Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Implementasi Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Sebagai pelaksanaan UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan pemerintah sebagai pelaksana Undang Undang tersebut. Peraturan pemerintah yang telah dikeluarkan dan harus segera dilaksanakan penyesuaian-penyesuaian aturan dibawahnya adalah peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan.

Pengembangan Kurikulum | 1

Dalam peraturan pemerintah tersebut ditetapkan pula struktur kurikulum tingkat satuan, yakni kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah bahwa pada tingkat satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masingmasing. Pentingnya kurikulum dikembangkan berdasarkan keseimbangan antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Secara umum, kurikulum merupakan gambaran gagasan pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Saat ini definisi kurikulum makin berkembang, termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana di sekolah atau institusi pendidikan. Dalam pengertian lain, kurikulum juga bisa menjadi pedoman seorang guru atau pengajar dalam melaksanakan tugasnya. Jika tidak ada pedoman, proses belajar mengajar akan menjadi tidak terarah. Kurikulum tersebut yang berfungsi memberikan pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tersebut. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 : Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Harden (2001) memberikan definisi kurikulum secara lengkap, sebagai berikut : The curriculum is a sophisticated blend of educational strategies, course content, learning outcomes, educational experiences, assessment, the educational environment and the individual students learning style, personal time table and program of work. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur kurikulum pendidikan sebagaimana tercantum pada Bab X pasal 36, pasal 37, dan pasal 38. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 36 ayat 1), kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta

Pengembangan Kurikulum | 2

didik (pasal 36 ayat 2). Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum dengan prinsip diversifikasi adalah suatu pengembangan yang

memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah. Dan dalam makalah kali ini, penulis akan membahas lebih lanjut tentang

Pengembangan Kurikulum. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1.2.1 Apakah pengertian pengembangan kurikulum? 1.2.2 Bagaimana proses pengembangan kurikulum? 1.2.3 Bagaimana prosedur pengembangan kurikulum? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pengembangan kurikulum. 1.3.2 Untuk mengetahui proses pengembangan kurikulum. 1.3.3 Untuk mengetahui prosedur pengembangan kurikulum.

Pengembangan Kurikulum | 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum Kata pengembangan memiliki banyak arti, pengembangan bisa diartikan sebagai perubahan, pembaruan, perluasan, dan sebagainya. Dalam pengertian yang lazim, pengembangan berarti menunjuk pada suatu kegiatan yang menghasilkan cara baru setelah diadakan penilaian serta

penyempurnaan-penyempurnaan

seperlunya.

Surakhmad

menjelaskan

bahwa pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini, tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak, sedangkan apa yang terjadi di sekolah /kelas adalah sesuatu yang benarbenar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandang

Pengembangan Kurikulum | 4

ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dan ahli pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas, tetapi dengan latar belakang teoretis dan tujuan yang berbeda. Sementara itu, Unruh dan Unruh (1984: 97) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah a complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural, social, and personal needs that the curriculum is to serve. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar sifat dikembangkan. kurikulum Pengembangan selalu kurikulum berubah,

dilakukan

karena

yang dinamis,

menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan kegiatan. Dalam pengertian diatas sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir. Hal ini terbukti dengan melihat proses berikut: a. Tujuan Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh. b. Metode dan material Mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi menurut pertimbangan guru. c. Penilaian Pengembangan Kurikulum | 5

Menilai keberhasilan pekerjaan yang telah di kembangkan itu dalam hubungannya dengan tujuan. d. Umpan balik Umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya. Adapun dasar-dasar dalam mengembangkan kurikulum yaitu: a. Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional. b. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dkembangkan dengan pendekatan kemampuan. c. Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan. d. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan , potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihakpihak yang memerlukan dan berkepentingan. e. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan . f. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan. 2.2 Proses Pengembangan Kurikulum Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yakni pengembangan instruksional. a. Pedoman Kurikulum Pedoman Kurikulum meliputi : Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau matakuliah, struktur organisasi bahan pelajaran. Pengembangan Kurikulum | 6 pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman

Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih terperinci yang diberikan yakni scope (ruang lingkup) dan sequencenya (urutan pengajiannya).

Desain evaluasi termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum mengenai : Bahan pembelajaran (scope dan sequence). Organisasi bahan dan strategi instruksionalnya.

Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan dalam garis besarnya: Apa yang akan dibelajarkan (ruang lingkup, scope). Kepada siapa dibelajarkan. Apa sebab dibelajarkan, dengan tujuan apa. Dalam urutan yang bagaimana (sequence).

Selanjutnya perlu diuraikan: Falsafah dan misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi atau universitas/institute. Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan falsafah dan misi tiap fakultas dan jurusan Alasan atau rasional kurikulum berhubungan dengan populasi yang dijadikan sasaran, yakni untuk apa siswa dipersiapkan. Tujuan filosofis mengenai bahan yang akan dibelajarkan, alasan memilihnya. Organisasi bahan pembelajaran secara umum.

Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan keterangan mengenai faktor-faktor yang turut menentukan kurikulum serta latar belakangnya. Pertanyaan yang perlu dijawab antara lain :

Pengembangan Kurikulum | 7

Apakah

definisi

kurikulum

yang

akan

dikembangkan? Apakah faktor-faktor utama yang mempengaruhi kurikulum itu? Apa, siapa, apa sebab, bagaimana organisasi bahan yang akan dibelajarkan? Adakah alternative lain?

2. Menentukan mata pelajaran atau mata kuliah yang akan dibelajarkan. Berhubungan dengan pertimbangan di atas, mata pelajaran apakah yang dianggap paling serasi untuk diberikan? Bagaimanakah scope dan sequencenya?

3. Merumuskan tujuan tiap mata pelajaran. Apakah pencapaian yang diharapkan dari siswa?

4. Menentukan hasil belajar yang diharapkan dari siswa dalam tiap mata pelajaran. Apakah standard hasil belajar siswa dalam tiap matapelajaran dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor? 5. Menentukan topik-topik tiap mata pelajaran. Bagaimanakah menentukan topik tiap mata

pelajaran, beserta luas dan urutan bahannya yang berhubungan dengan tujuan yang telah dirincikan? Bagaimanakah organisasi yang serasi bagi topiktopik itu? 6. Menentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa. Bagaimanakah tingkat perkembangan dan

pengetahuan siswa? Apakah syarat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran?

Pengembangan Kurikulum | 8

Kegiatan-kegiatan dilakukan siswa

apakah agar

yang

harus

dapat tujuan

mencapai

pembelajaran? 7. Menetukan bahan yang harus dibaca oleh siswa. Sumber apa yang tersedia diperpustakaan? Sumber bacaan apa yang dapat disediakan? Bacaan apa yang esensial dan bacaan apa sebagai pelengkap atau sebagai rujukan? 8. Menentukan strategi mengajar yang sesuai serta sediakan berbagai sumber/alat peraga proses pembelajaran. Berhubungan dengan bahan pembelajaran dan taraf perkembangan dan pengetahuan siswa strategi mengajar yang bagaimana akan paling efektif? Alat instruksional/alat peraga apakah yang telah ada dan alat serta sumber apakah dapat disediakan? 9. Menentukan alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala penilaiannya. Alat apa, kegiatan apa yang akan digunakan untuk mengukur taraf kemajuan siswa? Aspek-aspek apa yang akan dinilai? Bagaimanakah cara memberi nilai pada siswa? Apakah akan diberi bobot yang berbeda untuk aspek tertentu? 10. Membuat desain rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan strategi perbaikannya. Kapan dan berapa kali harus dilakukan evaluasi kurikulum serta revisinya? Alat, proses atau prosedur apakah yang digunakan? Kapan dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?

Pengembangan Kurikulum | 9

Menyusun silabus yang berisi pokok-pokok bahasan atau topik dan sub-topik tiap mata pelajaran/mata kuliah termasuk tanggung jawab pengajar di sekolah atau jurusan. Demikian pula halnya dalam penyusunan pedoman

instruksional, karena guru/dosen yang bertanggung jawab untuk merencanakan menyusun, menyampaikan dan mengevaluasi satuan pembelajaran. Oleh karena itu, tiap guru atau dosen adalah seorang pengembang kurikulum. b. Pedoman instruksional Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan silabus. Pedoman instruksional

diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas. Dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum. Untuk praktisnya dan mempermudah pekerjaan dan lebih menjamin mutunya, penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilakukan oleh suatu tim, termasuk guru yang akan

membelajarkannya. Ada orang yang mengajukan kritik bahwa pedoman instruksional terlampau membatasi kebebasan dan kreativitas guru. Pedoman instruksional yang terinci menentukan tujuan

instruksional yang spesifik dengan bahan yang khusus pula. Seperti kita ketahui tujuan instruksional khusus pada umumnya terlampau mengutamakan hasil belajar tingkatan kognitif rendah berupa fakta dan informasi yang tidak merangsang siswa untuk berpikir. Kritik itu ada benarnya. Namun bila dalam pengajaran dipentingkan efektifitas dan pertanggungjawaban atas mutu hasil belajar (yakni akuntabilas, accountability) maka berdasarkan penelitian pada tingkat SD, SM maupun perguruan tinggi hasil belajar nyata-nyata lebih tinggi bila

Pengembangan Kurikulum | 10

pelajaran lebih berstruktur. Pelajaran dikatakan berstruktur bila lebih dahulu ditentukan secara jelas dan terinci tujuan (biasanya berupa TIK), strategi mengajar, bahan pelajaran dan evaluasinya (sering berupa test objektif). Keunggulan pembelajaran berstruktur atas pembelajaran terbuka terbukti dari hasil pengukuran berbagai ragam hasil belajar siswa, walaupun harus diakui bahwa pengukuran ini terutama mengenai aspek kognitif dan keterampilan tingkat rendah. Namun demikian dengan guru yang baik diharapkan bahwa tingkat kognitif tinggi serta aspek afektif tak perlu diabaikan. Banyak Negara yang tidak puas dengan mutu pendidikan sekolah baik Negara maju maupun yang berkembang, beralih pada kurikulum berstruktur pada tingkat SD dan SM dalam usaha untuk memperoleh suatu standar pendidikan. Tindakan itu diambil khususnya dalam situasi dimana pendidikan dan kemampuan gurunya dianggap belum memadai. Selain itu masyarakat sering mengeluh tentang rendahnya mutu pendidikan dan merasa bahwa sekolah tidak melakukan tugasnya dengan baik. Diinginkan agar dari sekolah dapat diminta pertanggungjawaban atas hasil kerjanya yang dapat diukur dengan tes. Yang dapat diukur secara objektif adalah aspek kognitif pada tingkat rendah, yaitu fakta dan informasi yang dimiliki anak terutama melalui hafalan. Akhir-akhir ini perguruan tinggi juga sering mendapat sorotan dari masyarakat karena dirasa gagal menghasilkan lulusan yang siap pakai, yang mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam dalam bidang profesinya. Maka accountability atau pertanggungjawaban mulai dituntut dari perguruan tinggi. Yang paling banyak mendapat sorotan ialah pendidikan guru. Untuk lebih menjamin mutu dan efektivitas proses pembelajaran, maka para pendidik harus menguasai proses pengembangan kurikulum dan mendesain pedoman instruksional yang lebih tersruktur.

Pengembangan Kurikulum | 11

Untuk mendesain pedoman instruksional dapat diperhatikan langkah-langkah berikut: 1. Tentukan satu atau dua tujuan untuk topik yang telah disebut dalam silabus matapelajaran. Tujuan itu lazim disebut instruksional umum atau TIU. 2. Rumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) sehingga dapat diamati dan diukur hasilnya. 3. Tentukan dua atau tiga macam kegiatan

pembelajaran tiap tujuan khusus. 4. 5. Sediakan sumber dan alat pembelajaran yang sesuai. Buat desain penilaian hasil belajar dan kemajuan belajar, cara menilai, alat menilai untuk tujuan khusus. 2.3 Prosedur Pengembangan Kurikulum Arti prosedur pengembangan kurikulum adalah sistematis tentang aktivitas proses analisis dan penepatan komponen-komponen kurikulum sehingga membentuk suatu kesatuan utuh berupa program belajar siswa (kurikulum sebagai rencana, kurikulum ideal, atau kurikulum tertulis). Secara teoritik terdapat model pengembangan kurikulum (oleh ahli) masingmasing memiliki prosedur tersendiri. Adapun model-model pengembangan kurikulum tersebut adalah 1. Model Rogers Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat

mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahanperubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara

interpersonal. Langkah-langkah sebagai berikut : a. Pemilihan target dari sistem pendidikan; di dalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan/administrator untuk turut serta dalam kegiatan kelompok secara intensif. Selama satu

Pengembangan Kurikulum | 12

minggu pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana relaks, tidak formal. Rogers

berpendapat bahwa melalui kegiatan ini mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :(1) He is less protective of his own beliefs and can listen more accurately, (2) He finds it easier and less threatening to accept inovative ideas, (3) He has less need to protect bureaucatic rules, (4) He communicates more clearly and realistically to superiors, peers, and subordinates, because he is more open and self-protective, (5) He is more person oriented and democratic, (6) He openly confronts personal emotional frictions between himself and colleagues, (7) He is more able to accept boyh positive and negative feedback and use it contructively. b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Keikutsertaan guru dalam kegiatan sebaiknya secara sukarela. Lama kegiatan satu minggu atau kurang. Menurut Rogers bahwa efek yang diterima sejalan dengan para administrator seperti telah dikemukakan di atas, dengan beberapa tambahan, yakni (1) He is more able to listen to student, (2) He accepts innovative, trouble some ideas from student, rather than insisting on conformity, (3) He pays as much atention to his relationship with student as he does to course content, (4) He works out problems with student rather than responding in disciplinary and punitive manner, (5) He developes an equalitarian and democratic classroom climate. c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh peserta didik ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator guru atau administrator atau fasilitator dari luar. Menurut Rogers bahwa dari kegiatan ini peserta didik akan mendapatkan : (1) He feels freer to express both positive and negative feeling in class, (2) He works throgh these feelings toward a realistic solution, (3)

Pengembangan Kurikulum | 13

He has more energy for learning because he has less fear of constant evaluation and punishment, (4) He discovers that he is responsible for his own learning, (5) He awe and fear of authority dimnish as he finds teachers and administrators to be fallible human beings, (6) He finds that the learning process enables him to deal withhis life. d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh Komite Sekolah masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Kegiatan ini merupakan kulminasi dari kegiatan kelompok di atas. Metode pendidikan yang dikembangkan Rogers adalah sensitivity trainning, encounter group, dan Trainning Group (T Group). 2. Model Ralp Tyler Tyler mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan suatu

kurikulum, perlu menempatkan empat pertanyaan berikut : 1. What educational purpose should the school seek to attain? (objectives) 2. What educational experiences are likely to aatain these objectives? (instructional strategic and content) 3. How can these educational experiences be organized effectively? (organizing learning experiences) 4. How can we determine whether these purposes are being attain? (identifikasi dan evaluasi) Sebagai bapak pengembangan kurikulum, Tyler telah menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Tetapi, karya tyler atau pendapat tyler sering dipandang rendah oleh penulis sesudahnya. Hal itu karena dalam hal menentukan objectives model, ia terkesan sangat kaku. Namun pandangan yang demikian sebenarnya tidak selalu benar, mengingat Pengembangan Kurikulum | 14

banyak karya atau tulisan Tyler yang telah salah diintepretasi, dianalisis secara dangkal dan bahkan cenderung menghindarinya. Brady, sebagai contoh dengan kaitannya pertanyaan diatas, menganjurkan bahwa: the four steps are sometimes simplified to read objectives, content, method and evaluation. Namun dengan tegas Tyler mengatakan bahwa merujuk pada pengalaman belajar dalam pertanyaan 2 sebagai: the interaction betweenthe learner and the external conditions in the environmental to which be can react (Print: 1993: 64). Sama halnya dengan itu, beberapa penulis lain berpendapat bahwa Tyler tidak menjelaskan sumber tujuan (source of objectives) secara memadai. Tetapi, sebenarnya Tyler telah membahas hal itu dalam satu buku utuh. Dia telah menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuan yang datang dari anak didik, mempelajari kehidupan kotemporer, mata pelajaran yang bersifat akademik, filsafat, dan psikologi belajar. 3. Beauchamps system Beauchamp mengemukakan lima langkah di dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu :
a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup

kurikulum, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten propinsi atau bahkan seluruh negara. Penetapan wilayah ditentukan oleh pihak yang memiliki wewenang pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
b. Menetapkan personalia yang akan turut serta terlibat dalam

pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang dapat dilibatkan yaitu : (a) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kuruikulum/pendidikan dan para ahli bidang ilmu dari luar; (b) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih; (c) para profesional dalam sistem pendidikan; dan (d) profesional lain dan tokoh masyarakat.

Pengembangan Kurikulum | 15

c. Organisasi dan prosedur pengembangan yaitu berkenaan dengan

prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan dalam menentukan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu : (a) membentuk tim pengembang kurikulum; (b) mengadakan evaluasi atau penelitian terhadap kurikulum yang berlaku; (c) studi penjajagan kemungkinan penyusunan kurikulum baru; (d) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru; dan (e) penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
d. Implementasi

kurikulum atau

merupakan melaksanakan

langkah yang

mengimplementasikan

kurikulum

sesungguhnya bukanlah hal sederhana, sebab membutuhkan kesiapan menyeluruh, baik guru, peserta didik, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dan pimpinan sekolah atau administrator setempat.
e. Evaluasi kurikulum, pada langkah ini minimal mencakup empat

hal yaitu: (a) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru; (b) evaluasi desain; (c) evaluasi hasil belajar peserta didik; dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh digunakan untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. 4. Tabas Inverted Model Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah. Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum). Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba, yaitu :
a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-

langkah: (1) mendiagnosis kebutuhan; (2) merumuskan tujuan-

Pengembangan Kurikulum | 16

tujuan khusus; (3) memilih isi; (4) mengorganisasi isi; (4) memilih pengalaman belajar; (5) mengorganisasi pengalaman belajar; (6) mengevaluasi; dan (7) melihat sekuens dan keseimbangan
b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam

rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.


c. Mengadakan revisi dan konsolidasi unit-unit eksperimen

berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.


d. Mengembangkan seluruh kerangka kurikulum e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada

tahap terakhir ini perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, loka karya dan sebagainya serta

mempersiapkan fasilitas dan alat sesuai tuntutan kurikulum.

Pengembangan Kurikulum | 17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.1.1 Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir. 3.1.2 Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yakni pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional. 3.1.3 Arti prosedur pengembangan kurikulum adalah sistematis tentang aktivitas proses analisis dan penepatan komponenkomponen kurikulum sehingga membentuk suatu kesatuan utuh berupa program belajar siswa (kurikulum sebagai rencana, kurikulum ideal, atau kurikulum tertulis). Secara teoritik terdapat model pengembangan kurikulum (oleh ahli) masingmasing memiliki prosedur tersendiri. Model-model

pengembangan kurikulum terdiri dari Model Rogers, Model Ralp Tyler, Beauchamps system, Tabas Inverted Model. 3.2 Saran-saran Saran yang ingin penulis sampaikan terkait penulisan makalah mengenai pengembangan kurikulum adalah dalam pengembangan kurikulum perlu diperhatikan hal-hal seperti: langkah-langkah, prosedur, proses dan komponen utama dari pengembangan kurikulum itu sendiri agar nantinya lebih mudah dalam mengembangkannya serta tercapainya tujuan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah atau tingkat satuan pendidikan.

Pengembangan Kurikulum | 18

Anda mungkin juga menyukai