Anda di halaman 1dari 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.

1 Definisi Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari: Epi : atas, pada Demos : rakyat Logos : ilmu Maka epidemiologi sebenarnya berarti: ilmu mengenai hal-hal yang terjadi pada rakyat. Ruang lingkup epidemiologi yang semula mempelajari penyakit menular lambat laun diperluas, sehingga epidemiologi menjadi ilmu yang mempelajari factor-faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada rakyat. (1) Definisi epidemiologi lainnya ialah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan factor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian cirri pada distribusi status kesehatan, penyakit atau kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.7 Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan P. malariae, P. vivax, P. falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles. Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah ditemukan 67 spesies yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia. Selain itu gigitan nyamuk malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfuse darah atau jarum suntik yang tercemar dari ibu hamil kepada bayinya.1 Epidemiologi malaria ialah ilmu yang mempelajari factor-faktor yang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk menanggulangi penyakit tersebut.1 2.2 Penyakit Malaria 2.2.1 Siklus Hidup Plasmodium spp Siklus hidup semua spesies parasit malaria pada manusia adalah sama, yaitu mengalami stadiumstadium yang berpindah dari vektor nyamuk ke manusia dan kembali ke nyamuk lagi. Siklus hidup tersebut terdiri dari siklus seksual (sporogoni) yang berlangsung pada nyamuk Anopheles spp. betina, dan siklus aseksual yang berlangsung pada manusia yang terdiri dari fase eritrosit (erythrocytic schizogony) dan fase yang berlangsung di dalam parenkim sel hepar (exoerythrocytic schizogony).

1. Siklus pada manusia Pada saat nyamuk Anopheles spp. betina yang infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada di dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu, sporozoit akan masuk ke dalam sel hepar dan menjadi trophozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10,000 30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut sebagai siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel heti selama berbulan-bulan samapi bertahun-tahun. Pada suatu saat, bila imunutas tubuh menurun, hipnozoit ini akan kembali aktif dan menimbulkan kekambuhan (relaps). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8 30 merozoit, tergantung spesisnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi oleh skizon akan pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini dikenal sebagai silkus eritrositer. Setelah 2 3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina).
1. Siklus pada nyamuk Anopheles spp. betina.

Apabila nyamuk Anopheles spp betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina akan melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot kemudian akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk, ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium Spp 2.2.2 Gejala Klinis Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut : Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. Nafsu makan menurun. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.

Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (cold stage). 2. Stadium demam (Hot stage). 3. Stadium berkeringat (sweating stage). Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit malaria. 3 Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berurutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di daerah endemisitas. Khususnya di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -30 hari tergantung pada species parasit, paling pendek pada plasmodium Falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita. 3 Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi. Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium maJariae setelah 40 hari lebih. 3 Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah sebagai berikut : Plasmodium Falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovale 13 -17 hari. Plasmodium malariae 28 -30 hari. Beberapa strain dari Plasmodium vivax mempunyai masa inkubasi yang jauh lebih panjang yakni sampai 9 bulan. Strain ini terutama dijumpai didaerah Utara dan Rusia nama yang diusulkan untuk strain ini adalaJl plasmodium vivax hibernans. 3

Gejala Klasik dari malaria meliputi : 1. Stadium Dingin Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. 3 2. Stadium Demam Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah. 3 Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita. 3 3. Stadium Berkeringat Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut. 3 Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadangkadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.3

2.2.3 Diagnosis Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat berpergian ke daerah malaria, riwayat pengobatan kuratif maupun preventif. 2 Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pada saat penderita demam akan meningkatkan ditemukannya parasit. Adapun pemeriksaan darah yang dapat dilakukan melalui: 2 1. Preparat Tetes Darah Tebal Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak untuk menemukan parasit malaria dibandingkan preparat darah tipis. 1. Preparat Tetes Darah Tipis Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium jika dengan preparat darah tebal sulit ditemukan. 2 2.2.4 Pengobatan Secara global WHO telah menetapkan dipakainya obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif juga terhadap semua spesies P. falciparum, P. vivax maupun lainnya.2 Golongan Artemisinin Berasal dari tanaman Artemisia annua. L yang disebut dalam bahasa Cina sebagai Qinghaosu. Obat ini termasuk dalam kelompok seskuiterpen lakton mempunyai beberapa formula seperti : artemisin, artemeter, asam artelinik, dan dihidroartemisin. Beberapa obat golongan Artemisin ialah: 2 1. Artesunat Hari ke-I: 2 mg/KgBB, 2x sehari, hari ke-II-V: dosis tunggal. 1. Artemeter 4 mg/kg dibagi 2 dosis hari ke-I, 2 mg/kg/hari untuk 6 hari 1. Artemisinin 20 mg/kgBB dibagi 2 dosis pada hari ke-I, 10 mg/kg untuk 6 hari.

Pengobatan ACT (Artemisin base Combination Therapy) Pengobatan artemisin secara monoterapi akan mengakibatkan terjadinya rekrudesensi. Karenanya WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisninin dengan mengkombinasikan dengan obat antimalaria yang lain, dan hal ini disebut ACT (Artemisin base Combination Therapy). Kombinasi ini berupa kombinasi dosis tetap (fixed dose) dan kombinasi dosis tidak tetap (non-fixed dose). 2 Dari kombinasi yang tersedia di Indonesia saat ini ialah kombinasi dan artesunat + amodiakuin dengan nama dagang Artesdiaquine atau Artesumoon. Dosis orang dewasa yaitu artesunate (50mg/tablet) 200mg pada hari I-III (4 tablet). Untuk Amodiaquine (200 mg/tablet) yaitu 3 tablet hari I dan II dan 1 tablet hari ke-III. Sedangkan ACT kombinasi tidak tetap, misalnya:2 Artesunate + mefloquine Artesunate + amodiaquine Artesunate + kloroquine Artesunate + pyronaridine Artecom + Primaquine Obat Non-ACT Walaupun resistensi terhadap obat-obat standar golongan non ACT telah dilaporkan dari seluruh propinsi di Indonesia, beberapa daerah masih cukup efektif baik terhadap klorokuin maupun sulfadoksin pirimetamin (kegagalan masih kurang 25%). Di beberapa daerah menggunakan obat standar seperti klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin masih dapat digunakan dengan pengawasan terhadap respon pengobatan. Obat non-ACT antara lain:2 1. Kloroquin difosfat/Sulfat Dosis 25mg basa/kgBB untuk 3 hari, terbagi 10 mg/kgBB hari I dan hari II, 5 mg /kgBB pada hari III. 1. Kina Sulfat 1 tablet 220 mg, dosis 3 x 10 mg/kg BB selama 7 hari, dapat dipakai untuk P. Falciparum maupun P. Vivax. 1. Primakuin 1 tablet 15 mg, dipakai untuk pengobatan pelengkap atau radikal terhadap P. Falciparum dan P. Vivax. Pada P. Falciparum dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis tunggal untuk membunuh gamet,

sedangkan untuk P. Vivax dosisnya 15 mg/hari selama 14 hari yaitu membunuh gamet dan hipnozoit. 1. Sulfadoksin-Pirimetamin 1 tablet mengandung 500 mg sulfadoksin dan 25 pirimetamin, dosis orang dewasa ialah 3 tablet dosis tunggal. 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Epidemiologi Terdapat hal-hal penting yang harus diuraikan dalam mempelajari epidemiologi malaria. Hal-hal tersebut ialah hubungan antara host (pejamu), agent (penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut :10
1. Dalam epidemiologi, terdapat tiga faktor yang harus selalu diperhatikan dan diselidiki

hubungannya yaitu (1) host (manusia); (2) agent (penyebab penyakit); dan (3) environment (lingkungan). Manusia disebut sebagai immediate host (pejamu sementera), sedangkan nyamuk malaria disebut sebagai definitive host (pejamu tetap). 2. Selain ketiga komponen di atas, terdapat sejumlah pertanyaan penting yang harus selalu diingat, yaitu sebagai berikut : - What : Apakah sebenarnya yang terjadi (atau kejadian apa)? Apakah ada wabah, kejadian luar biasa, atau ada peningkatan jumlah suatu penyakit? - Where : Di mana kejadian terjadi atau berlangsung? Apakah di perkotaan, pedesaan, pegunungan? - When : Bilamana kejadian tersebut berlangsung? Apakah insidental, sepanjang tahun, atau pada musim-musim tertentu? - Who : Siapakah yang terkena penyakit tersebut? Bagaimana dengan umur dan jenis kelaminnya? Apakah ia pendatang? dan lain sebagainya. Seperti yang telah disebutkan di atas, penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh tiga faktor yang dikenal sebagai host, agent, dan environment. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut di atas saling mendukung. Secara skematis, ketiga faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 2.1 Hubungan Antara Host, Agent, dan Enviroment HOST AGENT ENVIRONMENT 2.3.1 Host

2.3.1.1 Manusia sebagai intermediate host (pejamu sementara) Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena penyakit malaria. Bagi host ada beberapa factor intrinsic yang mempengaruhi derajat kerentanan pejamu terhadap penyebab.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan laki-laki, tetapi apabila mengenai kaum ibu hamil maka akan menyebabkan anemia yang lebih berat, berat badan lahir rendah, abortus, lahir prematur dan kematian janin intrauterin.1 Ras atau suku bangsa, pada orang yang mempunyai Haemoglobin S (Hb S) tinggi ternyata tahan terhadap infeksi P.faciparum. Penelitian menunjukkan bahwa Hb S menghambat perkembangbiakan P.falciparum pada waktu invasi sel darah merah maupun pada waktu pertumbuhannya.10 Kekurangan enzym Glukose 6 phospate dehydrogenase (G6PD) ternyata dapat memberi perlindungan terhadap infeksi P.falciparum yang berat. Keuntungan dari kurangnya enzym ini ternyata merugikan dari segi pengobatan penderita dengan obat-obatan golongan sulfonamide dan primakuin dimana dapat terjadi hemolisa darah. 10 Kekebalan/imunitas terhadap penyakit malaria adalah adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan Plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya. Kekebalan ada dua macam yaitu kekebalan alamiah (natural immunity) yaitu kekebalan yang timbul tanpa memerlukan infeksi terlebih dahulu dan kekebalan yang didapat (acquired immunity) yang juga terbadi menjadi dua jenis yaitu kekebalan aktif (active immunity) merupakan penguatan dari mekanisme tubuh sebagai akibat dari infeksi sebelumnya atau akibat dari vaksinasi dan kekebalan pasif (passive immunity) yaitu kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi atau zat-zat yang berfungsi aktif dari ibu kepada janinnya atau melalui pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit. 10 Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria. Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada beberap studi yang menunjukkan pada anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria cerebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi baik.1 2.3.1.2 Nyamuk sebagai definitive host (pejamu tetap) Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina anopheles. Dari lebih 400 spesies anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Gambar 2.2 Peta Penyebaran Nyamuk Anopheles spp di Dunia

Tabel 2.1. Penyebaran geografik vektor malaria di Indonesia Pulau


1. A. aitkenii 1. A. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1.

Irian Jaya

Jawa * * *

Sumatera * * * * * *

Kalimantan * * * * * * *

Sulawesi * * *

1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1.

umbrosus A. beazai A. letifer A. roperi A. * barbirostris A. vanus A. bancrofti * A. sinensis A. nigerrimus A. kochi A. tesselatus A. leucoshyrus A. balabacensi s A. * punctulatus A. farauti * A. koliensis * A. aconitus A. minimus A. flavirostris A. sundaicus A. * subpictus A. annularis A. maculatus

* *

* * *

* * * * *

* * * * *

* * *

* * * * * * *

* * * * * * *

* * * * * * *

* * * * * * *

Nyamuk Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik, namun bisa juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antarika. Anopheles jarang ditemukan pada ketinggian 2000 2500 m, sebagian Anopheles ditemukan di dataran rendah.1 Semua vektor tersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, antara lain ada nyamuk yang hidup di air payau pada tingkat salinitas tertentu (An. sundaicus, An. subpictus), ada yang hidup di sawah (An. aconitus), air bersih di pegunungan (An. maculatus), genangan air yang terkena sinar matahari (An. punctulatus, An. farauti). 1 Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya. 1 Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut: 1) Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia. 2) Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia. 3) Frekuensi menghisap darah (ini tergantung dari suhu). 4) Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi efektif). 5) Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang berbeda-beda menurut spesies. 1 Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbedabeda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat nyamuk Anopheles dapat dikelompokkan menjadi: 1 1) Endofilik : suka tinggal dalam rumah/bangunan. 2) Eksofilik : suka tinggal diluar rumah. 3) Endofagi : menggigit dalam rumah/bangunan. 4) Eksofagi : menggigit diluar rumah/bangunan. 5) Antroprofili : suka menggigit manusia. 6) Zoofili : suka menggigit binatang. 1 Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km. Nyamuk Anopheles dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria ke daerah yang non endemik. 1

2.3.2 Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent) Agar dapat hidup terus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang antropofilik agar sporogoni memungkinkan sehingga dapat menghasilkan sporozoit yang infektif. 1 Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda untuk setiap spesies Plasmodium dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan. P.falciparum mempunyai masa infeksi yang paling pendek, akan tetapi menghasilkan parasitemia yang paling tinggi. Gametosit P.falciparum baru berkembang setelah 815 hari sesudah masuknya parasit ke dalam darah. P.vivax dan P.ovale pada umumnya menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala yang lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi yang lebih lama daripada P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit P.vivax dan P.ovale di dalam hati dapat berkembang menjadi skizon jaringan primer dan hipnozoit. Hipnozoit ini menjadi sumber terjadinya relaps. 1 Tabel 2.2 Karakteristik Spesies Plasmodium No 1 2 3 4 5 6 7 Karakteristik P.falciparum Siklus eksoeritrositik primer (hari) 5- 7 Siklus aseksual dalam darah (hari)48 Masa prepaten (hari) 6-25 Masa inkubasi (hari) 7-27 Keluarnya gametosit (hari) 8-15 Jumlah merozoit per sizon jaringan 30-40.000 Siklus sporogoni dalam nyamuk (hari) 9-22 P.vivax P.ovale P.malariae 8 48 8-27 13-17 5 10 8-16 9 50 12-20 14 5 15 12-14 14-15 72 18-59 23-69 5-23 15 16-35

Sumber: Bruce-Chwatt1

Anda mungkin juga menyukai