Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk sekelompok kecil bangsa yang memperoleh kemerdekaan bukan sebagai pemberian penjajah, atau sebagai hasil suatu proses damai belaka. Kemerdekaan yang kita miliki sekarang diraih melalui suatu perjuangan panjang dan berat, dengan titik puncaknya dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Sebelum Indonesia merdeka , Indonesia telah dijajah oleh berbagai negara yaitu Portugis, Spanyol, Belanda, dan Jepang.

Selama 350 tahun atau 3,5 abad lalu Belanda menjajah Indonesia setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 penjajahan di Indonesia diteruskan oleh jepang selama 3,5 tahun. Jika dibandingkan dengan negara Belanda, penjajahan Jepang di Indonesia terhitung hanya sebentar namun penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia lebih berat.

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 negara Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh sekutu hingga kedua negara Jepang itu luluh lantah. Dan pada tanggal 14 Agustus 1945 akhirnya Jepang menyerah pada sekutu. Berita ini tidak bisa dengan mudah didengar oleh bangsa Indonesia, karena semua radio yang dimiliki oleh penduduk telah disegel.Meskipun demikian, para pejuang secara sembunyi-sembunyi tetap mengetahuinya melalui stasiun gelap yang mereka buat sendiri.Perdana Menteri Kuniaki Kaiso berusaha mempertahankan kekuasaan Jepang di Indonesia, dia mengeluarkan pernyataan Janji Kemerdekaan Indonesia kelak di kemudian hari yang bertujuan untuk membina rakyat agar mau bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Tetapi bangsa Indonesia yang sudah lama mandambakan Kemerdekaan, tidak percaya begitu saja. Melihat adanya kesempatan karena pada saat itu terjadi kekosongan kekuasan dengan segera para tokoh Indonesia menyusun rencana-rencana guna melaksanakan kemerdekaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada sekitar Kemerdekaan? 2. Bagaimanakah peristiwa-peristiwa itu terjadi?

C. Tujuan Penulisan

1. Menggambarkan bagaimana penderitaan bangsa Indonesia di bawah penjajahan 2. Menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar Proklamasi Kemerdekaan

BAB II

PEMBAHASAN

Peristiwa-peristiwa sekitar Kemerdekaan Republik Indonesia:

A. Pembentukan BPUPKI Dalam perkembangan peperangan Asia Timur Raya pada tahun 1944 pihak tentara Jepang ternyata telah terdesak oleh pasukan Sekutu. Hal ini mendorong pihak pemerintah Jepang untuk mengambil kebijakan baru terhadap negeri-negeri jajahannya, termasuk Indonesia. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Kaiso mengumumkan bahwa pemerintahaan Jepang memperkenankan daerah Hindia Timur (Indonesia) untuk merdeka kelak kemudian hari. Janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kemudian hari itu tidak lain adalah untuk menarik simpati dan bantuan bangsa Indonesia terhadap Jepang dalam peperangan melawan Sekutu.

Janji Jepang itu kemudian mulai dilaksanakan dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI/ Dokuritzu Jumbi Cosakai) yang diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945 bertempat di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri), Jakarta. Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat Jepang, yaitu : Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Ketujuh yang bermarkas di Singapura dan Letnan Jenderal Nagano (Panglima Tentara Keenambelas yang baru). Pada kesempatan itu dikibarkan bendera Jepang, Hinomaru oleh Mr. A.G. Pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera Sang Merah Putih oleh Toyohiko Masuda. BPUPKI beranggotakan 60 orang ini diketuai oleh dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat, sedangkan yang duduk sebagai Ketua Muda (Fuku Kaico) pertama dijabat oleh seorang Jepang, Shucokan Cirebon yang bernamaIcibangase.R.P. Suroso diangkat sebagai Kepala Sekretariat dengan dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo.

Kemudian BPUPKI melakukan sidang pertamanya yaitu tanggal 29 Mei-1 Jumi 1945, dalam sidang ini dibahas tentang apa yang akan menjadi dasar bagi negara Indonesia merdeka. Dalam persidangan tersebut tiga orang anggota mengajukan usulan tentang dasr negara, yaitu Mr. Muh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Sokarno.

Pada hari pertama persidangan pertama tanggal 29 Mei 1945, Muh. Yamin mengemukakan lima Azas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia sebagai berikut : 1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ke-Tuhanan; 4. Peri Kerakyatan; 5. Kesejahteraan Rakyat.

Dua hari kemudian pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Supomo mengajukan Dasar Negara Indonesia Merdeka adalah sebagai berikut : 1. persatuan 2. kekeluargaan 3. keseimbangan 4. musyawarah 5. keadilan sosial

Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945 berlangsunglah rapat terakhir dalam persidangan pertama itu. Pada kesempatan itulah Ir. Sukarno mengemukakan pidatonya yang kemudian dikenal sebagai Lahirnya Pancasila. Keistimewaan pidato Ir. Sukarno adalah selain berisi pandangan mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka, juga berisi usulan mengenai nama bagi dasar negara, yaitu : Pancasila, Trisila, atau Ekasila. . Lima dasar negara yang diusulkan oleh Ir. Sukarno adalah sebagai berikut : 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan; 3. Mufakat atau demokrasi 4. Kesejahteraan sosial; 5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Persidangan pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945. Sidang tersebut belum menghasilkan keputusan akhir mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka. Selanjutnya diadakan masa reses selama satu bulan lebih.

Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang. Oleh karena itu panitia ini juga disebut sebagai Panitia Sembilan. Anggotaanggota Panitia Sembilan ini adalah sebagai berikut : 1. Ir. Sukarno 2. Drs. Moh. Hatta 3. Muh. Yamin 4. Mr. Ahmad Subardjo 5. Mr. A.A. Maramis

6. Abdulkadir Muzakkir 7. K.H. Wachid Hasyim 8. K.H. Agus Salim 9. Abikusno Tjokrosujoso.

Musyawarah dari Panitia Sembilan ini kemudian menghasilkan suatu rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan Negara Indonesia Merdeka. Oleh Muh.Yamin rumusan itu diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakartayang di dalamnya terdapat juga rumusan dasar negara Indonesia. Rumusan draft dasar negara Indonesia Merdeka itu adalah : 1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemelukpemeluknya; 2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia; 4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; 5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BPUPKI melakukan sidang kedua yaitu pada tanggal 10-17 Juli 1945. Pada tanggal 10 Juli 1945 dibahas Rencana Undang-undang Dasar, termasuk soal pembukaan atau preambule-nya oleh sebuah Panitia Perancang Undang-undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Sukarno dan beranggotakan 21 orang. Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-undang Dasar dengan suara bulat menyetujui isi

preambule (pembukaan) rancangan batang tubuhnya yang diambil dari Piagam Jakarta.

Selanjutnya panitia tersebut membentuk Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar yang diketuai Prof. Dr. Mr. Supomo dengan anggotanya Mr. Wongsonegoro, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim dan Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil ini kemudian disempurnakan bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri dari Husein Djajadiningrat, Agus Salim dan Supomo.

Pada tanggal 14 Juli 1945 dalam rangka menerima laporan Panitia Perancang Undang-undang Dasar. Ir. Sukarno selaku ketua panitia melaporkan tiga hasil, yaitu : 1. 2. 3. Pernyataan Indonesia Merdeka Pembukaan Undang-undang Dasar Undang-undang Dasar (batang tubuh)

B. PEMBENTUKAN PPKI

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya pemerintah pendudukan Jepang membentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/Dokuritsu Junbi Inkai). Sebanyak 21 anggota PPKI yang terpilih tidak hanya terbatas pada wakil-wakil dari Jawa yang berada di bawah pemerintahan Tentara Keenambelas, tetapi juga dari berbagai pulau, yaitu : 12 wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 wakil dari Sulawesi, seorang dari Kalimantan, seorang dari Sunda Kecil (Nusatenggara), seorang dari Maluku dan seorang lagi dari golongan penduduk Cina. Ir. Sukarno ditunjuk sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta

ditunjuk sebagai wakil ketuanya. Sedangkan Mr. Ahmad Subardjo ditunjuk sebagai penasehatnya.

Jenderal Besar Terauci memanggil tiga tokoh Pergerakan Nasional, yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 9 Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas besar Terauci di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam pertemuan di Dalat pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada ketiga tokoh itu bahwa Pemerintah Kemaharajaan Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah persiapannya selesai oleh PPKI. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.

Ketika ketiga tokoh itu berangkat kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang telah dibom atom oleh Sekutu di kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Bahkan Uni Soviet mengingkari janjinya dan menyatakan perang terhadap Jepang seraya melakukan penyerbuan ke Manchuria. Dengan demikian dapat diramalkan bahwa kekalahan Jepang akan segera terjadi. Keesokan harinya, pada tanggal 15 Agustus 1945 Sukarno-Hatta tiba kembali di tanah air. Dengan bangganya Ir. Sukarno berkata : Sewaktu-waktu kita dapat merdeka; soalnya hanya tergantung kepada saya dan kemauan rakyat memperbarui tekadnya meneruskan perang suci Dai Tao ini. Kalau dahulu saya berkata Sebelum jagung berbuah, Indonesia akan merdeka : sekarang saya dapat memastikan Indonesia akan merdeka, sebelum jagung berbuah. Perkataan itu menunjukkan bahwa Ir. Sukarno pada saat itu belum mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

C. RENGASDENGKLOK

Ir. Sukarno dan Hatta tidak tahu tentang berita kekalah Jepang oleh karena itu mereka akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut lalu mewujudkan perkataanya tentang kepastian kemerdekaan Indonesia.Sikap Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Syahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda (golongan muda). Kemudian dilaporkan apa yang baru terjadi di kediaman Bung Hatta dan Bung Karno. Mendengar berita itu terjadi perbedaan antara golongan muda (Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh) dan golongan tua (Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri).

Perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda a. Golongan tua:

Kelompok nasionalis golongan tua yang mengambil strategi kooperasi terhadap pemerintah jepang. Kelompok ini bersifat hati-hati dalam mencemati masalah kemerdekaan. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan harus dilaksanakan sesuai dengan persetujuan perjanjian dengan Jepang. Mereka tidak mau melanggar perjanjian itu karena akan terjadi pertumpahan darah. Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa jepang di beri tugas oleh sekutu untuk mempertahankan status Quo di Indonesia. b. Golongan Muda: Kelompok Nasionalisme golongan muda yang anti Jepang dan anti Fasis. Golongan muda bersikap agresif. Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan secepatnya dilaksanakan sebelum sekutu mengambil kekuasaan dari Jepang. Para pemuda menginginkankan proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh Jepang. Kemerdekaan Indonesia hanya dapat dan harus dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri bukan sebagai hadiah dari jepang.

Kendati berbeda pendapat, di anatra ke-2 golongan sepakat untuk menetapkan tokoh yang pantas memproklamasikan kemerdekaan yaitu Soekarno dan Hatta.Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang. Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain: a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan
10

bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.

Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.

D. PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

Ketika insinyur Soekarno dan Muh. Hatta kembali ke Jakarta dari Dalat tanggal 14 Agustus 1945 dan sesudah mendengar berita penyerahan Jepang kepada Sekutu, mereka segera didesak oleh para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Soekarno dan Moh. Hatta menginginkan masalah proklamasi kemerdekaan itu dibicarakan dulu dalam rapat dengan anggota PPKI. Sementara itu para pemuda merasa keberatan proklamasi kemerdekaan itu melibatkan PPKI, karena para pemuda menganggap bahwa PPKI itu adalah bentukan Jepang, sehingga kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. Para pemuda mendesak Ir. Soekarno untuk mempromlakasikan kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945 tapi ditolak oleh Ir. Soekarno.

Sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju ke rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk
11

menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting. Pada saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam perumusan teks proklamasi : Dirumah Maeda inilah naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibuat yang menulis konsep proklamasi itu adalah Ir. Soekarno sedangkan Drs Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikiran mereka secara lisan. Kalimat pertama dari teks proklamasi merupakan sumbangan pemikiran Mr. Ahmad Soebardjo yang berbunyi Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami kemudian berubah menjadi kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, sedangkan kalimat selanjutnya dari Moh. Hatta. Setelah konsep itu disusun, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menyarankan agar naskah ditandatangani oleh semua yang hadir. Namun usul itu ditentang oleh pemuda, dan atas usul salah satu pemuda yakni, Sukarni, naskah proklamasi itu cukup ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Muh. Hatta.

Teks proklamasi kemerdekaan itu kemudian diketik rapi oleh Sajuti Melik disertai beberapa perubahan yang telah disepakati. Perubahan-perubahan itu yaitu : 1. Kata tempoh diganti menjadi tempo 2. Kata wakil-wakil bangsa Indonesia diganti Indonesia 3. Kata Djakarta, 17-8-05 diganti menjadi Djakarta, hari 17 boelan 08 tahun 05 4. Kata hal2 diubah menjadi hal-hal menjadi atas nama bangsa

Pada keesokan harinya, tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, teks proklamasi kemerdekaan itu dibacakan oleh Ir. Sukarno dengan disaksikan oleh tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan.

Dengan dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan itu, berarti bangsa Indonesia telah menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dan lepas dari belenggu penjajahan. Berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa dan hasil perjuangan
12

bangsa Indonesia selama berabad-abad, yang harus ditebus dengan pengorbanan harta, benda dan jiwa.

13

Anda mungkin juga menyukai