajaran adalah proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa. 5. Pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriftif, perspektif karena tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal dan deskriftif karena tujuan utama belajar adalah memberikan proses belajar ( Burner ). 2.1.4 Definisi prinsip prinsip pembelajaran Jadi prinsip prinsip pembelajaran merupakan suatu hal yang harus dijadikan acuan dalam proses sadar pendidik agar murid mampu belajar secara sadar sesuai kebutuhan mereka. 2.2 2.2.1 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Konsep Prinsip Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi kurikulum. Untuk mengtahui efektifitas dan efisiensi pembelajaran, dapat diketahui melalui proses pembelajaran. Untuk itu dalam proses pembelajaran tersebut, seyogyanya seorang pengajar tahu bagaimana membuat

kegiatan pembelajaaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaranyang diharapkan.

2.2.2

Prinsip Pembelajaran Kegiatan pembelajaran, terutama dalam tahap perencanaan, prinsip

prinsip pembelajaran dapat memberikan batas-batas yang memungkinkan bagi guru dalam proses pelaksanaannya. Pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam memilih tindakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran, guru memiliki sikap dan mampu mengembangkannya dalam rangka peningkatan kualitas belajar siswa. Prinsip prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh pengajaar, dan memahami prinsip prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan efektif serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ada beberapa prinsip yang harus dikuasai dalam upaya mengoptimalkan kegiatan pembelajaran antara lain:

1. Prinsip perhatian dan motivasi Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian siswa maka perlu disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya faktor perhatian, maka dalam proses pembelajaran perhatian berfungsi sebagai modal awal yang harus

dikembangkan secara optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Menurut gage dan barliner, berdasarkan kajian teori belajar pengolahan informasi mengungkapkan bahwatanpa adnya perhaatian tidak mungkin akan terjadi belajar (1984). Perhatian adalah memusatkan pikiran dan peerasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perrhatiannya. Perhatian dapat

muncul secara spontan, dapat juga muncul secara direncanakan. DAlam proses pembelajaran perahatian akan muncul dari diri siswa apabila pelajaran yang diberikan merupakan bahan pelajaran yang menarik dan dibutuhkan oleh siswa.Namun jika perhatian alami itu tidak muncul maka tugas guru untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap pelajaran. Bentuk perhatian di refleksikan dengan cara melihat secara penuh perhatian, meraba, menganalisis dan juga aktivitas aktivitas lain dilakukan melalui kegiatan fisik dan psikis. Seseorang yang memiliki minat terhadap materi pelajaran tertentu, biasanya akan lebih intensif memperhatikan dan selanjutnya timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi tersebut. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang dapat menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut H.L Petri motivation is the concept we use when we describe the forces acting on or within an organism to initiate and direct behavior ( 1986 ). Motivasi dapat dijadikan tujuan dan alat dalam pembelajaran, hal ini berdasarkan bahwa perhatian dan motivasi seseorang tidak selamanya stabil, intensitasnya bisa tinggi, sedang bahkan menurun, tergantung pada aspek yang mempengaruhinya. Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Motivasi dapat bersifat internal, artinya muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada intervnsi dariyang lain, misallnya harapan, cita-cita, minat dan aspek lain yang terdapat pada diri sendiri. Motivasi juaga dapat bersifat eksternal, yaitu stimulus yang muncul dari luar dirinya, misalnya kondisi linkungan kelas, sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah ( reward ), pujian, bahkan karena rasa takut karena hukuman ( punishment ) merupaka salah satu faktor munculnay motivasi. Motivasi juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu motif intrinsic dan motif ekstrinsik. Setiap motif baik itu intrinsic maupun ekstrinsik dapat bersifat eksternal maupun internal,sebaliknya motif tersebut juga dapat berubah dari eksternal menjadi internal atau sebaliknya ( transformasi motif ). Sebagi

contoh seorang anak yang belajar di bidang kependidikan karena menuruti keinginan orang tua karena anaknya ingin menjdi guru, mula-mula motifnya ekstrinsik, tetapi setelah ia menyukai pelajaran-pelajarannya yang dia masuki dan senang belajar menjadi guru, maka motifnya berubah menjadi intrinsic. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran, hal ini di dasari oleh beberapa hal, yaitu : a. Siswa harus senantiasa di dorong untuk bekerja sama dalam belajar; b. Siswa harus senatiasa di dorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan belajar ; c. Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Motivasi dapat di artikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan prilaku tertentu yang terarah dalam pencapaian tujuan. Prilaku belajar yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah pencapaian tujuan dan hasil belajar.

2. Prinsip keaktifan Kecendrungan psikologis saat ini menyatakan bahwa anak adalah makluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemauan dan keinginan. Belajar pada hakikatnya merupakan proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar dalam merubah prilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Seorang yang belajar tidak dapat dipaksa oleh orang lain. Belajar hanya akan terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey menyatakan bahwa Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya. Dalam proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan guru hanya sebagai pembimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa tidak sekedar merespon informasi tapi juga mengolah dan melakukan transformasi informasi yang diterima ( Gage and Barliner, 18981:267). Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa

sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, konstuktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan dan melakukan transformasi ( Transfer of learning ) kedalam kehidupan yang lebih luas. Potensi yang dimiliki oleh setiap individu sebaiknya dapat di manfaatkan dalam proses pembelajaran, namun yang menjadi persoalan, apakan setiap potensi tersebut telah terakomodasi dalam suasana pembelajaran yang lebih kondusif ? Sehubungan dengan prinsif keaktifan ini, Thorndike dengan Law of Exercise menyatakan bahwa belajar perlu adanya latihan-latihan, dan Mc Keachie tentang individu merupakan manuasia yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa dalam proses pembelajaran guru dapat menggali dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Prinsip keterlibatan langsung atau berpengalaman Prinsip ini berhubunan dengan prinsip aktifitas, bahwa setiap individu terlibat secara langsung untuk mengalaminya, Hal ini sejalan dengan pernyataan I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran yang efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Terkait dengan konsep aktifitas, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri ( setiap individu ) terjun megalaminya. Oleh karena itu, pantas kalau Edgar Dale melalui penggolongan pengalaman belajarnya atau yang lebih dikenal dengan kerucut pengalaman menyatakan bahwa Belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Idealnya dalam belajar harus terjadi satu proses internalisasi bagi pihak yang belajar, sebab belajar bukan hanya sekedar proses penghafal sebuah konsep, prinsip atau fakta yang siap untuk di ingat. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung, akif melakukan perbuatan belajar hasilnya akan lebih efektif di bandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuagkan pengetahuan- pengetahuan informasi.

4. Prinsip pengulangan Teori yang dapat dijadikan petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati ari dalil dalil belajar yang dikemukakan oleh EDWARD L. THORNDIKE ( 1974/1949 ) tentang law of learning, yaitu law of effect, law of exercise, and law of readiness. Teori lain yang berkaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh psikologi daya. Menurut teori daya bahwa manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan berfikir dan sebagainya. Oleh karena itu menurut teori ini, belajar adalah melebihi daya daya dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang dimiliki manusia sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.

5. Prinsip tantangan Teori medan ( Field Theory ) dari Kutt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebutsiswa dihadapkan kepada sejumlah hambatan / tantangan, yaitu mempelajari materi/bahan belajar. Maka timbulah bahan belajar. Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran aygn member kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut. Bila dilihat dari segi penggunaan metode pembelajaran, seperti eksperimen, inkuir, diskoveri, pemecahan masalah, diskusi dan sejenisnya. Maka metode metode tersebut memiliki karakteristik yang menantang dan dapat menimbulkan semangat belajar tinggi. Begitu penguatan yang diberikan

terhadap setiap hasil belajar siswa apakah penguatan positif atau negatif akan menantang siswa dan dpat menimbulkan motif belajaruntuk memperoleh gamjaran atau menghindari dari hokuman yang tidak diharapkan.

6. Prinsip balikan dan penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. KAlau pada teori Conditiono\ing yang di beri kondisi adalah stimulus sedangkan pada Operant Conditioning yang diperkuat adalah Responnya. Kunci dari teori ini adalah hukum Law Of Effect ari Thorndike. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenagkan dan berpengaruh baik dalam usaha bagi usaha belajar selanjutnya. NAmun, dorongan belajar itu menurut B.F Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif maupun negative dapat memperkuat belajar. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan, melalui metode metode pembelajaran yang menantang seperti Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metod penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

7. Prinsip perbedaan individual Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik dan psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu dalam memahahmi kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar cirri-ciri para siswanya tersebut. Baik dalam menyiapkan dan

10

menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa. 8. Perbedaan Individual Menurut prinsip ini, proses belajar setiap inidvidu berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena setiap indvidu berbeda satu sama lain, baik psikis maupun fisik. Berkenaan dengan perbedaan individual dalm proses belajar, mengandung impilikasi bahwa setiap siswa perlu dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan selanjutnya mendapatkan perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuan yang berbeda-beda. Terkait dengan perbedaan individual lainya bahwa siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada 2 orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan 1 sama lain. Perbedaan dimaksud terdapat antara lain pada karakterisrik perbedaan dan sifat-sifat yang dimilkinya. Pervedaan tersebut akan berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu system pendidikan klasikal yang dilkuakn, tanpa memepehatika unsur-unsur individunya, kurang menguntungkan bagi optimalisasi oengembangan potensi yang dimilki setiap siswa. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi system pendidikan atau pembelajarn yang bersifat klasikal dengan memeperhatikan unsure pebedaan individunya, dapat ditempuh dengan penggunaan metode atau strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga adanya perbedaan setiap siswa dapat terlayani. Demikian juga menggunakan media pembelajaran sedikit banyak akan membantu melayani perbedaan individu dalam cara belajar. Usaha lain melalui pemberian pembelajaran tambahan dan pengayaan seta bimbingan yang diperlukan bedasarkan kebutuhan masing-masing siswa akan menjadi salah satu pemecahan bagi upaya melayani individu-individu yang berbeda itu. Untuk memperluas wawasan dan pemahaman anda berkenaan dengan prinsip-prinsip pembelajaran selain yang telah diungkapkan sebelumnya Rothwell (1968), mengemukakan 10 prinsip belajar. Dari kesepuluh prinsip

11

tersebut, dua diantaranya ( motivasi dan perbedaan individual) dama seperti telah dijelaskan diatas, adapun prinsip lain:

a. Prinsip Kesiapan (readiness) Menurut prinsip ini bahwa proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Adapun yang dimaksud kesiapan/readiness adalah kondisi individual yang memungkinkan siswa belajar. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan yang diahrapkan. Kesiapan dengan kata lain merupakan kematangan dan pertumn\buhan fisik, intelegensi, latar belakang, pengalaman, hasil belajar yang lalu, dan faktor-faktor yang mmungkinkan seorng belajar. Implikasi terhadap kegiatan pembelajaran berkenaan dengan prinsip kesiapan, bahw dalam meulai kegiatan pembelajaran guru hendknya memberikan apresiais yabg cukup. Apresiasi memilki fungsi memperisiapkam kondisi belajar pada siswa melalui apresiasi seperti dengan mengailkan materi yang akan diberikan dengan materi yang lalu atau memulai pembelajaran dari hal-hal yang telah dikenal atau dikuasai siswa sehingga dapat menciptakan kondisi siap mental siswa untuk mengikuti pembelajarabn selanjutnya.

b. Prinsip Persepsi Berdasarkan pandangan ini, bahwa orang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dengan yang lain. Persepsi mempengaruhi perilaku setiap individu, dan guru akan dapat memahami siswa lebih baik bila ia peka bagaimana cara seseorang melihat situasi-situasi tertentu. Persepsi siswa tentang kemampuan dan kekuatan serta kelemahan yang dimilikinya berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan dalam belajar. Siswa yang mempunyai persepsi positif terhadap kegiatan belajar dan dirinya mereka akan senang dan sungguh dalam belajar. Sebaliknya siswa yang mempunyai persepsi negatif terhadap dirinya

12

dan kegiata belajar, maka akan merasa terpaksa dalam belajar. Dengan demikian belajar bukan merupakan suatu hal yang menyenangkan, melainkan merupakan suatu beban. Tentu saja hasil yang dicapai pun tidak akan berhasil secara maksimal.

c. Prinsip Tujuan Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai siswa oleh karena itu tujuan harus tergambar secara jelas dalam pikiran dan diterima oleh siswa dalam proses pembelajaran. Implikasi bagi guru berkenaan dengan prinsip tujuan itu, bahwa unruk membantu siswa berhasil dalam pembelajaran yang dilakukannya maka hendaknya tujuan dirumuskan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Apabila siswa melihat adanya kesesuaian antara minat dan kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan, maka belajar siswa akan tumbuh dan meningkat. Dengan demikian tujuan dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru hendaknya menyampaikan tujuan pada awal pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Disamping itu dengan mengetahui tujuan yang haruis dicapai, siswa dapat menilai dirinya sendiri, apakah mereka telah mencapai tujuan apa belum. Disinilah pentingnya tujuan dirumuskan secara jelas dan tegas.

d. Prinsip Transfer dan Retensi Berdasarkan prinsip ini dalam proses belajar seseorang dituntut untuk menyerap dan menyimpan hasil belajar (retensi) serta menggunakannya dalam situasi baru. Oleh karena itu, belajar bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Sebab apapun yang dipelajari pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Implikasi terhadap tugas guru dalam membimbing dalam proses pembelajaran berkenaan dengan prinsip ini, hendaknya setiap usaha pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk

13

menerapkan kemampuannya dalam memecahkan persoalan sehari-hari, menunjukan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain bahkan dengan pelajaran atau studi yang lain sehingga siswa melihat adanya hubungan yang erat dan memiliki arti bagi siswa

e. Prinsip Belajar Kognitif Belajar kognitif menyebabkan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya memasuki perilaku baru. Berpikir, menalar, menilai, dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas. Untuk membantu siswa berhasil dalm proses belajar kognitif, guru hendaknya mempertimbangkan latar belakang dan lingkungan siswa dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Disamping itu upaya mengaitkan materi yang dipelajari dengan hal-hal yang pernah, sedang dan akan dialami siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam menyelesaikan masalah dapat mendorong perkembangan unsur kognitif siswa.

f. Prinsip Belajar Afektif Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia

menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif yang mencakup nilai, emosi, dorongan, minat dan sikap. Hampir dalam setiap situasi kehidupan dan menuntut aspek afektif oleh karena itu berkenaan dengan aspek afektif ini, guru hendaknya melaksanakan proses yang mengutamakan terbentuknya kemampuan afektif siswa. Kegiatan

pembelajaran yang mempersyaratkan bekerjasama memecahkan masalah secara mandiri, menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditetapkan adalah merupakan bagian integral dari upaya pembentukan aspek afektif siswa.

14

g. Prinsip Belajar Psikomotor Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana individu mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor menuntut keaktifan aspek mental dan fisik. Untuk mengembangkan aspek psikomotor siswa antara lain guru dapat memberikan petunjuk secara verbal tentang langkah-langkah yang harus ditempuh siswa untuk menguasai suatu keterampilan. Disamping yang dikemukakan diatas, bahwa penggunan gambar atau mendemonstrasikan gerakan-gerakan atau kegiatan yang harus dilakukan siswa cara menguasai suatu keterampilan. Dengan adanya latihan secara mental, mengenai pengamatan terhadap keterampilan yang didemonstrasikan kemungkinan siswa akan lebih cepat menguasai keterampilan yang diharapkan. Demikian dengan diberikan latihan yang cukup karena keterampilan motorik menuntut latihan yang bertahap, tingkat kesiapan, kecepatan, dan ketepatan gerak hanya dapat dicapai melalui latihan yang berulang dan bertahap.

h. Prinsip Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan oleh karena itu, jenis, cakupan, dan validityas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajr yang tengah berlangsung dan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Pelaksanaan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui kemajuan dalam pencapaian tujuan. Dengan kata lain prinsip ini dapat memberi arti pada proses dan hasil serta dapat memberi arah baru pada siswa. Dengan prinsip evaluasi bahwa kegiatan evaluasi hendaknya dilaksanakan secaras menyeluruh, tidak hanya memfokuskan pada hasil belajar, akan tetapi juga mencakup proses belajar. Demikian pula unsur yang dievaluasi tidak hanya pada unsur kognitif, akan tetapi harus mencakup ranah afektif dan psikomotorik. Tentu saja alat evaluasi yang digunakan tidak terbatas hanya dengan menggunakan tes, tetapi juga non tes.

15

BAB III KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan mengenai prinsip-prinsip pembelajaran dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan hasil yang maksimal dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai prinsip-prinsip belajar yang telah dikembangkan oleh para praktisi pendidikan, dengan adanya prinsip-prinsip pembelajaran baik pengajar maupun peserta ajar dapat memperoleh suatu proses yang baik, prinsip-prinsip pembelajaran diantarannya adalah:

1. Prinsip perhatian dan motivasi 2. Prinsip keaktifan 3. Prinsip keterlibatan langsung atau pengalaman 4. Prinsip pengulangan 5. Prinsip tantangan 6. Prinsip balikan dan penguatan 7. Prinsip perbedaan individ 8. Perbedaan Individual

16

Anda mungkin juga menyukai