Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk dalam beberapa tahun terakhir tampaknya mulai mengkhawatirkan. Data dari BKKBN tahun 2007 menyebutkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa dan merupakan keempat terbanyak di dunia. Hal ini diperkirakan akan berdampak negatif pada berbagai sektor kehidupan seperti sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga, serta bangsa pada umumnya. Program ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah kepadatan penduduk dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan. Pelaksanan program KB tidak terlepas dari keberhasilan metode kontrasepsi yang digunakan. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Konsepsi (pembuahan, fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) isteri dengan sel mani (spermatozoa) suami pada saluran telur. Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Secara umum, kontrasepsi dibagi dua menurut cara pelaksanaannya : a. Cara temporer (spacing) Yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. b. Cara permanen (kontap) Yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen; pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut vasektomi. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus menerus dan efek samping minimal. Syarat-syarat kontrasepsi : 1. Aman pemakaiannya dan dipercaya. 2. Efek samping yang merugikan tidak ada 3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
1

4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan 5. Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya 6. Cara penggunaannya sederhana 7. Harganya murah supaya dpt dijangkau masyarakat 8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri

Kontrasepsi yg ideal dan memenuhi syarat diatas belum ada. Yang ada kontrasepsi yg memenuhi sebagian syarat atau hampir memenuhi syarat. Yang penting sebenarnya adalah memakai salah satu cara kontrasepsi jauh lebih baik dari tidak memakai kontrasepsi sama sekali. Kontrasepsi dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan tertentu, seperti pantang berkala, penggunaan pil KB/kontrasepsi oral, suntikan, penggunaan alat dalam saluran reproduksi, operasi atau dengan obat topikal intravaginal yang bersifat spermisid. Pada tulisan ini akan dibahas secara singkat tentang kontrasepsi sederhana dan hormonal, yang mencakup: 1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obat : sanggama terputus, pembilasan pascasanggama (poscoital douche), perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation), pantang berkala (rhytm method). 2. Kontrasepsi secara mekanis: kondom dan pessarium 3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatiside 4. Kontrasepsi Hormonal

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat-Alat/Obat-Obat 2.1.1 Sanggama Terputus Cara ini merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal, dan masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira kira 1 deik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Kegagalan cara ini dapat disebabkan oleh :

a. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung sperma, apalagi
pada koitus yang berulang.

b. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina c. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan, misalnya karena adanya
hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri

2.1.2 Pembilasan pascasanggama (poscoital douche) Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina.

Efektivitas Cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.

2.1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation) Memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemi dan prolaktin menekan adanya ovulasi

Efektivitas Menyusui anak mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi, dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, maka konsepsi dapat terjadi selagi wanita tersebut masih dalam keadaan amenorea.

2.1.4 Pantang berkala (rhytm method) Mekanisme kerja Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan suami isteri pada masa subur isteri. Untuk menetukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu : 1. Ovulasi terjadi 14 2 hari sebelum haid yang akan datang 2. Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi. 3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi Jadi jika ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi.

Cara menentukan masa aman Awalnya dicatat lama siklus haid selama 3 bulan terakhir. Tentukan lama haid terpendek dan terpanjang. Siklus terpendek dikurangi 18 hari dan siklus haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam masa ini merupakan masa pantang sanggama, diluarnya merupakan masa aman. Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal badan. Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun. Suhu basal dicatat dengan teliti setiap hari.

Efek sampingan Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina sewaktu sanggama.
4

Daya guna Daya guna teoritis ialah 15 kehamilan per 100 tahun-wanita. Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 tahun-wanita.

2.2 Kontrasepsi Secara Mekanis 2.2.1 Kondom Mekanisme kerja Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.

Jenis kondom Ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Yang kulit dibuat dari usus domba, sedangkan kondom karet lebih elastis, murah sehingga lebih banyak dipakai.

Daya guna Secara teoritis, kegagalan kondom hanya terjadi jika kondom tersebut robek oleh karena kurang hati-hati, pelumas kurang, atau karena tekanan pada waktu ejakulasi. Ditemukan 3 kehamilan per 100 tahun-wanita. Dalam praktek angka ini lebih tinggi, 15-36 kehamilan per 100 tahun-wanita.

Keuntungan Murah Mudah di dapat (tidak perlu resep dokter) Tidak memerlukan pengawasan Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.

Efek sampingan Pada sejumlah kecil kasus terdapat reaksi alergik terhadap kondom karet.

Selain itu saat ini terdapat metoda baru yaitu Kondom wanita. Alat ini dapat memproteksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS dan mencegah kehamilan. Terbuat dari plastik lembut, transparant dan tipis. Sebelum hubungan seks wanita memasangnya pada vagina. Selama hubungan seks penis masuk kekondom wanita.

Keuntungan : Pemakaian kondom ini dikontrol wanita, didisain untuk melindungi dari penyakit menular seksual dan mencegah kehamilan.

Kerugian:

Mahal untuk saat ini Hanya sedikit efektif seperti umumnya digunakan. Biasanya dibutuhkan persetujuan pasangan Penggunaan harus dengan tangan Wanita harus menyentuh vaginanya Efektifitas sama dengan kondom laki-laki dan metoda vaginal lainnya.
2.2.2 Pessarium Secara umum pessarium dapat dibagi atas 2 golongan, yakni diafragma vaginal dan cervical cap.

Diafragma Vaginal Diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, adapula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. Diafragma dimasukkan ke dalam vagina untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisid dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.

Kekurangan diafragma vaginal adalah: a. Diperlukan motivasi yang cukup kuat b. Umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar
6

c. Pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan d. Tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR

Keuntungan cara ini adalah: a. Hampir tidak ada efek sampingan b. Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan c. Dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR

Cervical Cap Cervical cap dibuat dari karet atau plastik dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Cap ini dipasang pada porsio services uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk kontrasepsi.

2.3 Kontrasepsi dengan Obat-Obat Spermatiside Mekanisme kerja Terbagi atas 2 komponen, yaitu bahan kimia yang mematikan sperma (biasanya nonilfenoksi polietanol) dan medium yang dipakai berupa tablet busa, krim atau agar. Tablet vagina atau agar diletakkan dalam vagina, dekat serviks. Gerakan-gerakan sanggama akan menyebarkan busa meliputi serviks, sehingga secara mekanis menutupi ostium uteri eksternum dan mencegah masuknya sperma ke dalam kanalis servikalis.

Daya guna Daya guna teoritis ialah 3 kehamilan per 100 tahun-wanita. Daya guna pemakaian ialah 30 kehamilan per 100 tahun-wanita.

Efek samping Walaupun jarang, berupa reaksi alergik. Disamping itu, preparat spermatisid mempunyai rasa yang tidak enak.

2.4 Kontrasepsi Hormonal Di bawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Hormone-hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesterone, yang dapat menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan tertentu menyebabkan ovulasi dan akhirnya penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometrium dan haid. Pincus dan Rock melakukan percobaan lapangan di Puerto Rico dengan menggunakan pil yang terdiri atas estrogen dan progesterone dan ternyata bahwa pil tersebut mempunyai daya yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan. Ini permulaan terciptanya pil kombinasi. Kemudian, sebagai hasil penyelidikan lebih lanjut, diadakan pil sekuensial, mini pil, morning after pil, dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan.

Susunan Pil Kontrasepsi Pil hormonal umtuk kontrasepsi yang sekarang digunakan tidak terbuat dari estrogen dan progesteron alamiah, melainkan dari steroid sintetik. Ada dua jenis progesterone sintetik yang dipakai, yaitu yang berasal dari 19 nor-testosteron dan yang berasal dari 17 alfa-asetoksiprogesteron. Estrogen yang banyak dipakai untuk pil kontrasepsi ialah etinil estradiol dan mestronol.

Mekanisme kerja pil hormonal Pil-pil hormonal terdiri atas komponen estrogen dan komponen progestagen, atau oleh salah satu dari komponen itu. Komponen estrogen dalam pil menekan sekresi FSH dan menghalangi maturasi follikel dan ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium tidak ada, tidak terdapat pengeluaran LH sehingga ovulasi terganggu. Penggaruh komponen progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi. Selanjutnya estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat perjalanan ovum dan menyulitkan terjadinya implantasi dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi. Progestagen sendiri dalam dosis tinggi dapat juga menghambat ovulasi. Selanjutnya progestgen mempunyai khasiat sebagai berikut:

a. Lendir servik menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi sperma jadi lebih sulit b. Kapasitasi sperma dihambat
8

c. Menghambat perjalanan ovum dalam tuba sebelum konsepsi. d. Menghambat implantasi sebelum ovulasi e. Menghambat ovulasi pada poros hipofisis-hipotalamus
2.4.1 Pil kombinasi Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini diianggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain terhadap traktus genetalis seperti menimbulkan perubahan pada lendir servik sehingga menjadi kental yang mengakibatkan sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Selain itu juga terjadi perubahan-perubahan pada motilitas tuba falopii dan uterus. Terdapat estrogen maupun progesteron sintetik dalam satu pil. Pil diminum tiap hari selama 3 minggu, diikuti selama satu minggu dengan plasebo dimana pada saat perdarahan surut akan terjadi. Kontra Indikasi Terdapatnya riwayat tromboflebitis, kelainan serebrovaskular, fungsi hati tidak atau kurang baik, keganasan pada payudara dan alat reproduksi, kehamilan dan varises berat. Cara makan pil Pil pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Pada pasca persalinan, pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedangkan pasca keguguran 1-2 minggu pasca kejadian. Usahakan minum pil pada waktu yang sama, seperti sehabis makan malam pada tiap harinya. Tiap pagi dilakukan kontrol apakah pil tadi malam sudah diminum. Jika lupa 1 pil, minumlah segera disaat ingat. Jika lupa 2 pil berturut-turut, minum 2 pil segera ketika ingat dan 2 pil lagi pada waktu biasanya pada hari berikut. Pada keadaan in mungkin terjadi spotting. Jika lupa 3 pil, kemungkinan hamil menjadi besar. Efek Sampingan Efek samping ringan dapat berupa pertambahan berat badan, perdarahan diluar daur haid, enek, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pascapil, retensi cairan, dan keluhan gastrointestinal. Efek samping ini akan hilang dan berkurang dengan sendirinya. Efek samping yang berat adalah tromboemboli, yang mungkin terjadi karena peningkatan aktivitas faktorfaktor pembekuan, atau mungkin juga pengaruh vaskuler secara langsung.

2.4.2 Pil Sekuensial Di Indonesia, pil sekuensial tidak diedarkan. Pil sekuensial tidak seefektif pil kombinasi dan pemakainnya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pada cara kontrasepsi ini diminum pil yang hanya mengandunng estrogen saja untuk 14-16 hari disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progestagen untuk 5 sampai 7 hari. Khasiatnya untuk menghambat ovulasi. Cara pemakaian, efek samping dan kontraindikasi sama dengan pil kombinasi.

2.4.3 Mini pil Mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Harus diminum tiap hari, juga pada waktu haid. Pencegahan kehamilan mungkin karena pengaruh terhadap motilitas tuba, korpus luteum, endometrium dan lendir serviks serta pencegahan ovulasi. Efek sampingnya adalah perdarahan.

2.4.4 Postcoital contraception (morning after pil) Morning after pil sering juga disebut dengan kontrasepsi darurat yaitu kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah hubungan seksual. Pil ini hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam sesudah hungan seksual. Indikasi kontarasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki. Kontraindikasi adalah hamil atau tersangka hamil. Efek samping: a. mual-muntah b. perdarahan

2.4.5 Obat suntikan (Depo Provera) Depo Provera adalah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Mekanisme kerja 1. obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing factor dari hipotalamus. 2. lendir servik bertambah kental sehingga menghambat penetrasi sperma melalui servik uteri. 3. implantasi ovum dalam endometrium dihalangi 4. kecepatan transport ovum melalui tuba berubah.
10

Keuntungan 1. efektifiitas tinggi. 2. sederhana pemakaiannya 3. cukup menyenangkan 4. reversible 5. cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak

Kekurangan 1. sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur 2. dapat menimbulkan amenorea

Waktu pemberian dan dosis Depo provera sangat cocok untuk program post partum oleh karena tidak mengganggu laktasi dan terjadinya amenorea setelah suntikan ini tidak akan menggangu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa post partum. Untuk program post partum, depo provera disuntikan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit, sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk yaitu kira-kira hari ke-3 sampai hari ke-5. Depo provera disuntikan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus intra muskulus dalam.

2.4.6 Norplant Sinonim: Implant, KB Susuk, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon dan disusukan di bawah kulit. Implant yang beredar di pasaran adalah norplant terdiri dari enam kapsul dan masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul.

Mekanisme kerja 1. Menekan ovulasi 2. Membuat getah serviks menjadi kental. 3. Membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan.
11

Kelebihan 1. cocok untuk wanita yang tidak bisa menggunakan obat yang mengandung estrogen 2. perdarahan yang terjadi lebih ringan 3. tidak menaikkan tekanan darah 4. dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) 5. bersifat reversible

Efek samping 1. gangguan pola haid 2. mual-mual 3. anoreksia 4. sakit kepala Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB.

Indikasi 1. wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu lama tapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR 2. wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen

Kontraindikasi 1. kehamilan atau disangka hamil 2. penderita penyakit hati 3. kanker payudara 4. kelainan jiwa 5. varikosis 6. riwayat kehamilan ektopik 7. diabetes mellitus 8. kelainan kardiovaskuler

12

Waktu pemasangan Waktu yang paling baik untuk pemasangan adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Keenam kapsul ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6-10 cm dari lipatan siku.

Prosedur pemasangan: 1. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap mungkin mengenai Norplant ini sehingga calon akseptor betul-betul mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya 2. Persiapan alat-alat yang diperlukan: sabun antiseptic kasa steril cairan antiseptic kain steril yang mempunyai lubang obat anastesi local semprit dan jarum suntik troika no.10 sepasang sarung tangan steril satu set kapsul Norplant (6 buah) scalpel yang tajam 3. Teknik pemasangan calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja kecil di samping tempat tidur akseptor daerah tempat pemasangan dicuci dengan sabun antiseptic kemudian diberi cairan antiseptic daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang dilakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6- 10 cm di atas lipatan siku setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang o,5 cm dengan scalpel yang tajam troika dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit

13

kemudian kapsul dimasukkan ke dalam troikar dan didorong dengan plunger sampai kapsul terletak di bawah kulit demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai ke enam. Keenam kapsul di bawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunannya seperti kipas setelah semua kapsul berada di bawah kulit, troika ditarik pelan-pelan keluar control luka apakah ada perdarahan atau tidak jika tidak ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril, kemudian diberi plester, umumnya tidak diperlukan jahitan. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan dating kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu.

Pengangkatan/ekstraksi Pengangangkatan norplant dilakukan atas indikasi: Atas permintaan akseptor Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa Sudah habis masa pakainya Terjadi kehamilan

Prosedur pengangkatan 1. Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu forsep bengkok 2. Tentukan lokasi kapsul norplant, kalau perlu kapsul didorong kea rah tempat insisi akan dilakukan. Daerah insisi didisinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang Lakukan anestesi local Kemudian lakukan insisi selebar lebih kurang 5-7 mm di tempat yang paling dekat dengan kapsul norplant Forsep dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan lain kearah ujung forsep Forseps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forseps
14

Kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan, dapat dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain Lakukan prosedur ini berturut-turut untuk mengeluarkan kapsul kedua sampai ke enam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul norplant terjadi perdarahan, hentikanlah perdarahan terlebih dahulu umpama dengan menekan daerah yang berdarah tersebut dengan kain kasa steril Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak dijumpai lagi perdarahan, tutuplah luka insisi dengan kasa steril, kemudian plester Umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit Nasihatkan pada akseptor agar luka tidak basah selam lebih kurang 3 hari.

15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. 2. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus menerus dan efek samping minimal. 3. Metode kontrasepsi sederhana yang bisa dilakukan diantaranya adalah kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obat, contohnya: sanggama terputus, pembilasan

pascasanggama (poscoital douche), perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation), pantang berkala (rhytm method); kontrasepsi secara mekanis, contohnya: kondom dan pessarium; dan kontrasepsi dengan obat-obat spermatiside. 4. Metode kontrasepsi hormonal yang ada, seperti pil, suntik, ataupun implant mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. 5. Penggunaan obat hormonal oral atau suntikan, merupakan cara yang paling banyak digunakan karena sudah lama dikenal dan efektivitasnya sebagai kontrasepsi cukup tinggi.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Affandi B. 2007. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosastro H. Ilmu

Kebidanan. Edisi Kelima.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Bab 63. Hal 905-936. 2. Albar E. 2007. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi Kelima.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Bab 20. Hal 535-556. 3. Saifuddin AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

17

Anda mungkin juga menyukai