Anda di halaman 1dari 14

SKABIES

A. LATAR BELAKANG Penyakit Skabies didefinisikan sebagai infestasi kulit oleh serangga parasitik dari spesies Sarcoptes scabei var. humanus. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 627% populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Penderitanya termasuk juga masyarakat Indonesia. Di kota-kota besar bahkan di Jakarta penyakit yang telah hampir teratasi ini cenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Hal ini dinilai sangat meresahkan dan mengganggu produktifitas dan kualitas hidup. WHO menganggap penyakit ini sebagai pengganggu dan perusak kesehatan yang tidak dapat lagi dianggap hanya sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit ini masa kini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua tingkat sosial. Perkembangan penyakit ini selain dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah juga ditentukan oleh padatnya penduduk, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan. Skabies merupakan penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara lansung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita skabies atau penderita yang bergandengan tangan. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain lain. Predileksi dari skabies biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan stratum korneum yang tipis, misalnya axilla, areola mammae, sekitar umbilicus, genital, bokong, pergeralangan tangan bagian vollar, sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki. Etiologi dan Patogenesis Skabies disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap kutu Sarcoptes scabiei var hominis dan tinjanya pada kulit manusia.

gbr. 1 Sarcoptes scabiei

Secara morfologik merupakan tungau kecil dengan gambaran :

Kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan tidak bermata.

Diameternya sekitar 0.3 mm memiliki 4 pasang kaki. tidak dapat terbang ataupun meloncat siklus hidup 30 hari

Kutu betina melubangi stratum corneum dalam waktu 20 menit lalu bertelur sekitar 3 butir perharinya. Telur itu kemudian menetas setelah hari ke 4. Lalu larva bermigrasi ke permukaan kulit dan berkembang hingga dewasa. Setelah 2 minggu, kutu betina dan jantan kawin. Kutu betina lalu kembali melubangi stratum corneum. Kutu jantan, yang tubuhnya lebih kecil dari betina, terjatuh dari kulit dan mati. Jumlah kutu yg terdapat pada inang biasanya kurang dari 20 ekor, kecuali pada "crusted scabies" yg bisa mencapai lebih dari 1 juta ekor. Di luar tubuh manusia, kutu skabies bisa bertahan hidup selama 3 hari. Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai penularan dan memberi obat yang tepat.

Gambaran klinik Gatal-gatal dan kemerahan dapat terjadi 6-8 minggu setelah kutu menginfeksi. Lesi yg timbul dapat berupa nodul atau papula yg merah, bersisik, timbul krusta (ekskoriasi) pada sela-sela jari, pinggir jari, pergelangan tangan dan pinggir telapak tangan, siku, ketiak, skrotum, penis, labia dan areola pada wanita.

gbr.2 Terowongan di sela-sela jari

gbr. 3 Terowongan di lateral palmar

Erupsi eritema difus pada tubuh dapat terjadi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap antigen kutu.

Penyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama (gejala kardinal/ cardinal sign),yaitu: 1. Pruritus nokturna atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas kutu yang lebih tinggi dalam suhu lembab. Rasa gatal dan kemerahan diperkirakan timbul akibat sensitisasi oleh kutu. 2. Penyakit ini dapat menyerang manusia secara kelompok.Mereka yang tinggal di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluanglebih besar terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melaluipemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudahmenyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah. 3. Adanya lesi kulit yg khas berupa papula, vesikel pada kulit atau terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli) yangberbentuk lurus atau berkelok-kelok berukuran 1-10 mm. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri,maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada padadaerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitarkemaluan, wajah dan kulit kepala (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara,bokong dan perut bagian bawah. 4. Menemukan tungau. Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur, atau skibala (butiran feses). Pada "crusted scabies" terdapat lesi berupa plak hiperkeratotik tersebar di telapak tangan dan kaki disertai penebalan dan distrofi kuku jari tangan dan kaki. Pruritus (gatal) bervariasi bahkan hilang sama sekali pada keadaan ini. Diagnosis Ditegakkan dari anamnesis, manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang

Ditemukan 2 atau lebih dari 4 gejala kardinal (+) atau ditemukan gejala kardinal no.4 (+)

gbr. 5 Kutu Skabies betina (dengan telur), telur (abu2), dan skibala

Diagnosis Banding 1. Dermatitis atopik 2. Reaksi terhadap gigitan serangga 3. Dermatitis kontak 4. Dermatitis herpetiformis 5. Eksim dishidrotik 6. Psoriasis 7. Bullous pemphigoid 8. Drug eruption Penatalaksanaan Pengobatan Farmakologis Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain; tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya. Sistemik Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.

Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.

Topikal Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain: 1. Salep 2-4, biasanya dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya harus lebih dari 3 hari berturut-turut. 2. Emulsi benzil-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit. 3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat diulang satu minggu kemudian bila belum sembuh. 4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek antiskabies, juga bersifat anti gatal. 5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.

Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung sampai sekitar 4 minggu lamanya. Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau pun antihistamin untuk mengatasinya.

Non-farmakologis (+Pencegahan) Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Mencuci bersih atau merebusdengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir),kemudian menjemurnya hingga kering.

Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhan mengenai higiene perorangan dan lingkungan. 2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. 3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu skabies tidak hidup disana.

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien Nama Pekerjaan Alamat : P, laki-laki, 4 tahun :: Teratai Indah Padang Sarai lubuk buaya

2. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan Keluarga Status perkawinan Jumlah Saudara Status ekonomi keluarga : Belum Kawin : 1 orang : Berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah

dengan penghasilan total orang tua pasien per bulan Rp 1.000.000. Ayah bekerja sebagai sopir pengangkut barang dan ibu seorang ibu rumah tangga. Kondisi rumah : Rumah kontrakan, permanen, ukuran 9x8 m2, kamar 4 buah. Kamar pasien bersama ayah dan ibu berukuran 2x3 m2 Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi kurang, pencahayaan kurang. Pekarangan cukup luas. Terdapat timbunan pasir dan tanah di depan rumah. Listrik ada Sumber air : PDAM, sumber air konsumsi : air galon Jamban ada 1 buah, di dalam rumah. Jarak pembuangan limbah 11 meter. Sampah dibuang ke kebun belakang kemudian dibakar. Jumlah penghuni 10 orang: pasien, ibu pasien, ayah pasien, kakak pasien, tante pasien, suami tante pasien, anak tante pasien empat orang. Kesan : higiene dan sanitasi kurang

Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal di lingkungan komplek perumahan yang cukup padat penduduk. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain berdekatan. Rumah pasien tidak memakai pagar. Lingkungan sekitar rumah kurang rapi dan kurang bersih. Ayah merokok di dalam rumah

3. Aspek psikologis di keluarga Hubungan dengan anggota keluarga baik. Pasien disayangi oleh orang tua dan saudaranya.

4. Riwayat penyakit sekarang Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari kaki kanan dan kiri, sejak 4 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari. Pasien dan keluarga baru pindah 3 minggu yang lalu Tempat tidur tidak memakai seprai/alas kasur. Kasur belum pernah dijemur sejak pindah. Pasien tidur satu tempat tidur dengan orang tuanya. Pasien mandi dua kali sehari. Pasien memakai satu peralatan mandi bersama anggota keluarga yang lain sedangkan handuk sendiri Pasien mengganti bajunya 2 kali sehari. Kontak dengan tanah (+) Riwayat digigit serangga tidak ada

5. Riwayat penyakit dahulu / penyakit keluarga Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari. Tidak ada riwayat nafas menciut.

Tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga lain menderita penyakit yang sama dengan pasien

6. Riwayat kehamilan/kelahiran/imunisasi : Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke puskesmas tidak teratur. Suntikan imunisasi TT 2x, hamil cukup bulan. Riwayat Kelahiran : Lahir spontan, ditolong oleh bidan, cukup bulan, langsung menangis kuat, berat badan lahir 2900 gram panjang badan 49 cm.

7. Riwayat makanan dan minuman : Bayi : ASI Ekslusif PASI Bubur susu Nasi Tim Nasi Lunak Makanan Biasa : 0 6 bulan : 4 bulan 9 bulan : 6 bulan 8 bulan : 8 bulan 12 bulan : 12 bulan 18 bulan : 18 bulan sampai sekarang, diberikan 3x sehari

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup

8. Riwayat Imunisasi BCG DPT Polio Hepatitis B Campak : 1x, usia 1 bulan, scar ada : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan : 9 bulan

Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu

9. Riwayat Tumbuh Kembang :

Perkembangan fisik

: Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan

: 4 bulan : 6 bulan : 8 bulan : 12 bulan

Perkembangan mental : isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol tidak ada. Kesan : perkembangan fisik dan mental normal.

10. Pemeriksaan fisik Status Generalisata KU Kesadaran Berat badan Tinggi Status gizi : sedang : komposmentis : 18 kg : 110 cm : baik

Pemeriksaan thorax : tidak ada kelainan Pemeriksaan abdomen: tidak ada kelainan

Status Dermatologikus Lokasi Distribusi : sela jari kaki dan punggung kaki kiri dan kanan : terlokalisir

Bentuk/susunan : tidak khas Batas Ukuran Efloresensi : tidak tegas : milier sampai lentikuler : papul eritem, erosi, ekskoriasi

Status venereologikus Kelainan selaput lendir Kelainan kuku Kelainan rambut

: tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan

Kelainan kelenjar limfe : tidak ditemukan kelainan

11. Laboratorium anjuran

: tidak ada

12. Diagnosis kerja

: Skabies

13. Manajemen a. Preventif Menjaga kebersihan diri terutama pakaian, handuk (dicuci dengan air hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika). Memakai alas kasur dan menjemur kasur dan bantal setiap 1xseminggu. Tetap menggunakan alat mandi dan pakaian masing-masing. Mengganti pakaian saat berkeringat, minimal 2xsehari. Mencuci tangan dengan sabun sebeum dan setelah makan, setelah buang air, dan setelah bermain tanah. Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai panjang. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Menjaga untuk tidak berkontak atau seminimal mungkin untuk berkontak dengan lesi/bagian kulit yang sakit baik pasien, keluarga maupun teman-teman pasien. Mengusahakan untuk tidak menggaruk lesi, jika gatal cukup menepuk bagian yang gatal dengan lembut dan mencuci tangan setelah itu. Memisahkan tempat tidur pasien dengan anggota keluarga lain atau memberi batas untuk meminimalisir kontak dengan lesi. Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah terjaga dengan membuka pintu terutama pada siang hari.

b. Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien dan semua anggota keluarga tentang: penyakitnya dan cara penularannya. Penyakit ini adalah penyakit yang sangat menular dan bukanlah penyakit alergi seperti yang dipahami oleh keluarga pasien pengobatan terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara penggunaan salep dengan cara yang benar dan lama pengobatannya).

pentingnya ketaatan menggunakan obat besarnya kemungkinan penularan penyakit kepada orang lain dan kemungkinan berulangnya penyakit ini jika higine pribadi dan lingkungan tidak terjaga. kemungkinan terjadi infeksi sekunder (oleh bakteri) yang ditandai dengan adanya nanah dan segera berobat jika hal ini terjadi. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan

c. Kuratif a. Sistemik CTM tablet 3 x 2 mg b. Topikal Salp 2-4, dioleskan ke seluruh tubuh selama minimal 3 hari berturut-turut dalam 24 jam.

d. Rehabilitatif Diusahakan untuk tidak menggaruk Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh Kontrol ke puskesmas untuk menilai efek pengobatan walaupun penyakit dianggap sembuh Segera kembali puskesmas jika lesi bertambah luas dan sudah bernanah. Tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Resep: Dinas Kesehatan Kodya Padang Puskesmas Lubuk Buaya

Tanggal : 13 November 2012

Dokter

: Vika-Sari-Layla

R/ CTM tab 4 mg S3dd Tab 1/2 R/ Salep 2-4

No V No.I

Sue (dioleskan keselruh tubuh kecuali muka dan leher selama 3 hari)

Pro

: P

Umur : 4 tahun Alamat : Tabing

Anda mungkin juga menyukai